Anda di halaman 1dari 10

DAKWAH

Pengertian Dakwah
Kata Dakwah secara etimologi merupakan bahasa Arab, berasal dari kata da‟wah,
yang bersumber pada kata da’a, yad’u, da’watan yang bermakna, (1) memanggil, (2)
menyeru, (3) menegaskan, (4) perbuatan atau perkataan untuk menarik kepada sesuatu,
dan (5) memohon dan meminta.1
Dalam bahasa Al-Qur’an dakwah berasal dari kata Da’aa (‫)دعا‬, Yad’uu (‫)يدعو‬,

Da’watan (‫)دعوة‬. Secara bahasa/ etimologis berasal dari kata Al-nida yang artinya

menyeru atau memanggil. Menurut istilah/ terminologis dakwah diartikan dengan


mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk Allah SWT, menyeru mereka kepada
kebiasaan yang baik dan melarang mereka dari kebiasaan yang tidak baik supaya
mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat.
Kata dakwah diartikan dengan menyeru, memanggil atau mengajak manusia
untuk melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh berbuat kebajikan dan
melarang perbuatan mungkar sesuai dengan ajaran Allah SWT yang diwahyukan
kepada Rasul-Nya, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.2 Dari
pengertian di atas, maka seiring dengan yang disebutkan dalam Alquran bahwa secara
etimologi dakwah itu berarti ajakan, seruan atau panggilan untuk mendekatkan diri
kepada Allah dengan cara mematuhi perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam ajaran Islam yang wajib
dilaksanakan oleh setiap muslim. Kewajiban dakwah ini tercermin dalam konsep amar
ma‟ruf nahi munkar, yakni perintah untuk mengajak kebaikan dan menjauhkan dari
perilaku kejahatan seperti yang difirmankan Allah SWT pada: surah An-Nahl ayat 125
yang berbunyi:

                

        


Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

1
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm 1
2
Dr. A. Ilyas Ismail, M.A dan Prio Hotman, Filsafat dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm 27-38

1
Ayat di atas memerintahkan kaum muslimin untuk berdakwah sekaligus memberi
tuntunan bagaimana cara-cara pelaksanaannya yakni dengan baik yang sesuai dengan
petunjuk agama.3 Dan Pada Surah Ali Imron ayat 110:

          

            

 
Artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
manusia,(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun
kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.

Menurut Ali Mahfudz, beliau mengartikan dakwah lebih dari sekedar ceramah dan
pidato, lebih dari itu dakwah juga meliputi tulisan (bi al-qalam) dan perbuatan sekaligus
keteladanan (bi al-hal wa al-qudwah). Dakwah juga dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan untuk memotivasi orang dengan Basirah, maksudnya mendorong orang dengan
pengetahuan yang mendalam dengan tujuan agar motivasi ini tepat sasaran, agar
menempuh jalan Allah dan meninggikan agama. Dakwah dalam pengertian tersebut,
dapat dijumpai dalam QS. Yunus (10) ayat 25:

           
Artinya: Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam). (Q.S. Yusuf: 25).

Ditinjau dari terminologi, dakwah terdapat beberapa pengertian menurut


para ahli, diantaranya ialah”:4
Aboebakar Atjeh (1971: 6),
dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada sesama manusia untuk
kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar dengan penuh
kebijaksanaan dan nasehat yang baik.

3
Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2001), hlm 194
4
Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm 11-17

2
Masdar Helmi (1973: 31),
dakwah adalah “mengajak dan menggerakan manusia agar menaati ajaran-ajaran
Allah (islam), termasuk melakukan amar ma’ruf nahyul munkar untuk bisa
memperoleh untuk bisa memperoleh kebahagian di dunia dan akherat”.
Dr. M. Quraish Shihab
“Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah
situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi
maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekadar usaha peningkatan
pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju
sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan
menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai
aspek.”5
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Dakwah adalah
usaha menyampaikan sesuatu kepada orang lain, baik itu perorangan atau
kelompok tentang pandangan dan tujuan hidup manusia sesuai Islam. Sedangkan
Ilmu Dakwah sendiri berarti ilmu yang mempelajari ajakan dan kegiatan manusia
dalam menyampaikan isi ajaran Islam kepada sesama manusia untuk
kebahagiaannya baik di dunia maupun akhirat.6
Ruang Lingkup Ilmu Dakwah
Objek formal kajian ilmu dakwah adalah mempelajari hakikat dakwah.
Apakah dakwah hanya sekadar merupakan bentuk dan model sosialisasi dan
transformasi agama islam? Apakah dakwah hanya mengajak manusia untuk hidup
dijalan Allah saja? Apakah hubungan antara dakwah dengan makna Rahmatan lil
al-alamin dengan amar ma’ruf nahi mungkar.Sementara objek material ilmu
dakwah adalah manusia, Islam, Allah dan lingkungan (Dunia). Ilmu dakwah
mencoba melihat interaksi antara manusia yang menjadi subjek (Da’i) dan objek
(Mad’u) dalam proses dakwah, Islam sebagai pesan dakwah dan lingkungan di
mana manusia akan menerapkan dan mengamalkan nilai-nilai Islam, serta Allah
yang menurunkan Islam dan memberikan takdirnya yang menyebabkan terjadinya
perubahan keyakinan, sikap dan tindakan. Dengan demikian, ruang lingkup ilmu

5
Quraisyihab., op,cit, h. 198
6
Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm 29

3
dakwah tidak akan pernah terlepas dari pembahasan tentang Allah, manusia dan
lingkungan di mana proses dakwah terjadi.
Secara sederhana dapat dirumuskan bahwa ruang lingkup ilmu dakwah
adalah:
1. Manusia sebagai pelaku dakwah dan manusia sebagai penerima
dakwah.
2. Agama Islam sebagai pesan dakwah yang harus disampaikan.
3. Lingkungan alam tempat terjadinya proses dakwah.
Sebagai ilmu yang mempelajari proses penyampaian ajaran Islam kepada
umat, ilmu dakwah memiliki ruang lingkup pembahasan yang sangat luas.
Dakwah itu identik dengan pembangunan fisik dan non fisik, dengan
menggunakan berbagai disiplin ilmu. Ilmu itu keseluruhannya termasuk bagian
dari ilmu Allah yang mencakup wilayah yang amat luas. Ilmu Allah yang amat
luas itu terdiri dari konsep-konsep yang apabila ditulis dengan tinta sebanyak air
lautan dan pulpen sebanyak ranting-ranting pepohonan, ilmu Allah tersebut tidak
akan selesai atau tidak akan habis ditulis.
Ruang lingkup pembahasan ilmu dakwah dapat diringkas sebagai berikut :
Bentuk-bentuk penyampaian ajaran Islam dari seseorang atau kelompok
kepada seseorang atau kelompok yang lain
Cara-cara penyampaian ajaran Islam tersebut yang meliputi pendekatan,
metode atau medianya,
Efek atau pengaruh penyampaian ajaran Islam tersebut terhadap sikap dan
tingkah laku individu dan masyarakat yang menerimanya. 7
Fungsi Ilmu Dakwah
“Tujuan dakwah sebetulnya tidak lain dari tujuan Islam itu sendiri, yakni
transformasi sikap kemanusiaan (attitude of humanity transformation) atau dalam
terminology Al-Qur’an disebutkan al-ikhraj min al-zulumat ila al-nur. Menurut Abu
Zahrah, an-nur (cahaya) adalah symbol karakteristik asal kemanusiaan (fitrah).
Sebaliknya, al-zulm (kegelapan) adalah symbol yang menunjuk kepada situasi
penyimpangan manusia dari karakter asalnya. Dalam hal ini, agama dihadirkan untuk
mempertegas kembali komitmen tauhid tersebut sehingga manusia dapat menjalani

7
Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag., Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm 54

4
hidup dan meyikapinya dengan benar, yaitu dengan ketundukkan penuh kepada Tuhan
sang pencipta. Nabi Muhammad sebagai agen penyampai pesan agama, dalam haditsnya
menegaskan bahwa tujuan diutusnya beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak. Dari
sini kemudian dapat dipahami bahwa misi risalah beliau adalah menyempurnakan
akhlak (fitrah) manusia”.8
“Banyak yang menganggap Islam agama yang tidak mengajarkan etos kerja dan
kemajuan. Pandangan yang salah ini muncul karena mereka belum tersentuh oleh
dakwah. Di kalangan umat Islam sendiri terdapat pandangan bahwa Islam dapat
kehilangan arah. Dengan dakwah umat Islam menjadi saudara. Dengan demikian, kita
bisa membuat pernyataan bahwa kehidupan seseorang ditentukan oleh keyakinannya,
sedangkan keyakinan itu ditntukan oleh pengetahuannya. Lebih khusus, umat Islam
ditentukan oleh keagamaannya; sementara keagamaannya ditentukan oleh pengetahuan
agamanya; dan pengetahuan agamanya tergantung pada dakwah. Orang-orang
nonmuslim yang mencemooh islam atau umat Islam yang menindas saudaranya sendiri
dikarenakan salah dalam memahami Islam. Kesalahan ini akibat tidak adanya dakwah
atau dakwahnya yang salah.
Islam dihadirkan melalui Nabi Muhammad SAW. Untuk menjadi petunjuk bagi
semua manusia. Petunjuk bagi umat Islam diibaratkan buku petunjuk bagi benda
elektronik yang dibuat manusia. Pemakai benda elektronik yang tidak menaati
petunjuknya dapat dipastikan benda elektronik itu akan rusak. Begitu juga manusia telah
diberi pedoman oleh penciptanya, Allah SWT. Manusia harus mengikuti pedoman
tersebut jika ingin selamat dalam perjalanan dalam hidupnya. Sebagai sebuah petunjuk,
dakwah Islam mutlak dilakukan agar Islam menjadi rahmat penyejuk bagi kehidupan
manusia. Bila kehidupan manusia menjadi baik, maka seluruh kehidupan alam lainnya
menjadi baik pula. Dakwah hanya membagi dan mengajarkan kebenaran petunjuk
Islam.
Melalui dakwah, Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia. Dua kerajaan adidaya
saat itu, Persia dan Romawi, jatuh di tangan umat Islam pada periode Khalifah ‘Umar
Bin Khattab. Kejatuhannya merupakan hasil perjuangan bangsa-bangsa yang tertindas
setelah mendapatkan semangat Islam.

8
Dr. A. Ilyas Ismail, M.A dan Prio Hotman, Filsafat dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm 3-6

5
Dengan dakwah pula, kebenaran Islam tidak akan berhenti dalam satu generasi.
Dakwah Islam berfungsi sebagai estafet bagi peradaban manusia. Nabi SAW tidak ingin
dinamika dakwah berhenti karena kewafatannya. Dakwah berfungsi menjaga
orisinalitas pesan dakwah dari Nabi SAW, dan menyebarkannya kepada lintas generasi.
Salah satu fungsi dakwah adalah mencegah laknat Allah, yakni siksa untuk keseluruhan
manusia di dunia”.9
Dakwah Makna Dan Fenomena
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang teradopsi dari kemajuan
IPTEK mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai, baik bersifat positif maupun negatif.
Nilai-nilai positif bisa dilihat melalui perpaduan kebudayaan Islam dan kebudayaan
Barat yang menjadikan Islam semakin kaya akan nilai-nilai kebudayaan melalui
pembuktian sains dan teknologi. Selain itu dampak negatifnya tidak bisa disangkal
berupa merosotnya nilai-nilai moralitas sebagian umat Islam yang cenderung menerima
dan mengadopsi nilai-nilai budaya Barat tanpa filtrasi terlebih dahulu.
Salah satu dampak yang dirasakan saat ini seperti yang digambarkan oleh John
Naisbit dalam Mega Trend 2000 menyebutkan kecenderungan masyarakat dalam 3F:
fun (hiburan), food (makanan), and fashion (pakaian). Lain halnya dengan Jalaluddin
Rahmat (1996:71) yang meramalkan dalam 5F: faith, fear, acts, fiction dan
formulatilation. Menurut Emile Dukheim dalam buku yang ditulis oleh Soejono
Soekanto (1974:217) masyarakat modern merupakan satu kesatuan organis yaitu adanya
perbedaan individu (pluralisme) membuat mereka bermasyarakat, saling membantu dan
saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Menurutnya, dalam kehidupan
masyarakat modern, kebebasan individu, toleransi terhadap keyakinan individu dan
caranya mengatur hidupnya semakin menonjol. Disaat yang sama, bidang-bidang
kehidupan yang dikuasai oleh kesadaran kolektif semakin tersingkir dan menyempit.
Masyarakat diandaikan tidak berhak mencampuri urusan-urusan pribadi yang
makin meluas. Selain individualisme yang digadang-gadangkan, nilai gotong royong
juga semakin pudar. Berbagai kegiatan yang dahulu dilakukan masyarakat secara
gotong royong sekarang bisa dilakukan oleh penyedia jasa. Dalam kehidupan yang
semakin lama semakin mengglobal, perubahan itu akan dianggap sebagai suatu
kebiasaan karena perkembangan teknologi, transportasi dan komunikasi yang

9
Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag., Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm 110-120

6
cepat.Fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat modern dewasa ini dengan
sebuah fenomena baru yang mewarnai kehidupan mereka disebut era global. Kehidupan
manusia diwarnai dengan gaya kehidupan yang serba modern, baik cara berpakaian,
cara makan, cara berbicara, kebebasan belanja, pilihan restoran, pilihan hiburan, tata
rambut, tata busana dan sebagainya. Gaya hidup seperti ini merupakan kombinasi dan
totalitas dari cara, tata, kebiasaan pilihan serta obyek-obyek yang mendukungnya.
Pergeseran nilai-nilai agama dan budaya membuat keresahan dalam kehidupan
bermasyarakat. Banyak penyakit masyarakat semakin hari semakin parah, seperti:
kemiskinan, pencurian, minuman keras, narkoba, seks bebas, dan sebagainya. Usaha
untuk mengantisifasi permasalahan ini tidak bisa lagi melalui dakwah konvensional,
hanya melalui mimbar saja. Tetapi dakwah harus menyentuh mereka secara langsung
dengan berbagai cara baru. Salah satunya dapat dilakukan melalui pendekatan dakwah
yang memiliki inovasi. Salah satu bentuk inovasi yang bisa dilakukan yaitu melalui
dakwah dinamis.
Dinamisasi Dakwah
Dakwah dinamis terdiri dari dua kata yaitu dakwah dan dinamis. Menurut Asep
Muhidin (2002:19) dakwah adalah upaya kegiatan mengajak atau menyeru umat
manusia agar berada di jalan Allah (sistem Islami) yang sesuai dengan fitrah dan
kehanifannya secara integral, baik melalui kegiatan lisan dan tulisan atau kegiatan nalar
dan perbuatan, sebagai upaya pengejawantahan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran
spiritual yang universal sesuai dengan dasar Islam. Dakwah juga dapat dimaknai
sebagai proses transformasi ajaran dan nilai-nilai Islam dari seorang atau sekelompok
da’i kepada mad’u dengan tujuan orang yang menerima transformasi ajaran dan nilai-
nilai Islam itu terjadi pencerahan iman dan juga perbaikan sikap serta prilaku yang
Islami.
Selain pendapat di atas, dakwah dapat juga dimaknai dengan upaya menciptakan
kondisi yang kondusif untuk terjadinya perubahan pikiran, keyakinan, sikap dan prilaku
ke arah pikiran, keyakinan, sikap dan prilaku yang lebih Islami. Dengan kata lain,
melalui kegiatan dakwah seseorang atau sekelompok orang akan berubah pikiran,
keyakinan, sikap dan prilakunya ke arah yang lebih positif sesuai dengan ajaran yang
ada dalam Islam.

7
Adapun kata dinamis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan
penuh semangat, bertenaga sehingga cepat bergerak (selalu berubah-ubah) dan mudah
menyesuaikan diri dengan keadaan dan sebagainya, mengandung dinamika. Jadi
dakwah dinamis adalah kegiatan dakwah yang dilakukan dengan penuh semangat,
menyesuaikan dengan kondisi atau permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, tidak
bersifat statis karena persoalan umat saat ini begitu kompleks. Dakwah dapat dilakukan
dengan melihat keadaan masyarakat yang sebenar-benarnya dan mencari metode baru
yang lebih menarik dan tepat untuk dilakukan dalam kegiatan dakwah.
Al-Qur’an juga mengajarkan da’i untuk melakukan beberapa cara dalam
berdakwah dalam surat an-Nahl:125. Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan banahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dan
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS. An-Nahl (16): 125).
Ahmad Watik Pratiknya (2012:113) menyatakan bahwa dakwah harus diformat
untuk bisa menghadapi tantangan zaman. Ini berarti bahwa dakwah tidak hanya
digunakan untuk merehabilitasi dampak kemungkaran akibat perkembangan zaman
tetapi juga bisa dijadikan sebagai determinan dalam mengendalikan perkembangan
zaman. Ada lima ciri dan esensi perkembangan zaman atau globalisasi yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan dakwah, yaitu: terjadinya proses transfer nilai yang
intensif dan ekstensif, terjadinya transfer teknologi yang masif dengan berbagai
akibatnya, terjadinya mobilitas dan kegiatan umat manusia yang tinggi dan padat,
terjadinya kecenderungan budaya global kontemporeryaitu kehidupan yang
materialistis, hedonistik, maupun pengingkaran terhadap nilai-nilai agama, terjadinya
krisis sosok keteladanan bagi bangsa kerana figur-figur kurang amanah.
Dakwah dinamis lahir sebagai reaksi dari kegiatan dakwah yang selama ini
dilakukan. Dakwah dinamis saat ini merupakan terobosan yang terus berkembang.
Melalui dakwah dinamis banyak kegiatan dan nuansa baru yang bisa digunakan.
Pemanfaatan media cetak, elektronik, visual, maupun audio visual, semuanya bisa
dimanfaatkan dengan optimal. Saat ini lapisan masyarakat bisa memperoleh sentuhan
dakwah melalui media sosial. Tingginya tingkat pengguna media sosial saat ini menjadi
peluang yang besar bagi penyebar pesan-pesan dakwah. Misalnya Ustad Abdul Somad,

8
salah satu figur da’i yang sangat fenomenal saat ini. Metode dakwahnya sederhana
tetapi padat isinya. Pembawaannya yang hangat, bahasa yang sederhana menjadi salah
satu daya tarik kegiatan dakwahnya. Kegiatan dakwah Ustad Abdul Somad tidak hanya
bisa dinikmati oleh orang yang ada di masjid tetapi juga bisa dinikmati melalui media-
media sosial, seperti youtube, instagram, washapp, twiter, facebook, dan lain
sebagainya. Ustad Abdul Somad juga mempunyai tim solid dalam kegiatan dakwahnya.
Tim inilah yang ikut serta menyukseskan kegiatan dakwahnya sehingga secara
berkesinambungan selalu muncul materi-materi baru yang di upload ke sosial media.
Selain itu, setiap orang bisa men-share ulang materi dakwah yang sudah ia nikmati
sesuai dengan kreasi yang bisa diciptakan oleh masing-masing individu.
Sosok lain yang bisa menjadi figur da’i kekinian yaitu Ustad Yusuf Mansur. Ustad
Yusuf Mansur sosok yang sederhana, juga aktif berdakwah melalui sosial media. Aktif
meng-upload kegiatan sehari-harinya di media sosial. Memiliki usaha yang
berorientasikan ummat (paytreen). Ia juga mempunyai sekolah yang fokus pada
program tahfizh Qur’an.
Pemanfaatan Ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu jalan
keberhasilan dakwah kedua sosok ustad ini. Dakwah juga harus berkembang sesuai
dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Masyarakat selalu berubah, menghasilkan
kebudayaan-kebudayaan baru sehingga merubah sistem-sistem yang ada di masyarakat.
Seiring dengan perubahan yang terjadi di masyarakat juga memicu permasalahan yang
berinovasi pula. Oleh karena itu, dakwah sebagai salah satu terobosan dalam
menyelesaikan permasalahan umat juga harus berinovasi seperti yang dilakukan kedua
ustad tersebut.
Selain dakwah dinamis dikenal pula istilah dinamika dakwah yaitu dakwah yang
bersifat tidak kaku, tetapi mengalami perkembangan sesuai dengan dinamika yang
terjadi dalam masyarakat. Apabila dakwah dinamis terlaksana dengan baik maka
dakwah akan berfungsi sebagai alat dinamisator dan katalisator atau filter dalam
mencapai kebahagiaan di dundia dan akhirat. Kondisi ini dapat diasumsikan, apabila
dakwah tidak melakukan perubahan maka kemungkinan dakwah tidak relevan lagi
dengan perubahan dunia yang cepat dan pesat. Perubahan yang terjadi sangat cepat
melahirkan penerimaan variasi cara hidup di masyarakat.

9
Saat ini masalah yang terjadi dalam masyarakat semakin kompleks seiring dengan
pengaruh yang datang sebagai dampak globalisasi. Masyarakat sekarang dikenal dengan
istilah masyarakat modern.Masyarakat modern dapat dilihat dari struktur kehidupan
masyarakat yang dinamis dan kreatif untuk melahirkan gagasan-gagasan baru demi
kepentingan manusia dalam berbagai sektor kehidupan. Daya berpikir dan daya cipta
semakin berkembang untuk memformulasikan makna kehidupan dalam konteks yang
nyata, yang mengakibatkan pergeseran nilai-nilai budaya yang setiap saat berlangsung
walaupun secara lamban, maupun pasti.
Kemudian melalui dakwah dinamis setiap orang bisa ikut ambil bagian dalam
berdakwah. Dakwah dinamis bisa dilakukan seorang diri, berkelompok, maupun dengan
melibatkan pemerintah dan lembaga-lembaga terkait. Semuanya bisa dilakukan sesuai
dengan permasalahan yang terjadi. Upaya untuk mengantisipasi permasalahan yang
terjadi pada masyarakat modern maka diperlukan dakwah yang dinamis, bersifat aktual,
faktual dan kontekstual. Hal ini berguna untuk mengkaji permasalahan baru dalam
masyarakat yang akan menjadi kajian dalam dakwah. Dakwah dinamis harus dilakukan
agar masalah yang ada bisa diselesaikan secara tepat.
Dakwah saat ini harus bersifat sangat aktif. Tidak hanya melalui mimbar, tetapi
juga melalui aksi nyata. Pemanfaatan media-media yang bisa digunakan dalam kegiatan
dakwah harus dimanfaatkan secara optimal. Melalui dakwah dinamis setiap orang yang
menikmati sosial media bisa juga melakukannya dengan menshare kembali meteri
dakwah yang telah ia nikmati. Jadi yang berdakwah tidak hanya da’i tetapi semua orang
juga berkesempatan melakukannya.10

10
NUR ALHIDAYATILLA,Home / Artikel Dosen / Dinamika Dakwah di Masyarakat Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau sdi 4 September 2017 Artikel Dosen

10

Anda mungkin juga menyukai