Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

“M” DENGANG DIAGNOSA MEDIS


ANEMIA PADA SISTEM HEMATOLOGI DI RUANG IRNA II RSUD
KOTA MATARAM

OLEH:

Gaus Galyubi
025 STYJ 20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2020
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Umum Tentang Anemia


Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah merah atau
hemoglobin (Kemenkes RI, 2013).
Anemia dalam kehamilan adalah suatu keadaan adanya penurunan
hemoglobin, hematokrit dan jumlah ertirosit dibawah nilai normal  (Rukiyah, 2010).
Anemia dalam kehamilan adalah anemia karena kekuranga zat besi, dan
merupkan jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah (Manuaba,
2010).
  Anemia pada ibu hamil didefinisikan bila kadar Hb di bawah 11gr/dL (Joseph
H.K, 2011).
  Anemia secara praktis didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau
hitung eritrosit dibawah batas normal (Prawihardjo S., 2010).

B. Klasifikasi
1. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah,
yang ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi
transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang
menurun. Pada kehamilan, kahilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi meternal
ke janin untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada saat persalianan, dan laktasi yang
jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900 mg atau setara dengan dua liter darah.
Oleh karena sebagian besar perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan besi
yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia defisiensi besi.
(Prawihardjo S, 2010).
Ini merupakan jenis anemia yang paling banyak dijumpai, secara klinis disebut
sebagai hipokromik mikrositik. Anemia ini jauh lebih banyak dijumpai di negara-
negara berkembang akibat kebiasaan makan yang buruk (asupan diet dengan
bioavailabilitas yang rendah, rendah besi dan protein, serta berlebihnya asupan zat
penghambat absorpsi besi, seperti fitat), gangguan absorpsi besi akibat infestasi cacing
tambang dan cacing lainnya diusus. Skistosomiasis, malaria kronik, terlalu sering
hamil dalam jarak waktu yang pendek, menoragia serta perdarahan dari hemoroid
merupakan sebagai penyabab Anemia Defisiensi Besi (ADB) lainnya. Kehamilan
ganda juga merupakan penyebab anemia yang cukup penting karena meningkatkan
kebutuhan besi dan asam folat. (Hollingworth T., 2012)
2. Anemia defisiensi asam folat
Anemia tipe megaloblastik karena defisiensi asam folat merupakan penyebab
kedua terbanyak anemia defisiensi zat gizi. Anemia megaloblastik adalah kelainan
yang disebabkan oleh ganguan sintesis DNA dan ditandai dengan adanya sel-sel
megaloblastik yang khas untuk jenis anemia ini.selain karena defisiensi asam folat,
anemia megaloblastik juga dapat terjadi karena defisiensi vitamin B12 (kobalamin).
Folat dan turunnya formil FH4 penting untuk sintesis DNA yang memadai dan
produksi asam amino. Kadar asam folat yang tidak cukup dapat menyebabkan
menifestasi anemia megaloblastik (Prawihardjo S, 2010).
3. Anemia Aplastik
Ada beberapa laporan mengenai anemia aplastik yang terkait dengan
kehamilan, tetapi hubungan antara keduanya tidak jelas. Pada beberapa kasus, yang
terjadi adalah eksaserbasi anemia aplastik yang telah ada sebelumnya oleh kehamilan
dan hanya membaik setelah terminasi kehamilan. Pada kasus-kasus lainnya, aplasia
terjadi selama kehamilan dan dapat kambuh pada kehamilan berikutnya. Terminasi
kehamilan atau persalinan dapat memperbaiki fungsi sumsum tulang, tetapi penyakit
dapat memburuk bahkan menjadi fatal setelah persalinan. Terapi meliputi terminasi
kehamilan elektif, terapi suportif, imunosupresi, atau transplantasi sumsum tulang
setelah persalinan. (Prawihardjo S., 2010).
4. Anemia sel sabit

Hb sel sabit disebabkan oleh substitusi tunggal asam glutamate oleh valin di
kodon 6 rantai globin beta. Dampaknya cukup berat terhadap kehamilan, dan
perempuan dapat menderita krisis sel sabit, suatu kegawatdaruratan akut yang
disebabkan oleh proses infark berbagai macam organ karena terjadi sekuestrasi berat
eritrosit sel sabit, menimbulkan nyeri yang sangat hebat, terutama ditulang. Ini dapat
terjadi dalam kehamilan, persalinan, atau pada masa nifas, terutama dalam keadaan
kekurangan oksigen, contoh dibawah anestesi umum (Hollingworth T., 2012).
C. Etiologi

Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi. Sering kali


defisiensinya bersifat multiple dengan manifestasi yang disertai infeksi, gizi buruk atau
kelainan herediter. Namun penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi asupan yang
tidak cukup, absorbsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang dan
kebutuhan yang berlebihan. Sekitar 75% anemia dalam kehamilan disebabkan oleh
defisiensi gizi. Penyebab tersering kedua adalah anemia Megaloblastik yang dapat
disebabkan oleh defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12. penyebab anemia
lainnya yang jarang ditemui antara lain adalah hemoglobin opati, proses inflamasi,
toksisitas, zat kimia dan keganasan. (Prawihardjo S, 2010).
Menurut Joseph HK. (2011), faktor risiko anemia defisiensi besi pada
kehamilan adalah kurangnya asupan besi dalam diet. Sedangkan menurut Kemenkes
(2013), faktor predisposisi anemia pada ibu hamil adalah sebagai berikut :
a. Diet rendah zat besi, B12, dan asam folat.
b. Kelainan gastrointestinal.
c. Penyakit kronis.
d. Riwayat keluarga.

D. Tanda Dan Gejala


Tanda dan Gejala Menurut Wibisono H. (2009) gejala anemia pada  ibu  hamil ditandai
dengan:
a. Pusing
b. Wajah pucat
c. Merasa letih dan lemah
d. Kurang nafsu makan
e. Daya tahan tubuh menurun
f. Kebugaran tubuh menurun
g. Gangguan penyembuhan luka
Selanjutnya menurut Rukiyah A.Y, (2010), gejala-gejala dapat berupa kepala
pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem
neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Bila kadar
Hb < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas.
Hollingworth T. (2012) menambahkan gambaran klinis anemia dalam
kehamilan berupa :
a. Gejala
1. Lemah
2. Letih / lelah
3. Gangguan pencernaan
4. Penurunan nafsu makan
5. Palpitasi
6. Dispnea (sulit bernapas)
7. Pusing / kepala ringan
8. Pembengkakan (perifer)
9. Edema anasarka (akumulasi cairan umum dirongga peritoneum dan toraks)
10. Gagal jantung kongestif (pada kasus-kasus berat)
b. Tanda
1. Pucat
2. Glositis
3. Stomatitis
4. Edema
5. Hipoproteinemia
6. Murmur sistolik lembut didaerah mitral akibat sirkulasi hiperdinamik
7. Krepitasi halus dibasal paru akibat kongesti (pada kasus-kasus berat)

E. Patofisiologi
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan
payudara. Volume plasma meningkat 45-46% dimulai pada trimester II kehamilan, dan
maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit
menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang
meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan
sekresi aldesteron. (Rukiyah A.Y, 2010).
1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel darah
merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik.Hal ini terjadi akibat adanya
abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang dibutuhkan
agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal. Kondisi kondisi yang
mengakibatkan anemia ini antara lain sickle cell anemia, gangguan sumsum tulang
dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan
kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses
eritropoesis.

2. Anemia akibat penghancuran sel darah merah


Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan terhadap
tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat sehingga
menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang diketahui atara
lain:
a. Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia.
b. Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau
beberapa jenis makanan.
c. Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis.
d. Autoimun.
e. Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar,
f. paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan thrombosis.

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit


Antigesn pada eritrosit berubah


Dianggap benda asing oleh


tubuh

sel darah merah dihancurkan
oleh limposit

Anemia hemolisis.
3. Anemia akibat kehilangan darah
Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada
perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis umumnya
muncul akibat gangguan gastrointestinal (misal ulkus, hemoroid, gastritis, atau
kanker saluran pencernaan), penggunaan obat obatan yang mengakibatkan ulkus
atau gastritis (misal OAINS), menstruasi, dan proses kelahiran.

F. Patway
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose
anemia adalah (Handayani, 2008):
1. Pemeriksaan laboratorium hematologis

a. Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
b. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen, seperti kadar
hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan darah tepi.
c. Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan
trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED), hitung
diferensial, dan hitung retikulosit.
d. Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan diagnosis
definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak memerlukan
pemeriksaan sumsum tulang.

2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis


a. Faal ginjal
b. Faal endokrin
c. Asam urat
d. Faat hati
e. Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
a. Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
b. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
c. Pemeriksaan sitogenetik.
d. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction, FISH:
fluorescence in situ hybridization).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai jenisnya,
dapat dilakukan dengan (Handayani.,Haribowo. 2008) :
1. Anemia Aplastik
a. Transplantasi sumsum tulang.
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).
c. Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.
d. Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel darah merah
dan trombosit.
e. Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan orang-
orang yang menderita infeksi.

2. Anemia defisiensi besi


a. Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi gastrointestinal,
fibroid uteri, atau kanker yang dapat disembuhkan.
b. Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.
c. Berikan preparat besi orang yang diresepkan.
d. Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.
e. Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol.
3. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat) Anemia
defisiensi vitamin B12:
a. Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada vege tarian
ketat).
b. Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak terdapatnya
faktor-faktor instriksik.
c. Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien anemia
pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.
4. Anemia sel sabit
a. Arus utama terapi adalah hidrasi dan analgesia.
b. Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari.

c. Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.


d. Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri yang lebih
ringan.
e. Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak
responsive terhadap terapi, pada preoperasi untuk mengencerkan
darah sabit, dan kadang-kadang setengah dari masa kehamilan
untuk mencegah krisis.
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
a) Pengkajian
1. Identifikasi klien : nama klien, jenis kelamin, agama, suku/ bangsa, pendidikan,
pekerjaan, dan alamat.
2. Identitas penanggung jawab
3. Keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lalu
Keluhan utama : pada keluhan utama akan Nampak semua apa yang dirasakan
klien pada saat seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan pucat.
4. Riwayat kesehatan masa alu :riwayat kesehatan masa lalu akan memberikan
informasi kesehatan atau penyakit masa lalu yang pernah diderita.
Pemerisaan fisik
5. Aktivitas/ istirahat
a. Gejala: Keletihan/ kelemahan terus-menerus sepanjang hari.
Kebutuhan tidur lebih besar dan istirahat.
Tanda :Gangguan gaya berjalan
b. Sirkulasi
Gejala: Palpitasi atau nyeri.
Tanda : Tekanan darah menurun, nadi lemah, pernafasan lambat, warna kulit
pucat atau sianosis, konjungtiva pucat.
c. Eliminasi
Gejala : Sering berkemih, nokturia (berkemih malam hari.
d. Integritas ego
Gejala : Kuatir, takut.
Tanda : Ansietas, gelisah.
Makanan / cairan
Gejala : Nafsu makan menurun.
Tanda : Penurunan berat badan, turgor kulit buruk, tampak kulit dan membran
mukosa kering.
e. Hygiene
Gejala : Keletihan / kelemahan
Tanda : Penampilan tidak rapi.
f. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala /pusing, gangguan penglihatan.
Tanda : Kelemahan otot, penurunan kekuatan otot.
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri pada punggung, sakit kepala.
Tanda : Penurunan rentang gerak, gelisah.
h. Pernafasan
Gejala : Dispnea saat bekerja.
Tanda : Mengi
i. Keamanan
Gejala : Riwayat transfusi.
Tanda : Demam ringan, gangguan penglihatan.
j. Seksualitas
Gejala : Kehilangan libido.

B. Diagnosa Keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien anemia sel sabit baik aktual
maupun potensial adalah sebagai berikut :

a Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (Hb menurun).


b Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan fungsi / gangguan
pada sum-sum tulang.
c Aktifitas intolerance berhubungan dengan kelemahan otot.
d Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan porsi makan tidak dihabiskan.
e Integritas kulit berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke jaringan.
f Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
g Kecemasan / kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakitny.

C. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (HB rendah)
Tujuan : Tidak merasakan nyeri,
Tindakan keperawatan
a. Kaji tingkat nyeri
Rasional: Dengan mengkaji tingkat nyeri dapat mempermudah dalam menentukan
intervensi selanjutnya.
b. Anjurkan klien teknik nafas dalam.
Rasional : Dengan menarik nafas dalam memungkinkan sirkulasi O2 ke jaringan
terpenuhi.

c. Bantu klien dalam posisi yang nyaman.


Rasional : Mengurangi ketegangan sehingga nyeri berkurang.

d. Kolaborasi pemberian penambah darah


Rasional : Membantu klien dalam menaikkan tekanan darah dan proses
penyembuhan.

2. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan fungsi/ gangguan


sumsum tulang.
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat

Tindakan keperawatan :

a. Ukur tanda-tanda vital:


Rasional : Untuk mengetahui derajat/ adekuatnya perfusi jaringan dan
menentukan intevensi selanjutnya.

b. Tinggikan kepala tempat tidur klien


Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler

c. Pertahankan suatu lingkungan yang nyaman.


Rasional : Vasekonstriksi menurunkan sirkulasi perifer dan menghindari panas
berlebihan penyebab vasodilatasi.

d. Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila terjadi kelemahan.


Rasional : Stres kardiopulmonal dapat menyebabkan kompensasi.
DAFTAR PUSTAKA

Hollingworth T., 2012. Diagnosis Banding Dalam Obstetri & Ginekologi A-Z. Jakarta :


EGC

Joseph HK, dkk. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri (Obsgyn). Nuha Medica:
Jogyakarta.

Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013. Badan Penelitian Dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013

Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta: EGC 

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Rukiyah, Dkk. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Potologi Kebidanan). Jakarta: Trans Info


Media

Wibisono, H. 2009. Solusi Sehat Seputar Kehamilan. Jakarta : Argo Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai