Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian K3
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang bebas dari resiko
kecelakaanatau kerusakan atau dengan resiko yang relatif sangat kecil dibawah nilai
tertentu. Sedangkankesehatan kerja dapat diartikan sebagai kondisi yang dapat
mempengaruhi kesehatan para pekerja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalahsuatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman
bahaya yang mengganggu proses aktivitas danmengakibatkan terjadinya cedera,
penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguanlingkungan. OHSAS 18001:2007
mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagaikondisi dan factor yang
mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk
pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja. Daridefinisi
keselamatan dan kesehatan kerja di atas serta definisi Keselamatan dan KesehatanKerja
(K3) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan OHSAS dapat disimpulkan
bahwaKeselamatan dan Kesehatan kerja adalah suatu program yangmenjamin
keselamatan dankesehatan pegawai di tempat kerja.
Tujuan K3
tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik,sosial, dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
Pengertian IGD
Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit utama yang terdapat didalam suatu
sistem kesehatan di rumah sakit dan pengalaman yang dialami pasien di IGD secara
signifikan akan mempengaruhi kepuasan pasien dan pencitraan publik terhadap suatu
rumah sakit. Fungsi utama IGD antara lain untuk menerima, melakukan triase,
menstabilisasi dan menyediakan penaganan darurat kepada pasien yang berada dalam
kondisi kritis, darurat dan semi darurat, baik yang datang sendiri maupun yang
merupakan rujukan. IGD juga menyediakan penerimaan dan penatalaksanaan korban
bencana yang berkaitan dengan peran IGD dalam program penangulangan bencana.
Untuk membantu penilaian dan pengelolaan pasien di IGD maka metode triase, survey
primer dan survey sekunder digunakan.
IGD adalah salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit yang menyedikan penanganan
awal (bagi pasien yang datang langsung ke rumah sakit) lanjutan ( pasien yang rujukan
dari fasilitas pelayanan kesehatan lain), menderita sakit ataupun cidera yang dapat
mengancam keberlangsuangan hidupnya. IGD berfungsi menerima, menstabilkan dan
mengatur pasien yang membutuhkan penanganan kegawatdaruratan segera, baik
dalam kondisi sehari-hari maupun bencana. Secara garis besar kegiatan di IGD rumah
sakit dan menjadi tanggung jawab IGD secara umum terdiri dari :
1. Menyelenggarakan pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan menangani kondisi
akut atau untuk menyelamatkan nyawa dan kecacatan pasien
2. Menerima pasien rujukan yang memerlukan penanganan lanjutan dari fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya
3. Merujuk kasus-kasus gawat darurat apabila rumah sakit tersebut tidak mampu
melakukan layanan lanjutan.
TRIASE
Setiap rumah sakit harus memiliki standar triase yang ditetapkan oleh kepala/direktur
rumah sakit.
1. Triase merupakan proses khusus memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau
penyakit untuk menentukan penanganan/intervensi kegawatdaruratan
2. Triase tidak disertai tindakan/intervensi medis
3. Prinsip triase diberlakukan sistem prioritas yaitu penentuan/penyeleksian mana yang
harus didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa
yang timbul berdasarkan : ancaman jiwa yang mematikan dalam hitungan menit, dapat
mati dalam hitungan jam, trauma ringan dan sudah meninggal.
Tanggung jawab dan uraian tugas perawat di IGD
Dalam melaksanakan tugasnya Perawat pelaksana di IGD bertanggung jawab kepada
Kepala Ruangan IGD/Kepala Instalasi Gawat Darurat terhadap hal-hal sebagai berikut :
1. Kebenaran dan ketepatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai standar
2. Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan asuhan
keperawatan/kegiatan lain yang dilakukan.
Uraian Tugas :
1. Melakukan serah terima tugas dengan yang dinas sebelumnya, meliputi :
 Jumlah kunjungan di IGD
 Alat-alat medis dan keperawatan (harus dalam keadaan bersih dan siap pakai)
 Keadaan pasien dan pengobatan yang telah diberikan serta rencana pengobatan
selanjutnya bila pada saat serah terima ada pasien di IGD
 Keadaan atau lingkungan IGD
2. Menyiapkan fasilitas dan lingkungan IGD untuk kelancaran pelayanan serta
memudahkan pasien dalam menerima pelayanan dengan cara :
 Mengawasi kebersihan lingkungan
 Mengatur tata ruang IGD (Triase) agar mempermudah dan memperlancar
pelayanan
 Obat dan bahan yang diperlukan diruang rawat seperti oksigen, obat-obatan
emergensi dll
3. Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan SOP (Standar Operasional
Prosedur)
4. Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dan upaya
meningkatkan mutu asuhan keperawatan
5. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan libur secara bergilir sesuai jadwal dinas
6. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan kepala ruangan
7. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang keperawatan, antara lain
melalui pertemuan ilmiah atas izin/persetujuan atasan
8. Merujuk pasien kepada tim kesehatan lain sesuai dengan kebutuhan untuk
pemeriksaan diagnostic, tindakan pengobatan dan perawatan lanjutan
9. Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan yang tepat dan
benar sesuai Standar Asuhan Keperawatan
10. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang peraturan, fasilitas RS
11. Melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan
12. Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan dirumah.
Tata laksana pelayanan Triase
1. Petugas Penanggung Jawab
a. Dokter/perawat jaga IGD
2. Perangkat Kerja
a. Stestocpe
b. Tensimeter
c. Form Triage
d. Alat Pelindung Diri (APD)
3. Tata Laksanan Pelayanan Triage IGD
a. Pasien/keluarga pasien mendaftar kebagian admission
b. Dokter dan perawat jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap
dan menentukan prioritas penanganan
c. Prioritas 1 dan 2 yaitu mengancam jiwa/mengancam fungsi vital, pasien
ditempatkan diruang resusitasi/ruang label merah
d. Prioritas 3yaitu pasien yang potensial mengancam jiwa/mengancam fungsi vital,
ditempatkan diruang label kuning
e. Prioritas 4 dan 5 yaitu memerlukan pelayanan biasa, tidak perlu segera. Pasien
titempatkan diruang label hijau.
Penatalaksanaan pasien di IGD
Setiap IGD rumah sakit pasti memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku
mengenai penatalaksanaan pasien di IGD. Penanganan penderita gawat darurat harus
mengikuti prinsip dasar yang sudah berlaku secara umum, yaitu berdasarkan prioritas
A : Airway
B : Breathing
C : Circulation (Untuk langkah berikutnya yaitu D-E dan seterusnya) dapat berlainan
sesuai kasus yang dihadapi. Proses ini dikenal sebagai initial assesment (penilaian awal)
dimana kita harus melakukan primary survey, secondary survey dan fluid dan
rescucitation.
Potensi bahaya di IGD
1. Potensi bahaya fisik
Potensi bahaya fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika,Setiap benda
atau proses yang secara langsung atau per-lahan bisa mencederai fisik orang ataupun
bagiannya antara lain. Yang merupakan potensi bahaya fisik adalah kebisingan,
pencahayaan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinarultra ungu. Faktor-faktor
ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi atau produk samping
yang tidak diinginkan (ILO, 2013).Pencahayaan di IGD dapat dinyatakan aman bagi
tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan kegawat darurat dan tindakan medis yang
dibutuhkan untuk pasien yang datangke Instalasi Gawat Darurat, juga aman bagi pasien
yang membutuhkan pelayanan gawat darurat dan pelayanan medis lain, maupun untuk
keluarga pasien dan pengunjung di Instalasi Gawat Darurat. Hasil observasi untuk
mendukung pencahayaan yang baik secara maksimal di Instalasi Gawat Darurat lebih
tepat nyapada malam hari menggunakan pencahayaan buatan dan pada siang hari
menggunakan pencahayaan alami. erdapat satu potensi bahaya fisik di IGD dari segi
lantai, penggunaan lantai telah sesuai dengana pedoman teknis bangunan IGD yaitu
menggunakan lantai dengan permukaan ubin yang kasar namun dengan kondisi IGD
yang tergesa-gesa dan tidak terstruktur maka dapat terjadi ceceran atau tumpahan
cairan yang secara tidak sengaja bersumber dari pasien maupun keluarga pasien, hal
inilah yang dapat menjadi sumber potensi bahaya terpeleset di IGD. Dampak yang
ditimbulkan akibat terpeleset, tersandung, dan terjatuhtidak pernah sederhana. Tidak
hanya mengakibatkan luka ringan, cedera serius/fatal hingga kematian bagi pekerja,
namun juga mengakibatkan kerugian ekonomi bagi perusahaan. Kegitan yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinyainsiden terpeleset di Instalasi Gawat Darurat
adalah selalu melakukan pembersihan pada lantai setiap saat dan memasang rambu k3
tentang lantai licinditempat yang terdapat tumpahan atau lantai yang sedang dalam
keadaan basah.
2. Potensi bahaya biologi
Hasil penelitian menjunjukan bahwa potensi bahaya Biologi cukup besar dapatmemberi
Penyakit Akibat Kerja pada petugas kesehatan yang berada di Instalasi Gawat Darurat,
hal ini disebabkan karena pasien yang masuk belum diketaui kondisi dan penyakit yang
di alaminya namun sebagai petugas medis yang beradadi Instalasi Gawat Darurat baik
itu perawat maupun dokter harus tetap melakukan langka untuk pertolongan dan
pengobatan dalam rangka bertujuan untuk menyelamatkan dan menyembuhkan pasien.
Oleh sebab itu diperlukan adanya kesadaran bagi perawat maupun dokter dalam
melakukan tindakan harus tetap dalam keadaan aman, menggunakan APD wajib
walaupun belum diketahui penyakitnya.Potensi bahaya berkaitan dengan infeksi atau
agen biologis seperti bakteri, virus dan jamur yang dapat ditularkan melalui kontak
langsung dengan pasien terinfeksi atau cairan tubuh. Risiko dari kuman-kuamn patogen
dari pasien,risiko ini harus dikendalikan oleh bagian petugas pemantau infeksi Rumah
Sakit dan harus dikoordinasikan dengan unit K3RS (Rases, Herryanis, & Gobel,2016).
3. Potensi bahaya psikososial
Bahaya psikologis yang terdapat di instalasi gawat darurat seperti tekanan atau
intimidasi dari keluarga pasien yang tidak sabar menunggu penanganan dan
pemeriksaan dokter atau perawat. Keluarga pasien mengancam petugas medis sampai
mengakibatkan beberapa petugas medis mengalami trauma, ada pula yangsampai tidak
masuk kerja di hari berikutnya.hubungan antar sesama rekan kerjasaat pekerjaan
berlangsung terkadang menimbulkan miskomunikasi atau kesalahpahaman dalam
berkomunikasi, hal ini secara normal dapat terjadi dalam lingkungan sosial hingga
minumbulkan konflik yang kecil hingga konflik besardan berkepanjangan, namun di
Instalasi Gawat Darurat dalam hubungan antar sesama pekerja miskomunikasi biasa
dapat terjadi namun hal itu dapat diatasi dengan baik dengan melakukan komunikasi
agar tidak terjadi kesalah pahaman yang berkepanjangan dan akhirnya berdampak pada
kinerja kerja. Tindakan kekerasan secara verbal merupakan kekerasan yang seringkali
terjadi di Instlasi Gawat Darurat disebabkan oleh kondidi pasien yang masuk dalam
keadaan yang gawat dan darurat serta dapat memgancam nyawah pasien tersebut, oleh
karena itu kepanikan keluarga pasien bisa menjadi sumber potensi bahaya tersebut
dimana keluarga pasien sedang tidak dalam kondisi emosional yang tidak stabil.
Beberapa contoh kecelakaan kerja di IGD
1. Terkena penyakit menular karena sering terpapar pada saat pemeriksaan awal/validasi
pasien diruang Triase, menjelaskan hasil anamnesa kepada pasien dan keluarga dan
pada saat perawat dan dokter menjelaskan alur pelayanan di rumah sakit merupakan
salah satu penyebab penularan penyakit yang dapat dialami oleh tenaga kesehatan yang
disebabkan oleh penyakit yang ditularkan oleh pasien (Maramis, Umboh, &
Pinontoan,2018). Untuk mencegah hal tersebut ada baiknya jika perawat menggunakan
APD saat melakukan validasi pada pasien apalagi di masa pandemi seperti ini.
2. Tertusuk aboke tsaat tindakan pemasangan infus. Kejadian tertusuk aboket saat
hendak memasang infus bukanlah suatu kejadian fatal dan berbahaya,hal ini disebabkan
karena jarum aboket tersebut belum digunakan olehpasien lalu tertusuk ke putugas
kesehatan. Jika terjadi insiden tersebut jarum yang tidak sengaja tertusuk pada petugas
kesehatan tersebut tidak boleh lagi digunakan pada pasien dan harus segera melakukan
penggantian aboket baru, hal ini untuk mencegah sesuatu yang tidak diharapkan terjadi
pada pasien yang hendak dipasangkan infus. Untuk mencegah terjadinya insiden
tertusuk jarum infus maka yang perlu dilakukan adalah selalu menggunakan APD saat
hendak melakukan tindakan pemasangaan infuse seperti sarung tangan medis selain itu
kehati-hatian dan SOP yang sesuai juga sangat diperlukan agar terhindar dari hal
semacam itu.
3. Tertusuk aboket saat melepas infus Insiden tertusuk jarum di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) jika terjadi maka hal itu merupakan hal yang sangat fatal yang dapat
menyebabkan menularnya penyakit dan terjadi infeksi terlebih lagi ketika jarum suntik
tersebut telah digunakan untuk injeksi pasien yang dipastika positif HIV/AIDS, maka hal
yang perlu dilakukan adalah melakukan pemeriksaan medis untuk tes dara agar
mengetahui tindakan apa yang selanjutnya dapat dilkukan. Untuk mencegah terjadinya
insiden tertusuk jarum maka yang perlu dilakukan adalah selalu menggunakan APD dan
lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan. Dan sangat penting juga untuk tetap
memerhatikan SOP.
Pengertian ICU
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan staf
dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan perubahan fisiologi
yang cepat memburuk yang mempunyai intensitas defek fisiologi satu organ ataupun
mempengaruhi organ lainnya sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat
menyebabkan kematian. Tiap pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif
oleh karena memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan.

Indikasi Pasien Masuk ICU


Prioritas 1
Penyakit atau gangguan akut pada organ vital yang memerlukan terapi intensif dan
agresif.
a. Gangguan atau gagal nafas akut
b. Gangguan atau gagal sirkulasi
c. Gangguan atau gagal susunan syaraf
d. Gangguan atau gagal ginjal

Prioritas II
pasien dipindah apabila hasil pemantuan intensif menunjukkan bahwa perawatan
Intensif tidak dibuthkan dan pemantauan intensif selanjutnya tidak diperlukan lagi
Prioritas III tidak ada lagi kebutuhan untuk terapi intensive jika diketahui kemungkinan
untuk pulih kembali sangat kecil dan keuntungan terapi hanya sedikit manfaatnya misal :
pasien dengan penyakit lanjut penyakit paru kronis, liver terminal, metastase carsinoma.
STANDAR MINIMAL PELAYANAN ICU
1. Resusitasi jantung paru
2. Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaan ventilator
sederhana
3. Terapi oksigen
4. Pemantauan EKG, pils oksimetri terus menerus
5. Pemberian nutrisi enterap dan parental
6. Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh
7. Pelaksanaan terapi secara titrasi
8. Kemampuan melaksanakan teknik khusus sesuai dengan kondisi pasien
9. Memberikan tunjanganfungsi vital dengan alat-alat portable selama transportasi
pasien gawat
10. Kemampuan melakukan fisioterapi dada
TANGGUNG JAWAB DAN URAIAN TUGAS PERAWAT DI ICU
a. Tanggung jawab perawat ICU
1. Mengkaji kondisi pasien dan melaksanaan rencana perawatan pasien
2. Mengobati luka dan memberikan semangat kepada pasien
3. Membantu dokter dalam melakukan prosedur
4. Mengkaji tanda-tanda vital pasien
5. Memastikan bahwa ventilator, monitor dan peralatan medis dapat berfungsi
dengan benar.
6. Pemberikan cairan intravena dan obat-obatan
7. Melaksanakan tes diagnostic
8. Kolaborasi dengan sesame anggota tim perawatan kritis
9. Sebagai advokat pasien
10. Memberikan pendidikan dan dukungan bagi keluarga pasien
11. Mengidentifikasi kebutuhan pasien berdasarkan umur pasien dan membuat
rencana perawatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
12. Memberikan perawatan post-mortem
13. Melakukan prosedur terapeutik atau diagnostic yang disetujui berdasarkan
status klinis pasien
14. Mengevaluasi tanda-tanda vital pasien dan data laboratorium untuk
menentukan intervensi
15. Memberikan transfuse darah, memonitoring pasien terkait tanda-tanda dan
gejala yang berkaitan dengan reaksi dari tranfusi tersebut
b. Uraian tugas perawat ICU
1. Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar yang di tetapkan.
2. Ikut serta dalam operan dalam setiap shifnya.
3. Mengikuti dokter visite.
4. Memberikan informasi secara tepat dan benar sebatas tanggung jawab.
5. Berperan serta dalam melakukan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarga.
6. Melaksanakan tugas untuk kebersihan pasien, ruangan pasien, dan lingkunga
sesuai dengan tanggung jawab.
7. Membuat pelaporan asuhan keperawatan dengan benar/ tepat.
8. Menyimpan, memelihara, dan menyiapkan peralatanyang diperlukan
sehingga siap pakai.
9. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai batas kemampuan dan
wewenangnya.
PERANAN PERAWAT DI ICU
Kini telah terjadi pengembangan tugas dari tingkat basic nursing yang paling dasar
menuju keperawatan modern yang kompleks. Dan peran perawat meliputi 3 bidang
yakni :
1. Caring Role, memelihara klien dan menciptakan lingkungan biologis, psikologis,
sosiokultural yang membantu penyembuhan
2. Coordinating Role, mengatur keterpaduan tindakan keperawatan, diagnostic dan
terapeutik sehingga terjalin pelayanan yang efektif dan efisien.
3. Therapeutic Role, sebagai pelaksana pelimpahan tugas dari dokter untuk
tindakan diagnostic dan therapeutic.
PERALATAN YANG ADA DI RUANG ICU
Berikut ini beberapa peralatan yang biasa digunakan di ruang ICU:
1. Ventilator
Ventilator adalah alat bantu napas yang dipasang pada pasien dengan kerusakan
paru-paru yang parah hingga kesulitan bernapas. Untuk bisa membantu
pernapasan, selang ventilator bisa dimasukkan melalui mulut, hidung atau
melalui lubang kecil yang dibuat di tenggorokan.
2. Peralatan monitoring
Di samping pasien yang sedang dirawat di ICU, terdapat layar yang
memperlihatkan kondisi detak jantung, tekanan darah, hingga kadar oksigen
dalam darah. Di layar tersebut juga terlihat garis-garis yang menunjukkan grafik
detak jantung pasien yang juga mengeluarkan suara sesuai detakan jantung.
3. Infus
Karena pasien yang dirawat di ruangan ini umumnya dalam keadaan tidak sadar
atau tidak bisa mengonsumsi makanan seperti biasa, maka infus akan diberikan.
Gunanya, untuk memenuhi kebutuhan cairan, nutrisi, dan obat selama pasien
tersebut dirawat.
4. Selang makanan
Selang makanan bisa dimasukkan melalui hidung agar nutrisi pasien bisa tetap
terjaga. Selang makanan juga bisa dimasukkan langsung ke pembuluh darah.
5. Kateter
Kateter adalah alat berbentuk selang yang dipasang di tubuh untuk membantu
pasien buang air. Sehingga, pasien tidak perlu bangun atau berjalan menuju
kamar mandi.
BAHAYA KECELAKAAN KERJA DI ICU
Ada begitu banyak bahaya yang mungkin terjadi pada perawat yang bekerja di ruang
ICU. Bahaya Mekanik (Biomechaical hazards), merupakan bahaya yang berasal dari
benda-benda bergerak, benda-benda tajam, benda yang berukuran lebih besar dan
berat yang dapat menimbulkan risiko pada pekerja seperti tersayat, tertusuk, terjepit,
terhimpit, terpotong, tertabrak dan sebagainya. Hal ini sudah menjadi hal yang
berpoteni terjadi pada perawat di ruang ICU dikarenakan dorongan kerja yang
mengharuskan perawat menjadi cekatan dan berpacu dengan waktu dan nyawa pasien
yang sedang ditangani. Bahaya Fisik (Physical hazards), merupakan hazard yang berasal
dari segala energi yang jumlahnya lebih besar dari kemampuan diri pekerja
menerimanya. Energi berlebih ini banyak berasal dari alat-alat kerja yang ada disekitan
tempat kita bekerja. Hal ini adalah faktor yang mungkin dianggap kecil oleh beberapa
pihak. Akibat dari bahaya ini belum bisa dirasakan secara langsung oleh perawat, akan
tetapi jika tidak berhati-hati akan menimbulkan akibat yang berjangka panjang, seperti
terpapar dari segala alat-alat medis yang berenergi negatif bagi tubuh.
1. Bahaya Kimia (Chemical hazards), merupakan bahaya yang berasal dari bahan-bahan
kimia, baik yang berbentuk padat, cair, maupun gas. Contohnya merkuri, alkohol dan
turunannya, timbal, dll. Potensi risiko gangguan yang dapat muncul pada kesehatan dan
keselamatan pekerja bervariasi sesuai dengan jenis bahan kimia yang terpajan pada diri
pekerja, seperti merkuri dapat berisiko rusaknya syaraf bahkan hingga ke otak. Hal ini
sudah menjadi hal yang mungkin terjadi dan bisa jadi jarang terjadi. Bahaya Biologi
(Biological hazards), merupakan bahaya yang berasal dari hewan-hewan atau
mikroorganisme tak kasat mata yang berada disekitaran tempat kerja dan dapat masuk
kedalam tubuh tanpa kita ketahui sehingga banyak penanganannya dilakukan setelah
pekerja terinfeksi. Kebiasaan yang tidak baik, misalnya saat akan melakukan tindakan
keperawatan bagi pasien tak jarang kita melupakan hal kecil ini. Hal ini akan sangat
berisiko jika akan merawat pasien yang tertular penyakit Hepatitis, AIDS, dan HIV.

2. Bahaya Psikososial ,bahaya dalam pengorganisasian pekerjaan, merupakan bahaya


yang berasal dari konflik batin dengan lingkungan yang ada di tempat kerja, baik itu
dengan rekan kerja maupun dengan fasilitas yang ada dilingkungan kerja dimana
krmudian dapat membuat seseorang mengalami stress hingga efek-efek buruk lainnya
dari stress [ CITATION Gaf18 \l 1057 ]. Pengalaman kerja perawat ICU berbeda dengan
perawat di unit lain. Beban kerja perawat ICU yang sangat tinggi dapat menjadi sumber
stres bagi perawat yang bertugas di ICU. Stres yang berlebihan dapat menyebabkan
kelelahan fisik dan emosional. Selain itu, stres juga akan mempengaruhi produktivitas
kerja sehingga akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
pasien (Pambudi, 2018).

Tedapat beberapa penyebab Penyakit dan Kecelakaan Kerja yang umum terjadi di Ruang
ICU, berikut ini beberapa jenis yang digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit
yang ada di tempat kerja:
1.Penyebab Fisik
a. Mekanik
Resiko bahaya ini dapat dikelompokkan dalam 5 kelompok yaitu:
1)Benda-benda lancip, tajam dan panas dengan resiko bahaya tertusuk,terpotong,
tergores, dan lain-lain. Resiko bahaya ini termasuk salah satu yang paling sering
menimbulkan kecelakaan kerja yaitu tertusuk jarum suntik / jarum jahit bekas pasien.
Resiko bahaya ini sebenarnya bukan hanya resiko bahaya fisik karena dimungkinkan
jarum bekas yang menusuk tersebut terkontaminasi dengan kuman dari pasien.
Mengingat bahaya akibat tertular penyakit tersebut cukup besar, maka harus ada
prosedur tindak lanjut paska tertusuk jarum yang akan dibahas dibagian lain dalam
pelatihan ini.

2)Benda-benda bergerak yang dapat membentur. Seperti kita ketahui di rumah sakit
banyak digunakan kereta dorong untuk mengangkut pasien dan barang-barang logistik.
Resiko yang dapat muncul adalah pasien jatuh dari brankart/ tempat tidur, terjepit /
tertabrak kereta dorong, dan lain-lain.
3)Resiko terjepit, tertimbun dan tenggelam. Resiko ini dapat terjadidimana saja
meskiput kejadiannya tidak terlalu sering. Hal-hal yang perlu diperhatikan terutama di
ruang perawatan anak dan ruang perawatan jiwa. Pastikan tidak ada pintu, jendela atau
fasilitas lain yang memiliki resiko untuk terjepit/tenggelam tersebut.
4)Resiko jatuh dari ketinggian yang sama; terpeleset, tersandung, dan lain-lain. Resiko
ini terutama pada lantai-lantai yang miring baik di
koridor, ramp atau batas lantai dengan halaman. Pastikan area yang beresiko licin sudah
ditandai dan jika perlu pasanglah handriil atau pemasangan alat lantai anti licin serta
rambu peringatan “awas licin”.

b. Resiko Bahaya Radiasi


Pengendalian resiko bahaya radiasi dilakukan untuk pekerja radiasi, peserta didik,
pengunjung dan pasien hamil. Pekerja radiasi harus sudah
mendapatkan informasi tentang resiko bahaya radiasi dan cara pengendaliannya. Selain
APD yang baik, monitoring tingkat paparan radiasi
dan kepatuhan petugas dalam pengendalian bahaya radiasi merupakan hal yang
penting. Sebagai indikator tingkat paparan, semua pekerja radiasi harus memakai
personal dosimetri untuk mengukur tingkat paparan radiasi yang sudah diterima
sehingga dapat dipantau dan tingkat paparan tidak boleh melebihi ambang batas yang
diijinkan. Untuk pengunjung dan pasien hamil hendaknya setiap ruang pemerikasaan
atau terapi radiasi terpasang rambu peringatan “Awas bahaya radiasi, bila hamil harus
melapor kepada
petugas”. Resiko bahaya radiasi dapat dibedakan menjadi:
1)Bahaya radiasi pengion adalah radiasi elektromagnetik atau partikel yang mampu
menghasilkan ion langsung atau tidak langsung.
Contoh di rumah sakit: di unit radiodiagnostik, radiotherapi dan kedokteran nuklir.
2)Bahaya radiasi non pengion adalah Radiasi elektromagnetik dengan energi yang tidak
cukup untuk ionisasi, misal radiasi infra merah atau radiasi gelombang mikro.

c. Resiko Bahaya Akibat Kebisingan


Resiko kebisingan diakibatkan alat kerja atau lingkungan kerja yang melebihi ambang
batas tertentu. Resiko ini mungkin berada di ruang boiler,generator listrik, dan peralatan
yang menggunakan alat-alat cukup besar dimana tingkat kebisingannya tidak dipantau
dan dikendalikan. Berdasar peraturan menteri kesehatan RI no 1204 tahun 2004
tentang pengendalian lingkungan fisik di rumah sakit, seluruh area pelayanan pasien
harus dipantau dan dikendalikan tingkat kebisingannya minimal 3 bulan sekali. Di rumah
sakit pemantauan ini sudah dilakukan oleh ISLRS dan hasil temuan
yang tidak memenuhi persyaratan di analisa dan dikendalikan bersama IPSRS dan Unit
K3 serta dilaporkan kepada Manajemen rumah sakit.
d. Resiko Bahaya Akibat Pencahayaan
Resiko pada lingkungan kerja dengan pencahayaan yang kurang atau berlebih. Tingkat
pencahayaan di seluruh area rumah sakit juga telahdipantau dan dilaporkan seperti
resiko bahaya kebisingan tersebut. Hal yang
harus diperhatikan adalah jika terjadi kerusakan lampu, pastikan lampu pengganti setara
tingkat pencahayaannya dengan lampu sebelumnya,
sehingga tidak terjadi perubahan dalam tingkat pencahayaan pada area tersebut.

e. Resiko Bahaya Listrik


Resiko yang diakibatkan oleh bahaya konsleting listrik dan kesetrum arus listrik.
Pengendalian yang telah dilakukan adalah melakukan preventif
maintenance seluruh peralatan elektrik yang dilakukan oleh IPSRS. Kalibrasi peralatan
medis dan penggantian peralatan yang telah out off date. Untuk mencegah bahaya
kebakaran akibat peralatan listrik yang dibawa peserta didik dan keluarga pasien
dilakukan sosialisasi kepada seluruh peserta didik pada saat orientasi dan untuk keluarga
pasien informasi diberikan pada saat pasien masuk rumah sakit khususnya pasien rawat
inap.

f. Resiko Bahaya Akibat Iklim Kerja


Resiko yang berhubungan dengan suhu ruangan dan tingkat kelembaban.Jika suhu dan
kelembaban di rumah sakit tidak dikendalikan dapat mempengaruhi lingkungan kerja
dan kualitas hasil kerja. Pemantauan secara berkala telah dilakukan oleh ISLRS dan jika
ditemukan kondisi tidak memenuhi peresyaratan akan dilakukan pengendalian oleh
IPSRS, PPI, Unit K3RS dan ISLRS yang dipimpin oleh Direktur Umum dan Operasional.

g. Resiko Bahaya Akibat Getaran


Resiko ini tidak banyak ditemukan di rumah sakit tetapi mungkin masih ada terutama
pada kedokteran gigi yang menggunakan bor dengan motor listrik dan pada bagian
housekeeping/rumah tangga yang menggunakan mesin pemotong rumput (bagian
taman)

REFERENSI

https://www.scribd.com/doc/252224395/MAKALAH-PENATALAKSANAAN-IGD
https://www.scribd.com/document/426351271/Makalah-Kecelakaan-dan-penyakit-
akibat-kerja-docx
https://www.scribd.com/doc/159884080/Makalah-Kesehatan-dan-Keselamatan-Kerja-
K3-doc
https://www.scribd.com/document/359815120/Makalah-Konsep-Pelayanan-Di-ICU
file:///C:/Users/Windosw/AppData/Local/Temp/uraian_tugas_perawat_pelaksana_di_IG
D.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2711/4/4.%20Chapter%202.pdf
file:///C:/Users/Windosw/AppData/Local/Temp/1.%20Tugas%20K3RS%20Riana
%20L.Tobing.pdf
https://www.uraiantugas.com/2019/02/tugas-perawat-pelaksana-icu.html
https://www.scribd.com/doc/245699363/Peran-dan-Tanggung-Jawab-Perawat-ICU-
docx
https://www.scribd.com/doc/118996872/Penatalaksanaan-Pasien-Di-Icu
https://www.sehatq.com/artikel/ruang-icu-sebenarnya-digunakan-untuk-apa-ini-
penjelasan-lengkapnya
https://tintahmerah.wordpress.com/2015/05/22/makalah-tugas-dan-fungsi-perawat/

Anda mungkin juga menyukai