Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1

DAMPAK ABORSI

DOSEN PENGAMPU : Titan Ligita PhD

KELOMPOK 9

Aura Azzahra S : I1031201077

Erna Fatmawati : I1031201011

Ezra Henla A : I1031201012

Giovanni Leonardo : I1031201014

Mar'ah Dimastuti : I1031201075

Naim Lusi Kumala S : I1031201036

Putri Yani : I1031201081

Rosita Anggang : I1031201016

Syarifah Fiola Citra A: I1031201073

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN

PRODI KEPERAWATAN

2020
Kata Pengantar

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah
Konsep Dasar Keperawatan dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Makalah dengan judul “Isu Legal Aborsi”disusun guna memenuhi tugas Ibu Titan
ligita pada bidang Konsep Dasar keperawatan. Pada isi makalah disampaikan
deifinisi, efek, resiko, dan dampak dari aborsi. Selain itu, dibahas pula factor
penyebab aborsi. Kami membandingkan hokum aborsi dari sudut pandang agama
dan undang-undang.

Kelompok kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Titan


Ligita selaku Dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kelompok kami tentang
isu legal aborsi Kelompok kami juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah
ini.

[Pontianak, 27 September 2020]

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................

Kata Pengantar..............................................................................................i

Daftar Isi........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

2.1 Definisi Aborsi.............................................................................................3

2.2 Faktor Penyebab Aborsi.....................................................................................

2.3 Hukum Aborsi menurut agama dan undang-undang…………………….........

2.4 Dampak Aborsi...................................................................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................

3.2 Kritik dan Saran..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Secara etimologi, aborsi adalah menggugurkan anak. Sedangkan secara


termilogi, aborsi merupakan praktik seorang wanita yang menggugurkan janinnya
baik dilakukan sendiri ataupun orang lain. Menggugurkan kandungan dalam
dunia kedokteran disebut dengan “abortus”. (Wahid Abd, 2014).

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)


atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan. (Sarwono Prawirohardjo, 2010).

Saat ini aborsi menjadi suatu fenomena sosial yang semakin hari semakin
memprihatinkan. Hal ini dikarenakan , perilaku tersebut banyak menimbulkan
efek negatif bagi diri pelaku maupun masyarakat. Istilah aborsi dalam Bahasa
latin ‘abortus’ yang definisinya menurut WHO yaitu penghentian kehamilan
sebelum janin 20 minggu.. (Hendrik, 2010).

Setiap tahun ada sekitar 40 sampai 60 juta wanita yang berusaha


mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan. Penggguguran kandungan atau
aborsi merupakan metode yang paling tua, dan mungkin juga yang paling luas
digunakan untuk mengendalikan kesuburan. Meskipun aborsi menyentuh berbagai
masalah moral dan agama yang paling mendasar, hanya sedikit masyarakat yang
mampu memandangnya secara jernih dari aspek kesehatan wanita.

Di berbagai belahan bumi, pengguguran kandungan tetap dianggap tidak


sah atau sangat dibatasi oleh hukum. Ditempat lain terdapat sejumlah
pemerintahan yang telah mengesahkan aborsi masih harus memberikan pelayanan
yang cukup memadai guna memenuhi kebutuhan permintaan. Akibatnya, sebagian
besar wanita di dunia tidak menemukan prosedur yang aman dan bebas hama
yang dilakukan oleh petugas professional.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dan klasifikasi dari aborsi?


2. Apa pengertian dari aborsi illegal?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan seseorang melakukan aborsi?
4. Apa hukum aborsi menurut agama?
5. Bagaimana aborsi menurut pandangan hukum di Indonesia?
6. Bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat melakukan aborsi?

1.3 TUJUAN

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah konsep dasar keperawatan.


2. Sebagai bahan diskusi pada mata kuliah konsep dasar keperawatan.
3. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa/i keperawatan maupun masyarakat
umum.
4. Untuk menjelaskan definisi dan klasifikasi dari aborsi.
5. Untuk mengetahui faktor penyebab seseorang melakukan aborsi.
6. Untuk mengetahui dasar hukum UU dan hukum islam yang menjalankan
tentang aborsi.
7. Untuk memahami apa saja dampak aborsi.
8. Untuk memahami tentang aborsi illegal di masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI DAN KLASIFIKASI ABORSI

A. Definisi Aborsi

Aborsi diserap dari bahasa Inggris yaitu abortion yang berasal dari bahasa
latin yang berarti pengguguran kandungan atau keguguran (Jhon M Ecols
dan Hasan Shadily dalam Maria Ulfah Anshor, 2006 : 32). Namun, aborsi
dalam literatur fikih berasal dari bahasa Arab al-ijhahd, ,merupakan
mashdar dari ajhadha atau juga dalam istilah lain bisa disebut dengan
isqath al-haml, keduanya mempunyai arti perempuan yang melahirkan
secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaanya

Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa aborsi


berasal dari kata “abortus” yang dialih bahasakan sebagai
pengguguran.Menurut KBBI arti aborsi adalah terpencarnya embrio yang
tidak munkin lagi hidup (sebelum habis bulan ke-4 dari kehamilan);
keguguran; keluron; keadaan terhentinya pertumbuhan yang normal
(tentang makhluk hidup) dan guguran (janin).

Aborsi secara medis didefinisikan sebagai gugurnya janin atau terhentinya


kehamilan setelah nidasi, sebelum terbentuknya fetus yang viabel, yakni
kurang dari 20-28 minggu dan berat badan fetus yang keluar kurang dari
1000 gram.

Secara hukum, aborsi didefiniskan sebagai lahirnya buah kandungan


sebelum waktunya oleh suatu perbuatan seseorang yang bersifat sebagai
perbuatan pidana kejahatan.
B. Klasifikasi Aborsi

1. Aborsi spontan/alamiah atau abortus spontaneus

Adalah aborsi yang berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan


disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma

2. Aborsi buatan/sengaja atau abortus provocatus criminalis

Adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau


berat janin kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat tindakan yang
disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam
hal ini dokter, bidan atau dukun beranak)

3. Aborsi terapeutik/medis atau abortus provocatus therapeuticum

Adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi


medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai
penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang
dapat membahayakn sang ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi
hal ini dilakukan atas pertibangan medis yang matang dan tidak tergesa-
gesa

2.2 FAKTOR PENYEBAB SESEORANG MELAKUKAN ABORSI

Faktor-faktor penyebab seseorang melakukan aborsi

1. Wanita ini ingin membatasi dan menangguhkan perawatan anak


2. Alasan sosial ekonomi untuk mengakhiri kehamilan
3. Tidak mampu membiayai untuk membesarkan anak
4. Ingin melanjutkan pendidikan atau karir
5. Alasan atau akibat dari hubungan yang bermasalah atau kehamilan karena
pemerkosaan dan incest
6. Alasan usia terlalu muda atau terlalu tua untuk mempunyai seorang anak
7. Alasan bahwa kehamilan akan memengaruhi kesehatan dirinya sendiri
maupun bayinya
8. Anak terlalu banyak, kondisi keuangan suami sedikit
9. Belum memiliki pekerjaan (bagi pelajar/pengangguran)
10. Malu karena kehamilan itu aib bagi keluarga (hamil diluar nikah)

2.3 HUKUM ABORSI MENURUT AGAMA DAN UNDANG-UNDANG

Berdasarkan Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009, pasal 75 bahwa setiap orang dilarang melakukan aborsi dapat dikecualikan
berdasarkan indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan
dan aturan ini diperkuat dengan Pasal 77 yang berisi pemerintah wajib melindungi
dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
mengenai tindakan aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung
jawabserta bertentangan dengan norma agamadan ketentuan perundang undangan.
Walaupun ada perbedaan antara KUHP Pidana dengan Undang Undang
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang aborsi namun dalam Undang Undang
ini tenaga medis diperbolehkan untuk melakukan aborsi legal pada perempuan
hamil karena alasan medis dengan oersetujuan perempuan yang bersangkutan
disertai suami dan keluarganya.

Secara umum pengaturan mengenai aborsi sudah diatur pemerintah dalam


Undang Undang 1945. Dalam pasal 299, 346, 347, 348, dan 349 KUHP secara
jelas dan tegas mengatur larangan melakukan aborsi dengan alasan apapun,
termasuk aborsi karena alasan darurat (terpaksa) yaitu sebagai akibat perkosaaan
baik bagi pelaku ataupun yang membantu melakukan aborsi. Undang undang
kesehatan masih banyak perdebatan mengenai aborsi terutama yang dilakukan
oleh korban pemerkosaan. Hal itu dikarenakan tidak terdapat pasal yang secara
jelas mengatur mengenai aborsi terhadap korban perkosaan. Banyak yang
beranggapan bahwa aborsi terhadap korban perkosaan adalah aborsi kriminalis
karena memang tidak membahayakan nyawa sang ibu, dan dalam undang-undang
kesehatan yang lama yaitu UU No. 23 Tahun 1992 tidak termuat secara jelas
didalam pasalnya. Lalu dikeluarkan UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
sebaga pengganti UU No. 23 Tahun 1992. Dengan adanya revisi UU tersebut
maka mengenai legalisasi aborsi terhadap korban perkosaan telah termuat dengan
jelas dalam pasal 75 ayat 2 UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.

Pasal 75 dan 76 UU No. 36 Tahun 2009 kembali menegaskan bahwa pada


dasarnya undang undang melarang adanya praktik aborsi (Pasal 75 ayat 1).
Larangan tersebut dikecualikan apabila ada:

a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini


kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang
menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun
yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan (Pasal 75 ayat 2(Idries,1997)

Contoh beberapa Undang- undang yang berkaitan dengan masalah aborsi


yang masih berlaku hingga saat ini, diantara Undang-Undang tersebut
yang paling berkaitan adalah
1) Undang-Undang nomor 1 tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang
Hukum Pidana Pada Pasal 346-349 KUHP tersebut mengkategorikan
aborsi sebagai tindak pidana, sebagaimana bunyi lengkap pasal-pasal
tersebut di bawah ini :
- Pasal 346
“Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan kandungan
atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu,
diancam dengan pidana paling lama empat tahun”
- Pasal 347
“Barangsiapa dengan sengaja mengggugurkan kandungan atau
mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya,
diancam dengan penjara pidana paling lama dua belas tahun”
“Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana paling lama lima belas tahun”
- Pasal 348
“Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan”
“Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun”
- Pasal 349
“Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347
dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu
dapatditambah dengan sepertiga dan ia dapat dipecat dari jabatan
yang digunakan untuk melakukan kejahatan”.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHPidana) tindakan


pengguguran kandungan yang disengaja (abortus provocatus) diatur dalam Buku
kedua Bab XIV tentang Kejahatan Kesusilaan khususnya Pasal 299, dan Bab XIX
Pasal 346 sampai dengan Pasal 349, dan digolongkan kedalam kejahatan terhadap
nyawa, yang isinya menyatakan apabila seorang dokter, bidan, atau apoteker
meramu obat-obatan atau membantu melakukan kejahatan tersebut maka ancama
pidana ditambah sepertiga, serta dapat dicabut ijin praktiknya. Apabila mengacu
pada Pasal 10 KUHPindana tentang pidana pokok dan pidana tambahan, yang
terdiri dari :

a. Pidana pokok : Pidana mati; Pidana penjara; Kurungan; Denda.

b. Pidana tambahan : Pencabutan hak-hak tertetu; Perampasan barang-barang


tertentu
Sedangkan pada KUHPerdata pada Pasal 1313 bahwa “suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
atau lebih”, apabila dokter atau ahli medis melanggar ketentuan ini sebagaimana
diatur pada KUHPerdata Pasal 1236 bahwa “si berutang adalah wajib memberikan
ganti biaya, rugi, dan bunga kepada si berpiutang, apabila ia telah membawa
dirinya dalam keadaan tak mampu untuk menyerahkan kebendaanya, atau telah
tidak merawat sepatutnya guna menyelematkannya”, artinya jika dikaitkan dengan
suatu tindakan medis, apabila seorang dokter atau ahli medis melanggar ketentuan
atau tidak melaksanakan kewajiban yang sudah tercantum di dalam perjanjian
antara dokter dan pasien, dalam bentuk Informed Consent tersebut maka dokter
atau ahli medis wajib membayar ganti rugi terhadap pasien yang dirugikan dan ini
termasuk sanksi perdata, sesuai dengan ketentuan Pasal 1236 KUHPerdata.

Dalam agama Islam sendiri hukum asal aborsi adalah haram, hal ini
berlandaskan pengertian bahwa nutfah (pertemuan antara sel telur dengan sperma)
adalah awal kehidupan, sehingga segala aktifitas yang bertujuan untuk
menggagalkan hidupnya nutfah berarti menghilangkan kehidupan. Meski
demikian hukum asal, sebagaimana tersebut di atas, masih terbuka celah untuk
dapat berubah menjadi diperbolehkannya aborsi apabila terdapat sebab-sebab
yang menjadikannya berubah dengan alasan yang cukup kuat, dan itu hanya boleh
terjadi pada fase kehidupan hayati (qabla al-Nikah). Di antara penyebab
perubahan hukum tersebut antara lain:

- keadaan darurat yang mutlak, yaitu alasan kesehatan yang dapat


mengancam nyawa yang mengandung apabila kehamilan tersebut
dilanjutkan
- Sementara penyebab perubahan hukum tersebut yang sifatnya
muqayyat adalah alasan ekonomi yang akan menyebabkan
kemiskinan
- alasan psikologi yang diakibatkan oleh peristiwa perkosaan, dalam
hal ini benar-benar diperkosa
- alasan sosial, seperti perbudakan atau penjualan perempuan dalam
keadaan benar-benar dipaksa (Maria Ulfah Anshor dkk. (ed),
2002 : 226)

Aborsi (pengguguran) berbeda dengan keguguran atau keluron


(Bahasa Jawa). Aborsi atau pengguran kandungan adalah terminasi
(penghentian) kehamilan yang disengaja (abortus provocatus). Yakni,
kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi
pengguguran. Sedangkan keguguran adalah kehamilan berhenti karena
faktor-faktor alamiah (Abortus Spontaneus) (Dadang Hawari, 2006 : 62).
Aborsi yang terkena ketentuan hukum hanyalah yang dilakukan dengan
sengaja (abortus provocatus), bukan yang terjadi dengan sendirinya
(abortus spontaneus). Hal ini dapat dilihat dari dari Surah Al Baqarah ayat
72

“Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh jiwa seorang manusia,


lalu kamu saling tuduh menuduh tentang hal itu, sedang Allah akan
membuka apa yang selama ini kamu sembunyikan” (Q.S. Al Baqarah, 2 :
72)

Dari ayat tersebut di atas jelaslah bahwa pengguguran (abortus


criminalis) haram hukumnya dan suatu tindakan dosa, meskipun ditutup-
tutupi suatu saat akan terbongkar juga. Apapun alasannya, misalnya faktor
budaya atau kegagalan KB pengguguran tetap diharamkan. (Dadang
Hawari, 2006 : 71) Dalam Al Qur’an Surat At Takwir ayat 9 dan Al Israa’
ayat 31, yang artinya sebagai berikut :

”Apakah dosanya maka dia dibunuh ?” (Q.S. At Takwiir (81) : 9).

”Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut


kemiskinan, kami-lah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada
kamu. Sesungguhnya membunuh mereka itu adalah dosa besar” (Q.S. Al
Israa’ (17) : 31)
Dari kedua ayat terebut jelaslah bahwa membunuh anak termasuk
bayi dalam kandungan (Aborsi) adalah perbuatan dosa besar.

Pengguguran kandungan (abortus) termasuk “menstrual


regulation” (MR) dengan cara apapun dilarang oleh jiwa dan semangat
ajaran Islam, hukumnya haram, baik di kala janin sudah bernyawa (di atas
4 bulan dalam kandungan) ataupun di kala janin belum bernyawa (belum
berumur 4 bulan dalam kandungan), karena perbuatan itu termasuk
pembunuhan tersebulung yang dilarang oleh syariat Islam, kecuali untuk
menyelamatkan si Ibu (Fatwa MUI 1983) Dalam sejarah fikih, persoalan
aborsi cukup mendapatkan tanggapan yang serius dari para ulama. Bukan
lagi suatu rahasia bahwa Pandangan ulama kita tentang isu aborsi tidak
tunggal. Majelis Ulama Indonesia misalnya menjawab realitas aborsi ini
dengan menyatakan dengan fatwa bahwa ”Aborsi adalah Haram”
terkecuali hanya utnuk menyelamatkan nyawa ibu. Kemudian (dalam akhir
tahun 2005) muncul fatwa MUI bahwa aborsi sebagai akibat perkosaan
diperbolehkan yang merupakan contoh bahwa fatwa tentang hal yang sama
bisa berubah.

2.4 Dampak aborsi

A. Dampak aborsi terhadap kondisi psikologi wanita pra-aborsi

1. Takut/cemas
2. Butuh perlindungan seorang laki-laki, tetapi biasanya pelaku tidak mau
bertanggung jawab atas bayi yg dikandung wanita tersebut
3. Merasa terdesak, hingga ia memilih untuk melakukan aborsi tanpa
melalui pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab

B. Dampak aborsi terhadap kondisi psikologi pasca aborsi


1. Ketakutan yang intens, anxiety, helplessness
2. Perasaan kehilangan kontrol
3. Mati rasa secara emosional, sulit mengingat suatu kejadian
4. Merasa bersalah, perasaan sedih yang mendalam, depresi
5. Cepat marah, marah yang meledak-ledak, agresif
6. Sulit tidur
7. Ketidak berfungsian secara seksual
8. Flashback, mimpi buruk
9. Menghindar dari hubungan, menolak anak-anak
10. Pesimis terhadap masa depan
11. Drugs, alcohol abuse, dan berpikir untuk bunuh diri

C. Dampak aborsi terhadap psikososial

1. Efek pada hubungan pasangan


Menurut Burke (2004) 40%-50% seseorang yang telah melakukan
aborsi cenderung akan berfikir untuk mengakhiri hubungannya dengan
pasangan mereka
2. Hubungan dengan orang tua dan keluarga
Saat orang tua memaksa anaknya untuk melakukan aborsi, maka
hubungan antara orang tua dan anak akan rusak (Rue, 1994)
3. Hubungan dengan teman sebaya
Perempuan yang pernah melakukan aborsi menjadi pesimis dan selalu
berfikir negatif tentang hidupnya secara umum (Burke, 2004). Self
esteem akan menurun dan ia akan mengindari kontak sosial dengan
orang lain
4. Hubungannya dengan pasangan masa depan
Pengalaman masa lalu tentang aborsi akan dirahasiakan dari pasangan
karena takut akan judgement atau takut akan penolakan (Burke, 2004)
BAB III

Kesimpulan

Aborsi merupakan pratik mengugurkan janinan secara sengaja yang


bisa dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain.Dalam dunia
kedokteran aborsi dikenal dengan sebutan abortus yakni berakhirnya
suatu kehamilan karena adanya akibat tertentu atau usia kehamilan
belum mencapai 22 minggu yang dimana janin tersebut belum mampu
hidup diluar kandungan.Perilaku ini banyak menimbulkan efek negatif
bagi pelaku maupun masyarakat.Secara hukum aborsi dianggap sebagai
perbuatan pidana kejahatan.Tetapi aborsi juga bisa berlangsung tanpa
adanya tindakan yang disebabkan oleh kurang baiknya kualitas sel
sperma dan sel telur.Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang
melakukan aborsi yang banyak sekali kita ketahui dilingkungan sekitar
kita iahlah akibat dari hubungan yang bermasalah atau kehamilan
karena pemerkosaan. Berdasarkan Undang Undang Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, pasal 75 bahwa setiap orang dilarang
melakukan aborsi dapat dikecualikan berdasarkan indikasi kedaruratan
medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan dan aturan ini diperkuat
dengan Pasal 77 yang berisi pemerintah wajib melindungi dan
mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
75 mengenai tindakan aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan
ketentuan perundang undangan. Dalam agama Islam sendiri hukum asal
aborsi adalah haram, hal ini berlandaskan pengertian bahwa nutfah
(pertemuan antara sel telur dengan sperma) adalah awal kehidupan,
sehingga segala aktifitas yang bertujuan untuk menggagalkan hidupnya
nutfah berarti menghilangkan kehidupan.
Daftar Pustaka

- Mardani. (2019). Hukum Pidana Islam. Jakarta : Prenada Media Group


- Lubis, Namora Lumongga. (2016). Psikologi Kespro “Wanita Dan
Perkembangan Reproduksinya” Ditinjau Dari Aspek Fisik Dan
Psikologinya. Jakarta : Kencana
- Giri, M. K. W. (2013, July). Pendidikan Seks Berbasis Karakter Sebagai
Upaya Menekan Kasus Aborsi Di Kalangan Pelajar. In Prosiding Seminar
Nasional MIPA.
- Utami, T. K., & Mulyana, A. (2017). Tanggung Jawab Dokter Dalam
Melakukan Aborsi Tanpa Seijin Ibu Yang Mengandung Atau Keluarga
Dalam Perspektif Hukum Positif Di Indonesia. Jurnal Hukum Mimbar
Justitia, 1(2), 499-517.
-

Anda mungkin juga menyukai