Anda di halaman 1dari 7

KETERANGAN SAKSI

Ahmad Ghazali K S.E,MBA


dalam
Perkara di Mahkamah Konstitusi No 44/PUU-V/2021
tentang
Pengujian Undang-Undang Republik Indonesia No 1 tahun 2020 tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona
Virus Disease (COVID-19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan
terhadap
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh,


Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi

Sehubungan dengan permohonan pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun


2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Terhadap
Undang-Undang Dasar 1945 untuk penanganan pandemi corona virus disease 2019 (Covid-
19) dan/atau dalam rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian
nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945), yang dimohonkan oleh
Christo Aryo M, dk, selaku kuasa hukum pemohon, sesuai registrasi di
kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor 44/PUU-V/2021, perkenakan saya
sebagai saksi pihak Pemerintah akan memberikan keterangan sebagai berikut:

A. Pokok Permasalahan

Pokok Permasalahan yang diajukan oleh Pemohon adalah sebagai berikut:

1. Bahwa Bahwa Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang


Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020
memungkinkan terjadinya potensi tindak pidana korupsi bertentangan dengan pasal 5 ayat (1)
dan Pasal 20 ayat (1) tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Pasal 27 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 menyebutkan biaya yang dikeluarkan pemerintah
selama penanganan pandemi Covid-19 termasuk di dalamnya kebijakan bidang perpajakan,
keuangan daerah, bagian pemulihan ekonomi nasional, bukan merupakan kerugian negara,.
Selanjutnya pasal ini dianggap bertentangan dengan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1)
UUD 1945 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme.

2. Bahwa Pemohon menilai bahwa Pasal 27 Ayat (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2020 juga bermasalah. Kedua pasal itu mengatur tentang imunitas atau kekebalan
hukum para pejabat yang melaksanakan Perppu Nomor 2 Tahun 2020. Pasal 27 Ayat (2)
menyebutkan bahwa sejumlah pejabat yang melaksanakan Perppu Nomor 2 Tahun 2020 tak
dapat dituntut, baik secara perdata maupun pidana asalkan dalam melaksanakan tugas
didasarkan pada iktikad baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

3. Bahwa hak untuk diperlakukan sama di muka pengadilan merupakan hal yang sangat
penting dan merupakan prinsip umum dari “rule of law” maka, Negara wajib untuk menjamin
perlakuan yang sama bagi warga negaranya.

4. Bahwa semua orang memiliki hak yang sama dan tidak boleh ada pembeda atas dasar
apapun, baik ras, agama,suku, identitas dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa lembaga
peradilan harus memastikan bahwa mengenai kepastian hukum, parap pejabat harus memiliki
hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat umum.

5. Bahwa kepastian hukum adalah peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena
mengatur secara jelas dan logis. Maka jelas dalam artian tersebut suatu peraturan yang dibuat
harus mencerminkan kepastian hukum dan tidak menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir)
yang berpotensi menimbulkan ketidakpastian hukum sehingga bertentangan dengan Pasal 27
ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020.
B. Keterangan Saksi

Sebagai saksi yang ikut terlibat dalam penyusunan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2020
perkenankan saya memberikan keterangan tentang pemikiran dan suasana kebatinan dalam
penyusunan pasal-pasal yang dimintakan uji materiil oleh Pemohon sebagai berikut:

1. Penyusunan Undang Undang ini berawal pada Pandemi Corona Vints Disease 2019
(COVID-l9) juga secara nyata telah mengganggu aktivitas ekonomi dan membawa implikasi
besar bagi perekonomian sebagian besar negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Perkembangan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) juga berpotensi
mengganggu aktivitas perekonomian di Indonesia. Salah satu implikasinya berupa penurunan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang akan semakin rendah, tergantung kepada seberapa
lama dan seberapa parah penyebaran pandemi Corona Vints Disease 2019 (COVID-l9)
mempengaruhi atau bahkan melumpuhkan kegiatan masyarakat dan aktivitas ekonomi yang
ada.

2. Implikasi pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-l9) telah berdampak pula terhadap
ancaman semakin memburuknya sistem keuangan yang ditunjukkan dengan penurunan
berbagai aktivitas ekonomi domestik karena langkah-langkah penanganan pandemi Corona
Vints

3. Disease 2019 (COVID-19) yang berisiko pada ketidakstabilan makroekonomi dan sistem
keuangan yang perlu dimitigasi bersama oleh Pemerintah maupun koordinasi kebijakan
dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), sehingga diperlukan berbagai upaya
Pemerintah dan lembaga terkait untuk melakukan tindakan antisipasi ffonaard lookingl untuk
menjaga stabilitas sektor keuangan.

4. Penyebaran pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-l9) yang memberikan dampak
dan mengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia antara lain karena menurunnya penerimaan
negara serta ketidakpastian ekonomi global, memerlukan kebijakan dan langkah-langkah luar
biasa (extraordinary)di bidang keuangan negara, termasuk di bidang perpajakan dan
keuangan daerah, dan sektor keuangan, yang harus segera diambil Pemerintah dan lembaga-
lembaga terkait guna mengatasi kondisi mendesak tersebut dalam rangka penyelamatan
kesehatan dan perekonomian nasional, dengan fokus pada belanja kesehatan, jaring
pengaman sosial (social safetg netl, serta pemulihan dunia usaha yang terdampak. Oleh
karena itu, diperlukan perangkat hukum yang memadai untuk memberikan landasan yang
kuat bagi Pemerintah dan lembaga- lembaga terkait untuk pengambilan kebijakan dan
langkah-langkah dimaksud. Untuk mengatasi kegentingan yang memaksa tersebut, Presiden
sesuai kewenangannya berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada tanggal 31 Maret 2O2O telah menetapkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2O2O tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Panderm Corona Vints
Disease 2019 (COVID-l9l danlatau dalam rangka menghadapi Ancaman yang
membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.

5. Lahirnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 merupakan upaya pemenuhan hak


konstitusional masyarakat Indonesia untuk mendapat perlindungan dan penghidupan yang
layak pada saat terjadinya bencana luar biasa akibat pandemi Covid 19. Kondisi yang sangat
luar biasa atau extraordinary mendorong berbagai negara untuk melakukan langkah-langkah,
termasuk Indonesia yang juga mengambil langkah extraordinary di dalam rangka
menyelamatkan masyarakat dan perekonomiannya, seperti melakukan kebijakan ekspansi
fiskal, kebijakan moneter yang bersifat longgar, penurunan suku bunga Bank Sentral, disertai
memompa likuiditas atau langkah quantitative easing, serta melakukan relaksasi regulasi di
sektor keuangan. Berbagai upaya ini dilakukan untuk bisa menjaga dan melindungi
kehidupan masyarakat dan ekonomi. Pelaksanaan langkah extraordinary dimaksudkan untuk
menciptakan tindakan preventif dan melaksanakan penanganan Covid-19 yang memerlukan
produk hukum yang memadai sebagai dasar pengambilan kebijakan. Pemerintah bersama
otoritas sektor keuangan berkeyakinan bahwa produk hukum yang paling memadai untuk
mengatasi kondisi kegentingan memaksa akibat Covid-19 tersebut adalah dalam bentuk
Perppu dengan mendasarkan pada ketentuan pasal 22 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945
mengenai kegentingan memaksa.
6. Tujuan pembentukan Perppu Nomor 1 Tahun 2020 sesungguhnya adalah sebagai wujud
kehadiran negara dalam rangka menangani permasalahan pandemi Covid-19. Perppu Nomor
1 Tahun 2020 memberikan landasan hukum bagi Pemerintah di dalam menetapkan kebijakan
dan langkah-langkah yang bersifat extraordinary di bidang keuangan negara maupun tindakan
antisipatif forward-looking terhadap ancaman memburuknya perekonomian dan ancaman
stabilitas sistem keuangan seiring dengan ketidakpastian dan belum berakhirnya penyebaran
COVID-19

C. Kesimpulan

berdasarkan apa yang saya dengar, saya alami, dan saya ketahui ketika ikut dalam
penyusunan UU No 2 tahun 2020 tentang Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 dapat saya
rumuskan kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam penyusunan UU No. 2 tahun 2020 tentang Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020
hal ini merupakan bukti negara hadir dalam rangka perlindungan sektor ekonomi terhadap
dampak dari pandemi corona virus disease (COVID-19) dan juga untuk memberikan
perlindungan bagi kehidupan masyarakat yang sangat nyata terancam dengan merebak dan
menyebarnya Covid-19, baik dari aspek keselamatan jiwa karena ancaman kesehatan dan
keselamatan, maupun kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat. Seluruh kebijakan di
dalam UU Nomor 2 Tahun 2020, terutama kebijakan di bidang keuangan negara yang telah
diimplementasikan saat ini, telah didasarkan pada asesmen dan menggunakan data faktual
dampak ancaman Covid-19 bagi masyarakat dan negara.

2. Terganggunya aktivitas ekonomi akan berimplikasi kepada perubahan dalam postur


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2020, baik sisi
Pendapatan Negara, sisi Belanja Negara, maupun sisi Pembiayaan. Potensi perubahan APBN
Tahun Anggaran 2020 berasal dari terganggunya aktivitas ekonomi ataupun sebaliknya.
Gangguan aktivitas ekonomi akan banyak berpotensi mengganggu APBN Tahun Anggaran
2020 dari sisi Pendapatan Negara. Respon kebijakan keuangan negara dan fiskal dibutuhkan
untuk menghadapi risiko pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), antara lain
berupa peningkatan belanja untuk mitigasi risiko kesehatan, melindungi masyarakat, dan
menjaga aktivitas usaha. Tekanan pada sektor keuangan akan mempengaruhi APBN Tahun
Anggaran 2020, terutama sisi Pembiayaan. Implikasi pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) telah berdampak pula terhadap ancaman semakin memburuknya sistem
keuangan yang ditunjukkan dengan penurunan berbagai aktivitas ekonomi domestik karena
langkah-langkah penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang
berisiko pada ketidakstabilan makroekonomi dan sistem keuangan yang perlu dimitigasi
bersama oleh Pemerintah maupun koordinasi kebijakan dalam Komite Stabilitas Sistem
Keuangan (KSSK), sehingga diperlukan berbagai upaya Pemerintah dan lembaga terkait
untuk melakukan tindakan antisipasi (forward looking) untuk menjaga stabilitas sektor
keuangan.

3. Penyebaran pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang memberikan dampak
dan mengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia antara lain karena menurunnya penerimaan
negara serta ketidakpastian ekonomi global, memerlukan kebijakan dan langkah-langkah luar
biasa (extraordinary) di bidang keuangan negara, termasuk di bidang perpajakan dan
keuangan daerah, dan sektor keuangan, yang harus segera diambil Pemerintah dan lembaga-
lembaga terkait guna mengatasi kondisi mendesak tersebut dalam rangka penyelamatan
kesehatan dan perekonomian nasional, dengan fokus pada belanja kesehatan, jaring
pengaman sosial (social safety net), serta pemulihan dunia usaha yang terdampak. Oleh
karena itu, diperlukan perangkat hukum yang memadai untuk memberikan landasan yang
kuat bagi Pemerintah dan lembaga-lembaga terkait untuk pengambilan kebijakan dan
langkah-langkah dimaksud. Untuk mengatasi kegentingan yang memaksa tersebut, Presiden
sesuai kewenangannya berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada tanggal 31 Maret 2020 telah menetapkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam rangka menghadapi Ancaman yang
membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan
Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (COVID- 19) dan/atau dalam rangka menghadapi Ancaman yang membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan telah mendapat persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat untuk kemudian disahkan menjadi Undang-Undang tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam rangka menghadapi Ancaman yang
membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan menjadi
Undang-Undang, berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Demikianlah keterangan saya sebagai saksi berdasarkan fakta dan kejadian yang saya alami
dan saya ketahui sebagai Saksi yang ikut serta dalam penyusunan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2020. Terimakasih atas perhatian ketua dan anggota majelis hakim yang terhormat.

Jakarta, 18 Agustus 2021

Saksi Pemerintah,

Ahmad Ghazali K

Anda mungkin juga menyukai