Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PRODUK GABUNGAN DAN PRODUK

SAMPINGAN

Tugas Makalah Akuntansi Biaya


Dosen: Dr. I Made Adnyana, S.E., M.M.

DisusunOleh:
Kelompok 8
Dion Dharmajaya (183112340250328)
Muhammad Nuryadin (183112340250466)
Muhammad Zainullah (183112340250178)

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Produk Gabungan (joint product) dihasilkan secara simultan melalui suatu proses
atau serentetan proses umum, dimanasetiap produk yang dihasilkan dari proses tersebut
memiliki lebih dari sekedar nilai nominal. Proses produksi tersebut bersifat simultan
karena proses itu menghasilkan seluruh produk tersebut tanpa kecuali. Peningkatan dalam
output salah satu produk pasti akan menyebabkan peningkatan kuantitas dari produk atau
produk-produk lain dan demikian pula sebaliknya, walaupun tidak harus dalam proporsi
yang sama.
Biaya gabungan terjadi dalam bentuk jumlah total biaya yang dapat dibagi untuk
semua produk dihasilkan dan bukan berasal dari penjumlahan biaya individual masing-
masing produk. Total biaya produksi dari beragam produk melibatkan biaya gabungan
maupun biaya produksi individual yang terpisah.
Titik pisah batas (split-off point) didefinisikan sebagai titik dimana produk-
produk tersebut dapat dipisahkan sebagai unit-unit individual. Sebelum titik tersebut,
produk-produk tadi masih dalam satu kesatuan yang homogen.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengetahui Perbedaan antara Produk Gabungan dengan Produk Sampingan.


2. Kesulitan dalam Menghitung Biaya Produk Sampingan dan Produk Gabungan.
3. Metode untuk Menghitung Biaya Produk Sampingan dan Produk Gabungan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Produk Gabungan dan Produk Sampingan

Produk gabungan diproduksi secara bersamaan melalui suatu proses atau


serentetan proses umum, dimana setiap produk yang dihasilkan memiliki lebih dari nilai
nominal dalam bentuk sesuai dengan hasil pemrosesan tersebut. Produksi bersifat
simultan karena proses produksi menghasilkan seluruh produk tanpa dapat dihindari.
Peningkatan output salah satu produk akan menyebabkan meningkatnya kuantitas produk
atau produk-produk lain demikian sebaliknya, walaupun tidak harus dalam proporsi yang
sama.
Produk sampingan umumnya didefinisikan sebagai produk dengan total nilai yang
relative kecil dan dihasilkan secara simultan atau bersamaan dengan suatu produk yang
total nilainya lebih besar (produk utama). Contoh residu dan produk sampingan dalam
industry perminyakan.
Titik pisah didefinisikan sebagai titik dimana produk tersebut dapat dipisahkan sebagai
unit individual Sebelumnya produk masih dalam satu kesatuan yang homogen.

2.2 Perhitungan Harga


Produk sampingan dan produk gabungan sulit dihitung biayanya karena biaya gabungan
yang sesungguhnya tidak dapat dibagi. Misalnya, suatu bijih dapat saja mengandung timah
dan tembaga. Dalam kondisi mentah, mineral-mineral ini adalah produk gabungan sampai
dipisahkan oleh pemrosesan bijih. Biaya menemukan, menambang, dan memproses bijih
tersebut adalah biayagabungan, karena sebelum titik pisah batas, baik timah maupun tembaga
tidak dapat diproduksi sendirian tanpa menghasilkan yang lainnya.
Biaya yang diakumulasikan sebelum titik pisah batas harus ditanggung oleh masing-
masing produk berdasarkan selesih antara harga jual dengan biaya untuk menyelesaikan dan
menjual setiap mineral setelah titik pisah batas. Oleh karena tidak dapat dibaginya biaya
gabungan, maka metode alokasi yang digunakan untuk menentukan biaya per unit dari produk
gabungan bersifat sedikit arbitrer. Perhitungan biaya produk gabungan dan produk sampingan
menyoroti masalah pembebanan biaya keproduk yang asal, penggunaan peralatan, bahan
baku, tenaga kerja, dan fasilitas lainnya tidak dapat benar-benar ditentukan. Jika tidak ada
persediaan awal maupun akhir, maka total angka laba atau rugi periodic tidak akan
dipengaruhi oleh alokasi biaya keproduk gabungan atau produk sampingan, karena biaya-
biaya gabungan tersebut kembali menjadi satu di laporan laba rugi final. Sebaliknya, karena
biasanya terdapat persediaan, biaya gabungan umumnya dialokasikan keproduk untuk
menentukan nilai persediaan.
Oleh karena alasan tersebut, maka terdapat dampak terhadap laba periodik. Hal ini
disebabkan karena metode alokasi yang berbeda menyebabkan jumlah yang berbeda
dialokasikan kepersediaan dari berbagai produk gabungan atau produk sampingan. Alokasi
biaya gabungan mungkin diharuskan guna menjustifikasi harga jual di hadapan badan
pemerintah. Akan tetapi, baik akuntan maupun ekonom sering kali mempertanyakan validitas
pemisahan biaya gabungan untuk menentukan harga yang wajar dalam penetapan harga
produk yang diatur oleh pemerintah.

2.3 Metode Untuk Menghiting Biaya Produk Sampingan Dan Produk Gabungan
1. Metode Untuk Menghitung Biaya Produk Sampingan

Metode untuk Menghitung Biaya Produk SampinganMetode yang dapat diterima


untuk menghitung biaya produk sampingan terbagi atas dua kategori. Dalam kategori
pertama, biaya produksi gabungan tidak dialokasikan ke produk sampingan. Dalam
kategori ini ada dua metode. Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan produk
sampingan di kreditkan ke pendapatan atau ke biaya produk utama. Metode ini dibedakan
oleh perlakuannya atas pendapatan kotor dari produk sampingan dan disebut sebagai
metode 1. Alternatifnya, biaya produk sampingan setelah titik pisah batas di-offset
dengan pendapatan dari produk tersebut. Variasi ini dibedakan oleh perlakuannya atas
pendapatan bersih dari produk sampingan dan disebut sebagai metode 2.
Dalam metode 1, pendapatan kotor dari penjualan produk sampingan ditampilkan
dalam laporan laba rugi sebagai salah satu kategori ini:

a. Pendapatan lain-lain
b. Tambahan pendapatan penjualan
c. Pengurang harga pokok penjualan dari produk utama
d. Pengurang biaya produksi produk utama

Dalam metode 2, pendapatan dari produk sampingan, ditampilkan di laporan laba rugi
sebagai salah satu dari empat kategori untuk metode 1 seperti yang disebutkan diatas.

Dalam kategori yang kedua untuk menghitung biaya produk sampingan, sebagian
biaya gabungan dialokasikan ke produk tersebut. Alokasi biaya gabungan seperti ini
hampir sama dengan perlakuan terhadap produk gabungan. Nilai persediaan didasarkan
pada besarnya biaya gabungan yang dialokasikan ditambah dengan biaya pemrosesan
lebih lanjut setelah titik pisah batas. Dalam kategori ini ada dua metode yang digunakan.
Metode 3 merupakan metode biaya penggantian, sedangkan metode 4 merupakan metode
nilai pasar, atau juga dikenal dengan metode pembatalan atau pembalikan biaya (reversal
cost method).

Metode-metode Tanpa Harga Pokok

Berikut ini beberapa metode perlakuan terhadap pendapatan penjualan produk


sampingan:

a) Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan di luar


usaha.

Dalam metode ini, pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk dikurangi
dengan penjualan retun dicatat dalam rekening “Pendapatan Penjualan Produk
Sampingan”.

Dan pada akhir periode akuntansi ditutup ke rekening Laba Rugi.


Rekening Pendapatan Penjualan Produk Sampingan dicantumkan dalam laporan laba rugi
dalam kelompok penghasilan di luar usaha (other income).

Contoh bentuk Laporan Laba Rugi yang menghasilkan produk utama dan sampingan,.

b) Pendapatan penjualan produk diperlukan sebagai tambahan pendapatan penjualan


produk utama.

Metode ini merupakan variasi metode pertama di atas.

Semua biaya produksi dikurangkan dari pendapatan penjualan semua produk (baik
produk utama maupun sampingan) untuk mendapatkan laba bruto.

Dalam metode ini tidak diadakan alokasi biaya bersama seperti halnya dengan
metode pertama.
Dari contoh di atas, pendapatan penjualan produk sampingan sebesar Rp 4.000
dicantumkan dalam laporan laba rugi di bawah pos pendapatan penjualan produk
utama.

Sehingga pendapatan penjualan semua produk berjumlah Rp 104.000.

Angka-angka lain dalam laporan tersebut tetap sama, kecuali jumlah laba bruto dan
laba bersih usaha yang berbeda.

c) Pendapatan penjualan produk diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan


(HPP)

Dalam metode ini pendaptan penjualan produk sampingan sebesar Rp 4.000


dikurangkan dari harga pokok penjualan sehingga menghasilkan laba bruto sebesar:

= Rp 100.000 – Rp 46.000 = Rp 54.000

Laba bersih sebelum pajak tetap sama sebesar Rp 24.000

d) Pendapatan penjualan produk diperlakukan sebagai pengurang total biaya produksi.

Pendapatan penjualan produk sampingan sebesar Rp 4.000 dikurangkan dari total


biaya produksi Rp 60.000.

Sehingga biaya produksi turun menjadi:

= Rp 60.000 – Rp 4.000 = Rp 56.000

Hal ini menyebabkan biaya produksi per satuan turun menjadi:

= Rp 56.000 : Rp 30.000 = Rp 1,87

Sehingga harga pokok persediaan produk akhir turun menjadi Rp 9.350.


2. Metode Untuk Menghitung Biaya Produk Gabungan

Biaya gabungan dapat dialokasikan ke produk gabungan menggunakan salah satu


dari empat metode berikut ini:

 Metode harga pasar, berdasarkan harga pasar relatif dari masing-masing produk.
 Metode biaya rata-rata per unit.
 Metode rata-rata tertimbang, berdasarkan pada faktor pembobotan yang telah
ditentukan sebelumnya.
 Metode unit kuantitatif, berdasarkan pada ukuran fisik unit seperti berat, ukuran
linear atau volume.

a. Metode Harga Pasar

Pendukung metode harga pasar sering berpendapat bahwa harga pasar dari produk
apapun sampai batas tertentu merupakan manifestasi dari biaya yang dikeluarkan untuk
produksinya. Dengan kata lain, jika bukan karena biaya, maka harga jual tidak akan ada,
tetapi berdasarkan definisinya, usaha yang diperlukan untuk menghasilkan setiap produk
gabungan tidak dapat ditentukan. Jika dapat ditentukan, maka alokasi dapat dihitung
berdasarkan jumlah relatif dari usaha yang diperlukan untuk setiap produk gabungan.
b. Metode Biaya Rata-Rata Per Unit

Metode biaya rata-rata per unit berusaha untuk mengalokasikan biaya gabungan
ke produk gabungan sedemikian rupa sehingga setiap produk menerima alokasi biaya
gabungan per unit dalam jumlah yang sama, yang disebut biaya rata- rata per unit. Biaya
rata-rata per unit diperoleh dengan cara membagi total biaya gabungan dengan total
jumlah unit yang diproduksi.
c. Metode Rata-Rata Tertimbang

Dalam beberapa kasus, metode biaya rata-rata per unit tidak memberikan jawaban
yang memuaskan atas masalah alokasi biaya gabungan, karena masing- masing produk
dari berbagai produk gabungan berbeda secara signifikan. Dalam kasus semacam itu,
faktor pembobotan yang telah ditentukan sebelumnya dapat diberikan ke setiap unit.

d. Metode Unit Kuantitatif

Metode unit kuantitatif mengalokasikan biaya gabungan berdasarkan satuan


pengukuran yang sama, misalnya pon, galon, ton atau meter persegi. Jika produk
gabungan tidak bisa diukur dalam satuan ukuran yang sama, maka ukuran tersebut
dikonversikan ke satuan yang sama.
BAB III
KASUS

3.1. Dalam Suatu Pengambilan Keputusan Untuk Memproses Lebih Lanjut Produk
Gabungan , Biaya Apa Saja Yang Relevan?

Dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan produk gabungan biaya yang
relevan biasanya terdiri dari biaya variabel. Namun tidak semua biaya variabel menjadi biaya
relevan misalnya komisi penjualan. Komisi penjualan merupakan biaya variabel, tetapi tidak
pernah akan dibayarkan didalam pesanan khusus dalam banyak kasus biaya gabungan yang
dialokasikan tidak elevan dalam pengambilan keputusan karena metode alokasi biaya gabungan
mengindifikasikan biaya yang dibebankan ke berbagai produk pada titik pisah batas adalah sulit
ditentukan untuk tujuan apapun. pengambilan suatu keputusan termasuk keputusan manajemen
dalam memproses produk, seperti : biaya variabel, biaya tetap (apabila biaya tetap tersebut
berubah jumlahnya yang perubahannya bukan disebabkan oleh adanya peningkatan aktivitas
poduksi)

3.2. Dalam Dinas Pajak AS (Internal Revenue Service- IRS) Mengharuskan Digunakannya
Metode Alokasi Biaya Tertentu Untuk Produk Gabungan atau Produk Sampingan dalam
Menghitung Pajak? Jelaskan.

Menggunakan hasil metode alokasi biaya dalam menghitung pajak tersebut sebagai dasar
untuk menilai persedian, asalkan alokasi tersebut memilik hubungan yang wajar terhadap nilai
jual dari masing-masing jenis produk.
3.3. Jelaskan Bagaimana Pendapatan dari Penjualan Produk Sampingan Dapat Disajikan
dalam Laporan Laba Rugi?

Pendapatan penjualan produk sampingan disajikan dalam laporan Laba Rugi sebagai :

 Pendapatan Penjualan
Pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk utama.
 Pendapatan Lain-lain
Pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk sampingan dikurangi dengan penjualan
returnya dicatat dalam rekening “Pendapatan Penjualan Produk Sampingan” dan pada
periode akhir periode akhir akuntansi ditutup ke rekening Rugi Laba
 Pengurangan Terhadap Harga Pokok Penjualan dari Produk Utama
Dalam metode ini pendapatan penjualan produk sampingan dikurangkan dari harga
pokok penjualan sehingga menghasilkan laba bruto , Laba bersih sebelum pajak tetap
sama.
 Pengurangan Terhadap Jumlah Biaya Produksi dari Produk Utama
Pendapatan penjualan produk sampingan dikurangkan dari total biaya produksi,sehingga
biaya produksi dan biaya produksi per satuan turun. Dan harga pokok persediaan produk
akhir turun.
BAB IV
PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan

Biaya gabungan terjadi sebelum titik pisah (split-off). Titik pisah adalah saat dihasilkannya
dua atau lebih produk bersama, dimana pada saat itu produk bersama bisa langsung dijual atau
diproses lebih lanjut. Istilah produk sampingan digunakan untuk suatu produk yang bernilai total
relatif kecil dan diproduksi secara berbarengan dengan produk yang bernilai lebih besar. Produk
yang nilainya lebih besar biasa disebut dengan produk utama. Produk sampingan juga bisa
diartikan sebagai produk yang bukan tujuan utama operasi perusahaan tetapi tidak dapat
dihindarkan terjadinya dalam proses pengolahan produk disebabkan sifat bahan yang diolah atau
karena sifat pengolahan produk, kuantitas dan nilai produk sampingan relatif kecil dibandingkan
dengan nilai keseluruhan produk.
DAFTAR PUSTAKA

blogspot.co.id/2011/10/akuntansi-biaya-6.//html

http://anggitsetiyadi87.blogspot.co.id/2011/10/biaya-produksi-untuk-biaya-produksi.html

Usry, Carter, Akuntansi Biaya, Edisi 13, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2004

Anda mungkin juga menyukai