Puisi
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana...
dw.com
Verified
Hanum Putri Anjani
Share to Facebook Share to Twitter
Puisi-puisi yang indah dan melegenda digubah oleh sastrawan kenamaan. Tentu, Indonesia punya sederet nama sastrawan legendaris
dengan puisi yang melegenda, tak kalah dengan penyair-penyair dunia.
Karya-karya mereka sangat berpengaruh terhadap kesusasteraan Tanah Air. Sejumlah judul puisi karya sastrawan tersohor itu melekat
di ingatan penikmat sajak. Apa saja sih puisi yang legendaris dan siapa sastrawan yang menggubahnya? Ini mereka!
Siapa yang tak kenal Bapak Hujan Bulan Juni. Puisi-puisinya begitu mampu mendaraskan rindu dan cinta yang tulus terhadap hal apa
pun. Diksi-diksi yang tepat selalu ‘dipasang’ sastrawan kelahiran Surakarta, 20 Maret 1940 ini di setiap sajaknya. Lirik per lirik
tampak sederhana, tapi mengandung makna yang dalam. “Hujan Bulan Juni” dan “Aku Ingin” adalah karya monumentalnya. Bahkan,
Hujan Bulan Juni dikembangkan menjadi novel, komik, bahkan akan jadi film. Kini, Sapardi masih aktif mengajar program
pascasarjana di Universitas Indonesia jurusan sastra.
2. Chairil Anwar
lahiya.com
Si Binatang Jalang ini dinobatkan H.B. Jasin sebagai pelopor sastrawan angkatan 45. Karya legendarisnya berjudul “Aku”. Pria
kelahiran Medan, 26 Juli 1922 ini mampu melahirkan karya yang heroik dan menggugah ‘kehidupan’. Ia menggubah puisi-puisi
dengan tajuk pemberontakan, kematian, individualisme, eksistensialisme, hingga multi-interpretasi. Ia meninggal di usia muda,
tepatnya pada usia 26 tahun di Jakarta.
ADVERTISEMENT
3. Goenawan Mohamad
blajar.co.id
Biasa disingkat GM. Ia adalah sastrawan, juga budayawan, yang berpandangan liberal. Pemikirannya yang terbuka tentu berpengaruh
terhadap karya-karyanya. GM banyak menulis sajak. Tak hanya sajak, ia menulis banyak karya sastra. Pendiri, yang kini menjadi
komisaris Tempo ini telah menulis sejak ia berusia 17 tahun. Ia kini masih aktif menulis Catatan Pinggir di majalah Tempo. Sajak-
sajaknya dengan berjuta perbendaharaan kata membuat pembaca jatuh hati.
Sutardji berhasil mengeluarkan konsep puisi keluar dari pakemnya. Ia menggubah puisi seperti layaknya mantra. Ia banyak
menggunakan bahasa yang figuratif atau bahasa yang digunakan penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara tidak biasa, melalui
makna kias atau makna lambang. Puisinya berjudul “Tragedi Winka Sihka” membelalak pembaca, yang membuat masyarakat
memiliki tafsir berlainan satu dengan lainnya.
di luar wiski
di halaman
anak-anak bermain
bayangkan kalau tak ada anak-anak di bumi
aku kan lupa bagaimana menangis katanya
5. Sitor Situmorang
cnnindonesia.com
Di selisik dari namanya, sudah pasti penyair ini berdarah Batak. Penulis kenamaan asal Sumatera Utara tersebut memulai karier
sebagai jurnalis. Tak hanya puisi, ia juga menulis esai dan cerita pendek. Larik-larik puisinya menyiratkan makna mendalam. Karya-
karyanya memberi oksigen bagi pembaca yang haus komposisi. Bahkan, setelah Chairil Anwar meninggal, Sitor disebut-sebut
menjadi penyair terkemuka.
Editors’ Picks
10 Potret Bahagia Kekeyi Bertemu Nagita Slavina, Mimpi Jadi Nyata Nih!
10 Potret Fransen Susanto, Pria Yang Dikabarkan Dekat Ayu Ting Ting
Kekasih, semoga kau
Dapat kepenuhan cinta dalam aku tiada
Terpecah dua benua, suatu kelupaan di
...Sisik samudra.
Baca Juga: "Lulusan Jurusan Sastra Mau Jadi Apa?" 9 Pekerjaan Bergaji Besar Ini Siap Menanti Kamu!
6. Joko Pinurbo
pojokseni.com
Dialah yang mengemukakan jarak itu sebenarnya tak pernah ada, sebab, pertemuan dan perpisahan dilahirkan oleh perasaan.
Sastrawan kelahiran Pelabuhan Ratu, Jawa Barat ini melahirkan karya-karya yang memadukan unsur naratif, ironi refleksi diri, dan tak
jarang membubuhkan unsur ‘nakal’. Ia telah menggeluti puisi sejak remaja dan mulai menulis pada usia 20-an.
Malam ini aku akan berangkat mengarungimu.
Perjalanan mungkin akan panjang berliku
dan nasib baik tidak selalu menghampiriku
tapi Insyaallah suatu saat
bisa kutemukan sebuah kiblat
di ufuk barat tubuhmu.
7. Remy Silado
bintang.com
Nama aslinya Yapi Panda Abdiel Tambayong. Tulisannya lekat dengan kritik terhadap berbagai persoalan, termasuk persoalan sosial
dan budaya. Dalam menulis puisi atau karya-karyanya yang lain, pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juli 1945, ini kerap
menggunakan kata-kata arkais, atau kata yang sudah lama tak digunakan. Selain menulis puisi, ia menulis drama, esai, roman populer,
dan buku-buku.
ia kembali bersujud
8. Widji Thukul
cnnindonesia.com
Ia adalah penyuara aspirasi kaum akar rumput, yang hilang tak tau rimbanya. Widjhi Thukul, lewat karya-karyanya mengorasikan
perlawanan terhadap rezim Orde Baru. Tulisannya menggugah semangat kaum-kaum tertindas. Sastrawan asal Surakarta ini kemudian
dinyatakan hilang di usia 34 tahun. Tak tahu, kini masih hidup atau telah bersatu dengan alam.
disedot
sampai pucat
9. W.S. Rendra
irfanyulianto.com
Siapa yang tak kenal dengan nama ini. Karya-karya sastrawan asal Solo kelahiran 1935 itu punya pengaruh besar terhadap
kesusastraan Indonesia. Meski demikian, ia disebut-sebut tak masuk pakem angkatan ‘45, '60-an, atau '70-an. Karyanya mengalun
menurut kebebasannya sendiri. Ia menggubah puisi atau karya-karyanya dengan jahitan kata yang rapi dan apik dibaca maupun
didengar.
Suatu malam aku mandi di lautan.
Sepi menjadi kaca.
Bunga-bungaan yang ajaib bertebaran di langit.
Aku inginkan kamu, tetapi kamu tidak ada.
Sepi menjadi kaca.
Selain itu, masih banyak nama sastrawan yang menggubah karya-karya legendaris, seperti Taufik Ismail, Subagio Sastrowardoyo,
Amir Hamzah, Putu Oka Sukanta, dan Usmar Ismail. Nah, yang mana sastrawan favoritmu?