Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Muzakka Anbaby

NIM : 19706251035

Film negeri 5 Menara karya salman aristo merupakan salah satu film yang
mampu menarik perhatian penonton dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
Pada film tersebut, pengarang mampu membawa penonton masuk dalam suasana
yang diceritakan, film negeri lima menara kara salman aristo, menceritakan tentang
perjuangan sekelompok anak yang ingin mewujudkan cita-cita mereka.
Dalam kritik moral karya sastra biyasanya mencerminkan pandangan hidup
pengarang yang bersangkutan, pendanganya tentang nilai-nilai kebenaran. Karya
sastra fiksi terkadang menawarkan moral yangberhubungan dengan sifat-sifat
kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia.
Dalam film negeri 5 menara terdapat 3 nilai moral yaitu: (1) moral ketuhanan,
(2) nilai moral individu, dan (3) nilai moral sosial.
Nilai moral ketuhanan
Nilai moral ketuhanan dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi
meliputi nilai moral ketuhanan positif dan nilai moral ketuhanan negatif. Segala
tindakan yang didasarkan atas ibadah kepada Allah merupakan nilai positif. Adapun
tindakan yang didasarkan atas sesuatu selain Allah, termasuk di dalamnya perilaku
atas kehendak sendiri, merupakan nilai moral ketuhanan negatif.
Nilai moral ketuhanan positif meliputi (1) ikhlas, (2) tawakkal, dan (3) takwa
kepada Allah. Perilaku ikhlas ditunjukkan dengan perilaku tanpa mengharap imbalan
apapun kecuali mengharap ridho dari Allah. Sikap ikhlas para tokoh dalam novel
Negeri Lima Menara merupakan implementasi dari perintah Allah dalam surat (Al-
Dzariyat :56). Keyakinan bahwa manusia diciptakan hanya untuk mengabdi kepada
Allah, menjadikan para ustad di PM ikhlas menjadi khalis (mengajar hanya karena
ibadah kepada Allah) tanpa mengharap imbalan gaji sedikitpun.
Nilai moral ketuhanan negatif meliputi (1) shalat karena takut kepada petugas
keamanan, (2) tergesa-gesa dalam berdoa, dan (3) berdoa untuk melunakkan hati
seseorang. Shalat yang dikerjakan bukan karena Allah termasuk nilai moral negatif.
Perilaku tersebut tercermin melalui tokoh Aku (Alif) yang mengerjakan shalat karena
takut dengan petugas keamanan bernama Tyson, tidak didasarkan pada kewajiban
ibadah kepada Allah.
Perilaku tergesa-gesa dalam berdoa tercermin melalui tindakan tokoh Alif
yang selalu mengeluh terhadap doanya. Alif tidak menyadari bahwa dengan mengeluh
dan tergesa-gesa dalam berdoa justru akan membuat doanya tidak dikabulkan. Hal ini
sejalan dengan hadis riwayat Bukhari-Muslim yang menjelaskan ancaman terhadap
sikap seseorang yang menganggap lambatnya dikabulkannya doa.
Nilai moral individual
Nilai moral individual dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi
meliputi nilai moral individual positif dan nilai moral individual negatif. Nilai moral
individual positif meliputi (1) kedisiplinan, (2) kerja keras, (3) kesederhanaan, (4)
kebulatan tekad, dan (5) prasangka baik. Adapun nilai moral individual negatif
meliputi (1) melanggar disiplin waktu, (2) melanggar disiplin berpakaian, (3)
berkeinginan berkenalan dengan santri putri, (4) berkeinginan melihat bioskop, (5)
berbohong, (6) melakukan taruhan, (7) iri terhadap orang lain, dan (8) tidak ikhlas.
Sistem pendidikan di PM selalu menanamkan nilai-nilai kedisiplinan terhadap
para santri. Waktu shalat ditunjukkan dengan bunyi lonceng, waktu mandi
diwujudkan dengan kebiasaan antri agar semua santri mampu menghargai hak santri
lain dalam menggunakan fasilitas kamar mandi. Waktu makan pun dibiasakan untuk
antri dan membawa peralatan masing-masing.
Tokoh Aku dan Sahibul Menara berusaha menghargai diri sendiri dengan
berkehendak untuk selalu mematuhi peraturan yang berlaku di PM. Kedisiplinan
mereka terhadap qanun (aturan disiplin PM) seperti disiplin waktu, disiplin berpakain,
disiplin berbahasa, dan disiplin peraturan merupakan wujud usaha mereka
memperlakukan diri sebagai sesuatu yang bernilai dan berkehendak.
Perilaku kerja keras tercermin melalui perilaku tokoh Alif bersungguhsungguh
dalam belajar dan menjalani hukuman. Kesungguhan tokoh Alif dalam belajar
merupakan perilaku yang menunjukkan sikap menghargai diri sendiri. Dia belajar dan
berusaha di atas rata-rata usaha orang lain untuk menemukan dan mengembangkan
bakat dalam dirinya.
Kesungguhan tokoh Alif menjalani hukuman merupakan perilaku yang
menunjukkan sikap baik terhadap apa yang dijalani. Dia telah berusaha bersikap
positif ketika mendapat hukuman dari KP. Tindakan tokoh Alif merupakan penerapan
salah satu kaidah dasar moral yaitu prinsip sikap baik..
Wujud nilai kesederhanaan dalam novel Negeri Lima Menara adalah
kebiasaan makan dan minum dalam satu wadah. Kebiasaan tersebut merupakan salah
satu sunnah Nabi berdasarkan hadis riwayat At Tirmidzi yang menjelaskan anjuran
makan berjamaah dan keutamaannya. Nilai kesederhanaan ini merupakan perbuatan
baik, karena bisa menghilangkan perbedaan status sosial para santri.
Nilai moral individual negatif dalam novel Negeri Lima Menara meliputi (1)
melanggar disiplin waktu, (2) melanggar disiplin berpakaian, (3) berkeinginan
berkenalan dengan santri putri, (4) berkeinginan melihat bioskop, (5) berbohong, (6)
melakukan taruhan, (7) iri terhadap orang lain, dan (8) tidak ikhlas. Tindakan tersebut
termasuk nilai moral negatif karena selain melanggar aturan disiplin PM (qanun) juga
tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Salah satu peraturan dalam Qanun adalah
melarang santri berkenalan dengan santri putri, dan juga tidak diperbolehkan
menonton bioskop..
.
Nilai Moral Sosial
Nilai moral sosial dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi meliputi
nilai moral sosial positif dan nilai moral sosial negatif. Nilai moral sosial positif
meliputi (1) berbakti kepada kedua orang tua, (2) menghormati guru, (3)
persahabatan, (4) persaudaraan, dan (5) keadilan. Nilai moral sosial negatif meliputi
(1) berlaku kasar terhadap kedua orang tua, (2) melawan kehendak orang tua, (3)
membuat orang tua berduka, dan (4) membantah ucapan orang tua.
Perilaku berbakti kepada kedua orang tua tercermin melalui tokoh Alif, Baso,
dan Dulmajid. Tindakan mereka merupakan implementasi dari perintah Allah, yaitu
Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orang tua). Dalam surat (AlAnkabut:8)
disebutkan kewajiban seorang anak untuk selalu berbuat baik kepada 8 kedua orang
tua, selama keduanya tidak membawa kepada kekufuran. Adapun Wujud bakti
terhadap kedua orang tua yang telah meninggal adalah dengan cara menghafal Al-
Quran. Dalam hal ini, tercermin melalui tokoh Baso. Dia berharap orang tuanya
mendapatkan jubah kemuliaan, serta keselamatan di akhirat dengan berkah Al-Quran.
Sikap tawadhu’ para tokoh dalam novel Negeri Lima Menara merupakan
implementasi dari perintah Al-Quran dan Hadis yang menjelaskan pentingnya sifat
hormat dan tawadhu’ terhadap guru. Panggilan almukarom, beliau, dan antum
merupakan cermin perilaku murid yang ingin menghormati dan memuliakan gurunya.
Perilaku hormat terhadap guru sejalan dengan prinsip hormat.
Dalam hal ini, guru mempunyai derajat dan kedudukan yang lebih tinggi
daripada murid. Oleh karena itu, kewajiban seorang murid adalah menghormati dan
patuh terhadap guru. Bersikap tawadhu’ serta mempunyai tata cara berbicara terhadap
guru menunjukkan sikap hormat seorang murid sesuai dengan derajat dan kedudukan
seorang guru.
Kemauan bersahabat yang ditunjukkan tokoh Sahibul Menara merupakan
cerminan dari perilaku sikap baik. Menghibur teman yang sedih serta membantu
kesulitan yang dialami teman dalam novel Negeri Lima Menara juga termasuk
penerapan dari prinsip sikap baik. Secara ideal kaidah sikap baik hanya menghasilkan
akibat baik dan sama sekali tidak menghasilkan akibat buruk.
Nilai persaudaraan diwujudkan melalui kebiasaan para santri memanggil santri
lain dengan panggilan Akhi (saudara). Panggilan Akhi merupakan panggilan khusus
bagi orang muslim sebagai implementasi dari perintah agama (surat AlHujurat:10)
untuk saling bersaudara dan berbuat baik terhadap sesama muslim.
Dalam budaya Jawa, bersaudara berarti hidup rukun. Perilaku hidup rukun
dalam novel Negeri Lima Menara ditunjukkan dengan cara menganggap semua teman
santri sebagai saudara, dan selalu hidup rukun serta saling menyayangi.
Wujud nilai keadilan dalam novel Negeri Lima Menara adalah bersikap adil
terhadap semua orang tanpa melihat status atau kedudukan seseorang. Tindakan tokoh
Amak dan hukuman terhadap tokoh Said sesuai dengan prinsip keadilan karena telah
memberikan perlakuan yang sama terhadap semua orang tanpa membedakan status
maupun jabatan seseorang.
Tokoh Amak memberikan hukuman secara adil dengan tidak membedakan
status murid yang dihukum meskipun murid tersebut adalah anaknya sendiri. Tokoh
Said yang menjabat sebagai kepala keamanan pusat juga mendapat hukuman yang
sesuai tanpa memandang jabatan yang dimiliki.
Dalam Islam diajarkan untuk selalu berbuat baik kepada kedua orang tua dan
tidak diperbolehkan untuk membentak atau berkata kasar terhadap mereka. Dalam
sebuah hadis dijelaskan bahwa:"Keridhaan Allah ada pada keridhaan kedua orang tua,
dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua (HR. Muslim). Hadis ini
menjelaskan bahwa keridhaan dan kemurkaan Allah bergantung pada keridhaan dan
kemurkaan kedua orang tua. Oleh karena itu, merupakan suatu dosa besar jika seorang
anak berani membantah atau berlaku kasar terhadap kedua orang tua.

Anda mungkin juga menyukai