Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pendidikan

1. Definisi Pendidikan

Pendidikan adalah proses dasar untuk menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan sehingga terjadi proses pertumbuhan,

perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan

lebih matang pada individu atau kelompok (Notoatmodjo, 1997).

2. Jenis-jenis Pendidikan

Pendidikan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

a. Pendidikan formal yaitu pendidikan yang dimulai dari taman kanak-

kanak, sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah

lanjutan tingkat atas, dan perguruan tinggi.

b. Pendidikan informal yaitu pendidikan yang dapat diperoleh melalui

kursus-kursus (les prifat) maupun melalui pelatihan.

3. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan yang

berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta

didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran (UU RI No. 20,

2003).

a. Pendidikan Dasar

Warga negara yang berumur 6 atau 7 tahun berkewajiban mengikuti

pendidikan dasar atau pendidikan yang setara sampai tamat SMP.

7
8

b. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah yang lamanya 3 tahun sesudah pendidikan dasar

diselenggarakan di SMA (Sekolah Menengah Atas) atau pendidikan

yang sederajat.

c. Pendidikan Tinggi

Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut

perguruan tinggi yang dapat berbentuk Akademik, Politeknik, Sekolah

Tinggi, Institut dan Universitas dan termasuk perguruan tinggi D2, D3,

S1, S2 dan S3.

4. Hubungan Pendidikan Terhadap Kejadian Diare

Tinggi rendahnya pendidikan ibu sangat erat hubungannya dengan

tingkat kesadaran ibu terhadap kesehatan anak-anaknya dan keluarga. Ibu

yang berpendidikan tinggi akan cenderung melaksanakan hidup sehat

sebagai dampak dari pendidikan yang diterimanya serta akan cenderung

dari pendidikan yang diterimanya serta selalu mempertimbangkan hidup

dan menganalisa akibat yang terjadi. Lain halnya dengan ibu yang

berpendidikan rendah dalam pelaksanaan hidup sehat hanya berdasarkan

pengalaman yang ada tanpa mempertimbangkan dan menganalisa akibat

yang terjadi (Hasan, 1997).

Menurut pendapat Handoko dan Suharyono dalam Septi (2005),

semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengetahuan semakin tinggi

kemampuannya dalam upaya penurunan angka kesakitan penyakit diare.

Teori ini dapat digunakan untuk melihat kemampuan orang tua dalam
9

melakukan perawatan diare. Kemudian partisipasi ibu juga sangat

membantu dalam pencegahan dehidrasi agar keadaan diare tidak

memburuk dan angka kematian diare menurun.

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah

seseorang menerima informasi (Notoatmodjo, 1997). Ini dapat

dihubungkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin

mudah menerima informasi tentang segala sesuatu yang terjadi termasuk

informasi tentang kesehatan dalam pencegahan penyakit menular

khususnya pencegahan penyakit diare yang banyak terjadi.

B. Konsep Usia

Usia adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

beberapa tahun. Semakin cukup usia, tingkat kematangan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat,

seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum

cukup kedewasaannya (Nursalam, 2001).

Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua usia seseorang maka

proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada usia

tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti

ketika berusia belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (2001), juga

mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya

dipengaruhi oleh usia. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa

bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan

pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada usia-usia tertentu atau


10

menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang.

C. Konsep Penegtahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan

manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).

Sedangkan menurut lengeveld (1987), pengetahuan adalah

kesatuan subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Suatu

kesatuan dalam dimana objek dipandang oleh subjek sebagai yang

diketahui.

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan


11

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam

satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi –


12

formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian –

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria – kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2011).

3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan - tingkatan diatas

(Notoatmodjo, 2007).

4. Kriteria Pengetahuan

Menurut Nursalam (2008), kriteria untuk menilai tingkat

pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori:

a. Tingkat pengetahuan baik apabila skor atau nilai : (76-100%)

b. Tingkat pengetahuan cukup apabila skor atau nilai : (56-75%)

c. Tingkat pengetahuan kurang apabila skor atau nilai : (< 56%)

5. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2003), factor-faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan dibagi menjadi 2 yaitu :


13

a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Notoatmojo (2003) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah

setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan

kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN

Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu

usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam

serta diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

2) Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan

yang tinggi terhadap sesuatu. Dengan adanya pengetahuan yang

tinggi didukung minat yang cukup dari seseorang, sangatlah

mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa

yang diharapkan.

3) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang

(Middle Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2009),

mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali,

suatu objek psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap

objek tersebut. Untuk menjadi dasar pembentukan sikap

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman

pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi,


14

penghayatan, dan pengalaman, sehingga akan lebih mendalam dan

lama membekas.

4) Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan

kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin kondusif

dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi

(Azwar, 2009).

b. Faktor Eksternal

1) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder,

keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi

dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini

akan mempengaruhi kebutuhan akan informai termasuk kebutuhan

sekunder. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.

2) Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai

pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu


15

hal serta memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

sikap terhadap hal tersebut. Pendekatan ini biasanya dilakukan

untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi

yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku, biasanya

digunakan melalui media masa.

3) Kebudayaan/Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu

wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan

lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam

pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

D. Konsep Diare

1. Definisi diare

Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan

bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 atau

lebih per hari) dan berlangsung kurang dari 14 hari yang disertai

perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita (Depkes RI,

2001). Sedangkan menurut WHO, Diare adalah buang air besar dalam

bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya

berlangsung selama dua hari atau lebih. Menurut Soerawidjaja dan

Azwar (2009) diare yaitu penyakit yang ditandai dengan

bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali per hari

dengan konsistensi tinja lembek atau cair.


16

2. Etiologi

Etiologi Diare dapat diklasifikasikan menjadi 6 golongan besar

(Depkes RI, 2001), yaitu:

a. Infeksi

Eksistensi agen biologi yang masuk melalui makanan atau

minuman dan bereaksi di dalam tubuh menimbulkan infeksi di

dalam sistem pencernaan. Agent biologi tersebut dapat dibagi

menjadi 3 kelompok antara lain sebagai berikut:

1) Bakteri, seperti: Shigella, Salmonella, Entamoeba coli,

golongan Vibrio, Bacillus aureus, Clostridium

perferingens, Staphilococcusaureus, Campylobacter

aeromonas.

2) Parasit, seperti: protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia

lamblia, Balantidium coli, Cryptospiridium, cacing perut

(Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blasisitis huminis), dan

jamur (Candida).

3) Virus, seperti rotavirus dan adenovirus.

b. Mal absorpsi

Mal absropsi adalah kelainan fungsi usus yang

menyebabkan gangguan dalam proses penyerapan nutrisi dari

makanan, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral

yang terjadi di dalam usus besar.


17

c. Alergi

Salah satu contoh seseorang yang mengalami laktosa

intoleransi yaitu suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu

membentuk laktosa biasanya terjadi pada anak.

d. Keracunan

Keracunan disebabkan oleh racun yang dikandung dan

diproduksi oleh mikroba dalam makanan, misalnya Pseudomonas

cocovenenans menghasilkan racun asam bongkrek dan Clostridium

botulinum biasanya mengkontaminasi pada makanan kaleng.

e. Immunodefisiensi

Immunodefisiensi atau penurunan daya tahan tubuh bisa

menimbulkan diare, misalnya pada penderita HIV/AIDS. Diare

yang biasa terjadi pada penderita HIV/AIDS adalah diare kronik.

f. Sebab-sebab lain

Seperti kurangnya persediaan air bersih, kurangnya fasilitas

sanitasi dan hygiene perorangan, serta kurangnya pemberian ASI.

Dari 6 golongan tersebut, yang sering ditemukan di lapangan

adalah diare yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan (Depkes

RI, 2002).

Menurut Zydlo dan Hill (2009) penyebab umum diare pada

anak-anak adalah karena adanya infeksi dalam tubuh, salah


18

mengonsumsi makanan (makanan kadaluwarsa), alergi terhadap

jenis makanan tertentu, dan keracunan.

3. Jenis-jenis diare

Menurut Depkes RI (2001), penyakit diare dibagi ke dalam 4

jenis, yaitu:

a. Diare akut, yaitu apabila diare berlangsung kurang dari 14 hari

(umumnya kurang dari 7 hari). Akibatnya penderita mengalami

dehidrasi, dimana dehidrasi merupakan penyebab utama kematian

bagi penderita diare.

b. Disentri, yaitu apabila diare yang disertai darah dalam tinja.

Akibatnya penderita mengalami anoreksia, penurunan berat badan

dengan cepat, dan kemungkinan terjadinya komplikasi pada

mukosa.

c. Diare persisten, yaitu apabila diare yang berlangsung lebih dari 14

hari secara terus menerus. Akibatnya penderita mengalami

penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.

d. Diare dengan masalah lain, yaitu apabila pasien yang menderita

diare (diare akut dan diare persisten) disertai dengan penyakit lain,

seperti: demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.Menurut

banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, atau

berdasarkan derajat dehidrasinya penyakit diare juga dapat di bagi

menjadi empat (Depkes, 2001) yaitu :

1) Diare tanpa dehidrasi.


19

2) Diare dengan dehidrasi ringan (penderita diare kehilangan

cairan sampai 5% dari berat badan).

3) Diare dengan dehidrasi sedang (penderita diare kehilangan

cairan 6 - 10% dari berat badan).

4) Diare dengan dehidrasi berat (penderita diare kehilangan

cairan lebih dari 10% dari berat badan).

4. Tanda dan gejala diare

Terjadinya diare di dalam tubuh ditandai dengan buang air

besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya

lebih sering (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung

kurang dari 14 hari. Pada penderita diare, tinja yang dikeluarkan amat

encer dan berbau khas, kadang-kadang mengandung darah atau lendir.

Gejala lainnya, penderita biasanya lemas, nafsu makan kurang, kadang

demam, pada jenis diare yang lebih berat selain buang air besar cair,

penderita juga muntah-muntah, sehingga mudah sekali untuk terjadi

dehidrasi (kehilangan cairan tubuh). Pada anak-anak yang menderita

diare, biasanya mereka menjadi cengeng, gelisah, serta suhu badan

meninggi (Depkes RI, 2001).

5. Penularan penyakit diare

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui oral fecal,

kontak dari orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah

tangga. Infeksi ini menyebar antara lain melalui makanan atau

minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja


20

penderita dan ini biasanya terjadi pada daerah dengan sanitasi dan

hygiene perorangan yang buruk (Depkes RI, 2001).

Diare akut biasanya ditularkan melalui mulut (oral fecal)

antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan

kontak langsung dengan tinja penderita atau tidak langsung melalui

lalat. Agent penyebab diare biasanya masuk kedalam tubuh manusia

melalui beberapa cara, yaitu makanan dan minuman yang

terkontaminasi oleh tinja penderita diare, tangan yang terkontaminasi

agen penyebab diare, dan air yang terkontaminasi agen penyebab diare

(Depkes RI, 2001).

Bebrapa faktor resiko lain yang berhubungan dengan cara

penularan penyakit diare antara lain yaitu tidak tersedianya air bersih

yang memeadai, air yang tercemar oleh agen penyebab diare,

pembuangan kotoran yang tidak memenuhi syarat kesehatan,

kebersihan lingkungan dan prilaku yang tidak sehat, penyediaan

makanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan, vektor (lalat), dan

aspek sosial ekonomi (pendapatan keluarga). Selain faktor-faktor

tersebut masih ada faktor penjamu yang dapat meningkatkan

kerentanan terhadap diare. Beberapa faktor penjamu dapat

meningkatkan insiden yaitu kurang gizi dan imunodefisiensi atau

imunosupresi (Amiruddin, 2007).


21

6. Pencegahan diare

Pencegahan menurut Depkes RI (2001), cara pengendalian

diare yang benar dan efektif bisa dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

a. Menggunakan air bersih yang tidak terkontaminasi.

b. Perilaku mencuci tangan (sebelum makan, sesudah buang air

besar dengan sabun, sebelum menyiapkan makanan.

c. Menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan (lebih

dari 10 meter).

d. Membuang tinja anak yang benar (buang ke jamban atau dikubur

sebab tinja anak dapat menularkan penyakit) dan memberikan

imunisasi.

Pencegahan diare menurut Amiruddin (2007), bisa dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

a. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu

penting (sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum

memegang anak, setelah menceboki anak dan sebelum

menyiapkan makanan).

b. Meminum air minum sehat atau air yang telah diolah, antara lain

dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau

proses klorinasi.

c. Pengolahan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar

serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain) membuang air


22

besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan

jamban dengan tangki septik.

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare

Faktor-faktor yang berperan dalam menentukan terjadinya

suatu penyakit. Terjadinya suatu penyakit itu bersifat kompleks,

sehingga merupakan hasil dari interaksi berbagai faktor, yang mana

ada 3 elemen utamanya adalah agent, host,dan lingkungan (Depkes

RI, 2001) yaitu sebagai berikut:

a. Faktor agent

Faktor agen adalah faktor esensial yang harus ada agar

penyakit dapat terjadi. Agen berupa benda hidup atau tidak hidup,

energi, suatu yang abstrak dan dalam jumlah yang berlebihan atau

kurang merupakan sebab essensial dalam terjadinya penyakit.

Agen hidup seperti bakteri (Shigella dan Vibrio cholera),

Mesozoa, Fungi, Protozoa, Ricketsia dan virus menyebabkan

penyakit yang bersifatmenular. Kuman penyebab diare biasanya

menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau

minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan

tinja penderita. Beberapa perilaku yang menyebabkan penyebaran

kuman masuk dan meningkatkan risiko terjadinya diare (Depkes

RI, 2001), antara lain sebagai berikut:

1) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan

disimpan beberapa jam pada suhu kamar makanan akan


23

tercemar dan kuman berkembang biak.

2) Menggunakan air minum yang tercemar. Air minum sudah

tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah.

Pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan

tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air

pada saat mengambil air dari tempat penyimpan.

3) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah

membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi

anak.

4) Tidak membuang tinja (termasuk tinja anak) dengan benar.

Sering beranggapan bahwa tinja anak tidaklah berbahaya

padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam

jumlah besar sementara itu tinja hewan yang dapat

menyebabkan infeksi pada manusia.

b. Faktor host

1) Status gizi

Berat dan lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status

gizi penderita. Anak yang gizinya kurang akan menderita diare

lebih berat dan keluaran tinja lebih banyak sehingga dehidrasi

lebih berat.

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam

pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat

badan dan tinggi badan anak atau berat badan dan umur balita.
24

Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang

dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan

nutrient (Beck, 2000).

2) Perilaku cuci tangan

Menurut Depkes RI (2001), beberapa perilaku dapat

menyebabkan penyebaran kuman dan meningkatkan terdinya

risiko diare. Dimana dalam kehidupan sehari-hari E.coli sangat

berkaitan erat dengan tingkat kebersihan, pembuangan tinja

manusia, kebiasaan perorangan dan sebagainya. Dengan

ditemukannya bakteri E.coli dalam makanan maupun minuman

adalah merupakan petunjuk bahwa makanan atau minuman

tersebut tercemar oleh kotoran manusia.

Menurut penelitian Curtis (2003) membuktikan bahwa

mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi resiko terkena

penyakit diare yang merupakan penyebab terbesar kematian

terutama pada balita di banyak negara (Koalisi untuk Indonesia

Sehat, 2006).

c. Faktor lingkungan

Peningkatan derajat kesehatan 45% ditentukan oleh faktor

lingkungan. Lingkungan sehat ditunjang oleh perilaku sehat

masyarakat yang akan berdampak pada kehidupan masyarakat

yang produktif. Unsur-unsur lingkungan yang berhubungan erat


25

dengan aktifitas kehidupan sehari-hari yaitu antara lain: sarana air

bersih dan jamban keluarga. Lingkungan fisik yang sehat dapat

menurunkan angka kasakitan penyakit infeksi, parasit dan penyakit

menular (Depkes RI, 2001).

8. Penatalaksanaan

Menurut Andrianto (1995), prinsip penatalaksanaan diare akut antara

lain dengan rehidrasi, nutrisi dan medikamentosa.

a. Rehidrasi

Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa

melihat etiologinya. Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan

jumlah cairan yang telah hilang melalui keringat, urin, pernapasan dan

ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui diare dan

muntah yang masih terus berlangsung. Jumlah ini tergantung pada

derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing anak atau golongan

umur.

Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare

dibagi menjadi tiga, yakni rencana pengobatan A, B dan C.

1) Rencana Pengobatan A

Digunakan untuk mengatasi diare tanpa dehidrasi,

meneruskan terapi diare di rumah, memberikan terapi awal bila

anak terkena diare lagi. Cairan rumah tangga yang dianjurkan

seperti oralit, makanan cair (sup, air tajin), air matang. Gunakan

larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam tabel berikut :


26

Tabel 2.1 Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur

Umur Jumlah oralit Jumlah oralit yang disediakan di


yang diberikan rumah
tiap BAB

< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)


1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4 bungkus)
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)

Sumber: Depkes RI, 2006

2) Rencana Pengobatan B

Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi

ringan dan sedang, dengan cara memberikan oralit 75 ml/KgBB

dalam 3 jam pertama. Berikan oralit paling sedikit sesuai tabel

berikut:

Tabel 2.2 Jumlah Oralit yang Diberikan pada 3 Jam Pertama

Umur Sampai 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun

Berat < 6 kg 6 - <10 kg 10 - <12 kg 12 - 19 kg


badan
Jumla 200-400 ml 400-700 ml 700-900 ml 900-1400 ml
h oralit

Sumber: Depkes RI, 2006

3) Rencana Pengobatan C

Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi

berat. Pertama-tama berikan cairan intravena, nilai setelah 3 jam.

Jika keadaan anak sudah cukup baik maka berikan oralit. Setelah

1-3 jam berikutnya nilai ulang anak dan pilihlah rencana

pengobatan yang sesuai (Depkes RI, 2006).


27

b. Nutrisi

Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk

menghindarkan efek buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada

anak dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya, serta

memperhatikan faktor yang mempengaruhi keadaan gizi anak, maka

diperlukan persyaratan diet sebagai berikut yakni, pasien segera

diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24 jam pertama,

makanan cukup energi dan protein, makanan tidak merangsang,

makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna,

makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering.

Pemberian ASI diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektolit

sesuai kebutuhan, pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang

cukup. Khusus untuk penderita diare karena malabsorbsi diberikan

makanan sesuai dengan penyebabnya, antara lain: Malabsorbsi lemak

berikan trigliserida rantai menengah, Intoleransi laktosa berikan

makanan rendah atau bebas laktosa, malabsorbsi berikan makanan

rendah laktosa, parenteral nutrisi dapat dimulai apabila ternyata dalam

5-7 hari masukan nutrisi tidak optimal (Suandi, 1999)

c. Medikamentosa

Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin,

karena pada umumnya diare merupakan self-limiting disease, kecuali

bila penyebabnya telah diketahui. Obat-obat anti diare meliputi

antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat, kodein, opium, dapat


28

menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan akan

menyebabkan bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan digesti.

Adsorben seperti Norit, kaolin, attapulgit telah terbukti tidak ada

manfaatnya. Anti muntah termasuk prometazin dan klorpromazin

terbukti selain mencegah muntah, juga dapat mengurangi sekresi dan

kehilangan cairan bersama tinja (Noerasid, 2003)


29

Anda mungkin juga menyukai

  • F7 Minipro Internship (Tuberkulosis) Kebumen
    F7 Minipro Internship (Tuberkulosis) Kebumen
    Dokumen63 halaman
    F7 Minipro Internship (Tuberkulosis) Kebumen
    Anggita Dewi
    Belum ada peringkat
  • BAB IV (New)
    BAB IV (New)
    Dokumen5 halaman
    BAB IV (New)
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • BAB III (New)
    BAB III (New)
    Dokumen2 halaman
    BAB III (New)
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • Analisis Studi Kasus 33
    Analisis Studi Kasus 33
    Dokumen3 halaman
    Analisis Studi Kasus 33
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN Fludt DRH Rudi Contoh
    LAPORAN Fludt DRH Rudi Contoh
    Dokumen19 halaman
    LAPORAN Fludt DRH Rudi Contoh
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • BAB I (New)
    BAB I (New)
    Dokumen6 halaman
    BAB I (New)
    Aytho Firstyandaru
    Belum ada peringkat
  • 2 Referat
    2 Referat
    Dokumen4 halaman
    2 Referat
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • BAB IV (New)
    BAB IV (New)
    Dokumen5 halaman
    BAB IV (New)
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • MINIPRO Puskesmas
    MINIPRO Puskesmas
    Dokumen39 halaman
    MINIPRO Puskesmas
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • Skdi 3
    Skdi 3
    Dokumen16 halaman
    Skdi 3
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • Full Penelitian
    Full Penelitian
    Dokumen103 halaman
    Full Penelitian
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • FIX PAKAI INI AJA COPY PENGETAHUAN COVID PADA SMA-dikonversi
    FIX PAKAI INI AJA COPY PENGETAHUAN COVID PADA SMA-dikonversi
    Dokumen8 halaman
    FIX PAKAI INI AJA COPY PENGETAHUAN COVID PADA SMA-dikonversi
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • Gwjakak
    Gwjakak
    Dokumen37 halaman
    Gwjakak
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • Kinerja
    Kinerja
    Dokumen141 halaman
    Kinerja
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen4 halaman
    Daftar Pustaka
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • Desy Ulfa (181500235) Kumpul
    Desy Ulfa (181500235) Kumpul
    Dokumen9 halaman
    Desy Ulfa (181500235) Kumpul
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • Laporan ENTERECTOMY
    Laporan ENTERECTOMY
    Dokumen10 halaman
    Laporan ENTERECTOMY
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • Laporan Patologi Klinik
    Laporan Patologi Klinik
    Dokumen4 halaman
    Laporan Patologi Klinik
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • Laporan Bedah Mandiri
    Laporan Bedah Mandiri
    Dokumen14 halaman
    Laporan Bedah Mandiri
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • Kateter Kucing
    Kateter Kucing
    Dokumen1 halaman
    Kateter Kucing
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • Kuliah Akm
    Kuliah Akm
    Dokumen26 halaman
    Kuliah Akm
    BARLI AKBAR RAMADHAN
    Belum ada peringkat
  • Farmasi 2
    Farmasi 2
    Dokumen14 halaman
    Farmasi 2
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • Oha
    Oha
    Dokumen15 halaman
    Oha
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • Sub Sistem SKN (Akm2)
    Sub Sistem SKN (Akm2)
    Dokumen15 halaman
    Sub Sistem SKN (Akm2)
    Anonymous rHltVgXQjL
    Belum ada peringkat
  • Lean System
    Lean System
    Dokumen6 halaman
    Lean System
    Princess Azra Hajj
    Belum ada peringkat
  • Soal Vignette
    Soal Vignette
    Dokumen2 halaman
    Soal Vignette
    Nindya Agustin R
    Belum ada peringkat
  • 1 Dr. Supri (N)
    1 Dr. Supri (N)
    Dokumen34 halaman
    1 Dr. Supri (N)
    Nindya Agustin R
    Belum ada peringkat