Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN PERIOPERATIF

“ TINDAKAN INTRA OPERASI DAN POST OPERASI “

Dosen Pengampu : Seno Hartono, S, Kep.,Ns

Disusun Oleh :

Nama : Monica Aprillia Cristi

NIM : 20181404

Makul : keperawatan perioperative

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS


TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan mengambil
pembahasan “Tindakan Intra Operasi dan Post Operasi”.
Dalam pembentukan makalah ini tentu banyak hambatan-hambatan yang penulis
temukan, akan tetapi atas bantuan dan dukungan semua pihak makalah ini dapat
terselesaikan, oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan
baik.
Penulis menyadari bahawa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Kudus, 30 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................2


DAFTAR ISI ...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Operasi.......................................................................................6
B. Jenis-Jenis Operasi.......................................................................................6
C. Anestesi .......................................................................................................7
D. Persiapan Dan Perawatan Post Operasi........................................................7
E. Askep Pada Pasien Post Operasi................................................................12
F. Peran Perawat Pada Intra Operasi .............................................................14
G. Periapan Di Meja Operasi..........................................................................17
H. Askep Pada Pasien Intra Operasi...............................................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................22
B. Saran ..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................24

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang


menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang
akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat
sayatan, setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan
yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Perawatan selanjutnya akan
termasuk dalam perawatan pasca bedah. Tindakan pembedahan atau operasi dapat
menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala yang sering adalah
nyeri. Tindakan operasi atau pembedahan bisa jadi pengalaman yang sulit bagi hapir
semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya
menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami.
Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing
yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala
macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat dan bidan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik
pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang
tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat
keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan
saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter
anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses
perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien,
jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut
faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut
tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri
pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka
alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien
dalam setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan  perioperatif yang

4
berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya
pembedahan dan kesembuhan pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian operasi ?
2. Jenis-jenis operssi ?
3. Jenis-jenis anastesi ?
4. Persiapan dan perawatan post operasi ?
5. Asuhan keperawatan pada pasien post operasi ?
6. Peran perawat pada intra operasi ?
7. Prinsip-prinsip operasi ?
8. Protocol intra opeasi ?
9. Peraturan asepsis bedah ?
10. Posisi pasien di meja operasi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui prinsip asuhan yang diberikan pada pasien Post Operasi
2. Mengerti dan memahami jenis-jenis operasi
3. Mengerti dan memahami berbagai persiapan tindakan operasi
4. Mengerti dan memahami asuhan keperawatan intra operasi
5. Mengerti dan memahami asuhan keperawatan post operasi.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN  OPERASI
Preoperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai pre
operasi (pre bedah), intra operasi (bedah), dan post operasi (pasca bedah). Pre bedah
merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak
persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah. Intra bedah
merupakan masa pembedaahan dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir
saat pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pasca bedah merupakan masa setelah
dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan
berakhir sampai evaluasi selanjutnya.

B. JENIS-JENIS OPERASI (PEMBEDAHAN)


a. Jenis-Jenis Pembedahan Berdasarkan Lokasi
Berdasarkan lokasinya, pembedahan dapat dibagi menjadi bedah toraks
kardiovaskuler, bedah neurologi, bedah ortopedi, bedah urologi, bedah kepala
leher, bedah digestif, dan lain-lain.
b. Jenis-Jenis Pembedahan Berdasarkan Tujuan
Berdasarkan tujuannya, pembedahan dapat dibagi menjadi :
1) Pembedahan diagnosis, ditunjukan untuk menentukan sebab terjadinya
gejala penyakit seperti biopsy, eksplorasi, dan laparotomi.
2) Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit.
Misalnya pembendahan apendektomi.
3) Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaiki deformitas,
menyambung daerah yang terpisah.
4) Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa
menyembuhkan penyakit.
5) Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam
tubuh seperti rhinoplasti.

6
C. ANASTESIA
Anestesia adalah penghilangan kesadaran sementara sehingga menyebabkan
hilang rasa pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk penghilang rasa sakit ketika
dilakukan tindakan pembedahan.  Hal yang perlu diperhatikan yaitu dosis yang
diberikan sesuai dengan jenis pembedahan atau operasi kecil/besar sesuai waktu yang
dibutuhkan selama operasi dilakukan.
Jenis-jenis anestesia
a) Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak dengan
menghilangkan kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan hilangnya rasa.
b) Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan sadar
untuk meniadakan proses konduktivitas pada ujung atau serabut saraf
sensoris di bagian tubuh tertentu, sehingga dapat menyebabkan adanya hilang
rasa pada daerah tubuh tersebut.
c) Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada
daerah yang akan dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar.
d) Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif
secara artifisial sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau
perintah serta untuk mengurangi  kesadaran sehingga perhatian menjadi
terbatas.
e) Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri
dengan merangsang keluarnya endorfin tanpa menghilangkan kesadaran.

D. PERSIAPAN DAN PERAWATAN POST OPERASI
Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien
keruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik
ataudirumah. Setelah pembedahan, perawatan klien dapat menjadi kompleks
akibatfisiologis yang mungkin terjadi. Untuk mengkaji kondisi pasca atau post
operasiini, perawat mengandalkan informasi yang berasal dari hasil pengkajian
keperawatan preoperative. Pengetahuan yang dimiliki klien tentang prosedur
pembedahan dan hal - hal yang terjadi selama pembedahan berlangsung.Informasi ini
membantu perawat mendeteksi adanya perubahan. Tindakan pasca operasi dilakukan
dalam 2 tahap, yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah
fase pasca operasi. Untuk klien yang menjalani bedah sehari, pemulihan normalnya
terjadi dalam 1 sampai 2 jam dan penyembuhan dilakukan di rumah. Untuk klien

7
yang dirawat di rumah sakit pemulihan terjadi selama beberapa jam dan
penyembuhan berlangsung selama 1hari atau lebih tergantung pada luasnya
pembedahan dan respon klien. Setelah tindakan pembedahan (pra oprasi), beberapa
hal yang perlu dikaji diantaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan napas,
sirkulasi dan perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan
elektrolit,  kardiovaskular, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat-alat
yang digunakan dalam pembedahan. Selama periode ini proses asuhan diarahkan pada
menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien,
menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan
intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat,
aman dan nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah
masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang
cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama
perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini,
asuhan  postoperasi sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
a) Faktor yang Berpengaruh Postoperasi
1. Mempertahankan jalan nafas
2. Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan
mayo/gudel.
3. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
4. ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian
bantuan nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul.
5. Mempertahakan sirkulasi darah
6. Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian
caiaran plasma ekspander.
7. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
8. Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui
keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau
muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga
perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting
untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang
dialami pasien.
9. Balance cairan

8
10. Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien.
Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti
dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru
menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi
eleminasi pasien.
11. Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury
12. Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan,
disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada
tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya
sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat
juga kolaborasi dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya.

b) Tindakan:
1. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri
dapat dilakukan manajemen  luka. Amati kondisi luka operasi dan
jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal.
Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan
jahitan. Kemudian  memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan
vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen
dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
2. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik
napas yang dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik
dan hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan menarik napas
melalui hidung dan menggunakan diafragma, kemudian napas
dikeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
3. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko
tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus
meninggikan kaki pada tempat duduk guna untuk memperlancar vena.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan
memberikan cairan sesuai kebutuhan pasien, monitor input dan output ,
serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5. Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output,
serta mencegah terjadinya retensi urine.

9
6. Mobilisasi dini,  dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk
efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler
dan mengeluarkan sekret dan lendir. Mempertahankan aktivitas dengan
latihan yang memperkuat otot sebelum ambulatori.
7. Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi
secara  terapeutik.
8. Rehabilitasi, diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien
kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang
diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
9. Discharge Planning. Merencanakan  kepulangan pasien dan memberikan
informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu
dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post
operasi.
     Ada 2 macam discharge planning :
a. Untuk perawat/bidan : berisi point-point discahrge planing yang
diberikan kepada klien (sebagai dokumentasi)
b. Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih
detail.
c) Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan / Recovery Room
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien
post anaesthesi. Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk
perawatan / observasi diruang pemulihan :
1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien
dengan pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi
regional posisi semi fowler.
2. Pasang pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
5. Beri O2 2,3 liter sesuai program.
6. Observasi adanya muntah.
7. Catat intake dan out put cairan.

10
d) Pengeluaran dari Ruang Pemulihan / Recovery Room
Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :
 Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.
 Tanda-tanda vital harus stabil.
 Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.
 Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.
 Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah
sempurna.
 Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat
dan dilaporkan.
 Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.
 Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat
untuk kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang
bertugas pada unit dimana pasien akan dipindahkan.
 Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk
menyiapkan dan menerima pasien tersebut.
e) Pengangkutan Pasien keruangan
Hal - hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan
antara lain :

 Keadaan penderita serta order dokter.


 Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.
 Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila
muntah sewaktu - waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila
ada perubahan sewaktu - waktu terlihat.

11
E. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI
a) Pengkajian awal
1. Status Respirasi
Meliputi : Kebersihan jalan nafas, Kedalaman pernafasaan, Kecepatan
dan sifat pernafasan, Dan Bunyi nafas
2. Status sirkulator
Meliputi :Nadi, Tekanan, darah, Suhu,Warna kulit
3. Status neurologis
Meliputi : tingkat kesadaran
4. Balutan
Meliputi : Keadaan drain. Terdapat pipa yang harus disambung dengan
sistem drainase.
5. Kenyamanan
Meliputi :Terdapat nyeriMualMuntah
6. Keselamatan
Meliputi : Diperlukan penghalang samping tempat tidur. Kabel panggil
yang mudah dijangkau. Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
7. Perawatan
Meliputi : Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
Sistem drainase : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat
penampung, sifat dan jumlah drainage.
8. Nyeri
Meliputi : Waktu Tempat.
9. Frekuensi.
10. Kualitas.
11. Faktor yang memperberat / memperingan.

b) Pengkajian Psikososial

Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping


dari prosedur pembedahan dan pengobatan, body image dan pola / gaya
hidup. Juga tanda fisik yang menandakan kecemasan termasuk denyut nadi,
tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.

12
c) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan,


riwayat medis, dan manifestasi klinik post operasi.

Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :

1. Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah


lengkap.
2. Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan
resiko dehidrasi dan insufisisensi ginjal.

d) Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul

A. Diagnosa Umum

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping


dari anaesthesi.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post
operasi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
4. Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek
anaesthesi, obat-obatan ( penenang, analgesik ) dan imobilisasi
terlalu lama.

B. Diagnosa Tambahan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan


peningkatan produksi sekret.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami
informasi.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
prosedur pembedahan.
4. Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika,
ketidaseimbangan elektrolit.
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksoia, lemah, nyeri, mual.
7. Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.

13
F. PERAN PERAWAT PADA INTRA OPERASI
a) Peran Perawat Pada Fase Intra Operatif
1. Pemeliharaan Keselamat
a. Atur posisi pasien
2. Kesejajaran fungsional
3. Pemajanan area pembedahan
4. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
a. Memasang alat grounding ke pasien
b. Memberikan dukungan fisik
c. Memastikan bahwa jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat
5. Pematauan Fisiologis
a. Memperhitungkan efek dari hilangnya atau masuknya cairan secara
berlebihan pada pasien
b. Membedakan data kardiopumonal yang normal dengan yang
abnormal
c. Melaporkan perubahan-perubahan pada nadi, pernafasan, suhu
tubuh dan tekanan darah pasien.
6. Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan jika pasien sadar)
a. Memberikan dukungan emosional pada pasien
b. Berdiri dekat dan menyentuh pasien selama prosedur dan induksi
c. Terus mengkaji status emosional pasien
d. Mengkomunikasikan status emosional pasien ke anggota tim
perawatan kesehatan lain yang sesuai
7. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Memberikan keselamatan untuk pasien
b. Mempertahankan lingkungan aseptik dan terkontrol
c. Secara efektif mengelola sumber daya manusia.
b) Prinsip-Prinsip Operatif
1. Prinsip kesehatan dan baju operasi
a. Kesehatan yang baik sangat penting untuk setiap orang dalam
ruang operasi. Sehingga keadaan pilek, sakit tenggorok, infeksi
kulit, merupakan sumber organisme patogenik yang harus
dilaporkan;

14
b. Hanya baju ruang operasi yang bersih dan dibenarkan oleh
institusi yang diperbolehkan, tidak dapat dipakai di luar ruang
operasi;
c. Masker dipakai sepanjang waktu di ruang operasi yang
meminimalkan kontaminasi melalui udara, menutup seluruh
hidung dan mulut, tetapi tidak mengganggu pernafasan, bicara
atau penglihatan, menyatu dan nyaman;
d. Tutup kepala secara menyeluruh menutup rambut (kepala dan
garis leher termasuk cambang) sehingga helai rambut, jepitan
rambut, penjepit, ketombe dan debu tidak jatuh ke dalam daerah
steril;
e. Sepatu sebaiknya nyaman dan menyangga. Bakiak, sepatu tenis,
sandal dan bot tidak diperbolehkan sebab tidak aman dan sulit
dibersihkan. Sepatu dibungkus dengan penutup sepatu sekali
pakai atau kanvas;
f. Bahaya kesehatan dikontrol dengan pemantauan internal dari
ruang operasi meliputi analisis sampel dari sapuan terhadap agens
infeksius dan toksik. Selain itu, kebijakan dan prosedur
keselamatan untuk laser dan radiasi di ruang operasi telah
ditegakkan.
2.  Prinsip Asepsis Perioperatif
a. Pencegahan komplikasi pasien, termasuk melindungi pasien dari
operasi;
b. Ruang operasi terletak di bagian rumah sakit yang bebas dari
bahay seperti partikel, debu, polutan lain yang mengkontaminasi,
radiasi, dan kebisingan;
c. Bahaya listrik, alat konduktifitas, pintu keluar darurat yang bebas
hambatan, dan gudang peralatan dan gas-gas anesthesia diperiksa
secara periodik.
c) Protokol
1. Intra operatif
Hanya personel yang telah melakukan scrub dan memakai
pakaian operasi yang boleh menyentuh benda-benda steril.

15
d)  Peraturan Dasar Asepsis Bedah
1. Umum
a. Permukaan atau benda steril dapat bersentuhan dengan permukaan
atau benda lain yang steril dan tetap steril; kontak dengan benda
tidak steril pada beberapa titik membuat area steril terkontaminasi
b. Jika terdapat keraguan tentang sterilitas pada perlengkapan atau
area, maka dianggap tidak steril atau terkontaminasi
c. Apapun yang steril untuk satu pasien hanya dapat digunakan untuk
pasien ini. Perlengkapan steril yang tidak digunakan harus dibuang
atau disterilkan kembali jika akan digunakan kembali.
2. Personal
a. Personel yang scrub tetap dalam area prosedur bedah, jika personel
scrub meninggalkan ruang operasi, status sterilnya hilang. Untuk
kembali kepada pembedahan, orang ini harus mengikuti lagi
prosedur scrub, pemakaian gown dan sarung tangan
b. Hanya sebagian kecil dari tubuh individu scrub dianggap steril;
dari bagian depan pinggang sampai daerah bahu, lengan bawah
dan sarung tangan (tangan harus berada di depan antara bahu dan
garis pinggang
c. Suatu pelindung khusus yang menutupi gaun dipakai, yang
memperluas area steril
d. Perawat instrumentasi dan semua personel yang tidak scrub tetap
berada pada jarak aman untuk menghindari kontaminasi di area
steril
3.  Penutup/Draping
a. Selama menutup meja atau pasien, penutup steril dipegang dengan
baik di atas permukaan yang akan ditutup dan diposisikan dari
depan ke belakang
b. Hanya bagian atas dari pasien atau meja yang ditutupi dianggap
steril; penutup yang menggantung melewati pinggir meja adalah
tidak steril
c. Penutup steril tetap dijaga dalam posisinya dengan menggunakan
penjepit atau perekat agar tidak berubah selama prosedur bedah

16
d. Robekan atau bolongan akan memberikan akses ke permukaan
yang tidak steril di bawahnya, menjadikan area ini tidak steril.
Penutup yang demikian harus diganti.
e. Pelayanan Peralatan Steril
f. Rak peralatan dibungkus atau dikemas sedemikian rupa sehingga
mudah untuk dibuka tanpa resiko mengkontaminasi lainnya
g. Peralatan steril, termasuk larutan, disorongkan ke bidang steril atau
diberikan ke orang yang  berscrub sedemikian rupa sehingga
kesterilan benda atau cairan tetap terjaga
h. Tepian pembungkus yang membungkus peralatan steril atau bagian
bibir botol terluar yang mengandung larutan tidak dianggap steril
i. Lengan tidak steril perawatan instrumentasi tidak boleh menjulur
di atas area steril. Artikel steril akan dijatuhkan ke atas bidang
steril, dengan jarak yang wajar dari pinggir area steril.
4.   Larutan
   Larutan steril dituangkan dari tempat yang cukup tinggi untuk
mencegah sentuhan yang tidak disengaja pada basin atau mangkuk
wadah steril, tetapi tidak terlalu tinggi sehingga menyebabkan cipratan
(bila permukaan steril menjadi basah, maka dianggap terkontaminasi).

G.  POSISI PASIEN DI MEJA OPERASI


Posisi pasien di meja operasi bergantung pada prosedur operasi yang akan
dilakukan, juga pada kondisi fisik pasien. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut.
1. Pasien harus dalam posisi senyaman mungkin, apakah ia tertidur atau
sadar
2. Area operatif harus terpajan secara adekuat
3. Pasokan vaskuler tidak boleh terbendung akibat posisi yang salah atau
tekanan yang tidak tepat pada bagian
4. Pernapasan pasien harus bebas dari gangguan tekanan lengan pada dada
atau kontriksi pada leher dan dada yang disebabkan oleh gaun
5. Saraf harus dilindungi dari tekanan yang tidak perlu
6. Tindak kewaspadaan untuk keselamatan pasien harus diobservasi,
terutama pada pasien yang kurus, lansia atau obesitas

17
7. Pasien membutuhkan restrain tidak keras sebelum induksi, untuk berjaga-
jaga bila pasien melawan.

H.  ASKEP PADA PASIEN INTRA OPERASI


1. Pengkajian
a. Gunakan data dari pasien dan catatan pasien untuk mengidentifikasi
variabel yang dapat mempengaruhi perawatan dan yang berguna sebagai
pedoman untuk mengembangkan rencana perawatan pasien individual;
b. Identifikasi pasien
c. Validasi data yang dibutuhkan dengan pasien
d. Telaah catatan pasien terhadap adanya :
e. Informed yang benar dengan tanda tangan pasien
f. Kelengkapan catatan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
g. Hasil pemeriksaan diagnostik
h. Kelengkapan riwayat dan pengkajian kesehatan
i. Checklist pra-operatif
j. Lengkapi pengkajian keperawatan praoperatif segera
k. Status fisiologi .Misalnya : tingkat sehat-sakit, tingkat kesadaran)
l. Status psikososial. Misalnya : ekspresi kekhawatiran, tingkat ansietas,
masalah komunikasi verbal, mekanisme koping)
m. Status fisik. Misalnya : tempat operasi, kondisi kulit dan efektifitas
persiapan, pencukuran, atau obat penghilang rambut, sendi tidak
bergerak).
2.  Perencanaan
a. Menginterpretasi variabel-variabel umum dan menggabungkan variabel
tersebut ke dalam rencana asuhan;
1) Usia, ukuran, jenis kelamin, prosedur bedah, tipe anesthesia,
yang direncanakan, ahli bedah, ahli anesthesia, dan anggota tim
2) Ketersediaan peralatan spesifik yang dibutuhkan untuk prosedur
dan ahli bedah
3) Kebutuhan medikasi non rutin, komponen darah, instrumen, dll
4) Kesiapan ruangan untuk pasien, kelengkapan pengaturan fisik,
kelengkapan instrumen, peralatan jahit, dan pengadaan balutan.

18
b. Mengidentifikasi aspek-aspek leingkungan ruang operasi yang dapat
secara negatif memperngaruhi pasien;
1) Fisik
a. Suhu dan kelembaban ruangan
b. Bahaya peralatan listrik
c. Kontaminan potensial (debu, darah, dan tumpahan di lantai
atau permukaan lain, rambut tidak tertutup, kesalahan
pemakaian baju operasi oleh personel, perhiasan yang
dikenakan personel, alas kaki yang kotor)
d. Hilir mudik yang tidak perlu.
2) Psikososial
a. Kebisingan
b. Kurang mengenal sebagai individu
c. Rasa diabaikan tanpa pengantar di ruang tunggu
d. percakapan yang tidak perlu.
3.   Intervensi
a. Berikan asuhan keperawatan berdasarkan pada prioritas kebutuhan
pasien;
1) Atur dan jaga agar peralatan suction berfungsi dengan baik
2) Atur peralatan pemantauan invasif
3) Bantu saat pemasangan jalur (arteri, CVP, IV)
4) Lakukan tindakan kenyamanan fisik yang sesuai bagi pasien
5) Posisikan pasien dengan tepat untuk prosedur anesthesia dan
pembedahan, pertahankan kelurusan tubuh sesuai fungsi
6) Ikuti tahapan dalam prosedur bedah
a) Lakukan scrub/bersihan dengan terampil
b) Berespon terhadap kebutuhan pasien dengan
mengantisipasi peralatan dan bahan apa yang dibutuhkan
sebelum dimintaIkuti prosedur yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh :
1. Perawatan dan pemakaian darah dan komponen darah
2. Perawatan dan penanganan spesimen, jaringan dan
kultur
3. Persiapan kulit antiseptik

19
4. Pemakaian gown operasi sendiri, membantu ahli
bedah menggunakan gown
5. Membuka dan menutup sarung tangan
6. Menghitung : kasa, instrumen, jarum, khusus
7. Teknik aseptik
8. Penatalaksanaan kateter urine
9. Penatalaksanaan drainage/balutan
7) Komunikasikan situasi yang merugikan pada ahli bedah, ahli
anesthesia, atau perawat yang bertanggung jawab, atau bertindak
yang tepat untuk mengontrol atau menangani situasi
8) Gunakan peralatan secara bijaksana untuk menghemat biaya
9) Bantu ahli bedah dan ahli anesthesi untuk menerapkan rencana
perawatan mereka.
b. Bertindak sebagai advokat pasien
1) Berikan privasi fisik
2) Jaga kerahasiaan
3) Berikan keselamatan dan kenyamanan fisik
c. Informasikan pasien mengenai pengalaman intraoperatif
1) Jelaskan segala stimulasi sensori yang akan dialami pasien
2) Gunakan ketrampilan komunikasi yang umum, mendasar untuk
menurunkan ansietas pasien . Sebagai contoh :
a) Sentuhan
b) Kontak mata
c) Tenangkan pasien bahwa anda akan hadir di ruang
operasi
d) Penenangan verbal yang realistik
d. Koordinasikan aktivitas bagi personel lain yang terlibat dalam
perawatan pasien;
1) X-ray, laboratorium, unit perawatan intensif, unit keperawatan
bedah
2) Teknisi : gips, petugas laboratorium, dll
3) Farnakolog
4) Personel ruang operasi tambahan dan staf nonprofesional.

20
e. Operasionalkan  dan atasi semua masalah peralatan yang umumnya
digunakan di ruang operasi dan tugaskan layanan khusus (termasuk
autoklaf)
f. Ikut serta dalam konferensi perawatan pasien
g. Dokumentasikan semua observasi dan tindakan yang sesuai dalam
format yang dibutuhkan, termasuk catatan pasien
h. Komunikasikan baik verbal dan tertulis, dengan staf ruang pemulihan
dan staf keperawatan bedah rawat jalan (yang terkait) mengenai status
kesehatan pasien saat pemindahan dari ruang operasi.
4. Evaluasi
a. Mengevaluasi kondisi pasien dengan cepat sebelum dikeluarkan dari
ruang operasi, sebagai contoh :
1) Kondisi respiratori               :    bernafas dengan mudah (mandiri
atau dibantu)
2) Kondisi kulit                        :    warna baik, tidak ada abrasi, luka
bakar, memar
3) Fungsi selang invasif            :    IV, drain, kateter, NGT (tidak
ada kekakuan atau obstruksi, berfungsi secara normal)
4) letak bantalan grounding     :    kondisi baik
5) balutan                                 :    adekuat untuk drainage, terpasang
dengan baik, tidak terlalu ketat, dst
b. Ikut serta dalam mengidentifikasi praktik perawatan pasien yang tidak
aman dan menanganinya dengan baik
c. Ikut serta dalam mengevaluasi keamanan lingkungan, contoh :
peralatan, kebersihan
d. Melaporkan  dan mendokumentasikan segala perilaku dan masalah
yang merugikan
e. Menunjukkan pemahaman tentang prinsip asepsis dan praktik
keperawatan teknis
f. Mengenali tanggung gugat legal dari keperawatan perioperatif.  

21
BAB III

PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Pre operasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai
prebedah (preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah
(postoperasi). Pre operasi merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di
meja bedah. Intrabedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer
ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pra oprasi
merupakan  masa setelah dilakukan  pembedahan yang dimulai sejak pasien
memasuki ruang pemulihan  dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Tingkat
keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan
saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter
anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses
perioperatif. Tindakan  prebedah, bedah, dan pasca bedah yang dilakukan secara tepat
dan berkesinambungan akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan
kesembuhan pasien.
Perawatan intra operatif dilaksanakan oleh tim pembedahan, pada umumnya
beberapa hal yang dilakukan diantaranya sebagai berikut.

3. Penggunaan baju seragam operasi, penggunaan baju seragam operasi di


desain secara khususn dengan harapan dapat mencegah kontaminasi dari
luar, dengan berprinsip semua baju diluar harus diganti dengan baju
operasi yang steril atau semua bagian atas steril harus dimasukkan
kedalam celana/harus menutupi pinggang untuk mengurangi keluarnya
bakteri, baju steril harus menutup daerah pinggang, kemudian
menggunakan tutup kepala, masker, sarung tangan dan clemek steril
4. Mencuci tangan sebelum operasi
5. Menerima pasien di daerah operasi sebelum memasuki wilayah operasi
pasien akan diterima diruang penerimaan sebelum keruang operasi
dengan cara meminta agar pasien menyebutkan namanyaoperasi apa yang
akan dilakukan kemudian cek nama, nomor, status registrasi pasien, cek

22
kembali berbagai hasil lab dan x-ray, persiapan darah setelah dilakukan
pemeriksaan silang dan golongan darah, cek alat protesa dll.
6. Pengiriman dan pengaturan posisi ke kamar bedah, posisi yang
dianjurkan pada umumnya antara lain terlentang, telungkup, terdelenburg,
lithotomi lateral dll.
7. Pembersihan dan persiapan kulit pelaksaan ini bertujuan untuk membuat
daerah yang akan dibedah bebas dari kotoran lemak, kulit serta
mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakan dalam pembersihan
kulit ini harus memiliki spektrum kasiat, memiliki kecepatan kasiata tau
memilii potensi yang baik serta tidak menjadi menurun bila adanya
alkohol, sabun deterjen atau bahan organik lainnya.
8. Penutupan daerah steril, penutupan daerah steril dengan menggunakan
doek steril agar daerah seputar operasi tetap steril dan mencegah
berlalunya mikroorganisme antara daerah steril dan tidak.
9. Pelaksaanaan anastesi, Pelaksaanaan anastesi ini dapat dilakukan dengan
berbagai macam diantaranya anaestasi umum, dengan cara inhalasi atau
intra vena, anaestasi regional dengan cara membok saraf, anaestasi lokal
dll.
10. Pelaksanaan pembedahan, setelah dilakukan anaestesi maka tim bedah
akan melaksanakan sesuai dengan ketentuhan pembedahan
B.   SARAN
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan
peran tenaga kesehatan yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas
dengan penuh tanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmunya.
Bagi perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan post
operatif harus lebih memperhatikan dan tahu pada bagian-bagian mana saja dari
asuhan keperawatan pada klien dengan intra dan post operatif ini yang perlu
ditekankan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, Anik. 2011. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK).


Jakarta: CV Trans Info Media
Uliyah, Musrifatul, Alimul Hidayat Azis. 2011. Buku Ajar Ketrampilan Dasar
Praktik Klinik        Kebidanan (KDPK). Surabaya: Health Book Publishing.
Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan).Jakarta: PT
EGC.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I
(terjemahan).Jakarta: PT EGC.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I.
(terjemahan).Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.

24

Anda mungkin juga menyukai