Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

“Gerontik”

OLEH:
MISRIANI
NIM : 2041177

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES TENGKU
MAHARATU PEKAN BARU
2021
BAB I
PROSES PENUAAN

A. Pengertian lanjut Usia


Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang.
Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun.
Proses menua (aging process) merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat
dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menurut Paris Constantinides, 1994
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi secara
normal, ketahanan terhadap injury (termasuk infeksi) tidak seperti pada saat kelahirannya,
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya
dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan jaraingan lain sehingga
tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseotang
mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik
dalam hal pencapaian puncak maupun saat menurunnya. Namun umumnya fungsi fisiologis
tubuh mencapai puncaknya pada umur 20–30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat
tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi
sedikit sesuai bertambahnya umur.

B. Batasaan umur lanjut usia


Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun


3. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun


Depkes, membagi lansia sebagai berikut :

1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas


2. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium

3. Kelompok usia lanjut (65 th>) sebagai senium

C. Teori tentang Proses menua


a. Teori Biologik

1. Teori Genetik dan Mutasi

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul

/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi

2. Pemakaian dan Rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah

3. Autoimun

Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Saat jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan mati.

4. Teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan

tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan stres menyebabkan

sel-sel tubuh lelah dipakai.

5. Teori radikal bebas


Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik

seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat

regenerasi.

b. Teori Sosial

1. Teori aktifitas

Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial

2. Teori Pembebasan

Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan diri
dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda
yakni :
a. Kehilangan peran
b. Hambatan kontrol sosial
c. Berkurangnya komitmen

3. Teori Kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia.


Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :

a. Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses

penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran

apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan.


b. Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
c. Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi

4. Teori Psikologi

a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow


Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 11111954).
Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar
manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat
selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.
b. Teori individual jung

Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari


seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan
masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri
dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori
ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah subyektif.
Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara
kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling
penting bagi kesehatan mental

B. Perubahan Perubahan yang Terjadi Pada Lansia


1. Perubahan fisik

a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra dan extra seluler
b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon
waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran,
presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena
meningkatnya keratin

c. Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon


terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatny
ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,

menurunnya lapang pandang.

d. Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku , kemampuan


jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun
sehingga menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningg.
e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan
menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas
residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk,
indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera
pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk
rasa manis dan asin
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %.
Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria,
otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga
vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia
urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva
terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan
menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon
menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas
tiroid menurun sehingga menurunkan basal

metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron,


estrogen dan testosteron.
i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan
lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut
dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh
menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine
vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga
lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan tremor.
2. Perubahan Mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan
perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta
situasi lingkungan. Intelegensi diduga secara umum makin mundur terutama faktor
penolakan abstrak mulai lupa terhadap kejadian baru, masih terekam baik kejadian
masa lalu.
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya
perasaan tidak aman dan cemas, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit
atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Munculnya perasaan kurang
mampu untuk mandiri serta cenderung bersifat entrovert.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan

e. Lingkungan

Kenangan (memori) ada 2 :

a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu

b. kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk


Intelegentia Question :

a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal


b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.
3. Perubahan Perubahan Psikososial

Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat


beragam, tergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Pada saat ini
orang yang telah menjalani kehidupan nya dengan bekerja mendadak diharapkan
untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila ia cukup beruntung dan
bijaksana, mempersiapkan diri untuk masa pensiun dengan menciptakan bagi
dirinya sendiri berbagai bidang minat untuk memanfaatkan waktunya, masa
pensiunnya akan memberikan kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi
bagi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman
yang akrab dan disingkirkan untuk duduk-duduk dirumah atau bermain domino di
klub pria lanjut usia.
Perubahan mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu membuat mereka
merasa kurang melakukan kegiatan yang berguna.
a. Minat

Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah dalam kuantitas


maupun kualitas pada masa lanjut usia. Lazimnya minat dalam aktifitas fisik
cendrung menurun dengan bertambahnya usia. Kendati perubahan minat pada
usia lanjut jelas berhubungan dengan menurunnya kemampuan fisik, tidak
dapat diragukan bahwa hal hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.
b. Isolasi dan Kesepian

Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang lanjut usia terisolasi


dari yang lain. Secara fisik, mereka kurang mampu mengikuti aktivitas yang
melibatkan usaha. Makin menurunnya kualitas organ indera yang
mengakibatkan ketulian, penglihatan yang makin kabur, dan sebagainya.
Selanjutnya membuat orang lanjut usia merasa terputus dari hubungan dengan
orang-orang lain.
Faktor lain yang membuat isolasi makin menjadi lebih parah lagi adalah
perubahan sosial, terutama mengendornya ikatan kekeluargaan. Bila orang usia
lanjut tinggal bersama sanak saudaranya, mereka mungkin bersikap toleran
terhadapnya, tetapi jarang menghormatinya. Lebih sering terjadi orang lanjut
usia menjadi terisolasi dalam arti kata yang sebenarnya, karena ia hidup
sendiri.
Dengan makin lanjutnya usia, kemampuan mengendalikan perasaan
dengan akal melemah dan orang cendrung kurang dapat mengekang dari dalam
prilakunya. Frustasi kecil yang pada tahap usia yang lebih muda tidak
menimbulkan masalah, pada tahap ini membangkitkan luapan emosi dan
mereka mungkin bereaksi dengan ledakan amarah atau sangat tersinggung
terhadap peristiwa-peristiwa

yang menurut kita tampaknya sepele.

c. Peranan Iman

Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut memungkinkan orang
yang sudah tua tidak begitu membenci dan merasa kuatir dalam memandang
akhir kehidupan dibanding orang yang lebih muda. Namun demikian, hampir
tidak dapat disangkal lagi bahwa iman yang teguh adalah senjata yang paling
ampuh untuk melawan rasa takut terhadap kematian. Usia lanjut memang
merupakan masa dimana kesadaran religius dibangkitkan dan diperkuat.
Keyakinan iman bahwa kematian bukanlah akhir tetapi merupakan permulaan
yang baru memungkinkan individu menyongsong akhir kehidupan dengan
tenang dan tentram.
4. Perubahan Spritual.
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow,1970)

b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),
Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan
bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan.

C. Masalah Nutrisi
1. Pengertian
Gizi kurang adalah kekurangan zat gizi baik mikro maupun makro
2. Penyebab

a. Penurunan ataau kehilangan sensitifitas indra pengecap &penciuman

b. Penyakit periodental ( terjadi pada 80% lansia) atau kehilangan gigi

c. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencernaan

d. Penurunan mobilitas saluran pencernaan makanan

e. Penggunaan obat-obatan jangka panjang

f. Gangguan kemampuan motorik

g. Kurang bersosialisasi, kesepian

h. Pendapatan yang menurun (pensiun)

i. Penyakit infeksi kronis

j. Penyakit keganasan
3. Patofisiologi

Proses menua : Akibat :


indra
a. Penurunan/kehilangan pengecap dan penciuman Anorexia
Kesulitan makan
Penyakitperiodentaldan kehilangan gigi Mengganggu penyerapanCa,Fe,
Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencernaan dan
Gangguan kemampuan motorik Protein,lemak, Vitamin
Tulang kehilangan densitasnyadan rapuh Susah BAB, wasir
Tendonmengkerutdanatropi serabut otot d.
Nafsu kaman
Penurunanmobilitassaluran pencernaanl/peristaltik melemah e. menurun Kerusakan kartilago dan tula
Penyakit infeksi Keganasan Mekanisme Inflamasi Inflamasi sendi
f. sinovial
g.

Asupan makan kurang


Osteoporosis
Subluksasi/dislokasi

Diagnosa Keperawatan :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
b. Resiko tinggi infeksi
c. Kerusakan mobilitas fisik
d. Nyeri
e. Resiko cedera
BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

A. Pengertian

Gerotologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses


penuaan dan masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut. Geriatrik adalah
berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut.
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang berdasarkan
ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural
yang holistik, ditujukan kepadd klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat
individu, keluaraga, kelompok, dan masyarakat.

B. Lingkup Peran dan Tanggung Jawab

Fenomena yang menjadi bidang garap Keperawatan Gerontik adalah tidak


terpenuhinya KDM lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.

Lingkup Asuhan Keperawatan Gerontik:


1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan.

2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan.


3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi keterbatasan akibat proses

penuaaan Peran & Fungsi Perawat Gerontik:


1. Care Giver/Pemberi Asuhan Kep. Langsung
2. Pendidik Klien Lansia

3. Motivator

4. Advokasi Klien
5. Konselor

Tanggung Jawab Perawat Gerontik:

1. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal.

2. Membantu klien lansia memelihara kesehatannya.

3. Membantu klien lansia menerima kondisinya.

4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusia


sampai meninggal .

Sifat Pelayanan Gerontik:


1. Independen, yaitu perawat gerontik dalam melakukan asuhan keperawatan pada
klien lanjut usia dilakukan secara mandiri
2. Interindependen, yaitu perawat gerontik dalam melakukan asuhan keperawatan
pada klien lanjut usia dilakukan dengan kerja sama dengan tim kesehatan lainnya
3. Humanistik, yaitu dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien lanjut usia
memandang sebagai makhluk yang perlu untuk diberi perawatan yang layak dan
manusiawi
4. Holistik, klien lanjut usia memiliki kebutuhan yang utuh baik bio-psiko- sosial dan
spiritual yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda antara lansia satu
dengan yang lainnya
Model Pemberian Keperawatan Profesional:

1. Model Asuhan

Model Asuhan yang sesuai masih dalam penelitian tetapi yang lebih dpt diterima

sementara ini adalah An Adaptation Model of Nursing by Sister Callista Roy.


2. Model Manajerial

Model Manajerial yang sesuai juga masih dalam penelitian tetepi yang lebih
mengarah pada tindakan profesianal perlu dipertimbangkan dari segi ketenagaan,
visi, misi dan tujuan organisasi pelayannan keperawatan.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


A. Pengkajian

1. Fisiologis/fisik

a. Stratus gizi

IMT = Kg BB normal laki laki = 18


-25 (TB)2 wanita = 17 – 23
b. Intake cairan dalam 24 jam

c. Kondisi kulit

d. Kondisi bibir , mukosamulut, gigi

e. Riwayat pengobatan, alkhohol, zat adiktif lainnya


f. Evaluasi kemampuan penglihatan , pendengaran dan mobilitas

g. Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi : gangguan sistem digestif, nafsu

makan, makanan yang disukai dan tidak disukai, rasa dan aroma
h. Kebiasaan waktu makan ( 2 –3 X sehari, snak dlll)
2. Psikososial/afektif

a. Kebiasaan saat makan ( makan sendiri, sambil nonton TV,dll)

b. situasi lingkungan(kapasitas penyediaan makanan, pengolahan dan

penyimpanan makanan)
c. sosiokultural yang berlaku yang mempengaruhi pola nutrisi dan eleminasi

d. Kondisi depresi yang dapat mengganggu pemenuhan nutrisi


3. Pemeriksaan
tambahan/laboratorium Analisa
darah :
Kreatinin : indekz massa otot

Serum protein khususnya untuk sintesa antibodi dan limfosit, dalam


kekebalan seluler, enzym, hormon, struktur sel yang luas, struktur jaringan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan nutrisi yang tidak adekuat akibat
anoreksia

2. Resiko tinggi infeksi b/d penurunan asupan kalori dan protein

3. Kerusakan mobilitas fisik b/d deformitas skleletal,, nyeri, intoleransi aktifitas

4 Nyeri b/d proses inflamasi, destruksi sendi


5 Resiko cedera (dislokasi sendi) b/d otot hilang kekuatannya, rasa nyeri sendi

C. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan nutris kurang adekuat
akibat anoreksia.

TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


Kebutuhan - Meningkatkan a. Buat tujuan BB a. Nutrisi yang
nutrisi masukan oral ideal dan adekuat
- Menunjukkan
terpenuhi kebutuhan nutrisi menghindari
peningkatan BB
secara harian adanya
adekuat yang adekuat malnutrisi

b. Timbang setiap b. Deteksi dini

hari, pantau hasil perubahan BB

pemeriksaan dan masukan


laborat nutrisi

c. Jelaskan c. Dengan
pentingnya nutrisi Pemahaman
yang adekuat yang benar
d. Ajarkan individu akan
menggunakan memotivasi
penyedap rasa klien untuk
(seperti bumbu) masukan
e. Beri dorongan nutrinya
individu untuk d. Aroma yang
makan bersama enak akan
orang lain membangkitkan
f. Pertahankan selera makan
kebersihan mulut e. Dengan makan
yang baik (sikat bersama sama
gigi) sebelum secara
dan sesudah psikologis
mengunyah meningkatakan
makanan selera makan
g. Anjurkan makan f. Dengan situasi
dengan porsi mulut yang
yang kecil tapi bersih
sering meningkatkan
h. Instruksikan kenyamanan
individu yang g. Mengurangi
mengalami perasaan tegang
penurunan nafsu pada lambung
makan untuk : h. Meningkatkan
Asupan makanan
-Makan-makan
kering saat
bangun tidur
-Hindari makanan
yang terlalu
manis, berminyak
-Minum sedikit-
sdikit melalui
sedotan
-Makan kapan

saja bila dapat


toleransi

-Makan dalam
porsi kecil rendah
lemak dan makan
sering

2. Risiko tinggi infeksi b/d penurunan asupan kalori dan protein

TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL

Klien akan Tanda-tanda a. Kaji tanda- a.Mendeteksi dini


memperlihatk peradangan tanda radang untuk mencegah
an tidak umum secara terjadinya radang
kemampuan ditemukan : teratur b.Mencegah
terhindar dari panas, b. Ajarkan terjadinya infeksi
tanda-tanda bengkak, tentang akibat
infeksi nyeri, perlunya lingkungan dan
merah,gangg menjaga kebersihan diri
uan fungsi Kebersihan yang kurang
diri dan sehat

lingkungan c.meningkatkan

c. Tingkatkan kadar protein


kemampuan dalam dalam

asupan tubuh sehingga


nutris meningkatkan
TKTP
d. Perhatikan kemampuan
penggunaan kekebalan dalam
obat-obat tubuh
jangka d.Menurunkan
resiko terjadinya
panjang yang infeksi
dapat
menyebabkan
imunosupresi

3. Kerusakan mobilitas fisik b/d deformitas skeletal, nyeri

INTERVENS
TUJUAN KRITERIA RASIONAL
I

klien dapat Mendemontrasi a. Evaluasi a. Tingkat aktifitas


mobilisasi kan pemantauan tergantung dari
dengan tehnik/perilaku tingkat perkembangan
adekuat yang inflamasi/ra /resolusi dari
memungkinkan sa sakit proses inflamasi
melakukan b. bantu b. Mempertahanka
aktifitas dengan n fungsi sendi,
rentang kekuatan otot
gerak c. Menghilangkan
aktif/pasif tekanan pada
c. ubah posisi jaringan dan
dengan meningkatkan
sering sirkulasi
dengan d. Menghindari
cedera
personal
cukup
Berikan
lingkun
gan
yang
nyaman
misaal
alat
bantu

4. Nyeri ( akut/kronis) b/d proses inflamasi, destruksi sendi

TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


Menunjukkan Terlihat a. Kaji keluhan a. Membantu
nyeri rileks, dapat nyeri, catat dalam
berkurang/ tidur dan lokasi nyeri dan menentukan
hilang berpartisipasi intensitas. Catat managemen
dalam factor yang nyeri
aktifitas mempercepat b. Pada penyakit
tanda tanda neri berat tirah
b. Biarkan klien baring sangat
mengambil posisi diperlukan
yang nyaman
Untuk
pada waktu
membatasi
istirahat ataupun
nyeri
tidur
c. Panas
c. Anjurkan klien
meningkatkan
mandi air hangat,
relaksasi otot
sediakan waslap
dan mobilitas,
untuk kompres
menurunkan
sendi rasa sakit dan
d. Berikan masase kekakuan
lembut sendi.
Kolaborasi d. Meningkatkan
pemberian obat- relaksasi/meng
obatan seperti : urangi
aspirin, ketegangan
ibuprofen, otot
naproksin, Sebagai anti
piroksikam, inflamasi dan

fenoprofen efek analgesik


ringan dalam
mengurangi
kekakuan.

5. Resiko cedera b/d hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri

TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL

Klien Klien berada a. Kaji tingkat Mengatur

terhindar dari pada perilaku kekuatan otot tindakan

cedera yang aman b. Kaji tingkat selanjutnya


dan pergerakan pasif
lingkungan c. Beri alat bantu
yang nyaman sesui kebutuhan
d. Ciptakan
lingkungan
yang aman
(lantai tidak
licin)
e. Bantu klien
untuk
memenuhi
kebutuhan yang
tidak bisa
dilakukan
secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA

Capernito Lynda juall (2008), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 , Alih
Bahasa Yasmin Asih EGC jakarta

C. Long barbara ( 2006) Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses)


Unit IV, V, VI Alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran Bandung, IAPK Bandung

Donges Marilyn E (2001), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I

Made Kariasa, EGC Jakarta

Wahyudi Nugroho ( 2012), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta

Anda mungkin juga menyukai