NIM : 219055
A. Definisi Encephalitis
Ensefalitis adalah infeksi jaringan parenkim otak oleh berbagai acam
mikroorganisme. Pada penyakit encephalitis ini terjadi peradangan jaringan otak yang
dapat mengenai selaput pembungkus otak sampai dengan medulla spinalis.
B. Etiologi
1. Mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus.
a) Macam-macam Encephalitis virus:
(1) Infeksi virus yang bersifat epidermik :
(a) Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO.
(b) Golongan arbovirus = Western equire encephalitis, St. louis encephalitis,
Eastern equire encephalitis, Japanese B. encephalitis, Murray valley
encephalitis.
(2) Infeksi virus yang bersifat sporadik : rabies, herpes simplek, herpes zoster,
limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain yang
dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
(3) Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca
vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti
infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.
2. Reaksin toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox.
3. Keracunan : arsenik, CO.
C. Tanda dan Gejala
Gejala berupa Trias Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran
menurun. Adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :
1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia.
2. Kesadaran dengan cepat menurun.
3. Muntah
4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja (kejang-kejang di
muka).
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama sama,
misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya.
D. Patofisiologi
1. Ensefalitis menngenai parenkim otak. Mikroorganisme yang menginfeksi salah
satunya adalah virus.Virus masuk tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas dan
saluran cerna dan menggandakan dirinya diri pada bagian infeksi awal, setelah masuk
ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
a) Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah. Kemudian menyebar
ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
b) Penyebaran melalui saraf – saraf virus yang berkembang biak di permukaan
selaput lender dan menyebar melalui sistem saraf.
2. Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .Gejala lain berupa
gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gangguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang
disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia,
Paralisis syaraf otak.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Biakan dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif. Biakan dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak
(hasil nekropsi), akan didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap
antibiotika. Biakan dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang
positif.
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh. IgM
dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Non Farmakologi
a) Isolasi : Isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai
tindakan pencegahan.
b) Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial, manajemen edema otak
(1) Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan; jenis dan jumlah cairan
yang diberikan tergantung keadaan anak.
(2) Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk
menghilangkan edema otak.
c) Mempertahankan ventilasi :Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan
(2-3 lt/menit).
d) Mengatasi hipertermia dengan memberikan kompres pada permukaan tubuh yang
mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak,
selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala.
2. Penatalaksanaan Farmakologi
a) Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter
:
(1) Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
(2) Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
(3) Bila encephalitis disebabkan oleh virus, agen antiviral acyclovir secara
signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas encephalitis.
Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan
dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan.
(4) Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara
polifragmasi.
G. Diagnosis Keperawatan yang sering muncul pada Encephalitis.
1) Hipertemi b.d reaksi inflamasi.
2) ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3) nyeri akut b.d adanya proses infeksi/inflamasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PERSARAFAN AKIBAT MENINGITIS
A. Definisi
Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medulla
spinalis, gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi sekunder) seperti
pneumonia, endokarditis, atau osteomielitis.
B. Etiologi
1) Meningitis Bakteri Disebabkan oleh bakteri dan dapat menularStreptococcus
pneumoniae : Meningitis akibat bakteri ini kerap dikaitkan dengan infeksi bakteri ini
di bagian tubuh lain, seperti pneumonia, sinusitis, atau endokarditis.
(a) Neisseria meningitidis : Bakteri ini menyebar melalui air liur atau lendir saluran
pernapasan. Penyebab meningitis meningokokus
(b) Haemophilus influenza : Haemophilus influenza tipe B atau Hib menyebabkan
meningitis pada anak-anak. Selain meningitis, bakteri ini juga dapat menyebabkan
infeksi pada darah, tenggorokan, kulit, dan sendi.
2) Meningitis Virus
3) Meningitis jamur
Virus yang menyebabkan meningitis meliputi virus kelompok enterovirus, virus
herpes simplex, virus HIV, virus West Nile, atau virus mumps. Masing-masing jenis
virus memiliki pola penyebaran dan penularan yang berbeda-beda. Kondisi ini
umumnya menimbulkan gejala yang tergolong ringan dan dapat pulih dengan
sendirinya.
C. Factor pemicu meningitis
a. Usia
Umumnya, meningitis virus muncul pada anak-anak yang berusia di bawah 5
tahun, dan meningitis bakteri muncul pada orang di bawah 20 tahun.
b. Kehamilan
Kehamilan meningkatkan potensi meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria.
Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi berupa keguguran.
c. Lingkungan
Tinggal dalam lingkungan yang ramai, seperti siswa yang tinggal di asrama, bisa
meningkatkan risiko meningitis.
d. Melewati jadwal vaksinasi
Risiko akan meningkat apabila pasien melewati jadwal vaksinasi yang telah
dianjurkan dokter.
D. Manifestasi Klinik
1. Kejang
2. Kelumpuhan ekstremitas (paresis atau paralisis)
3. Gangguan frekwensi dan irama pernafasan (cepat dengan irama kadang dangkal
dan kadang dalam)
4. Petekie atau ruam perdarahan.
A. Pengertian
Epilepsi adalah suatu manifestasi gangguan fungsi otak dengan berbgai etiologi.Epilepsi
merupakan suatu gangguan persarafan sentral,dimana aktivitas dari otak menjadi
abnormal. Terdapat dua kategori dari kejang epilepsi yaitu :
1. kejang fokal (parsial) Terjadi karena adanya lesi pada satu bagian dari cerebral
cortex, di mana pada kelainan ini dapat disertai kehilangan kesadaran parsial.
2. kejang umum Lesi mencakup area yang luas dari cerebral cortex dan biasanya
mengenai kedua hemisfer cerebri.
B. Epidemiologi
- Berdasarkan jenis kelamin, ditemukan bahwa insidensi epilepsi pada anak laki – laki
lebih tinggi daripada anak perempuan.
- Epilepsi paling sering terjadi pada anak dan orang lebih tua (di atas 65 tahun). Pada
65 % pasien, epilepsi dimulai pada masa kanak-kanak. Puncak insidensi epilepsi
terdapat pada kelompok usia 0-1 tahun, kemudian menurun pada masa kanak-kanak,
dan relatif stabil sampai usia 65 tahun.
C. Etiologi
EIdiopati : penyebabnya tidak diketahui, umumnya mempunyai predisposisi genetik
Kriptogenik : dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum diketahui, termasuk disini
sindrom west, sindrom lennox-gastaut dan epilepsi mioklonik .
Simptomatik : disebabkan oleh kelainan / lesi pada susunan saraf pusat misalnya trauma
kepala, infeksi susunan saraf pusat (SSP)
D. Mnaifestasi klinis Pada epilepsi
Pada epilepsy simptomatik berarti etiologi jelas. Secara klinis biasanya ditandai dengan :
- Terjadi pertama kali usia kurang dari 3 tahun, atau setelah umur 18 tahun.
- Kejang parsial.
- Didapatkan aura
- Terdapat gejala todd paralis yaitu pasien mengalami hemiparese setelah serangan
epilepsi akan tetapi beberapa menit kemudian normal kembali.
- Ada kejang fokal sekunder general yang ditandai awal serangan sadar dan lanjut
pasien tidak sadar. Bila kejang terjadi ketika bangun tidur atau akan tidur.Bila kejang
kepala tidak ditengah-tengah, tetapi menoleh kesalah satu sisi, berarti ada kelainan
fokal (dengan fokus berlawanan dengan arah kepala).
E. Focal Motor Onset Seizure
1. Kejang klonik fokal : gerakan ini melibatkan sentakan ritmis yang berkelanjutan,
melibatkan tungkai distal, satu tungkai, atau satu sisi tubuh.
2. Kejang tonik fokal: peningkatan tonus otot, biasanya berlangsung selama beberapa
detik hingga menit.
3. Kejang mioklonik fokal : satu atau sekelompok pendek kontraksi otot singkat
(sentakan), setiap sentakan biasanya berdurasi milidetik.
4. Kejang atonik fokal : kehilangan atau penurunan tonus otot secara tiba-tiba tanpa
aktivitas mioklonik atau tonik sebelumnya, biasanya berlangsung> 500 milidetik
tetapi.
5. Kejang epilepsi fokal : fleksi tiba-tiba, ekstensi atau ekstensi fleksi campuran dari
otot proksimal dan batang, berlangsung 1-2 detik, biasanya terjadi dalam satu
rangkaian.
6. Kejang hiperkinetik fokal : jenis kejang ini melibatkan gerakan ekstremitas proksimal
atau otot aksial, menghasilkan gerakan amplitudo besar yang tidak teratur, seperti
mengayuh, menyodorkan panggul, melompat, meronta-ronta, dan / atau mengayun.
7. Automatism Seizure : Keadaan lebih atau kurang terkoordinasi, tanpa tujuan, serta
aktivitas motor yang berulang. Orofasial: mengerutkan bibir, mengunyah, menelan,
mengklik, berkedip
F. Focal Non-Motor Onset Seizure
1. Kejang fokal kognitif : Dapat diidentifikasi saat pasien melaporkan atau menunjukkan
adanya defisit dalam berbahasa, berpikir atau terkait fungsi kortikal yang lebih tinggi
selama kejang dan saat gejala ini terjadi lebih menonjol daripada manifestasi kejang
lainnya.
2. Kejang fokal emosional : Hadir dengan perubahan emosi, termasuk ketakutan,
kecemasan, agitasi, kemarahan, paranoia, kesenangan, sukacita, tertawa (gelastis),
atau menangis (dacrystic).
3. Kejang sensoris : Dapat menghasilkan sensasi somatosensori, penciuman, visual,
pendengaran, gustatory, rasa panas-dingin, atau sensasi vestibular
4. Behavior arrest : Ditandai dengan penurunan amplitudo dan / atau tingkat atau
penangkapan aktivitas motorik yang sedang berlangsung selama kejang.
5. Kejang otonom fokal : ditandai dengan perubahan sistem yang dikendalikan oleh
sistem saraf otonom saat onset kejang. Ini dapat terjadi dengan atau tanpa tanda klinis
obyektif dari kejang yang terlihat jelas oleh pengamat.
NEUROTRANSMITTER
A. Pengertian
Neurotransmitter adalah senyawa kimiawi dalam tubuh yang bertugas untuk
menyampaikan pesan antara satu sel saraf (neuron) ke sel saraf target. Sel-sel target ini
dapat berada di otot, berbagai kelenjar, dan bagian lain dalam tubuh.
B. Mekanisme eksitasi
Glutamat yang dilepaskan dari terminal presinaps akan berikatan dengan reseptor
glutamat yang disebut reseptor inotropik glutamat (iGluRs) yang memiliki beberapa sub
tipe yaitu NMDA (N-methyl-Daspartate) dan non-NMDA (kainate dan amino-3-
hydroxy- 5-methyl-isoxasole propionic acid atau AMPA). Ikatan glutamat dengan
reseptor NMDA akan menghasilkan neurotransmisi eksitasi tipe cepat dan dapat
menginduksi kejang
C. Mekanisme Inhibisi
Hilangnya GABA-mediated inhibitory synaptic transmission pada hipokampus
merupakan faktor utama kejadian status epileptikus yang menyebabkan penurunan daya
hantar membran terhadap ion Cl sehingga terjadi peningkatan masuknya ion Ca2+ dan
Na+ ke intraseluler sehingga terjadi depolarisasi atau dapat memicu keluarnya
neurotransmitter inhibitor masuknya gelombang Ca2+ ke dalam sel akan memicu
timbulnya ledakan lepas muatan listrik berlebihan dan tidak teratur di otak.
D. Pengkajian
Anamnesis (auto dan aloanamnesis), meliputi :
1. Pola / bentuk serangan
2. lama serangan
3. Gejala sebelum, selama, dan sesudah serangan
4. Frekuensi serangan
5. Faktor pencetus
6. Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
7. Usia saat terjadinya serangan pertama
8. Riwayat kehamilan, persalinan, dan perkembangan
9. Riwayat penyakit, penyebab, dan terapi sebelumnya
10. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
E. Diagnosa Keperawatan
(a) Ketidakefektifan bersihan jala napas b.d spasme pada jalan napas, obstruksi
trakeobronkial
(b) harga diri rendah situasional b.d perubahan perkembangan
(c) kerusakan memori b.d gangguan neurologis
(d) resiko cedera b.d resiko tigkt kesadaran,kejang
(e) hambatan mobilitas fisik b.d penurunankndali masa otot
NAMA : Cica Rosita Sari
NIM : 219055
Tumor iintrakranial ilesi idesak iruang ijinak imaupun iganas iyang itumbuh idiotak,
imeningen idan itengkorak, iMenyebabkan igangguan ineurologis iprogresif.Gangguan iotak
idisebabkan iadanya ipeningkatan iTIK idan igangguan ifokal. iTumor iotak iadalah ilesi iintra
ikranial iyang imenempati iruang idalam itulang itengkorak. iTumor iotak iadalah isuatu ilesi
iekspansif iyang ibersifat ijinak i(benigna) iataupun iganas i(maligna), imembentuk imassa
idalam iruang itengkorak ikepala i(intra icranial) iatau idi isumsum itulang ibelakang i(medulla
ispinalis).
OTAK
PELINDUNG iOTAK
PIAMETER i: iPenuh idengan ipembuluh idarah, idi ipermukaan iotak, isuplai ioksigen
idan inutrisi, imengangkut isisa imetabolisme.
ETILOGI
Faktor-faktor:
o Herediter
o Sisa-sisa iembrional
o Radiasi
o Virus
o Substansi-substansi iKarsinogenik
KLASIFIKASI
PATOFISIOLOGI
- Nyeri ikepala iberat ipada ipagi ihari, imain ibertambah ibila ibatuk, imembungkuk
- Kejang
- Perubahan ikepribadian
- Gangguan imemori
TRIAS iKLASIK
- Nyeri ikepala
- Papil ioedema
- Muntah
Papil iedema i: iakan iada idesakan iodema ipada imata. iAkan idilihat isecara imata ihitam iatau
imata ipanda,mata isedikit imembesar ikeluar
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN iFISIK
- Fungsi iserebral: istatus imental iobservasi ipenampilan, itingkah ilaku, inilai igaya
ibicara, iekspresi iwajah idan iaktifitas imotorik i
- Fungsi iintelektual ipenurunan iingatan idan imemori, iadanya ibrain idamage i(sulit
imengenal ipersamaan idan iperbedaan)
- Pada ilobus ifrontal: iperubahan imental i(depresi, ibingung iatau iperiode itingkah
ilaku imenjadi ianeh), ihemiparesis, iataksia idan igangguan ibicara
NIX idan iX: ikemampuan imenelan ikurang ibaik, idan ikesulitan imembuka imulut.
DIAGNOSA
- Resiko itinggi ipeningkatan itekanan iintrakranial ib.d idesak iruang imassa itumor
iintrakranial
- Pola inafas itidak iefektif ib.d ikompresi ipada ipusat ipernafasan idimedulla ioblongata,
ikelemahan iotot2 ipernafasan idan ikegagalan ifungsi ipernafasan
- Resiko itinggi itrauma ib.d iserangan ikejang idan ipenurunan itingkat ikesadaran i
- Defisit iperawatan idiri ib.d ipenurunan ikesadaran idan ikehilangan ikontrol ikoordinasi
igerakan
Note :
Tingkat kesadaran
NIM : 219055
A. Pengertian
Pemeriksaan diagnostic Adalah pemeriksaab yang dilakukan untuk menentukan
diagnostic penyakit pada oasien disertai tingkat keparahannya.
Pemeriksaan diagnostic merupakan penilaian klinis tentang respon individu
terhadap suatu masalah Kesehatan. Hasil suatu pemeriksaan sangat penting dalam
membantu diagnose. Pemeriksaan prosedur diagnostic ini dapat membantu dalam
pengkajian pasien dan penting untuk mengklarifikasi kapan pemeriksaan diagnostic
perlu dilakukan (Effendi dan niluh,2002)
Lumbal pungsi : yaitu memasuka jarum secara aseptic ke subaraknoid antara lumbal III
dan Lumbal IV/L.IV dan L.V
B. Prosedur Tindakan LP
Posisikan pasien Dokter melakukan kebersihan tangan
Tentukan daerah pungsi lumbal dan pasangkan duk lubang di area yang akan
dilakukan pungsi
Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm
dengan larutan povidone iodine,kemudian dibersihkan dengan alcohol 70 %
Lakukan anastesi dengan menggunakan lidokain 1 % tunggu 3 sampai 5 menit
Lakukan pungsi dengan kemiringan ujung jarum spinal sejajar bidang horizontal
dan arah jarum spinal 10-15 derajat ke arah kepala, lakukan secara hati-hati
insersi jarum spinal sampai ke ruang subarachnoid/ keluar cairan otak
Bila cairan telah keluar segera tamping dalam tempat steril untuk pemeriksaan
sitologi dan Analisa kimia.
Tutup daerah insersi
Pasien diminta untuk berbaring dengan kepala tanpa bantal selama 30 menit
C. Tujuan
- Mengukur tekanan cairan serebrospinal
- Mengumpulkan cairan serebrospinal untuk diperiksa dalam rangka menegakan
diagnosis : Infeksi /peradangan ( meningitis), Perdarahan (mis.perdarahan
subarahnoid dan intra serebral)
- Menetapkan adanya bendungan aliran CSF
- Memasukan zat kontras untuk pemeriksaan radiografi
APA YANG TERJADI SAAT TES EEG? Otak kita secara teratur memproduksi
sinyal-sinyal listrik. Selama EEG, elektroda (lempengan logam kecil) yang dipasang di
kulit kepala akan menangkap sinyal-sinyal listrik dari otak dan mesin EEG akan
merekamnya. Elektroda ini hanya menangkap sinyal listrik, tidak akan memberikan
pengaruh apa pun pada otak dan tidak menimbulkan rasa sakit.
EMG Elektromiografi (EMG)
adalah teknik untuk memeriksa dan merekam aktivitas sinyal otot. dilakukan dengan
instrumen bernama elektromiograf, untuk menghasilkan rekaman bernama
elektromiogram. Elektromiograf mendetekasi potensi listrik yang dihasilkan oleh sel otot
ketika otot ini aktif dan ketika sedang beristirahat.