Anda di halaman 1dari 13

TUGAS WAWASAN ILMU FARMASI

“CARI 10 OBAT BERISI INDIKASI, KONTRAINDIKASI, DOSIS, INTERAKSI,


DAN EFEK SAMPING”

OLEH:

NAMA : NINDI

NIM : F202001107

KELAS : A2

DOSEN : Apt. CITRA DEWI,S,Farm.,M.Farm

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
1. Cetaflam
 Indikasi : Meredakan nyeri dan mengurangi inflamasi pada pasien Rematoid
Atritis akut dan kronis, nyeri pada tulang, spondilitis ankilosa.
 Kontra Indiksi : Obat ini tidak boleh digunakan pada pasien yang memiliki
kondisi sebagai berikut:
-Gangguan pencernaan seperti tukak usus, perdarahan saluran pencernaan
-Hamil pada trimester akhir
-Gangguan hati
-Gangguan jantung
-Riwayat asma
-Reaksi hipersensitifitas atau alergi pada Kalium Diklofenak atau OAINS
lainya
 Dosis : Cetaflam harus dikonsumsi sesuai dengan petunjuk dokter. Tergantung
kegunaannya, Cetaflam umumnya di konsumsi dengan dosis 25-100 mg
sebanyak 1-4 kali sehari. Dosis maksimum Cetaflam dalam sehari adalah 150-
200 mg. Dewasa dan anak di atas 12 tahun 1 tablet, 2 sampai 3 kali per hari.
 Interaksi obat : Cetaflam dapat menimbulkan jika dikonsumsi bersama obat
lain. Berikut adalah beberapa interaksi yang dapat terjadi:
-Meningkatkannya resiko luka dan perdarahan pada saluran pencernaan, jika
dikonsumsi bersama obat kortikosteroid.
-Meningkatkannnya resiko sroke dan serangan jantung, jika dikonsumsi
bersama digoxin.
-Meningkatkannya risiko hiperkalemia, jika dikonsumsi bersama obat ACE
inhibitor, ciclosporin, diuretik, dan tacrolimus.
-Meningkatkannya efek samping Cetaflam, jika dikonsumsi bersamaan dengan
digoxin, lithium, mwthotrexate, dan phenytoin.
-Berkurangnya efektivitas Cetaflam, jika dikonsumsi bersamaan dengan obat
cholestyramine.
 Efek samping : Beberapa efek samping yang dapat muncul pada saat
mengkonsumsi Cetaflam adalah:
-Sakit maag
-Mual
-Sembelit
-Sakit kepala
-Diare
-Edeme atau pembengkakan tubuh akibat penumpukan cairan.

Segera hubungi dokter jika muncul efek samping yang serius, seperti:
-Reaksi anafilaksis akibat alergi terhadap Cetaflam
-Serangan jantung
-Stroke
-Pendarahan saluran cerna
2. Diclofenac
 Indikasi : Meredakan rasa nyeri dan mengurangi inflamasi pada pasien
Rematoid Atritis akut dan kronis, nyeri pada tulang, spondilitis ankilosa.
 Kontra Indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap diclofenac atau yang
menderita asma, urtikaria atau pada pemberian aspirin. Penderita tukak.
 Dosis : Tergantung pada kondisi yang diderita. Berikut adalah dosis umum
penggunaan diclofenac berdasarkan bentuk obatnya:
Bentuk obat tablet
Kondisi : nyeri dan peradangan, seperti osteoarthritis, rheumatoid arthritis,
atau nyeri haid.
Dewasa : 50 mg, 3 kali sehari.
Kondisi : migrain
Dewasa : dosis awal 50 mg pada serangan pertama. Bila migrain masih terasa
setelah 2 jam, konsumsi lagi 50 mg. Selama gejala masih ada, konsumsi obat
50 mg setiap 4-6 jam. Dosis maksimal dalam sehari 200 mg.

Bentuk obat suntik


Kondisi : nyeri dan peradangan.
Dewasa : dosis maksimal 150mg per hari.

Bentuk obat gel


Kondisi : nyeri otot, keseleo, nyeri sendi, dan nyeri pinggang.
Dewasa : oleskanpada bagian yang sakit 4 kali sehari.

Bentuk obat tetes mata


Kondisi : nyeri setelah operasi mata juling.
Dewasa : 1 tetes ke mata yang nyeri sebanyak 4 kali sehari pada minggu
pertama, 3 kali sehari pada minggu kedua, dan 2 kali sehari pada minggu
ketiga.
Kondisi : konjungtivitis alergi.
Dewasa : 1 tetes ke mata yang merah, 4 kali sehari

Bentuk obat suppositoria atau tablet dubur


Kondisi : nyeri dan peradangan, seperti nyeri akibat luka, nyeri atau
peradangan setelah operasi, ankylosing spondylitis, atau nyeri radang sendi.
Dewasa : 75-150 mg per hari.
 Interaksi obat : berikut ini adalah efek yang dapat timbul bila menggunakan
diclofenac bersama obat lain:
-Perdarahan di saluran pencernaan, bila digunakan bersama obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) lain, obat pengencer darah, atau kortikosteroid.
-Kelebihan kalium dalam darah (hiperkalemia) dan kerusakan fungsi ginjal,
bila digunakan bersama obat hipertensi jenis ACE inhibitor atau diuretik,
ciclosporin, serta tacrolimus.
-Keracunan diclofenac, bila digunakan bersama phentytoin,
methotrexate,lithium, dan digoxin.
-Penurunan efek cholestryramine.
 Efek samping : Diclofenac berpotensi menimbulkan efek samping. Segera
periksa kedokter bila anda mengalami efek samping dibawah ini setelah
menggunakan diclofenac:
-Pusing
-Sakit kepala
-Mata merah dan terasa perih
-Diare atau malah sembelit
-Mual dan muntah
-Sakit maag
-Hilang nafsu makan
-Nyeri dada
-Gangguan irama jantung
-Penyakit kuning yang ditandai dengan kulit dan mata menguning, serta urine
berwarna gelap seperti teh.
-Perdarahan, misalnya muncul memar atau BAB berdarah
-Reaksi alergi obat, seperti muncul ruam kemerahan yang gatal pada kulit,
wajah bengkak, hingga sesak napas
-Gangguan fungsi ginjal, seperti pembengkakan tungkai atau berat badan
bertambah akibat penumpukan cairan, serta lebih jarang buang air kecil.

3. Folavit
 Indikasi : pertumbuhan janin, memelihara kesehatan, defisiensi Asam Folat,
suplemen untuk masa kehamilan dan meyusui, meningkatnya kebutuhan Asam
Folat.
 Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap asam folat.
 Dosis : dosis folavit berbeda-beda tergantung tujuan konsumsinya:
-Suplemen bagi ibu hamil untuk mencegah cacat saraf dan otak
 Dosis: 100-1000 mcg per hari, terutama pada trimester pertama
kehamilan.
-Defisiensi (kekurangan) asam folat
 Dosis awal: 250-1000 mcg per hari
 Dosis lanjutan: 250 mcg per hari, atau 800 mcg untuk ibu hamil atau
menyusui.
 Interaksi obat : asam folat merupakan bahan utama yang terkandung dalam
tiap produk Folavit. Ada beberapa risiko yang munkin terjadi jika aam folat di
konsumsi dengan obat-obatan tertentu, yaitu:
-Penurunan kadar asam folat dalam darah, jika digunakan dengan
methotrexate.
-Penururnan efektivitas phenytoin, phenobarbital, dan pyrimethamine.
-Meningkatnya efek samping obat kemoterapi capecitabine dan fluorouracil.
 Efek samping : folavit jarang menyebabkan efek samping selama dikonsumsi
sesuai dosis yang telah ditentukan. Jika dikonsumsi secara berlebihan, efek
samping yang dapat muncul akibat suplemen asam folat antara lain:
-Muka merah
-Mual
-Perut kembung
-Mulut terasa pahit
-Nafsu makan hilang
-Gangguan tidur
-Depresi

4. Glukagon
 Indikasi : Mengatasi kadar gula darah yang sangat rendah pada penderita
diabetes yang digunakan insulin,
 Kontra Indikasi : feokromositoma, insulinoma, glucagonoma, dan
hipersensitifitas.
 Dosis : dosis glukagon dapat berbeda pada tiap pasien. Secara umum, berikut
ini adalah rincian dosis glukagon berdasarkan tujuan penggunaannya:
Tujuan : mengatasi hipoglimekia berat pada penderita diabetes yang diobati
dengan insulin
 Dewasa : 1 mg suntikan intramuskular/IM, subkutan/SC, atau
intravena/IV. Glukagon bisa diberikan kembali tiap 15 menit sekali
sebanyak 1-2 kali
 Anak usia > 6 tahun : 1 mg suntikan IM, SC, atau IV. Glukagon bisa
diberikan kembali setelah 15 menit.
 Anak usia < 6 tahun : 0,5 mg suntikan IM, SC atau IV. Glukagon bisa
diberikan kembali setelah 15 menit.

Tujuan : membantu pemeriksaan radiologi pada saluran pencernaan


orang dewasa
 Untuk menghentikan pergerakan lambung dan usus kecil : 0,2-0,5 mg
suntikan IV selama lebih dari 1 menit atau 1 mg suntikan IM.
 Untuk menghentikan pergerakan kolon : 0,5-o,75 mg suntikan IV
selama lebih dari 1 menit atau 1-2 mg suntikan IM.
 Interaksi obat: penggunaan glukagon bersama obat tertentu berpotensi
menimbulkan efek interaksi obat, seperti:
-Peningkatan risiko terjadinya hipoglikemia jika digunakan dengan
indomethacin.
-Peningkatan detak jantung dan tekanan darah jika digunakan dengan
penghambat beta.
-Peningkatan risiko terjadinya gangguan saluran pencernaan jika digunakan
dengan atropin atau ipratropium.
-Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan dengan warfarin.
-Penurunan efek terapi dari glukagon jika digunakan dengan insulin suntik.
 Efek samping : efek samping yang dapat terjadi akibat gangguan glukagon
adalah:
-Iritasi, kemerahan, atau pembengkakan, di area suntikan
-Mual atau muntah
-Sakit kepala

Segera kedokter jika efek samping diatas tidak membaik atau semakin parah,
segera ke dokter jika anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping
serius, seperti:
-Takikardia atau jantung berdebar
-Sulit bernapas
-Sakit perut
-Hilang kesadaran

5. Psyllium
 Indikasi : mengobati konstipasi dan memenuhi kebutuhan serat harian
(suplemen serat)
 Kontra Indikasi : jangan mengonsumsi psyllium jika anda alergi terhadap obat
ini. Beritahu dokter jika anda pernah atau sedang menderita sumbatan usus,
usus buntu, tukak lambung, ulkus duodenum, pendarahan rektum, atau sulit
menelan.
 Dosis : dosis psyllium di tentukan berdasarkan usia, kondisi pasien, dan
respon tubuh pasien terhadap obat. Secara umum, dosis psyllium untuk
mengatasi konstipasi berdasarkan usia pasien adalah sebagai berikut:
-Dewasa dan anak-anak usia ≥ 12 tahun: 2,5-30 gram dibagi dalam beberapa
kali pemberian.
-Anak-anak usia 6-11 tahun: 1,25-15 gram, 1 dibagi dalam beberapa kali
pemberian.

Selain untuk mengatasi konstipasi, psyllium juga dipercaya bisa mengurangi


risiko terjadinya penyakit jantung koroner akibat kolestrol tinggi. Dosis
psyllium untuk kondisi ini adalah 7-10,2 gram per hari.
 Interaksi obat : ada beberapa efek interaksi obat yang dapat terjadi jika
psyllium digunakan bersama obat-obatan lain, yaitu menurunya efektivitas
sodium picosulfate atau metoclopramide. Untuk mencegah efek interaksi,
selalu beri tahu dokter jika anda sedang mengonsumsi obat, suplemen, atau
produk herbal tertentu.
 Efek samping : beberapa efek samping yang dapat timbul setelah
mengkonsumsi psyllium adalah:
-Perut kembung
-Kram perut
-Konstipasi

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping diatas tidak kunjung


mereda atau semakin parah. Segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat
yang bisa ditandai gejala tertentu, seperti munculnya ruam gatal pada kulit,
bengkak pada kelopak mata, atau bibir atau sulit bernapas.
-Mual, muntah, atau sakit perut yang parah
-Sembelit yang berlangsung lebih dari 1 minggu
-Perdarahan rektum
-Nyeri dada atau susah bernapas

6. Makrolit
 Indikasi : antibiotik untuk mengobati beragam infeksi bakteri yang umum
terjadi, mulai dari infeksi telinga, radang panggul, hingga pneumonia.
 Kontra Indikasi : Makrolid merupakan obat resep yang tidak dapat digunakan
secara sembarangan:
-Jangan menggunakan obat golongan makrolid bila anda alergi terhadap obat
ini.
-Hindari menggunakan makrolid jika anda sedang menggunakan obat
lovastatin, midazolam, pimozide, quinidine, procainamide, suquinavir,
simvastatin, terfenadine, verdenafil, atau warfarin.
-Beritahu dokter jika anda ingin melakukan imunisasi atau vaksinasi dengan
vaksin hidup, seperti vaksin tifoid, karena antibiotik makrolid dapat
mengurangi efektivitas vaksin.
-Beritahu dokter jikaanda sedang merencanakan kehamilan, sedang hamil,
atau menyusui.
-Bila terjadi reaksi alergi obat atau overdosis setelah menggunakan obat
makrolid , segera hubungi dokter.
 Dosis : antibiotik makrolid tersedia dalam bentuk sediaan tablet, kapsul, dan
sirup suspensi yang diberikan secara per oral. Minum antibiotik makrolid
sesuai dengan dosis yaang di berikan dokter secara teratur dan hingga habis
masa terapi.

Berikut adalah dosis obat yang biasa dianjurkan berdasarkan kondisi:


 Erythromycin
Pencegahan
Infeksi Streptococcus pada demam rematik atau penyakit jantung:
-Dewasa: 250 mg, dua kali sehari.
-Anak dibawah 2 tahun: 125 mg, dua kali sehari

Infeksi saluran pernapasan dan kulit


-Dewasa: 1-2 gram, 2-4 kali sehari. Dosis maksimal 4 gram per hari.
-Anak: 30-50 mg/kgBB, 2-4 kali sehari

 Azithromycin
Infeksi saluran pernapasan dan kulit
-Dewasa: 500 mg sekali sehari, selama 3 hari.
-Anak > 6 bulan: 10 mg/kgBB, sekali sehari, selama 3 hari.

Infeksi Mycobacterium avium


-Dewasa: 1,2 gram sekali seminggu.

Gonore
-Dewasa: 2 gram dosis tunggal (sekali konsumsi).

 Clarithromycin
Infeksi saluran pernapasan dan kulit
-Dewasa: 250-500 mg, dua kali sehari, selama 7-14 hari.
 Interaksi obat : Makrolid dapat bereaksi secara tidak terprediksi dengan obat-
obatan lain. Hal ini dapat mempengaruhi mekanisme kerja obat dan
meningkatka risiko terjadinya efek samping. Beberapa contoh obat yang
berinteraksi dengan makrolid misalnya:
-Pil kontrasepti
-Vitamin K
-Vitamin B6
-Suplemen kalsium
-Digoksin
-Asam folat
-Kolkisin
-Ergotamine
-Warfarin
-Cisaprid
-Terfenadin
 Efek samping : Beberapa efek samping yang umum terjadi setelah pemberian
makolid, yaitu:
-Nyeri lambung
-Diare
-Mual/muntah
-Dehidrasi
-Demam

Reaksi alergi biasanya juga dapat muncul segera setelah seseorang diberikan
makrolid. Segera bawa ke unit gawat darurat apabila timbul tanda dan gejala
dari reaksi yaitu:
-Kemerahan/ruam pada kulit
-Mata, bibir, atau lidah membengkak/gatal
-Kesulitan menelan
-Kesulitan bernapas
-Denyut jantung meningkat
-Mual/muntah
-Nyeri dada

7. Nystatin
 Indikasi : mengatasi candidiasis di rongga mulut, pengobatan infeksi jamur
dalam rongga mulut, tenggorokan, usus, kulit, dan vagina.
 Kontra Indikasi : Hipersensitivitas.
 Dosis : dosis nystatin berbeda-beda pada tiap pasien. Dokter akan menentukan
dosis dan lama pengobatan sesuai kondisi yang dialami pasien. Berikut adalah
pembagian dosis nystatin berdasarkan bentuk obatnya:
Bentuk oral ( cairan suspensi, tetes )
 Kondisi : candidiasis mulut
Dewasa : 100.000 unit, 4 kali sehari. Pengobatan bisa dilakukan
selama 7-14 hari.
Anak-anak : 100.000 unit, 4 kali sehari.
 Kondisi : pencegahan candidiasis pada bayi baru lahir
Diberikan pada bayi yang baru lahir pada ibu yang menderita
candidiasis vagina dengan dosis 100.000 unit, sekali sehari.
 Kondisi : candidiasis usus
Dewasa : 500.000-1.000.000 unit, 3-4 kali sehari.
Anak-anak : 100.000 unit, 4 kali sehari.

Bentuk topikal ( salep, krim vagina )

 Kondisi : infeksi jamur kulit


Dewasa dan anak-anak : dioleskan dibagian yang terinfeksi jamur 2
kali sehari.
 Kondisi : candidiasis vagina
Dewasa : dioleskan ke dalam vagina ( intravaginal ) sebanyak 100.000
unit, 1-2 kali sehari, selama 14 hari.

Bentuk tablet vagina

 Kondisi : candidiasis vagina


Dewasa : 100.000-200.000 unit, 1-2 kali sehari, selama 14 hari.
 Interaksi obat : tidak diketahui secara interaksi obat yang muncul jika nystatin
digunakan bersamaan dengan obat lainnya. Namun, nystatin dapat
menyebabkan efek interaksi ringan bila digunakan dengan produk ragi yang
dihasilkan oleh Saccharomyces cerevisiae.
Hindari penggunaan nystatin dengan produk ragi tersebut. Jika anda sedang
atau akan menggunakan obat, suplemen, atau produk herbal, pastikan untuk
berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu.
 Efek samping : efek samping yang umum terjadi setelah menggunakan
nystatin oral ( tablet minum atau larutan suspensi ) adalah:
-Mual
-Muntah
-Sakit perut
-Diare

8. Oralit
 Indikasi : obat ini digunakan untuk mencegah dan mengobati dehidrasi akibat
diare dan muntah.
 Kontra Indikasi : penderita gangguan fungsi ginjal, melabsorpsi glukosa, serta
dehidrasi parah
 Dosis : dosis oralit untuk diare dibagi berdasarkan usia dan kondisi
penggunanya.
-Anak 0-1 tahun: 1½ gelas pada 3 jam pertama, kemudian ½ gelas tiap kali
diare.
-Anak 1-5 tahun: 3 gelas pada 3 jam pertama, kemudian 1 gelas tiap kali diare.
-Anak 5-12 tahun: 6 gelas pada 3 jam pertama, kemudian 1½ gelas tiap kali
diare.
-Di atas 12 tahun: 12 gelas pada 3 jam pertama, kemudian 2 gelas tiap kali
diare.
 Interaksi obat : kandungan kalium dan natrium di dalam oralit dapat
mengubah konsentrasi ion litium yang terdapat pada darah.
Sementara itu, obat penghambat ACE, obat diuretik hemat kalium, dan
ciclosporin dapat meningkatkan risiko terjadinya hiperkalemia jika
dikonsumsi bersama oralit dalam jumlah yang berlebihan.
 Efek samping : walaupun jarang terjadi, konsumsi oralit secara berlebihan dan
tidak sesuai petunjuk dokter dapat menimbulkan efek samping berikut:
-Hipertensi
-Sakit kepala
-Pusing
-Letih
-Perubahan suasana hati
-Rasa tidak nyaman di perut
-Kembung
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika anda mengalami gejala yang
disebutkan di atas.

9. Strontium
 Indikasi : obat untuk menangani osteoporosis pascamenopause
 Kontra indikasi : pasien dengan kejadian tromboemboli vena saat ini atau
sebelumnya termaksud trombosis vena dalam dan emboli paru, imobilisasi
sementara atau permanen karena pemulihan pasca operasi atau istirahat di
tempat tidur yang lama, penyakit jantung iskemik saat ini atau riwayat
penyakit arteri perifer dan penyakit serebrovaskular. HTN yang tidak
terkontrol. Laktasi.
 Dosis : dosis strontium dalam pengobatan osteoporosis pada wanita yang
sudah monopause atau pada pria yang berisiko tinggi mengalami patah tulang
adalah 2 gram perhari.
 Interaksi obat : berikut ini adalah interaksi yang dapat terjadi jika
menggunakan strontium dengan obat-obatan lainnya:
-Penurunan efektivitas strontium jika dikonsumsi dengan obat yang
mengandung kalsium.
-Berkuangnya penyerapan tetracycline atau quinolone

Selain itu, mengonsumsi strontium bersama susu, makanan, atau produk lain
yang mengandung kalsium juga dapat menurunkan efektivitas strontium.
 Efek samping : jika dikonsumsi sesuai anjuran dokter dan petunjuk
penggunaan yang ada dikemasan, strontium umumnya jarang timbul efek
samping. Namun, terkadang bisa saja muncul beberapa efek berikut:
-Sakit kepala
-Sakit perut
-Mual
-Muntah
-Diare

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping diatas tidak kunjung


mereda atau semakin berat. Segera kedokter jika anda mengalami reaksi alergi
obat yang bisa ditandai dengan bengkak pada bibir dan kelopak mata, ruam
yang gatal, atau sulit bernapas.

10. Salbutamol
 Indikasi : mengatasi sesak napas akibat menyempitnya saluran pernapasan,
seperti saat serangan asma.
 Kontra Indikasi : Hipersensitif salbutamol
 Dosis : dosis penggunaan salbutamol tergantung pada tingkat keparahan
kondisi dan respons pasien terhadap obat. Dokter akan memberikan bentuk
obat sesuai dengan kondisi pasien.
Pasien serangan asma dan bronkospasme berat, dokter dapat memberikan
salbutamol dengan bantuan nebulizer. Nebulizer adalah mesin untuk
menyalurkan obat dalam bentuk uap yang akan dihirup menggunakan masker
khusus.
Berikut ini adalah takaran dosis salbutamol berdasarkan bentuk obatnya:
 Inhaler (aerosol)
-Sesak napas akibat bronkospasme (penyempitan saluran napas
bronkus): 1-2 kali hirup, 4 kali sehari.
-Serangan asma berat: dosis awal 4 kali hirup, kemudian dilanjutkan 2
kali hirup setiap 2 menit.
Dosis maksimal adalah 10 kali hirup.
-Pencegahan sesak napas yang dipicu olahraga: 1-2 kali hirup, 10-15
menitsebelum olahraga.
 Oral (tablet atau sirup)
Dosis salbutamol oral untuk mengatasi sesak napas akibat
bronkospasme adalah sebagai berikut:
-Untuk orang dewasa, dosisnya adalah 2-4 mg, 3-4 kali sehari. Dosis
bisa di tingkatkan sampai maksimal 8 mg, 3-4 kali sehari.
-Untuk anak-anak, dosisnya adalah 1-2 mg sebanyak 3-4 kali sehari.
 Injeksi intramuskuler/subkutan (IM/SC)
Untuk dosis dewasa 500 mcg (8mcg/kg) di ulang per 4 jam.
 Interaksi obat : ada beberapa interaksi yang munkin terjadi jika menggunakan
salbutamol bersamaan dengan obat-obatan tertentu, di antaranya :
-Meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada fungsi jantung, bila digunakan
bersama antidepresan golongan trisiklik, seperti amitriptyline, obat golongan
MAOI.
-Menghambat efektivitas obat dan meningkatkan risiko sesak napas, bila
digunakan bersama obat golongan beta-blocker, seperti propranolol.
-Meningkatkan potensi hipokalemia ( kekurangan kalium ), bila digunakan
bersama obat golongan diuretik, seperti furosemide.
 Efek samping : salbutamol berpotensi menyebabkan efek samping. Efek
samping yang umum terjadi setelah menggunakan obat ini adalah:
-Jantung berdebar
-Tungkai, lengan, tangan, atau kaki, gemeteran
-Sakit kepala
-Nyeri atau kram otot

Efek samping ini umumnya ringan, berlangsung sementara, kemudian


menghilang. Jika efek tersebut terasa berat atau tidak membaik, segera ke
dokter. Anda juga di anjurkan untuk segera ke dokter jika mengalami reaksi
alergi obat atau efek samping yang serius, seperti.
-Nyeri atau kram otot
-Rasa lelah dan lemas
-Detak jantung tidak teratur
-Merasa linglung, pusing, hingga ingin pingsan
-Volume urine berkurang, sering haus, dan mulut kering
-Cemas, gugup, dan berkeringat
-Sakit kepala yang sangat berat.

Anda mungkin juga menyukai