LOD Dan MC Granul
LOD Dan MC Granul
ABSTRAK
ABSTRACT
The Aim of this study was to observe the most effective the concentration of binder
polyvinilpyrolidon substance of angkak extract effervescent tablet and know effects to
increated platelet in rabbits for the most effective from three effervescent tablets to
rabbits. The research was done making three formula effervescent tablets each containing
angkak extract as active ingredients, citric acid and tartaric acid as acid components,
sodium bicarbonate as the base component, stearic acid as lubricants, aspartame as a
sweetener, Aerosil as adsorbent, strawberry essences as flavorings, lactose as filler and
polivinilpirilidon as a binder with variations concentration of 1%, 3% and 5%.
Furthermore, the third formula effervescent tablets are given to rabbits orally experienced
thrombocytopenia during 9 days and platelet levels were measured every day. The results
showed that the formula II containing polivinilpirilidon 3% had the best physical
characteristics. And third formula can increase platelet levels in rabbits that had
thrombocytopenia significantly compared controls.
Pendahuluan
i
Penyakit Demam Berdarah Dengue atau yang lebih dikenal dengan singkatan
DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan merupakan vector
borne disease atau ditularkan melalui vektor, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini
merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama karena dapat menyerang semua
golongan umur. Namun dalam dekade terakhir terlihat adanya kecenderungan kenaikan
proporsi penderita DBD pada anak-anak dan menyebabkan kematian. WHO
memperkirakan tiap tahunnya sebanyak sebanyak 58.301 kasus DBD terjadi di Indonesia
sejak 1 Januari hingga 30 April 2004 dan 658 kematian, yang mencakup 30 provinsi dan
terjadi kejadian luar biasa (KLB) pada 293 kota di 17 provinsi (WHO, 2007).
Insiden demam dengue menunjukkan peningkatan yang sangat pesat di seluruh penjuru
dunia. Sebanyak 52% dari penduduk yang berisiko tersebut hidup di wilayah Asia
Tenggara. Pada tahun 2007 di Amerika terdapat lebih dari 890.000 kasus dengue yang
dilaporkan dimana 26.000 kasus diantaranya tergolong dalam demam berdarah dengue
(DBD).
Pengobatan terpenting dari penyakit demam berdarah dengue adalah terapi
suportif. Pasien disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk
cairan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Pengobatan
alternatif yang mulai populer adalah angkak. Angkak merupakan suatu produk yang
dihasilkan dari fermentasi beras menggunakan Monascus spp. Monascus spp dapat
mengubah substrat pati menjadi beberapa senyawa metabolit seperti alkohol, antibiotika,
antihipertensi, enzim, asam-asam lemak, asam gamma amino butirat (GABA), beberapa
pigmen dan vitamin (Pattanagul et al, 2007). Angkak mengandung penghambat enzim
HMG CoA reduktase dan komponen-komponen protein, asam amino, sakarida, beta
sitosterol, campesterol, stigmasterol, isoflavon, saponin serta berbagai trace element yang
mempunyai peran dalam penanggulangan demam berdarah (Nasronudin, 2008).
Pengalaman empiris, menunjukkan bahwa pasien demam berdarah yang
mengkonsumsi angkak mengalami peningkatan jumlah trombosit secara cepat dengan
metode pembuatan air rebusan angkak. Penelitian yang telah dilakukan Nurkhairi (2007)
menunjukkan ekstrak metanol angkak dapat meningkatkan jumlah trombosit normal pada
mencit. Hasil penelitian Usman (2008) menunjukkan jumlah trombosit kelinci yang
mengalami trombositopenia meningkat secara signifikan setelah pemberian infus angkak
4 % selama tiga hari perlakuan. Musyahida (2009) menunjukkan bahwa nilai LD50 -
ekstrak etanol angkak pada mencit dikategorikan praktis tidak toksik. Dan hasil
penelitian lain Dwisosiyawati (2010) menunjukkan bahwa granul efervesen ekstrak
angkak dapat meningkatkan trombosit pada kelinci yang mengalami trombositopenia
secara signifikan.
Penggunaan langsung serbuk angkak tanpa pengolahan dapat menimbulkan efek
samping yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal dan hati, hal ini disebabkan oleh
citrinin yang terdapat dalam angkak (Biing-Hsui et al, 2005), sedangkan dengan
pengolahan rebusan dan ekstrak langsung dari segi rasa kurang diterima oleh pasien,
sehingga perlu diformulasi dalam bentuk sediaan. Salah satu bentuk sediaan yang dapat
diaplikasikan untuk ekstrak angkak adalah tablet efervesen. Tablet efervesen adalah tablet
tidak bersalut, umumnya mengandung bahan asam dan karbonat, yang bereaksi dengan
cepat dalam air dengan membebaskan karbondioksida, reaksinya cukup cepat dan
biasanya selesai dalam waktu satu menit atau kurang. Keuntungan sediaan ini adalah
bahan obat yang membutuhkan dosis yang besar dapat dibuat dalam bentuk efervesen
karena tablet efervesen dapat mengandung lebih dari 2000 miligram bahan aktif, bahan
yang cukup stabil dalam bentuk larutan akan lebih stabil jika di buat dalam bentuk
efervesen, penggunaannya mudah dan dapat diberikan pada pasien yang sulit menelan
ii
seperti anak-anak, disamping itu bentuk efervesen mempunyai rasa yang menyenangkan
karena gas karbon dioksida yang dihasilkan memberi rasa segar seperti halnya minuman
kaleng berkarbonasi, dan dapat menutupi rasa garam atau rasa lain yang tidak diinginkan
dari zat obat (Allen, 2002; Ansel, 1989; Pulungan, 2004; Parkh, 2005).
Agar komponen obat sepenuhnya tersedia, maka tablet harus mempunyai daya
pengikat untuk mempertahankan karakteristik granul sesuai persyaratan yang ditentukan.
Bahan pengikat adalah bahan yang ditambahkan untuk membentuk granul atau
menaikkan kekompakan kohesi tablet yang dicetak. Polivinilpirilidon sering digunakan
sebagai bahan pengikat, karena bahan tersebut dapat meningkatkan kekuatan ikatan
antara granul dan juga menghasilkan permukaan tablet yang lembut. Polivinilpirilidon
merupakan suatu polimer sintetik yang dapat digunakan sebagai pengikat baik dalam
granulasi basah maupun dalam granulasi kering. Polivinilpirolidon larut dalam air dan
efektif digunakan sebagai pengikat dalam tablet efervesen. (Lachman, 1989; Bertuzzi,
2005)
Metode Penelitian
iii
Formula (% b/b)
No Bahan
I II III
1 Ekstrak Angkak 10 10 10
2 Polivinilpirolidon K 30 1 3 5
3 Asam sitrat 16 16 16
4 Asam tartrat 8 8 8
5 Natrium bikarbonat 30 30 30
6 Asam stearat 2 2 2
7 Aspartam 1 1 1
8 Aerosil 6 6 6
9 Esens stroberi 0,5 0,5 0,5
10 Laktosa 25,5 23,5 21,5
2. Pembuatan
Tablet efervesen ekstrak angkak ini dibuat dengan metode granulasi basah
dengan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Ekstrak angkak ditetesi etanol 96% secukupnya dan ditambahkan aerosil digerus
hingga homogen, ditambahkan asam sitrat, asam tartrat, aspartam, laktosa dan
natrium bikarbonat digerus hingga homogen
b. PVP K30 ditambahkan kedalam campuran (a), digerus dan ditetesi dengan etanol
96% secukupnya, diaduk hingga membentuk massa yang dapat dikepal
c. Campuran diayak dengan ayakan mesh 14 kemudian dikeringkan dalam lemari
pengering pada suhu 40-50oC selama 18 jam
d. Granul yang sudah kering diayak kembali dengan ayakan mesh 16
e. Esens stroberi dan asam stearat ditambahkan ke dalam granul dan dihomogenkan
f. Dilakukan evaluasi granul
g. Granul yang telah dievaluasi, dikempa menjadi tablet dan dilakukan uji evaluasi
tablet.
Evaluasi Granul Efervesen
Evaluasi granul meliputi :
1. Uji Kadar Air (Lachman, 1989)
Granul basah ditimbang kemudian dikeringkan dalam lemari pengering
hingga diperoleh bobot yang tetap. Kadar air dihitung dengan rumus :
a. LOD (Loss on Drying) yaitu suatu pernyataan kadar kelembaban berdasarkan
bobot basah yang dihitung sebagai berikut :
Bobot granul basah – Bobot granul kering
% LOD = x 100 %
Bobot granul basah
b. MC (Moisture Content) yaitu suatu pernyataan kandungan lembab berdasarkan
bobot kering dihitung sebagai berikut :
Bobot granul basah – Bobot granul kering
% MC = x 100 %
Bobot granul kering
iv
Selanjutnya diukur tinggi dan diameter timbunan granul yang terbentuk. Sudut
istirahat dihitung dengan rumus :
2h
Tan α =
d
Dimana : α = Sudut istirahat
h = Tinggi timbunan granul
d = Diameter timbunan granul
3. Uji Kecepatan Alir (Lachman, 1989)
Granul yang telah kering ditimbang sebanyak 25 gram, lalu dimasukkan ke
dalam corong yang bagian bawahnya tertutup. Kemudian bagian bawah corong
dibuka sehingga granul dapat mengalir di atas meja yang telah dilapisi kertas. Waktu
alir granul ditentukan pada saat granul mulai mengalir sampai granul berhenti
mengalir menggunakan “stopwatch”. Kecepatan alir dihitung dengan rumus :
Bobot granul
Kecepatan alir =
Waktu alir
Bobot granul
Kerapatan mampat =
Volume mampat
Kerapatan curah
Porositas = 1- x 100 %
Kerapatan sejati
Vol.awal – Vol.mampat
Kompresibilitas = x 100%
Volume awal
5. Kerapatan sejati (Lachman, 1989)
Pengujian bobot jenis sejati dilakukan dengan cara menimbang piknometer
50 ml yang kosong (a). Kemudian piknometer diisi dengan parafin cair dan
ditimbang kembali (b).
b–a
Kerapatan parafin cair =
50
Granul sebanyak 1 gram diisikan ke dalam piknometer 50 ml yang kosong,
lalu ditimbang (c). Kemudian ditambahkan parafin cair ke dalam piknometer hingga
penuh dan ditimbang kembali (d). Bobot jenis sejati dihitung dengan rumus :
v
(c + d) – (a + d)
Evaluasi Tablet Efervesen
1. Uji Keseragaman Ukuran (Dirjen POM, 1979)
Dua puluh tablet diambil secara acak dan diukur diameter serta tebal masing-
masing tablet dengan jangka sorong. Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak
lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 11/3 kali tebal tablet.
2. Uji Keseragaman Bobot (Dirjen POM, 1979)
Dua puluh tablet diambil secara acak dan dibersihkan dari debu kemudian
ditimbang satu persatu dan dihitung bobot rata-ratanya. Jika ditimbang satu persatu,
tidak boleh lebih dari 2 tablet bobotnya masing-masing menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan
kolom B
vi
efervesen secara peroral tiga kali sehari selama 9 hari dan diukur kembali jumlah
trombosit kelinci setiap hari.
vii
itu diperoleh juga hasil evaluasi waktu melarut dari tablet efervesen. Untuk formula I
selama 3,19 menit, formula II selama 2,38 menit dan formula III selama 3,57 menit. Dari
hasil terlihat bahwa nilai porositas yang diperoleh sebanding dengan waktu melarutnya
tablet efervesen yaitu formula II lebih cepat melarut dari formula I dan III.
Sifat alir granul dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya rapat jenis,
porositas, bentuk partikel dan kandungan lembab. Sifat alir yang baik akan memudahkan
granul memasuki ruang cetakan, sehingga keseragaman bobot dapat terjaga baik.
Untuk tablet dengan bobot lebih dari 300 mg, syarat keseragaman bobot adalah
tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang 5 % dari bobot
rata-rata tablet dan tidak satu tablet pun yang menyimpang 10 % dari bobot rata-rata
tablet. Dari hasil penimbangan diperoleh bahwa bobot rata-rata tablet untuk formula I, II
dan III adalah 1000,46 mg, 1000,47 mg dan 1000,38 mg. Dari hasil uji keseragaman
bobot menunjukkan bahwa tablet efervesen ekstrak angkak memenuhi persyaratan yang
ditetapkan.
Uji keseragaman ukuran dilakukan terhadap 20 tablet dengan persyaratan
diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1,3 kali tebal tablet. Untuk
formula I diperoleh tebal dan diameter tablet rata-rata adalah 6,29 mm dan 12,24 mm
(diameter 1,94 kali tebal tablet), untuk formula II adalah sebesar 6,28 mm dan 12,25 mm
(diameter 1,94 kali tebal tablet) dan untuk formula III adalah sebesar 6,26 mm dan 12,25
mm (diameter 1,95 kali tebal tablet). Dari ketiga formula ini memenuhi persyaratan yang
ditetapkan.
Uji kekerasan tablet dilakukan terhadap 6 tablet yang diambil secara acak dan
diperoleh kekerasan rata-rata tablet untuk formula I, II dan III adalah 6,16 kg, 6,50 kg
dan 6,00 kg. Syarat kekerasan tablet 6 – 12 kg. Dari hasil di atas, formula I, II dan III
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Uji waktu melarut diuji terhadap 6 tablet yang diambil secara acak dan diperoleh
waktu melarut rata-rata tablet untuk formula I, II dan III adalah 3,19 menit, 2,38 menit
dan 3,57 menit. Syarat waktu melarut tablet efervesen adalah dua tablet larut sempurna
dalam 180 ml air pada suhu 17,5oC ± 2,5oC, dalam waktu 5 menit. Formula I, II dan III
memenuhi persyaratan.
Dari ketiga formula tersebut, dibedakan berdasarkan berbedaan konsentrasi bahan
pengikat. Bahan pengikat polivinilpirilidon K30 dipilih karena kelarutan dalam air dan
kecepatan disolusinya yang baik. Kedua parameter tersebut merupakan parameter yang
perlu diperhatikan pada sediaan efervesen. Penggunaan polivinilpirilidon sebagai
pengikat mempunyai keuntungan yaitu granul memiliki sifat alir yang baik, sudut diam
minimum, menghasilkan fines yang lebih sedikit dan daya kompaktibilitas yang lebih
baik. Sehingga dari hasil evaluasi granul dan tablet efervesen ekstrak angkak yang
diperoleh, ketiga formula tablet efervesen mempunyai karakteristik fisik yang baik.
Formula II yang mengandung polivinilpirilidon 3% memiliki karakteristik fisik yang
paling baik dibandingkan formula I yang mengandung polivinilpirilidon 1% dan formula
III yang mengandung polivinilpirilidon 5%. Dalam penentuan konsentrasi bahan
pengikat harus disesuaikan dalam jumlah yang tepat. Karena penggunaan bahan pengikat
yang terlalu banyak, akan menghasilkan granul yang terlalu keras sehingga tablet yang
dihasilkan akan mempunyai waktu hancur yang lama. Sebaliknya, kekurangan bahan
pengikat akan menghasilkan daya rekat yang lemah sehingga tablet mudah rapuh.
Pada uji peningkatan trombosit menggunakan 12 ekor kelinci yang dibagi
dalam 4 kelompok yaitu satu kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan. Sebelum
diberikan perlakuan, terlebih dahulu kelinci tersebut dihitung jumlah trombosit awalnya,
kemudian diberikan suspensi kloramfenikol 0,15% sebanyak 16 ml/2 kg BB tiga kali
sehari selama 5 hari.
viii
Pemberian kloramfenikol sebelum perlakuan dimaksudkan untuk penurunan
jumlah trombosit kelinci sehingga diperoleh kondisi trombositopenia. Salah satu efek
samping penggunaan kloramfenikol adalah terjadi trombositopenia akibat dari penekanan
sumsum tulang.
Dari hasil perhitungan statistik, peningkatan trombosit oleh pemberian tablet
efervesen ekstrak angkak pada kelinci dengan menggunakan Uji Beda Rerata Pengaruh
Perlakuan diperoleh hasil yang sangat signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel ANOVA
dimana nilai Fhitung > Ftabel pada taraf 5% dan 1%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pemberian tablet efervesen angkak dapat berpengaruh sangat
signifikan terhadap peningkatan jumlah trombosit kelinci. Selanjutnya dilakukan Uji
lanjutan menurut uji Dunnett, hasil yang diperoleh adalah formula I, II dan III berbeda
sangat signifikan terhadap kontrol pada taraf uji 5% dan 1%, akan tetapi formula I tidak
berbeda nyata dengan formula II dan III pada taraf uji 5% dan 1%. Hasil statistik
memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan peningkatan trombosit antara formula I, II
dan formula III. Hal ini disebabkan karena masing-masing formula memiliki kandungan
ekstrak angkak yang sama yaitu sebesar 10%.
Pemberian air suling sebagai kontrol negatif tidak meningkatkan jumlah
trombosit secara bermakna hingga hari ke-9. Pemberian ketiga formula tablet efervesen
telah meningkatkan jumlah trombosit mendekati jumlah trombosit awal sebelum
trombositopenia pada formula I, II dan III pada hari ke-6. Kecepatan peningkatan
trombosit mendekati jumlah trombosit awal tergantung seberapa besar penurunan
trombosit akibat pemberian kloramfenikol.
Pemberian tablet efervesen terus menerus akan meningkatkan jumlah trombosit
melebihi jumlah normal. Hal ini dapat dilihat dari jumlah trombosit pada hari ke-9,
hampir semua kelinci mengalami trombositosis. Sehingga dapat dikatakan bahwa angkak
dapat membantu mempercepat proses perbaikan sirkulasi terutama pada perbaikan
trombosit hewan uji yang mengalami trombositopenia.
Selain meningkatkan jumlah trombosit dan fungsi magrofaga, angkak dengan
lovastatinnya juga dapat menyenyumbangkan ubiquinon dan heme A yang penting dalam
peningkatan energi sel dan perbaikan sel-sel darah merah. Kedua hal ini sangat penting
dalam mendukung proses penyembuhan penyakit demam berdarah.
Kesimpulan
ix
Daftar Pustaka
Allen, V.L., 2002. The Art, Science and Technology of Pharmaceutical Compounding.
2nd Ed. American Pharmaceutical Association, Washington, D.C.
Ansel, H.C., 1989. Pharmaceutical Dosage Form and Delivery System. terjemahan
Farida Ibrahim, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed. IV. UI Press. Jakarta. 171,
212-217, 605-612
Biing-Hsui, T., T.S. Wu, M.C.Su, C.P. Chung, F.Y. Yu. 2005. Evaluation of citrinin
occurrence and cytotoxicity. J. Agricult. Foood. Chemistry. 53:1 -5
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi
III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 6,7.