Anda di halaman 1dari 45

KEBIJAKAN PENETAPAN RISIKO INFEKSI PADA PROSEDUR

DAN PROSES ASUHAN INVASIF DI RSUD GANDUS PALEMBANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GANDUS PALEMBANG


TAHUN 2020

PEMERINTAH KOTA PALEMBANG


DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GANDUS
Jl. TPH. Sofyan Kenawas Gandus Palembang 30149 Sumatera Selatan
E-mail :rsud.gandus01@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD GANDUS PALEMBANG

NOMOR 440/ /RSUD.G/ /2020

TENTANG

PENETAPAN RISIKO INFEKSI PADA PROSEDUR DAN PROSES ASUHAN INVASIF


DI RSUD GANDUS PALEMBANG

DIREKTUR RSUD GANDUS PALEMBANG

Menimbang : a. bahwa dalam upaya Penetapan Risiko Infeksi Pada Prosedur


Dan Proses Asuhan Invasif di RSUD Gandus Palembang, maka
diperlukan asesmen risiko terhadap terjadinya infeksi di rumah
sakit;
b. Bahwa agar pelaksanaan asesmen risiko pengendalian infeksi
tersebut dapat terlaksana dengan baik perlu adanya Panduan
Asesmen RisIko Pengendalian Infeksi di RSUD Gandus
Palembang ;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di maksud
dalam a dan b, perlu ditetapkan Keputusan Direktur RSUD
Gandus Palembang.

Mengingat: 1.Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4431);
2. Undang- undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara R e p u b l i k Indonesia
Nomor 5063);
3. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesian Nomor 5072);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5607);
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
27/MenKes/2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Pelayanan Kesehatan;
6. Peraturan Walikota Palembang Nomor 10 Tahun 2019 tentang
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Sakit
Umum Daerah Gandus Pada Dinas Kesehatan Kota Palembang
(Berita Daerah Kota Palembang Tahun 2019 Nomor 10).

MEMUTUSKAN:
Menetapka : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD GANDUS PALEMBANG
n TENTANG PENETAPAN RISIKO INFEKSI PADA PROSEDUR DAN
PROSES ASUHAN INVASIF DI RSUD GANDUS PALEMBANG.

KESATU : Penetapan risiko infeksi pada prosedur dan proses asuhan


invasif antara lain: Pencampuran obat suntik, pemberian
suntikan, terapi cairan, punksi lumbal dll
KEDUA : Pelaksanaan kegiatan asesmen risiko pengendalian infeksi
menjadi tanggung jawab Tim Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI)
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Palembang
pada tanggal

DIREKTUR RSUD GANDUS


PALEMBANG

drg. Hj. IRMA NOVIANTY, M.Kes


LAMPIRAN 1
KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD GANDUS
PALEMBANG
TENTANG TIM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSUD
GANDUS PALEMBANG
NOMOR : 440/ / RSUD.G/ /2020
TANGGAL :

KEBIJAKAN PENETAPAN RISIKO INFEKSI PADA PROSEDUR DAN PROSES


ASUHAN INVASIF

A.

B. KEBIJAKAN UMUM

1. Rumah sakit mengidentifikasi proses yang terkait dengan resiko infeksi yang
ada di RSUD Gandus Palembang .
2. Rumah sakit juga mengimplementasi strategi penurunan resiko infeksi pada
seluruh proses kegiatan.
3. Rumah sakit mengidentifikasi jenis resiko yang membutuhkan kebijakan dan
prosedur, edukasi staf, perubahan praktik dan kegiatan lainnya untuk
mendukung penurunan resiko.

C. KEBIJAKAN KHUSUS

1. RSUD Gandus Palembang Menetapkan risiko infeksi pada prosedur dan


proses asuhan invasif (ICRA prosedur dan proses Invasif)
a. Pencampuran Obat suntik

b. Pemberian suntikan

c. Terapi Cairan

d. Punksi lumbal

2. Pengkajian risiko infeksi di buat berdasarkan dari panduan ICRA RSUD


Gandus Palembang

3. Setiap prosedur dan proses asuhan invasif yang dilakukan di RSUD Gandus
Palembang harus mengutamakan keselamatan pasen dan petugas sesuai
prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi
D. PROSEDUR DAN ASUHAN PROSES INVASIF

1. PROSEDUR PENCAMPURAN OBAT

1.1 Penyiapan

1. Sebelum menjalankan proses pencampuran obat suntik, perlu


dilakukan langkah langkah sebagai berikut:
2. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan
prinsip 5 BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu
pemberian)
3. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah,
nomer batch, tgl kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan.
4. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak
jelas/tidak lengkap.
5. Menghitung kesesuaian dosis.

6. Memilih jenis pelarut yang sesuai.

7. Menghitung volume pelarut yang digunakan.

8. Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam


medis, ruang perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi
penyimpanan, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa
campuran. (contoh label obat, lampiran 1)
9. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam
medis, ruang perawatan, jumlah paket. (contoh label pengiriman,
lampiran 2)
10. Melengkapi dokumen pencampuran (contoh form pencampuran
dibuku 1: Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril)
11. Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan
dilakukan pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box.

1.2 Pencampuran

1. Proses pencampuran obat suntik secara aseptis, mengikuti langkah


– langkah sebagai berikut:
a. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

b. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi sesuai prosedur tetap


Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF) sesuai prosedur tetap
c. Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap
cairan dalam LAF.
d. Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas
obat.
e. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol 70 %.

f. Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan dari pass box.

g. Melakukan pencampuran secara aseptis

2. Tehnik memindahkan obat dari ampul


a. Membuka ampul larutan obat: (gambar 1)

1) Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan


mengetuk-ngetuk bagian atas ampul atau dengan melakukan
gerakan J-motion.
2) Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70 %, biarkan
mengering.
3) Lilitkan kassa sekitar ampul.

4) Pegang ampul dengan posisi 45º, patahkan bagian atas ampul


dengan arah menjauhi petugas. Pegang ampul dengan posisi
ini sekitar 5 detik.
5) Berdirikan ampul.

6) Bungkus patahan ampul dengan kassa dan buang ke dalam


kantong buangan.
b. Pegang ampul dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam
ampul, tarik seluruh larutan dari ampul, tutup needle.
c. Pegang ampul dengan posisi 45º, sesuaikan volume larutan
dalam syringe sesuai yang diinginkan dengan menyuntikkan
kembali larutan obat yang berlebih kembali ke ampul.
d. Tutup kembali needle.
e. Untuk permintaan infus Intra Vena , suntikkan larutan obat ke
dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui
dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.
f. Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan ukuran
yang sesuai untuk penyuntikan.
g. Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi
ke dalam kantong buangan tertutup.

3. Tehnik memindahkan sediaan obat dari vial :


1. Membuka vial larutan obat

1) Buka penutup vial.

2) Seka bagian karet vial dengan alkohol 70 %, biarkan


mengering.

3) Berdirikan vial

4) Bungkus penutup vial dengan kassa dan buang ke dalam


kantong buangan tertutup
2. Pegang vial dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam vial.
3. Masukan pelarut yang sesuai ke dalam vial, gerakan perlahan-
lahan memutar untuk melarutkan obat.
4. Ganti needle dengan needle yang baru.
5. Beri tekanan negatif dengan cara menarik udara ke dalam spuit
6. kosong sesuai volume yang diinginkan.
7. Pegang vial dengan posisi 45º, tarik larutan ke dalam spuit
8. tersebut.
9. Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan larutan obat ke
dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui
dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.
10. Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan ukuran
yang sesuai untuk penyuntikan.
11. Bila spuit dikirim tanpa needle, pegang spuit dengan posisi jarum
ke atas angkat jarum dan buang ke kantong buangan tertutup.
12. Pegang spuit dengan bagian terbuka ke atas, tutup dengan ”luer
lock cap”.
13. Seka cap dan syringe dengan alkohol.
14. Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi
ke dalam kantong buangan tertutup.
15. Memberi label yang sesuai untuk setiap spuit dan infus yang
sudah berisi obat hasil pencampuran.
16. Membungkus dengan kantong hitam atau alumunium foil untuk
obat- obat yang harus terlindung dari cahaya.
17. Memasukkan spuit atau infus ke dalam wadah untuk pengiriman.
18. Mengeluarkan wadah yang telah berisi spuit atau infus melalui
pass box.
19. Membuang semua bekas pencampuran obat ke dalam wadah
pembuangan khusus

Tabel 1. Daftar Ketercampuran Obat Suntik

NO NAMA OBAT KETERCAMPURAN LARUTAN IV KETERANGAN


1 Acyclovir Larutan Dextrosa, Ringer's Lactat. Tidak kompatibel
NOTE: larutan dextrose > 10% dapat dengan produk darah,
menjadikan kuning larutan (tidak larutan yang
mempengaruhi potensi obat) mengandung protein
Jangan simpan di
lemari es
2 Albumin NaCl 0.9% (lbh baik) ; kompatibel Jangan gunakan jika
dengan a 5% dan 10% larutan keruh.
jika kandungan larutan 5%-25%
gunakan NS atau D5W sebagai Jangan
pelarut. menggunakan SWFI
3 Amikacin Larutan Dextrosa, RL Inkompatibel masukkan > 1 jam
dengan heparin sebelum Penicillin
4 Aminophylline Larutan Dextrose, RL
5 Amphoterici Lebih disukai dgn Dekstrosa 5% tidak kompatibel
nB dengan NaCl 0.9%
(Fungizone) jangan dicampur
dengan obat lain
6 Ampicillin Paling stabil dlm NaCl 0.9%
dekstrosa dapat digunakan tp tidak
dalam konsentrasi tinggi
7 Ampicillin Dalam NaCL 0.9%lebih disukai
sulbactam kompatibel dengan larutan yang
mengandung Dextrose danRL
8 Calcium Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
Gluconate dekstrosa,RL
9 Cefepime Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL
10 Cefotaxime Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL
11 Ceftazidime Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL
12 Ceftriaxone Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa
13 Chloramphenicol Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL
14 Ciprofloxacine Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa
15 Clindamycin Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL
16 Dexamethason Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa
17 Diazepam Tidak direkmonedasi untuk dilarutkan
tapi NaCl 0.9%dapat digunakan
untuk penggunaan darurat
18 Digoxin Dekstros 5% dan NaCl 0.9% Mungkin terjadi
endapan
19 Dobutamine Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL
Tidak kompatibel dengan heparin
20 Dopamine Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL ( Gunakan N5 bila ada
heparin)
21 Epinephrine Kompatibel dengan NaCl 0.9%, Jangan dicampur
dekstrosa. dengan Bikarbonat
22 Fentanyl Citrate Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa
23 Fluconazole Kompatibel dgn Dextrosa 5%, 10%
dan
RL
24 Furosemide Kompatibel dng NaCl 0.9% Lebih Jangan dicampur
disukai dgn RL dengan larutan asam
25 Ganciclovir Kompatibel dgn Dextrosa 5%, NaCl
0.9% dan RL
26 Gentamycin Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa
27 Heparin Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa
28 Imipenem- NaCl 0.9% lebih disukai meskipun
Cilastatin dekstrose dapat digunakan pada
kondisi khusus
29 Ketorolac Kompatibel dengan larutan NaCl
0.9% dan dekstrose, RL
30 Levofloxacin Kompatibel dengan larutan NaCl
0.9% dan dekstrose, RL
31 Lorazepam Lebih disukai dgn Dekstrosa 5%
Kurang stabil dalam NaCl
32 MgSO4 Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%

33 Mannitol Biasanya tdk dilarutkan tetapi


Dekstrosa 5%, NaCl telah digunakan
34 Meropenem Lebih disukai NaCl 0.9%, kurang
stabil dalam dekstrose, kompatibel
dengan RL
35 Metronidazole Tdk perlu dilarutkan. Kompatibel dgn Jangan dicampur dgn
larutan dekstrosa dan NaCl 0.9% obat lain
36 Midazolam Dekstrose 5%, NaCl 0.9%, RL

37 Morphine Larutan dekstrose dan NaCl 0.9%,


Sulphate bila diinfus bersama dgn heparin
gunakan hanya NaCl 0.9%
38 Ondansentron Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9% Tidak tercampur
dengan obat dan
larutan bersifat basa
39 Penicillin G Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%
40 Phenytoin NaCl 0.9% Jangan dicampur dgn
obat lain
41 Piperacillin- Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%
Tazobactam tidak tercampur dgn RL
42 Propranolol Tidak direkomendasi untuk dilarutkan
tapi NaCl 0.9%dapat digunakan
43 Ranitidin Kompatibel dengan larutan NaCl
0.9% dan dekstrosa, RL
44 Sodium Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%
Bicarbonate
45 Sodium Valproate Dekstrosa 5%, NaCl 0.9%, RL

46 Vancomycin Dekstrosa 5%, NaCl 0.9%, RL Tidak


tercampur dengan heparin

1.3 Formulasi obat suntik

Obat-obat yang sediaannya berbentuk dry powder seperti


amoksisilin memerlukan rekonstitusi dengan aqua pro injeksi atau NaCl
0,9% sebelum digunakan. Keuntungan dari sediaan berbentuk dry
powder ini adalah dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.

Beberapa kelemahan dari sediaan berbentuk dry powder adalah :

1. Rekonstitusi menghabiskan waktu, khususnya bila sediaan tersebut


sulit untuk dilarutkan

2. Dapat terkontaminasi oleh lingkungan di sekitarnya dan


terkontaminasi oleh mikroba yang terdapat dalam pelarut

3. Dapat terkontaminasi oleh mikroba

4. Perhatian mungkin dibutuhkan jika obat mudah untuk ”foaming”


(berbusa), sebagai dosis yang tidak komplit memungkinkan untuk
hilang (withdrawn) contoh : teicoplanin

5. Jika ampul dipatahkan, pecahan kaca ampul tersebut dapat masuk


kesediaan, melukai petugas serta percikan sediaan dapat mencemari
lingkungan sekitarnya.

6. Jika sediaan menggunakan vial timbul kesulitan memasukkan pelarut


atau obat yang telah direkonstitusi karena adanya tekanan dalam vial
(beberapa vial dibuat dengan tekanan didalamnya). Jika vial tersebut
tidak memiliki tekanan di dalamnya, maka udara perlu dikeluarkan
terlebih dahulu sebelum penambahan pelarut. Jumlah udara yang
keluar masuk kedalam syringe harus sama dengan jumlah pelarut
yang ditambahkan. Sebelum mengeliminasi obat yang telah
direkonstitusi dari dalam vial, perbedaan tekanan harus dihitung lagi.
Udara perlu ditambahkan kedalam vial sebanding dengan jumlah obat
yang dieliminasi/ hilang.

1.4 Preparasidari larutan yang memerlukan pelarut tambahan


sebelum digunakan

Contoh : Ranitidine, amiodaron Keuntungan dari preparasi ini adalah:

Sudah berbentuk cairan, jadi tidak memerlukan proses


rekonstitusi lagi Kekurangan dari preparasi ini adalah :
- Waktu penggunaan untuk eliminasi dan persiapan

- Mudah mengalami gangguan/ masalah pada vakum/ tekanan (untuk


vial)

- Dapat menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul)

- Menyebabkan risiko kontaminasi mikrobakteri

1.5 Preparasi tersedia (siap untuk digunakan) tanpa pelarut tambahan

Preparasi ini dapat berupa kantong atau ampul dengan volume kecil
yang dapat dibuat tanpa pelarut tambahan, tapi tetap mengandung
larutan obat untuk dieliminasi ke dalam syringe untuk pembuatan, contoh
: adenosine, gentamisin, metoklopramid. Hal ini sesuai/ cocok untuk
digunakan, namun tetap memiliki kekurangan, antara lain:
- Berbahaya (kontaminasi mikrobakterial)

- Mudah mengalami gangguan/ masalah pad vakum/ tekanan (untuk


vial)

- Dapat menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul)


1.6 Preparasi tersedia (siap untuk digunakan)

Preparasi ini termasuk kantong infus dan syringe yang belum diisikan
(pre- filled), contohnya: NaCl (Sodium Chloride) 0,9% 500 ml, morfin
sulfat 60 mg dalam 60 ml PCA syringe. Keuntungannya adalah:
- Tidak ada risiko kontaminasi lingkungan

- Kecilnya kontaminasi mikrobakteri

- Mudah digunakan

- Menghemat waktu

Beberapa vial didesain dengan tekanan di dalamnya, hal ini diperlukan


karena berguna selama proses rekonstitusi.
Jika vial tersebut tidak memiliki tekanan di dalamnya, maka udara harus
dikeluarkan terlebih dahulu sebelum penambahan pelarut. Jumlah udara
yang dikeluarkan harus sama dengan jumlah pelarut yang ditambahkan.
Sebelum mengeluarkan obat yang telah direkonstitusi dari dalam vial
perbedaan tekanan harus dihitung lagi, sehingga udara perlu
ditambahkan kedalam vial sebanding dengan jumlah obat yang di
keluarkan.

1.7 Cara Pemberian

1.7.1 Injeksi Intravena ( i.v.)

Injeksi intravena dapat diberikan dengan berbagai cara, untuk jangka


waktu yang pendek atau untuk waktu yang lama.
a. Injeksi bolus

njeksi bolus volumenya kecil ≤ 10 ml, biasanya diberikan dalam waktu


3- 5 menit kecuali ditentukan lain untuk obat-obatan tertentu.
b. Infus

Infus dapat diberikan secara singkat (intermittent) atau terus-menerus


(continuous).
- Infus singkat (intermittent infusion)

Infus singkat diberikan selama 10 menit atau lebih lama. Waktu


pemberiaan infus singkat sesungguhnya jarang lebih dari 6 jam per
dosis.
- Infus kontinu (continuous infusion)

Infus kontinu diberikan selama 24 jam. Volume infus dapat


beragam mulai dari volume infus kecil diberikan secara subkutan
dengan pompa suntik (syringe pump), misalnya 1 ml per jam,
hingga 3 liter atau lebih selama 24 jam, misalnya nutrisi parenteral.

1.7.2 Injeksi intratekal

Injeksi intratekal adalah pemberian injeksi melalui sumsum tulang


belakang. Volume cairan yang dimasukkan sama dengan volume
cairan yang dikeluarkan.

1.7.3 Injeksi subkutan

Injeksi subkutan adalah pemberian injeksi di bawah kulit.

1.7.4 Injeksi intramuskular

Injeksi intramuskular adalah pemberiaan injeksi di otot.


1.1. Data stabilitas setelah pencampuran

Tabel 2: Data Kelarutan dan stabilitas obat non kemoterapi (Lacy et al, 2009: McEvoy,
2004)

N Golongan Nama obat Pelarut Konsentrasi Stabilitas penyimpana


o sesuai dalam pelarut setelah n
pencampura
n
1 Antibiotik: Amikasin D5W, 0,25-5 mg/ml 24 jam Suhu
Aminoglikosi NS dan dalam suhu
kamar;
da RL ruangan; 2
Lemari
hari dalam
pendingin.
lemari
pendingin
Gentamisin D5W, 40mg/ml 24 jam Suhu kamar
NS dalam 50- dalam
200ml suhu
ruangan
Tobramisin D5W, Dalam 50-100 24 jam Suhu kamar
NS mL D5W, NS dalam
suhu
ruangan
2 Antibiotik: Imipenen Pelarut 5mg/ml 4 jam dalam Dalam lemari
Carbapene dan original. suhu pendingin;
m silastatin ruangan; 24 BUKAN
jam dalam FREEZER
lemari
pendingin
Meropenem SWFI, 500mg/10ml; SWFI: 2 jam Dalam
D5W, 1g/20ml dalam suhu lemari
NS ruangan; 12 pendingin;
jam dalam BUKAN
lemari FREEZER
pendingin;
NS: 2 jam
dalam suhu
kamar, 18
jam dalam
lemari
pendingin.
D5W: 1 jam
dalam suhu
kamar, 8
jam dalam
lemari
pendingin
SWFI, SWFI: 24 jam
3 Antibiotik: Azitromisin Suhu kamar
NS, 500mg/4.8ml; dalam
Makrolida ; Lemari
D5W NS suhu
pendingin.
/D5W: 1mg/l
kamar
atau 2mg/ml ;
<30oC; 7

hari dalam
suhu 5oC.
SWFI:1g/5
4 Antibiotik Sefazolin SWFI; 24 jam Terlindung
ml atau
: D5W dalam suhu dari cahaya
1g/10ml;
kamar; 10 langsung;
D5W: 1g/50ml hari dalam terlindung
atau 2g/50ml dari suhu
lemari
>40oC.
pendingin
(4oC).
5 Antibiotik Sefuroksim NS; 750mg/50ml 24 jam Suhu kamar
: D5W dalam suhu ; Lemari

kamar; 48 pendingin.

jam dalam
lemari
pendingin.
6 Antibiotik Sefotaksim NS; 1g/50ml 12-24 jam Suhu kamar
: D5W dalam suhu ; Lemari

kamar dan pendingin.

7-10 hari
dalam
lemari
pendingin.
stabil 2
Seftriakson NS; 10-40mg/ml ; Suhu kamar
hari dalam
D5W 100mg/ml ; Lemari
suhu
pendingin.
kamar 25oC
dan 10 hari
dalam lemari
pendingin

5oC;
Seftizoksim NS; 1g/50ml 24 jam Suhu kamar
pada suhu ; Lemari
D5W
kamar; 96 pendingin.
jam pada

lemar
Suhu
Seftazidim SWFI;N 100mg/ml 12 jam
S dalam suhu kama r;
ruangan; 3 Lemari

hari dalam pendingin.

lemari
pendingin
7 Antibiotik: Sefepime NS; 40mg/ml 24 jam Suhu kamar
Sefalospori D5W dalam suhu ; Lemari
n Generasi ruangan; 7 pendingin
IV hari dalam
lemari
pendingin.
Sefpirom SWFI; 1-2g/10-20ml 24 jam Suhu kamar
NS dalam suhu
(NaCl ruangan 25-
0,9%) ; 30oC
D5W
8 Antibiotik: Levofloksasi Larutan 5mg/ml 72 jam Hindari
n cahaya
dalam
Kuinolon original. suhu langsung;
ruangan; 14 dalam

hari dalam kamar;

lemari lemari

pendingin pendingin

9 Antibiotik: Ampisilin NS 30 mg/ml 8 jam dalam Suhu kamar


Penicilin (NaCl NS (NaCl ;
0,9%) ; 0,9%) Lemari
D5W dalam suhu Pendingin
o
kamar 25 C,
2 hari
dalam suhu
4oC ;<1
jam
dalam D5W.
24 jam
10 Antibiotik: Fosfomisin SWFI; 1g/10ml Suhu
dalam
golongan NS ruangan.
ruangan
lain- lain (NaCl
suhu 25-
0,9%) ;
D5W 30oC
24 jam
Teicoplanin SWFI; 400mg/3ml Suhu
dalam
ruangan.
ruangan
suhu 25oC
11 Antifungal Amfoterisin SWFI; Dalam 12 ml 24 jan Harus
B D5W SWFI/Vial dalam WFI; disimpan
6 jam dalam dalam
D5W pendingin
antara 2-8
o
C
12 Antidotum Asetilsistein D5W 24 jam
dalam suhu
kamar
antara 20-
25oC.
13 Elektrolit Kalsium D5W ; 1g/100mL 24 jam Jangan
NS D5W atau NS; disimpan di

Glukonat 2g/100ml KULKAS;

D5W ; NS Disimpan
dalam
ruangan
II. TERAPI CAIRAN

2.1Konsep Dasar Pemberian Cairan

1. Pengertian Terapi Intravena (Infus)

Terapi Intravena adalah menempatkan cairan steril


melalui jarum langsung ke vena pasien. Biasanya cairan
steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium),
nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau obat.
(Wahyuningsih, 2005 :
68) Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion)
adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh,
melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena
(pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan
atau zat-zat makanan dari tubuh.(Yuda, 2010)Memasang
Infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke
dalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan
dalam waktu yang lama dengan menggunakan infus set.
Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan
cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar,
dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang
dirperlukan untuk mempertahankan keseimbangan
elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk
metabolisme dan memberikan medikasi. (Wahyuningsih,
2005 ).

2. Tujuan Pemberian Terapi Intravena (Infus)

a. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh


yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral.
b. Memperbaiki keseimbangan asam-basa.

c. Memperbaiki volume komponen-komponen darah.

d. Memberikan jalan masuk untuk pemberian


obat-obatan kedalam tubuh.
e. Memonitor tekanan vena sentral (CVP).

f. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan


diistirahatkan.

3. Tipe-tipe Cairan Intravena

a. Isotonik

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp.
+62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotic
yang sama dengan ada di dalam plasma.
1) Nacl normal 0,9%

2) Ringer Laktat

3) Komponen-komponen darah (albumin 5%, plasma)

4) Dextrose 5% dalam air ( D 5 W )

b. Hipotonik

Suatu larutan yang memiliki osmotic yang


lebih kecil dari pada yang ada didalam plasma
darah. Pemberian cairan ini
umumnya menyebabkan dilusi
konsentrasi larutan plasma dan mendorong
air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki
keseimbangan di Intrasel dan Ekstrasel, sel-
sel tersebut akan membesar atau
membengkak.
1) Dextrose 2,5% dalam Nacl 0,45% 2) Nacl 0,45%

2) Nacl 0,2%

c. Hipertonik

Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotic


yang lebih tinggi dari pada yang ada dalam
plasma darah. Pemberian cairan ini
meningkatkan konsentrasi larutan plasma
dan mendorong air masuk kedalam sel untuk
memperbaiki keseimbangan osmotic, sel
kemudian akan menyusut.
1) Dextrose 5% dalam Nacl 0,9%

2) Dextrose 5% dalam Nacl 0,45% (hanya


sedikit hipertonis karena dextrose dengan
cepat dimetabolisme dan hanya sementara
mempengaruhi tekanan osmotic).
3) Dextrose 10% dalam air

4) Dextrose 20% dalam air

5) Nacl 3% dan 5%

6) Larutan hiperalimentasi

7) Dextrose 5% dalam ringer laktat

8) Albumin 25

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp.
+62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
4. Komposisi Cairan Terapi Intravena

a. Larutan Nacl, berisi air dan elektrolit (Na+, cl-)

b. Larutan dextrose, berisi air atau garam dan kalori

c. Ringer laktat, berisi air (Na+, K+, cl-, ca++, laktat)

d. Balans isotonic, isi bervariasi : air, elektrolit,


kalori ( Na+, K+, Mg++, cl-, HCO, glukonat ).
e. Whole blood (darah lengkap) dan komponen darah.

f. Plasma expanders, berisi albumin, dextran,


fraksi protein plasma 5%, hespan yang dapat
meningkatkan tekanan osmotic, menarik
cairan dari intertisiall, kedalam sirkulasi dan
meningkatkan volume darah sementara.
g. Hiperelimentasi parenteral (cairan, elektrolit,
asam amino, dan kalori).

5. Menentukan kecepatan cairan Intravena (Infus)

a. Pertama atur kecepatan tetesan pada tabung


IV. Tabung makrodrip dapat meneteskan 10
atau 15 tetes per 1 ml. Tabung mikrodrip
meneteskan 60 tetes per 1 ml. Jumlah tetesan
yang diperlukan untuk 1 ml disebut faktor
tetes.
b. Atur jumlah mililiter cairan yang akan
diberikan dengan jumlah total cairan yang
akan diberikan dengan jumlah jam infuse
yang berlangsung. Kemudian kalikan hasil
tersebut dengan faktor tetes.
c. Untuk menentukan berapa banyak tetesan
yang akan diberikan permenit, bagi dengan
60.
d. Hitung jumlah tetesan permenit yang akan
diinfuskan. Jika kecepatan alirannya tidak
tepat, sesuaikan dengan kecepatan tetesan.

6. Hal-hal yang harus diperhatikan terhadap Tipe-tipe Infus

a. D 5 W (dextrose 5% in water)

1) Digunakan untuk menggantikan air


(cairan hipotonik) yang hilang,
memberikan suplai kalori, juga dapat
dibarengi dengan

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp.
+62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
pemberian obat-obatan atau berfungsi
untuk mempertahankan vena dalam
keadaan terbuka dengan infus tersebut
2) Hati-hati terhadap terjadinya intoksikasi
cairan (hiponatremia, sindroma pelepasan
hormon antidiuretik yang tidak
semestinya). Jangan digunakan dalam
waktu yang bersamaan dengan pemberian
transfusi (darah atau komponen darah).
b. Nacl 0,9%

1) Digunakan untuk menggantikan


garam(cairan isotonik) yang hilang,
diberikan dengan komponen darah, atau
untuk pasien dalam kondisi syok
hemodinamik.
2) Hati-hati terhadap kelebihan volume
isotonik (misalnya : gagal jantung dan
gagal ginjal).
c. Ringer laktat

Digunakan untuk menggantikan cairan


isotonik yang hilang, elektrolit tertentu, dan
untuk mengatasi asidosis metabolik tingkat
sedang.
7. Tipe-tipe Pemberian Terapi Intravena (Infus)

a. IV push

IV push (IV bolus), adalah memberikan obat


dari jarum suntik secara langsung kedalam
saluran/jalan infus. Indikasi :
1) Pada keadaan emergency resusitasi
jantung paru, memungkinkan
pemberian obat langsung kedalam
intravena.
2) Untuk mendapat respon yang cepat
terhadap pemberian obat (furosemid dan
digoksin).
3) Untuk memasukkan dosis obat dalam
jumlah besar secara terus menerus
melalui infus ( lidocain, xilocain).
4) Untuk menurunkanketidaknyamanan pasien
dengan mengurangi kebutuhan akan
injeksi
5) Untuk mencegah masalah
yang mungkin timbul apabila beberapa
obat yang dicampur. (Setyorini, 2006 : 7)
b. Continous Infusion (infus berlanjut)

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp.
+62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
Continoius Infusion dapat diberikan secara
tradisional melalui cairan yang digantung,
dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran.
Infus melalui intravena, intra arteri, dan intra
thecal (spinal) dapat dilengkapi dengan
menggunakan pompa khusus yang ditanam
maupun eksternal. Hal yang perlu
dipertimbangkan yatu :
1) Keuntungan

- Mampu untuk mengimpus cairan dalam


jumlah besar dan kecil dengan akurat.
- Adanya alarm
menandakan adanya masalah seperti
adanya udara di selang infus atau
adanya penyumbatan.
- Mengurangi waktu perawatan untuk
memastikan kecepatan aliran infus.
2) Kerugian

- Memerlukan selang yang khusus.

- Biaya lebih mahal

- Pompa infus akan dilanjutkan untuk


menginfus kecuali ada infiltrat.
3) Tanggung jawab perawat

- Efektivitas penggunaan pengaturan


infus secara mekanis sama dengan
perawat yang memerlukannya.
- Perawat harus waspada terhahap terjadinya
komplikasi (adanya infiltrate atau
infeksi).
- Ikuti aturan yang diberikan oleh
perusahaan yang memproduksi alat
tersebut.
- Lakukan pemeriksaan ulang terhadap kecepatan
aliran infus.

c. Intermitten Infusion (Infus Sementara)

Infus sementara dapat diberikan melalui


heparin lock, “piggy bag” untuk infus yang
kontiniu, atau untuk terapi jangka panjang
melalui perangkat infus.
1) Komplikasi Terapi Intravena (Infus)

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam


pemasangan infus:

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp.
+62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
- Hematoma, yakni darah mengumpul
dalam jaringan tubuh akibat pecahnya
pembuluh darah arteri vena, atau
kapiler, terjadi akibat penekanan yang
kurang tepat saat memasukkan jarum,
atau “tusukan” berulang pada
pembuluh darah.
- Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus
ke dalam jaringan sekitar (bukan
pembuluh darah), terjadi akibat ujung
jarum infus melewati pembuluh darah.
- Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi)
pada pembuluh vena, terjadi akibat
infus yang dipasang tidak dipantau
secara ketat dan benar.
- Emboli udara, yakni masuknya udara
ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat
masuknya udara yang ada dalam cairan
infus ke dalam pembuluh darah.
- Komplikasi yang dapat terjadi dalam
pemberian cairan melalui infus:
 Rasa perih/sakit

 Reaksi alergi
Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam
Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp.
+62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
III. PEMBERIAN OBAT SUNTIKAN

Tindakan injeksi merupakan salah satu tindakan


invasive yang sering dilakukan kepada pasien
khususnya di rumah sakit. Proses penusukan vena
dengan menggunakan benda tajam (needle)
menyebabkan jaringan terbuka dan rawan terpapar
bakteri atau kuman yang menyebabkan infeksi. Proses
pelaksanaan yang tidak steril dan kondisi peralatan yang
digunakan menjadi beberapa penyebab terjadinya infeksi
pada luka tusukan jarum yang dapat menyebar secara
sistemik sehingga menyebabkan sepsis.
Untuk menghindari terjadinya infeksi yang diakibatkan
tindakan injeksi atau tindakan invasive lainnya maka
diperlukan suatu prosedur tindakan yang menjaga
sterilitas maupun penggunaan peralatan yang terjamin
sterilitasnya.

3.1 Pengertian

1. Injeksi adalah suatu prosedur memasukkan


obat ke dalam tubuh baik melalui vena,
muskulus maupun subcutan dengan
menggunakan jarum suntik.
2. Steril adalah suatu kondisi bebas semua
mikroorganisme (bacteria, virus, fungi dan
parasit) termasuk endospora bakterial.
3. Infeksi adalah masuk dan berkembangnya
mikroorganisme ke dalam tubuh yang dapat
menimbulkan manifestasi maupun tidak.
4. Intavena adalah suatu prosedur memasukkan
obat melalui pembuluh darah vena. Intra
muscular adalah suatu prosedur memasukkan
obat melalui jaringan muscular. Subcutan
adalah suatu prosedur memasukkan obat
dibawah kulit.
5. Ampul adalah wadah gelas bening dengan
bagian leher menyempit, berisi obat dosis
tunggal dalam bentuk cair.
6. Vial adalah wadah berisi obat dosis tunggal atau
multi dosis dalam bentuk cairan dan/ atau
kering dengan penutup karet diatasnya.

3.2 Keuntungan pemberian obat secara parenteral


dibandingkan per oral, yaitu:

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp.
+62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
1. Efeknya timbul lebih cepat dan teratur

2. Dapat diberikan pada penderita yang tidak


kooperatif, tidak sadar atau muntah-muntah
3. Sangat berguna dalam keadaan darurat
Kelemahan cara pemberian obat melalui
suntikan :
a. Dibutuhkan cara aseptis

b. Menyebabkan rasa nyeri

c. Kemungkinan terjadi penularan penyakit lewat suntikan

d. Tidak bisa dilakukan sendiri oleh penderita

e. Tidak ekonomis

f. Resiko infeksi

3.3Rekomendasi Penyuntikan Yang Aman :

1. Menerapkan aseptic technique untuk mecegah


kontaminasi alat-alat injeksi (kategori IA).
2. Tidak menggunakan semprit yang sama untuk
penyuntikan lebih dari satu pasien walaupun
jarum suntiknya diganti (kategori IA).
3. Semua alat suntik yang dipergunakan harus
satu kali pakai untuk satu pasien dan satu
prosedur (kategori IA).
4. Gunakan cairan pelarut/flushing hanya untuk
satu kali (NaCl, WFI, dll) (kategori IA).
5. Gunakan single dose untuk obat injeksi (bila
memungkinkan) (kategori IB).
6. Tidak memberikan obat-obat single dose
kepada lebih dari satu pasien atau mencampur
obat-obat sisa dari vial/ampul untuk
pemberian berikutnya (kategori IA).
7. Bila harus menggunakan obat-obat multi dose,
semua alat yang akan dipergunakan harus
steril (kategori IA).
8. Simpan obat-obat multi dose sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik yang membuat
(kategori IA).
9. Tidak menggunakan cairan pelarut untuk lebih
dari 1 pasien (kategori IB)

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp.
+62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
3.4 Tata-Laksanan

1. Sebelum melakukan injeksi pastikan obat


sesuai dengan 6 benar (benar pasien, benar
obat, benar dosis, benar cara pemberian, benar
waktu dan benar dokumentasi).
2. Sebelum melakukan injeksi persiapan pasien
dan alat sesuai prosedur yang ditetapkan.
3. Jarum suntik yang digunakan harus dalam
kondisi steril, hanya digunakan sekali pakai.
Setelah digunakan harus langsung dibuang.
4. Obat yang akan dimasukkan harus
dalam kondisi baik dan tidak
kadaluwarsa.
5. Supplies peralatan injeksi steril yang sudah
kadaluwarsa atau belum kadaluwarsa tapi
dalam kondisi tidak baik (sobek, kotor atau
pecah) tidak boleh digunakan.
6. Petugas yang akan melakukan injeksi harus
cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
injeksi.
7. Siapkan obat ditempat yang bersih dan
aman, dan dijaga sterilitas obat injeksi yang
akan diberikan kepada pasien.
8. Pastikan pasien telah mendapat informasi
yang jelas tentang prosedur yang akan
dijalani.
9. Petugas harus menggunakan alat pelindung
diri yang telah ditetapkan yaitu sarung
tangan disposable apabila diketahui pasien
berpenyakit menular.
10. Tempat yang akan dilakukan injeksi harus
dilakukan desinfeksi dengan mengguna
Setelah didesinfeksi area tidak boleh disentuh
dengan jari atau ditiup.
11. Saat melakukan prosedur injeksi, sterilitas area
injeksi dan jarum suntik harus dijaga agar tetap
steril.
12. Tidak melakukan recaping dengan kedua
tangan, lakukan recaping dengan tehnik
one hand,.
13. Sampah tajam bekas injeksi harus dibuang
ditempat sampah benda tajam yang
telah tersedia.
14. Sarung tangan injeksi di buang di tempat sampah infeksius
yang ter sedia

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp.
+62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
15. Cuci tangan kembali setelah melakukan insersi.

3.3 Prinsip-prinsip pemberian obat

1. Benar Obat

Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya


perawat harus memperhatikan kebenaran obat
sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat
dari tempat penyimpanan obat, saat obat
diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat
penyimpanan. Jika lebelnya tidak terbaca, isinya
tidak boleh dipakai dan harus di kembalikan ke
bagian farmasi.Obat memiliki nama dagang dan
nama generik. Setiap obat dengan nama yang
asing harus diperiksa nama generiknya bila perlu
hubungi apoteker untuk menanyakan nama
generik atau kandungan obat. Jika pasien
meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya
lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk
apa obat itu diberikan. Ini membantu perawat
mengingat nama obat dan kerjanya.
2. Benar Dosis

Untuk menghindari kesalahan pemberian obat,


maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan
menggunakan alat standar seperti obat cair harus
dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok
khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain
sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan
kepada pasien.
a. Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.

b. Dosis yang diberikan dalam batas yang


direkomendasikan untuk obat yang
bersangkutan.
c. Perawat harus teliti dalam menghitung secara
akurat jumlah dosis yang akan diberikan,
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut : tersedianya obat dan dosis obaat yang
diresepkan/diminta, pertimbangan berat
badan klien (mg/kgBB/hari), jika ragu-ragu
dosis obat harus dihitung kembali dan
diperiksa oleh perawat lain.
d. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat
tertentu.

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp.
+62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
3. Benar Pasien

Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada


pasien yang diprogramkan dengan cara
mengidentifikai kebenaran obat dengan
mencocokan nama, nomor register, alamat dan
program pengobatan pada pasien.
a. Klien berhak untuk mengetahui alasan obat

b. Klien berhak untuk menolak pengguaan sebuah obat

c. Membedakan klien dengan dua nama yang sama

b. Benar Cara Pemberian

c. Benar Waktu

Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan


wzktu yzng diprogramkan, karena berhubungan
dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek
terapi dari obat.
a. Pembarian obat harus sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.

b. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu


dalam sehari. Misalnya seperti dua kali sehari,
tiga kali sehari,empat kali sehari, dan 6 kali
sehari sehingga kadar obat dalam plasma tubuh
dapat dipertimbangkan.
c. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu
paruh obat (t ½). Obat yang memiliki waktu
paruh panjang diberikan sekali sehari, dan
untuk obat yang memiliki waktu paruh pendek
diberikan beberapa kali sehari pada selang
waktu tertentu.
d. Pemberian obat juga memperhatikan diberikan
sebelum atau sesudah makan atau bersama
makanan.
e. Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan
aspirin yang dapat mengiritasi mukosa lambung
bersama-sama dengan makanan .
f. Menjadi tanggung jawab perawat untuk
memeriksa apakah klien telah dijadwalkan
untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah
puasa yang merupakan kontraindikasi
pemeriksaan obat.
4. Benar Dokumentasi

Setelah obat itu diberikan, harus


didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh
siapa obat itu diberikan. Pemberian obat sesuai
dengan standart prosedur yang berlaku dirumah
sakit. Dan selalu mencatat informasi yang

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp.
+62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com
sesuai mengeni obat yang telah diberikan serta
respon klien terhadap pengobatan.
5. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien

Perawat mempunyai tanggung jawab dalam


melakukan pendidikan kesehatan pada pasien,
keluarga dan masyarakat luas terutama yang
berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara
umum, penggunaan obat yang baik dan benar,
alasan terapi obat dan kesehatan yang
menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah
pemberian obat, efek samping dan reaksi yang
merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat
dan obat dengan makanan, perubahan-perubahan
yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari selama sakit, dan sebagainya.
6. Hak Klien Untuk Menolak

Klien berhak untuk menolak dalam pemberian


obat. Perawat harus memberikan inform consent
dalam pemberian obat.
7. Benar Pengkajian

Perawat selalu memeriksa TTV (Tanda Tanda Vital)


sebelum pemberian obat.
8. Benar Evaluasi

Perawat selalu melihat/memantau efek kerja dari


obat setelah pemberiannya.
9. Benar Reaksi Terhadap Makanan

Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada


waktu yang tepat. Jika obat itu harus diminum
sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk
memperoleh kadar yang diperlukan harus diberi
satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin,dan
sebaiknya ada obat yang harus diminum setelah
makan misalnya indometasin.
10. Benar Reaksi Obat Dengan Obat Lain

Pada penggunaan obat seperti ini chloramphenicol


diberikan dengan omeprazol penggunaan pada
penyakit kronis.Berdasarkan keamanan dan
pengamanan obat, obat di kelompokan atas obat
bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat
psikotropika, dan obat narkotik.

Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Islam


Jl. Awibitung No. 29-31 Bandung 40121 Telp.
+62 22 7208284 Fax. +62 22 7276149
www.rsia-alislam.com

Anda mungkin juga menyukai