A. Pokok Permasalahan
2. Bahwa Pemohon menilai bahwa Pasal 27 Ayat (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2020 juga bermasalah. Kedua pasal itu mengatur tentang imunitas atau kekebalan
hukum para pejabat yang melaksanakan Perppu Nomor 2 Tahun 2020. Pasal 27 Ayat (2)
menyebutkan bahwa sejumlah pejabat yang melaksanakan Perppu Nomor 2 Tahun 2020 tak
dapat dituntut, baik secara perdata maupun pidana asalkan dalam melaksanakan tugas
didasarkan pada iktikad baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
3. Bahwa hak untuk diperlakukan sama di muka pengadilan merupakan hal yang sangat
penting dan merupakan prinsip umum dari “rule of law” maka, Negara wajib untuk menjamin
perlakuan yang sama bagi warga negaranya.
4. Bahwa semua orang memiliki hak yang sama dan tidak boleh ada pembeda atas dasar
apapun, baik ras, agama,suku, identitas dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa lembaga
peradilan harus memastikan bahwa mengenai kepastian hukum, parap pejabat harus memiliki
hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat umum.
5. Bahwa kepastian hukum adalah peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena
mengatur secara jelas dan logis. Maka jelas dalam artian tersebut suatu peraturan yang dibuat
harus mencerminkan kepastian hukum dan tidak menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir)
yang berpotensi menimbulkan ketidakpastian hukum sehingga bertentangan dengan Pasal 27
ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020.
B. Keterangan Saksi
Sebagai saksi yang ikut terlibat dalam penyusunan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2020
perkenankan saya memberikan keterangan tentang pemikiran dan suasana kebatinan dalam
penyusunan pasal-pasal yang dimintakan uji materiil oleh Pemohon sebagai berikut:
1. Penyusunan Undang Undang ini berawal pada Pandemi Corona Vints Disease 2019
(COVID-l9) juga secara nyata telah mengganggu aktivitas ekonomi dan membawa implikasi
besar bagi perekonomian sebagian besar negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Perkembangan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) juga berpotensi
mengganggu aktivitas perekonomian di Indonesia. Salah satu implikasinya berupa penurunan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang akan semakin rendah, tergantung kepada seberapa
lama dan seberapa parah penyebaran pandemi Corona Vints Disease 2019 (COVID-l9)
mempengaruhi atau bahkan melumpuhkan kegiatan masyarakat dan aktivitas ekonomi yang
ada.
2. Implikasi pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-l9) telah berdampak pula terhadap
ancaman semakin memburuknya sistem keuangan yang ditunjukkan dengan penurunan
berbagai aktivitas ekonomi domestik karena langkah-langkah penanganan pandemi Corona
Vints
3. Disease 2019 (COVID-19) yang berisiko pada ketidakstabilan makroekonomi dan sistem
keuangan yang perlu dimitigasi bersama oleh Pemerintah maupun koordinasi kebijakan
dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), sehingga diperlukan berbagai upaya
Pemerintah dan lembaga terkait untuk melakukan tindakan antisipasi ffonaard lookingl untuk
menjaga stabilitas sektor keuangan.
4. Penyebaran pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-l9) yang memberikan dampak
dan mengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia antara lain karena menurunnya penerimaan
negara serta ketidakpastian ekonomi global, memerlukan kebijakan dan langkah-langkah luar
biasa (extraordinary)di bidang keuangan negara, termasuk di bidang perpajakan dan
keuangan daerah, dan sektor keuangan, yang harus segera diambil Pemerintah dan lembaga-
lembaga terkait guna mengatasi kondisi mendesak tersebut dalam rangka penyelamatan
kesehatan dan perekonomian nasional, dengan fokus pada belanja kesehatan, jaring
pengaman sosial (social safetg netl, serta pemulihan dunia usaha yang terdampak. Oleh
karena itu, diperlukan perangkat hukum yang memadai untuk memberikan landasan yang
kuat bagi Pemerintah dan lembaga- lembaga terkait untuk pengambilan kebijakan dan
langkah-langkah dimaksud. Untuk mengatasi kegentingan yang memaksa tersebut, Presiden
sesuai kewenangannya berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada tanggal 31 Maret 2O2O telah menetapkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2O2O tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Panderm Corona Vints
Disease 2019 (COVID-l9l danlatau dalam rangka menghadapi Ancaman yang
membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.
C. Kesimpulan
berdasarkan apa yang saya dengar, saya alami, dan saya ketahui ketika ikut dalam
penyusunan UU No 2 tahun 2020 tentang Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 dapat saya
rumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam penyusunan UU No. 2 tahun 2020 tentang Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020
hal ini merupakan bukti negara hadir dalam rangka perlindungan sektor ekonomi terhadap
dampak dari pandemi corona virus disease (COVID-19) dan juga untuk memberikan
perlindungan bagi kehidupan masyarakat yang sangat nyata terancam dengan merebak dan
menyebarnya Covid-19, baik dari aspek keselamatan jiwa karena ancaman kesehatan dan
keselamatan, maupun kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat. Seluruh kebijakan di
dalam UU Nomor 2 Tahun 2020, terutama kebijakan di bidang keuangan negara yang telah
diimplementasikan saat ini, telah didasarkan pada asesmen dan menggunakan data faktual
dampak ancaman Covid-19 bagi masyarakat dan negara.
3. Penyebaran pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang memberikan dampak
dan mengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia antara lain karena menurunnya penerimaan
negara serta ketidakpastian ekonomi global, memerlukan kebijakan dan langkah-langkah luar
biasa (extraordinary) di bidang keuangan negara, termasuk di bidang perpajakan dan
keuangan daerah, dan sektor keuangan, yang harus segera diambil Pemerintah dan lembaga-
lembaga terkait guna mengatasi kondisi mendesak tersebut dalam rangka penyelamatan
kesehatan dan perekonomian nasional, dengan fokus pada belanja kesehatan, jaring
pengaman sosial (social safety net), serta pemulihan dunia usaha yang terdampak. Oleh
karena itu, diperlukan perangkat hukum yang memadai untuk memberikan landasan yang
kuat bagi Pemerintah dan lembaga-lembaga terkait untuk pengambilan kebijakan dan
langkah-langkah dimaksud. Untuk mengatasi kegentingan yang memaksa tersebut, Presiden
sesuai kewenangannya berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada tanggal 31 Maret 2020 telah menetapkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam rangka menghadapi Ancaman yang
membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan
Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (COVID- 19) dan/atau dalam rangka menghadapi Ancaman yang membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan telah mendapat persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat untuk kemudian disahkan menjadi Undang-Undang tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam rangka menghadapi Ancaman yang
membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan menjadi
Undang-Undang, berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Demikianlah keterangan saya sebagai saksi berdasarkan fakta dan kejadian yang saya alami
dan saya ketahui sebagai Saksi yang ikut serta dalam penyusunan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2020. Terimakasih atas perhatian ketua dan anggota majelis hakim yang terhormat.
Saksi Pemerintah,
Ahmad Ghazali K