Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah

penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk kedalam tubuh penderita

melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit DHF merupakan salah satu masalah

kesehatan di Indonesia. Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit

penyakit ini, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas

di perumahan penduduk maupun fasilitas umum diseluruh Indonesia.

Penyakit DHF pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968,

akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut

menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia

kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah

kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah

yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.

Di berbagai daerah di Indonesia, DHFtelah berulang kali dinyatakan sebagai

kejadian luar biasa (KLB). KLB DHF terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence

Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) 2%. Pada tahun

1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung

meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87

(tahun 2003).

Di Provinsi Riau, berdasarkan jumlah kasus DHF tahun 2002 s.d September 2007

terjadi peningkatan kasus pada tahun 2005 sebanyak 1897 kasus , dan tahun 2006 dan

September 2007 mengalami penurunan kasus hingga 50 %.

1
Berdasarkan data di atas, Penulis tertarik untuk mengangkat kasus tersebut

dengan judul ” Asuhan keperawatan pada Ny A dengan dengue hemorrhagic fever (DHF)

di ruang Sahabat RSUD Bangkinang

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan demam berdarah

dengue di ruang Sahabat RSUD Sahabat

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. A dengan DHF di Sahabat RSUD

Bangkinang

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan sesuai permasalahan yang ada.

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai prioritas masalah

keperawatan yang ada pada Ny. A dengan DHF di Sahabat RSUD

Bangkinang

d. Mampu melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun dan dilaksanakan

sesuai dengan kebutuhan klien.

e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan kepada

klien.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Defenisi

Demam berdarah dengue adalah suatu infeksi arbovirus (arthropod-borne virus)

akut, ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes Aeghepty (Nelson, 2000).

Demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus

dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Nursalam dkk, 2005).

B. Etiologi

Penyebab utama demam berdarah dengue adalah virus dengue yang tergolong jenis

arbovirus melalui vektor utama aedes aegypti. Adanya vektor berhubungan erat dengan

kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperluan sehari-hari, sanitasi

lingkungan yang kurang baik, dan penyediaan air bersih yang langka.

C. Patofisiologi

Virus merupakan mikrooganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup. Maka

demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai pejamu

(host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Persaingan tersebut sangat

tergantung pada daya tahan pejamu, bila daya tahan baik maka akan terjadi penyembuhan

dan timbul antibodi, namun bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi

makin berat dan bahkan dapat menimbulkan kematian. Individu yang mengalami infeksi

yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat

yang lebih besar untuk menderita DBD/Berat.

Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan

menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian

berikatan dengan faktor reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh

3
karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan

bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag.

Antibodi dependent enhancement (ADE), suatu proses yang akan meningkatkan

infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap

infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan

peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan

hipovolemia dan syok. Replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang

bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak.

Masa inkubasi demam berdarah dengue diduga merupakan masa inkubasi demam

dengue perjalanannya khas yang sangat sakit. Fase pertama yang relatif ringan dengan

demam mulai mendadak, malaise, muntah, nyeri kepala, anoreksia dan batuk disertai

sesudah 2-5 hari oleh deteriosasi klinis cepat dan kolaps.

Pada fase kedua penderita biasanya menderita ekstremitas dingin, lembab, badan

panas, muka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-epigastrik.

Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai; ekimosis spontan mungkin

tampak, dan mudah memar serta berdarah pada tempat fungsi vena adalah lazim Ruam

makular atau makulopapular mungkin muncul dan mungkin ada sianosis sekeliling mulut

dan perifer. Pernafasan cepat dan sering berat. Nadi lemah, cepat dan kecil dan suara

jantung halus. Hal ini mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi kosta dan

biasanya keras dan agak nyeri. Kurang dari 10% penderita menderita ekimosis atau

perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi

Sesudah 24-36 jam masa kritis, konvalesen cukup cepat pada orang yang sembuh. Suhu

dapat kembali normal sebelum atau selama fase syok. Bradikardi dan ekstrasistol ventrikel lazim

selama konvaselen. Jarang, ada cedera otak sisa yang disebabkan oleh syok lama atau kadang-

4
kadang karena perdarahan intrakranial. Strain virus dengue 3 yang besirkulasi di daerah utama

Asia Tenggara sejak tahun 1983 disertai dengan terutama sindrom klinis berat, yang ditandai oleh

enselopati, hipoglikemia, kenaikan enzim hati yang mencolok dan kadang-kadang ikterus.

Berbeda dengan pola yang sangat khas pada anak yang sakit berat, infeksi dengue sekunder

relatif ringan pada sebagian besar keadaan, berkisar dari infeksi yang tidak jelas sampai penyakit

saluran pernapasan atas yang tidak terdiferensiasi atau penyakit seperti dengue sampai penyakit

serupa dengna penyakit yang diuraikan sebelumnya tetapi tanpa syok yang jelas.

D. Tanda dan Gejala

1. Suhu tubuh tinggi

2. Demam yang berlangsung hanya beberapa hari

3. Nyeri tekan terutama pada otot dan persendian

4. Leokopenia

Patokan WHO (1975) untuk membuat diagnosis DHF ditetapkan sebagai berikut:

1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.

2. Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji tourniket positif dan salah

satu bentuk lain (petekie, purpura, ekimosis, epistaksis dan perdarahan gusi),

hematemesis atau melena.

3. Perbesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterius

4. Kenaikan hematokrit >20%

WHO membagi derajat penyakit DHF dalam 4 derajat, yaitu:

 Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan

ialah uji tourniket positif.

 Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.

5
 Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan

nadi menurun (kurang dari 20 kali permenit) atau hipotensi disertai kulit yang dingin,

lembab dan penderita menjadi gelisah.

 Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan darah

yang tidak dapat diukur.

E. Pemeriksaan Fisik

Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung

kaki. berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik adalah sebagai berikut:

1) Grade I : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi

lemah.

2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan

petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.

3) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan

tidak teratur, serta tensi menurun.

4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,

pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

5) Sistem Integumen:

1. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan

lembab, kuku sianosis atau tidak

2. Kepala dan leher.

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam, mata anemis,

hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada

mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri

6
telan.Sementara tenggorokan mengalami Hyperemia pharing dan terjadi

perdarahan telinga (grade II, III, IV).

3. Dada

Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat

adanya cairan yang tertimbun pada paru-paru sebelah kanan (efusi pleura), Rales

(+), ronchi (+) yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.

4. Abdomen

Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali), dan asites.

5. Ekstremitas

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

Parameter laboratories yang dapat dilakukan antara lain:

a. Leukosit:Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis

relatif (>45% dari total leukosit)

b. Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke3-8

c. Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan

hematokrit ≥ 20 % dari hematokrit awal umumnya pada hari ke-3 demam

d. Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen, pada keadaan yang

dicurigai adanya perdarahan atau kelainan pembekuan darah.

e. Protein atau albumin: dapat terjadinya hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.

f. SGOT/SGPT (Serum alanin aminotransferase) dapat meningkat

g. Ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.

7
h. Elektrolit: sebagai parameter pemberian cairan

i. Golongan darah dan crossmatch: bila akan diberikan transfusi darah atau

komponen darah.

j. Pemeriksaan imunoserologi: dilakukan pemeriksaan igm dan igg terhadap

dengue.

2. Pemeriksaan Radiologis

Pada foto dada didapatkan efusi pleura, pemeiksaan foto rontgen dada sebaiknya

dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada posisi badan sebelah kanan).

3. Pemeriksaan USG

Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.

(Sudoyo, 2007).

G. Penatalaksanaan
a. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
b. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
c. Observasi intake output
 Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap
3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2
liter per hari, beri kompres
 Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
 Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
d. Resiko Perdarahan
 Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
 Catat banyak, warna dari perdarahan

8
 Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
e. Peningkatan suhu tubuh
 Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
 Beri minum banyak
 Berikan kompres
H. PENCEGAHAN
Pencegahan DBD dititik beratkan pada pemberantasan nyamuk dengan
penyemprotan insektisida dan upaya membasmi jentik nyamuk yang dilakukan
dengan 3 M.
Gerakan 3 M
1. Menguras tempat – tempat penampungan air secara teratur sekurang – kurangnya
sekaali seminggu atau penaburan bubuk abate ke dalamnya.
2. Menutup rapat tempat penampungan air.
3. Mengubur atau menyingkirkan barang – barang bekas yang dapat menampung air
pemberantasan vector :
 Fogging (penyemrotan) kegiatan ini dilakukan bila hasil penyelidikan
epidemilogis memenuhi criteria dengan dosis 1 sendok makan peres (10
gram) abate untuk 100 liter air.
 Abatisasi semua tempat penampungan air di rumah dan bangunan yang
ditemukan jentik aedes aegypti ditaburi bubuk abate.

I. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko terjadinya syok hopovolemik berhubungan dengan kekurangan cairan dan

kebocoran plasma

2. Resiko cedera: perdarahan lebih lanjut b.d trombositopenia

3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) b.d proses inflamasi (viremia)

4. Gangguan rasa nyaman: nyeri otot dan persendian b.d proses inflamasi, proses

patologis penyakit.

5. Defisit volume cairan b.d peningkatan permeabilitas dinding plasma

9
6. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d

anoreksia, mual, muntah.

J. Intervensi Keperawatan
1. Resiko terjadinya syok hopovolemik berhubungan dengan kekurangan cairan dan
kebocoran plasma.

No Intervensi Keperawatan Rasional


1 Pantau tanda-tanda vital pasien. mengetahui intervensi selanjutnya
2 Observasi adanya penurunan kesadaran, Mengidentifikasi adanya tanda
takipneu, takikardi,. terjadinya
3 Pantau masukan dan haluaran cairan. Mengetahui keseimbangan cairan

4 Kolaborasi pemeriksaan laboratorium: Sebagai acuan tingkat keberhasilan


pemberian asuhan keperawatan.

2. Resiko cedera: perdarahan lebih lanjut b.d trombositopenia

No Intervensi Keperawatan Rasional


1 Kaji adanya riwayat perdarahan.. Menentukan tingkat perdarahan
sebagai pedoman intervensi.
2 Jika ada perdarahan, catat: jumlah, Merupakan data untuk mengetahui
frekuensi dan jenis perdarahan. langkah selanjutnya.
3 Arahkan keluarga untuk membantu Cedera dapat menyebabkan
aktivitas fisik yang dapat membahayakan perdarahan.
klien.
4 Pantau adanya perubahan hasil Sebagai acuan tingkat keberhasilan
laboratorium: Hb, Ht, Trombocite, pemberian asuhan keperawatan.
leukosit.
5 Batasi pergerakan, anjurkan klien bedrest Mengurangi beratnya kerja hepar.
total.
6 Jelaskan pada keluarga alasan klien Meningkatkan pengetahuan
dilakukan bedrest total. keluarga.
7 Kaji adanya perasaan pusing atau oyong Sebagai pencegahan cidera, dan
saat berjalan. adanya syok hipovolemik.
8 Hindari klien dari lingkungan yang Kejadian cidera dapat menyebabkan

10
menyebabkan klien terjatuh. perdarahan baru yang jauh lebih
membahayakan.

3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) b.d proses inflamasi (viremia)

No Intervensi Keperawatan Rasional


.
1 Mandiri:
Kaji saat terjadinya demam serta DBD di dahului oleh demam
karakteristik maupun pola demam. tinggi, terus-menerus
berlangsung 2-7 hari.
2 Observasi tanda-tanda vital secara teratur Tanda vital sebagai acuan
dan laporkan segera bila disertai kejang. keadaan umum pasien.
3 Kompres hangat kuku bila pasien demam Membantu menurunkan suhu
tubuh melalui proses evaporasi
atau penguapan panas tubuh.
4 Berikan cairan oral bila pasien masih bisa Mengimbangi pengeluaran
minum. cairan akibat peningkatan suhu
tubuh.
5 Jelaskan pada keluarga penyebab demam Keterlibatan keluarga sangat
dan cara melakukan kompres. berarti dalam proses perawatan
di rumah.
6 Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian terapi sesuai program Pemberian dosis yang tepat
medik : antipiretik atau parasetamol. merupakan terapi suportif
penurunan suhu tubuh.

4. Gangguan rasa nyaman: nyeri otot dan persendian b.d proses inflamasi, proses
patologis penyakit.

No Intervensi Keperawatan Rasional


.
1 Mandiri:
Kaji tingkat dan karakteristik nyeri. Sebagai dasar untuk menetapkan
11
metode intervensi yang sesuai.
2 Berikan posisi yang nyaman, lingkungan Posisi yang tepat dan lingkungan
yang tenang dan alihkan perhatian pasien yang tenang, dapat mengurangi
dari rasa nyeri. stressor nyeri.
3 Ajarkan teknik napas dalam, relaksasi Meningkatkan konsumsi O2 dapat
dilakukan saat nyeri muncul. mengurangi nyeri.
4 Berikan kesempatan pasien berinteraksi Keluarga dapat memberikan support
dengan keluarga atau teman. yang dapat membuat pasien tenang.
5 Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgesic sesuai Mengurangi nyeri.
indikasi dan program medik.

5. Defisit volume cairan b.d peningkatan permeabilitas dinding plasma

No Intervensi Keperawatan Rasional


.
1 Mandiri:
Palpasi nadi perifer, perhatikan pengisian Kekuraangan cairan menyebabkan
kapiler, warna, atau suhu kulit dan gangguan perfusi dan kolaps
observasi tanda-tanda vital setiap 15 sirkulasi
menit.
2 Pantau haluaran urin, ukur atau Sebagai dasar pemenuhan kebutuhan
perkirakan kehilangan cairan dari semua pengganti cairan yang hilang.
sumber, missal muntah dan diaphoresis.
3 Catat balance cairan tiap 8 jam, Intake Menentukan deficit atau overload
dan output. cairan.
4 Penuhi kebutuhan cairan (sesuai program Cairan kristaloid memberikan
terapi) kristaloid atau koloid. perbaikan sirkulasi segera, koloid
mengembalikan cairan-cairan ke
dalam vaskuler.
5 Pantau peningkatan TD tiba-tiba atau Perbaikan kekurangan cairan terlalu
nyata, gelisah, batuk, despneu, sputum cepat dapat menurunkan system
banyak. kardiopulmonal.
6 Waspada terhadap keamanan pasien, Kekurangan cairan menyebabkan
pasang restrain tempat tidur, observasi penurunan perfusi serebral terjadi
sering. penurunan kesadaran, resiko terjatuh.
7 Kolaborasi:
Siapkan pemberian obat-obatan inotropik Meningkatkan sirkulasi.
atau vasoaktif sesuai program terapi.
8 Bila diperlukan berikan tranfusi Mengganti kehilangan komponen
trombosit darah.

12
9 Awasi reaksi tranfusi. Meminimalkan efek rekasi tranfusi.

6. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,
mual, muntah.
No Intervensi Keperawatan Rasional
.
1 Mandiri:
Kaji keluhan mual, nyeri menelan dan Sebagai dasar untuk menetapkan
muntah. metode pemberian nutrisi.
2 Berikan makanan yang mudah ditelan Meningkatkan asupan makanan
(lunak) dan hidangkan selagi hangat. karena mudah ditelan.
3 Berikan makanan dalam porsi kecil dan Menghindari mual dan muntah
sering. akibat porsi makan yang besar.
4 Catat intake nutrisi dan cairan per 24 jam. Mengetahui asupan nutrisi dan cairan
pasien.
5 Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian antiemetik dan Meningkatkan asupan nutrisi jika
nutrisi serta cairan perparenteral (sesuai intake peroral tidak mencukupi.
program medik).

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

Identitas Klien
Nama Klien : Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Pekanbaru/
29 Nov 1987
Tanggal pengkajian : 17 Januari 2017
Usia : 29 Tahun
Tanggal masuk : 15 januari 2017
No. RM : 00 12 93
Diagnosa Medis : DHF

Keluhan Utama

1. Alasan Masuk RS
3 hari yang lalu sebelum masuk RS, pasien demam tinggi, tidak berkeringat, tidak
menggigil. Pada pasien tidak ada ditemukan mimisan, gusi berdarah. Pasien
mengeluh mual, tidak ada muntah, sakit kepala, sakit sendi, mencret 1 kali dengan
warna feses kuning, tidak ada lendir, tidak ada darah, kurang nafsu makan.

2. Keluhan Kesehatan Saat Ini


Klien mengeluh badan panas, lemah, nafsu makan berkurang, sakit kepala, sakit
sendi

3. Diagnosa Medis
DHF grd I

Riwayat Kesehatan Masa Lampau

1. Penyakit yang pernah diderita: Klien pernah menderita sakit demam, batuk dan pilek
dan biasa berobat ke puskesmas terdekat.

2. Pernah dirawat di RS: Ya/Tidak

3. Obat-obatan yang pernah digunakan:Parasetamol dan obat-obat warung

4. Pernah dilakukan tindakan operasi: Ya/Tidak

5. Jika ya, jenis operasi yang dilakukan: -

14
6. Alergi (makanan/obat-obatan/debu/cuaca): Klien tidak mempunyai riwayat alergi

7. Kecelakaan: Tidak pernah

Riwayat Sosial

1. Hubungan dengan anggota keluarga


Harmonis, komunikasi terbuka sesama anggota keluarga

2. Hubungan dengan teman sebaya


Baik, pasien memiliki banyak teman

3. Pembawaan/sifat secara umum


Tenang, ekspresi stabil, klien kooperatif

4. Lingkungan rumah
Lingkungan tempat tinggal klien merupakan pemukiman padat, lingkungan kurang
bersih, di selokan banyak sampah menumpuk dan menyebabkan air tergenang.

Kebutuhan Dasar
1. Makanan
 Makanan yang disukai/tidak disukai : Ayam, bihun goreng/ikan
 Selera makan : Nafsu makan klien kurang, klien
mengeluh mual, klien mengatakan
hanyamenghabiskan ½ porsi makanannya
 Alat makan yang digunakan : Piring dan sendok
 Pola makan/jam : 3 x sehari, jenis diit makanan lunak
 Kebiasaan waktu makan (jika ada) : Tidak ada
2. Pola tidur/jam : 3-7 jam sehari, tidak ada masalah
gangguantidur
3. Mandi : Mandi 1x sehari
4. Eliminasi : BAK : 5-6 x sehari, warna
kuning jernih

BAB : 1 x sehari, warna kuning,


konsistensi tidak keras, tidak ada
darah, tidak berlendir.

Keadaan Kesehatan
Status Nutrisi
 BB : 55 Kg
 TB : 155 cm

15
1. Status Cairan
 Pasien minum air putih jumlah ± 3 botol aqua ukuran sedang (± 1500 ml)
 Pasien terpasang IVFD Asering40 tts/i
2. Medikasi
 Paracetamol tablet 3x1
 PSIDII tab 3x1
 Imunos tab 1x1
 Sucralfat syr 3xc1
3. Pemeriksaan penunjang
 Hasil laboratorium
Tanggal 15-01-2017
- Leukosit : 6000/mm3
- Trombosit : 45.000/mm3
- Hb : 12,3 gr/dl
- Ht : 32,8%
 Hasil X-ray: tidak ada

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Tingkat kesadaran pasien compos mentis, ekspresi baik, pasien kooperatif
Tanda-tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x permenit
Pernapasan : 20 x permenit
Suhu : 38,5°C

Integumen
 Warna dan pigmentasi kulit : Coklat, tidak ada hiperpigmentasi kulit
 Kelembaban, tekstur : Lembab, tekstur halus
 Turgor kulit : Elastis
 Edema : Tidak ada edema
 Lesi, pruritus : Ptekie (+) setelah dilakukan uji Rumple Leed
 Tanda lahir : Tidak ada tanda lahir
 Kuku dan rambut :
- Rambut : hitam, panjang, lurus, distribusi merata, tidak mudah rotok, tidak ada
lesi di kulit kepala.
- Kuku : bersih, warna merah muda
Kepala & Leher
 Bentuk dan simetris : Normocephalic, simetris
 ROM leher : Bebas
 Palpasi trakhea : Tidak ada deviasi
 Palpasi kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Mata

16
 Simetrisitas : Simetris
 Alis & kelopak mata : Alis simetris, tidak ada edema palpebra
 Konjungtiva & sklera : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
 Refleks pupil : Respon cepat terhadap cahaya
 Refleks kornea : Berkedip

Telinga
 Simetrisitas : Telinga simetris kiri dan kanan
 Nyeri aurikel : Tidak ada
 Serumen : Ada, dalam batas normal
 Ketajaman Pendengaran : Baik

Muka, Hidung & Rongga mulut


 Bentuk & ekspresi : Baik
 Kesimetrisan lipatan nasolabial : Simetris
 Ukuran & bentuk hidung : Simetris, pada pusat wajah
 Nares eksternal & kepatenan nares : Tidak ada pelebaran, kulit nares utuh, nares
paten
 Ketajaman penciuman : Baik
 Palpasi sinus : Tidak ada nyeri
 Rongga mulut, lidah & bau : Membran mukosa merah muda, lidah simetris,
faring hiperemis
 Gigi (jumlah, karies) :Tidak ada karies
 Tonsil : Tidak ada kelainan
 Kualitas suara : Baik

Toraks & Paru-paru


 Kesimetrisan dada : Baik
 Abnormalitas : Tidak ada
 Retraksi dinding dada : Tidak ada
 Jenis pernapasan, kedalaman : Pola teratur, pernapasan dada
 Taktil premitus : Getaran kiri dan kanan sama
 Hasil perkusi dinding dada : Resonan pada area paru
 Hasil auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak ada ronchi, tidak
adawheezing.
Sistem Kardiovaskuler
 Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
 Palpasi
Denyut apikal TIM : Teraba
Pericordial friction rib : Tidak ada
 Perkusi : ICS 2 dan ICS 5
 Auskultasi : Bunyi jantung normal, BJ1 > BJ2.

Abdomen

17
 Kontur abdomen
Abdomen datar

 Warna & keadaan kulit abdomen


Warna kulit coklat, tidak ada lesi, turgor kulit elastis

 Bising usus
Positif pada keempat kuadran abdomen

 Hepar (batas, konsistensi, permukaan & ukuran)


Tidak ada hepatomegali

 Limpa (batas, konsistensi, permukaan & ukuran)


Tidak ada splenomegali

Sistem Reproduksi
Perempuan
Payudara : puting susu simetris, areola merah muda
Genitalia : tidak ada nyeri, tidak ada perdarahan, tidak ada edema, tidak
terpasang kateter, belum mengalami menarche

Sistem Limfatik
(Palpasi nodus limfe dikepala, leher, aksila, dan lipatan paha)
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Sistem Muskuloskletal
 Cara berjalan
Normal, tidak ada kelainan

 Lengkung tulang belakang


Normal, tidak ada kelainan

 Mobilitas tulang belakang


Normal, tidak ada kelainan

 ROM ekstremitas
Klien mampu menggerakkan ekstremitas secara bebas

Sistem Persarafan
 Status Mental
Tenang, kooperatif

 Fungsi Motorik
Mampu menggerakkan ekstremitas secara bebas, mampu duduk dan berdiri,
Kekuatan otot:

18
555 555

555 555

19
Analisa Data

No Data Masalah keperawatan


1. DS: Peningkatan suhu tubuh
Pasien mengatakan (hipertermia)
- badan terasa panas dan lemah.
- selama demam tidak ada menggigil,
tidak ada berkeringat malam.

DO:
- Kulit tubuh teraba hangat
- Suhu 38,5° C
- Nadi 86 x permenit
- Faring hiperemis
- Trombosit: 7000/mm3

2 DS:
Pasien mengatakan Gangguan rasa nyaman
- Sakit kepala nyeri
- Sakit sendi

DO:
- Skala nyeri 3
- Posisi semi fowler

3
DS:
Pasien mengatakan: Perubahan nutrisi kurang
- nafsu makan berkurang, masih merasa dari kebutuhan tubuh
mual
- hanya menghabiskan 1/4 porsi
makanan

DO:
- Tampak masih tersisa makanan1/4
porsi pada piring makan pasien
- BB sebelumnya 55,5 Kg
- BB sekarang 55 Kg
- Hb: 12,3 gr/dl
Diit : ML

DS:
Pasien mengatakan Resiko devisit volume

20
- Badan lemah cairan
- Mencret 1 kali warna feses kuning
- Tidak ada lendir, tidak ada darah

DO:
- k/u lemah
- minum air putih ± 3 botol aqua
ukuran sedang (±1500 ml)
- ivfd terpasang asering 40 tt/i
- trombosit : 7000/mm3

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) b/d proses inflamasi

2. Gangguan rasa nyaman: nyeri otot dan persendian b.d proses inflamasi, proses

patologis penyakit.

3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia

4. Resiko defisit volume cairan b.d peningkatan permeabilitas dinding plasma

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) b.d proses inflamasi (viremia)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan suhu tubuh dalam
batas normal
Kriteria hasil : suhu tubuh 36,5°C-37,5°C
No Intervensi Keperawatan Rasional
.
1 Mandiri: DBD di dahului oleh demam
Kaji saat terjadinya demam serta tinggi, terus-menerus
karakteristik maupun pola demam. berlangsung 2-7 hari.
2 Observasi tanda-tanda vital secara Tanda vital sebagai acuan
teratur dan laporkan segera bila disertai keadaan umum pasien.
kejang.
3 Kompres hangat kuku bila pasien Membantu menurunkan suhu
demam tubuh melalui proses
evaporasi atau penguapan
panas tubuh.

21
4 Berikan cairan oral bila pasien masih Mengimbangi pengeluaran
bisa minum. cairan akibat peningkatan
suhu tubuh.
5 Jelaskan pada keluarga penyebab Keterlibatan keluarga sangat
demam dan cara melakukan kompres. berarti dalam proses
perawatan di rumah.
6 Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian terapi sesuai Pemberian dosis yang tepat
program medik : antipiretik atau merupakan terapi suportif
parasetamol. penurunan suhu tubuh.

2. Gangguan rasa nyaman: nyeri otot dan persendian b.d proses inflamasi, proses
patologis penyakit.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria hasil: skala nyeri 0-1
tidak ada nyeri

No Intervensi Keperawatan Rasional


.
1 Mandiri:
Kaji tingkat dan karakteristik nyeri. Sebagai dasar untuk menetapkan
metode intervensi yang sesuai.
2 Berikan posisi yang nyaman, Posisi yang tepat dan lingkungan
lingkungan yang tenang dan alihkan yang tenang, dapat mengurangi
perhatian pasien dari rasa nyeri. stressor nyeri.
3 Ajarkan teknik napas dalam, Meningkatkan konsumsi O2
relaksasi dilakukan saat nyeri dapat mengurangi nyeri.
muncul.
4 Berikan kesempatan pasien Keluarga dapat memberikan
berinteraksi dengan keluarga atau support yang dapat membuat
teman. pasien tenang.
5 Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgesic Mengurangi nyeri.
sesuai indikasi dan program medik.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d


anoreksia, mual

22
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : diit yang diberikan habis

No Intervensi Keperawatan Rasional


.
1 Mandiri:
Kaji keluhan mual, nyeri menelan Sebagai dasar untuk menetapkan
dan muntah. metode pemberian nutrisi.
2 Berikan makanan yang mudah Meningkatkan asupan makanan
ditelan (lunak) dan hidangkan selagi karena mudah ditelan.
hangat.
3 Berikan makanan dalam porsi kecil Menghindari mual dan muntah
dan sering. akibat porsi makan yang besar.
4 Catat intake nutrisi dan cairan per 24 Mengetahui asupan nutrisi dan
jam. cairan pasien.
5 Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian antiemetik Meningkatkan asupan nutrisi jika
dan nutrisi serta cairan perparenteral intake peroral tidak mencukupi.
(sesuai program medik)

4. Resiko defisit volume cairan b.d peningkatan permeabilitas dinding plasma


Setelah dilakukan keperawatan 3x24 jam diharapkan tidak terjadi devisit volume
cairan
Kriteria hasil: input dan output seimbang

No Intervensi Keperawatan Rasional


.
1 Mandiri:
Palpasi nadi perifer, perhatikan Kekuraangan cairan
pengisian kapiler, warna, atau suhu menyebabkan gangguan perfusi
kulit dan observasi tanda-tanda vital dan kolaps sirkulasi

23
setiap 15 menit.
2 Pantau haluaran urin, ukur atau Sebagai dasar pemenuhan
perkirakan kehilangan cairan dari kebutuhan pengganti cairan yang
semua sumber, missal muntah dan hilang.
diaphoresis.
3 Catat balance cairan tiap 8 jam, Menentukan deficit atau overload
Intake dan output. cairan.
4 Penuhi kebutuhan cairan (sesuai Cairan kristaloid memberikan
program terapi) kristaloid atau perbaikan sirkulasi segera, koloid
koloid. mengembalikan cairan-cairan ke
dalam vaskuler.
5 Pantau peningkatan TD tiba-tiba Perbaikan kekurangan cairan
atau nyata, gelisah, batuk, despneu, terlalu cepat dapat menurunkan
sputum banyak. system kardiopulmonal.
6 Waspada terhadap keamanan pasien, Kekurangan cairan menyebabkan
pasang restrain tempat tidur, penurunan perfusi serebral terjadi
observasi sering. penurunan kesadaran, resiko
terjatuh.
7 Kolaborasi:
Siapkan pemberian obat-obatan Meningkatkan sirkulasi.
inotropik atau vasoaktif sesuai
program terapi.
8 Bila diperlukan berikan tranfusi Mengganti kehilangan komponen
trombosit darah.
9 Awasi reaksi tranfusi. Meminimalkan efek rekasi
tranfusi.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DX Tanggal dan Implementasi Evaluasi


Jam
1 17-01-2017 1. Mengkaji saat S: (15.00 wib)
terjadinya Os mengatakan badan terasa
demam serta panas
karakteristik O:
maupun pola  T: 38,5°C
demam  TD : 110/80 mmHg
2. Mengobservasi  Nadi : 86x/i
tanda-tanda vital  RR : 20x/i
secara teratur  Leukosit : 6000/mm³
dan laporkan  Trombosit : 33000/mm³
segera bila
 HT : 32,8%
disertai kejang
 IVFD Asering 40 tts/i
3. Mengompres air

24
hangat bila A: Peningkatan suhu tubuh belum
demam teratasi
4. Memberikan P: Intervensi dilanjutkan
cairan yang  Pantau suhu tubuh
adekuat  Pantau TTV
5. Menjelaskan
pada keluarga
penyebab
demam dan cara
melakukan
kompres
6. Kolaborasi
pemberian
terapi :
antipiretik atau
parasetamol

2 17-01-2017 1. Mengkaji S: (15.10 wib)


tingkat dan Os mengatakan sakit kepala, sakit
karakteristik sendi-sendi
nyeri O:
2. Memberikan  Skala nyeri 3
posisi yang  Posisi semi fowler
nyaman< A: Gangguan rasa nyaman nyeri
lingkungan yang belum teratasi
tenang P: Intervensi dilanjutkan
3. Mengajarkan  Kaji skala nyeri
tekhnik  Pertahankan tekhnik
relaksasi nafas relaksasi nafas dalam
dalam  Atur posisi
4. Memberikan
kesempatan
pasien
berinteraksi
dengan keluarga
atau teman
5. Kolaborasi
pemberian
analgetic sesuai
indikasi

3 17-01-2017 1. Mengkaji S: (17.00 wib)


keluhan mual, Os mengatakan kurang nafsu
dan muntah makan dan mual
2. Memberikan O:
makanan yang  Os tampak mual

25
lunak dalam  Diit yang diberikan habis
keadaan hangat ¼ porsi
3. Memberikan  Ivfd Asering 40tts/i
makanan dalam  BB : 55kg
porsi kecil tapi A: Gangguan pem nutrisi belum
sering teratasi
4. Mencatat intake P: intervensi dilanjutkan
nutrisi dan  Kaji mual muntah
cairan per 24  Berikan makan dalam
jam porsi kecil tapi sering
5. Kolaborasi  Catat intake dan output
pemberian
antiemetik dan
nutrisi serta
cairan
perparenteral

4 17-01-2017 1. Mempalpasi S: (19.00 wib)


nadi perifer, Os mengatakan badan lemah,
akral, obs ttv mencret 1x, tidak ada lendir, tidak
2. Memantau ada darah
haluaran urin, O:
perkirakan  T: 38,°C
kehilangan  TD : 110/80 mmHg
cairan  Nadi : 86x/i
3. Mencatat  RR : 20x/i
balance cairan  Output ± 2000
4. Memenuhi  minum air putih ± 3 botol
kebutuhan aqua ukuran sedang
cairan (±1500 ml)
5. Memantau
 ivfd terpasang asering 40
peningkatan
tt/i
TD, gelisah,
 trombosit : 33000/mm3
dispneu, batuk
6. Kolaborasi
pemeberian obat
inotropik atau
vasoaktif sesuai
program terapi

DX Tanggal dan Implementasi Evaluasi


Jam

26
1 18-01-2017 1. Mengkaji saat S: (15.00 wib)
terjadinya Os mengatakan demam naik turun
demam serta O:
karakteristik  T: 37,8°C
maupun pola  TD : 110/80 mmHg
demam  Nadi : 86x/i
2. Mengobservasi  RR : 20x/i
tanda-tanda  Leukosit : 7000/mm³
vital secara  Trombosit : 60.000/mm³
teratur dan
 HT : 32,8%
laporkan
 IVFD Asering 40 tts/i
3. segera bila
A: Peningkatan suhu tubuh belum
disertai kejang
teratasi
4. Mengompres
P: Intervensi dilanjutkan
air hangat bila
demam  Pantau suhu tubuh
5. Memberikan  Pantau TTV
cairan yang
adekuat
6. Menjelaskan
pada keluarga
penyebab
demam dan
cara melakukan
kompres
7. Kolaborasi
pemberian
terapi :
antipiretik atau
parasetamol

2 18-01-2017 1. Mengkaji S: (15.10 wib)


tingkat dan Os mengatakan sakit kepala, sakit
karakteristik sendi-sendi berkurang
nyeri O:
2. Memberikan  Skala nyeri 2
posisi yang  Posisi semi fowler
nyaman< A: Gangguan rasa nyaman nyeri
lingkungan belum teratasi
yang tenang P: Intervensi dilanjutkan
3. Mengajarkan  Kaji skala nyeri
tekhnik  Pertahankan tekhnik
relaksasi nafas relaksasi nafas dalam
dalam  Atur posisi
4. Memberikan
kesempatan

27
pasien
berinteraksi
dengan
keluarga atau
teman
5. Kolaborasi
pemberian
analgetic sesuai
indikasi

3 18-01-2017 1. Mengkaji S: (17.00 wib)


keluhan mual, Os mengatakan nafsu makan
dan muntah sedikit-sedikit dan mual berkurang
2. Memberikan O:
makanan yang  Diit yang diberikan habis
lunak dalam ¾ porsi
keadaan hangat  Ivfd Asering 40tts/i
3. Memberikan  BB : 55kg
makanan dalam A: Gangguan pem nutrisi belum
porsi kecil tapi teratasi
sering P: intervensi dilanjutkan
4. Mencatat intake  Kaji mual muntah
nutrisi dan  Berikan makan dalam porsi
cairan per 24 kecil tapi sering
jam  Catat intake dan output
5. Kolaborasi
pemberian
antiemetik dan
nutrisi serta
cairan
perparenteral

28
4 18-01-2017 1. Mempalpasi S: (19.00 wib)
nadi perifer, Os mengatakan badan lemah,
akral, obs ttv mencret tidak ada
2. Memantau O:
haluaran urin,  T: 37,8°C
perkirakan  TD : 110/80 mmHg
kehilangan  Nadi : 86x/i
cairan  RR : 20x/i
3. Mencatat  Output ± 2000
balance cairan  minum air putih ± 3 botol
4. Memenuhi aqua ukuran sedang (±1500
kebutuhan ml)
cairan
 ivfd terpasang asering 40
5. Memantau
tt/i
peningkatan
 trombosit : 60.000/mm3
TD, gelisah,
dispneu, batuk
6. Kolaborasi
pemeberian
obat inotropik
atau vasoaktif
sesuai program
terapi

DX Tanggal dan Implementasi Evaluasi


Jam

29
1 19-01-2017 1. Mengkaji saat S: (11.00 wib)
terjadinya Os mengatakan badan terasa panas
demam serta O:
karakteristik  T: 36,5°C
maupun pola  TD : 110/80 mmHg
demam  Nadi : 80x/i
2. Mengobservasi  RR : 20x/i
tanda-tanda  Leukosit :8000/mm³
vital secara  Trombosit : 95.000/mm³
teratur dan
 HT : 32,8%
laporkansegera
 IVFD Asering 40 tts/i
bila disertai
A: Peningkatan suhu tubuh teratasi
kejang
P: Intervensi dihentikan
3. Mengompres
air hangat bila
demam
4. Memberikan
cairan yang
adekuat
5. Menjelaskan
pada keluarga
penyebab
demam dan
cara melakukan
kompres
6. Kolaborasi
pemberian
terapi :
antipiretik atau
parasetamol

2 19-01-2017 2. Memberikan S: (11.10 wib)


posisi yang Os mengatakan sakit kepala, sakit
nyaman< sendi-sendi berkurang
lingkungan O:
yang tenang  Skala nyeri 1
3. Mengajarkan  Posisi semi fowler
tekhnik A: Gangguan rasa nyaman nyeri
relaksasi nafas teratasi
dalam P: Intervensi dihentikan
4. Memberikan
kesempatan
pasien
berinteraksi
dengan
keluarga atau

30
teman
5. Kolaborasi
pemberian
analgetic sesuai
indikasi

3 19-01-2017 1. Mengkaji S: (12.00 wib)


keluhan mual, Os mengatakan nafsu makan sudah
dan muntah ada dan mual tidak ada
2. Memberikan O:
makanan yang  Diit yang diberikan habis
lunak dalam  Ivfd Asering 40tts/i
keadaan hangat  BB : 55kg
3. Memberikan A: Gangguan pem nutrisi teratasi
makanan dalam P: intervensi dihentikan
porsi kecil tapi
sering
4. Mencatat
intake nutrisi
dan cairan per
24 jam
5. Kolaborasi
pemberian
antiemetik dan
nutrisi serta
cairan
perparenteral

4 19-01-2017 1. Mempalpasi S: (13.00 wib)


nadi perifer, Os mengatakan badan udah terasa
akral, obs ttv sehat
2. Memantau O:
haluaran urin,  T: 36,5°C
perkirakan  TD : 110/80 mmHg
kehilangan  Nadi : 80x/i
cairan  RR : 20x/i
3. Mencatat  Output ± 2000
balance cairan  minum air putih ± 3 botol
4. Memenuhi aqua ukuran sedang
kebutuhan (±1500 ml)
cairan
 ivfd terpasang asering 40
5. Memantau
tt/i
peningkatan
 trombosit : 95.000/mm3
TD, gelisah,
dispneu, batuk
6. Kolaborasi

31
pemeberian
obat inotropik
atau vasoaktif
sesuai program
terapi

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini, penulis akan membahas kesenjangan anatara tinjauan teoritis dan

tinjauan kasus pada Ny. A dengan DHF di ruang sahabat RSUD Bangkinang.

Pembahasan ini dibuat sesuai dengan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi

32
A. Pengkajian

Ini merupakan tahap awal yang dilakukan penulis dalam menerapkan asuhan

keperawatan . Dalam mendapatkan data, penulis tidak menemukan kesulitan yang

berarti karena adanya kerjasama yang baik dengan keluarga dan tim medis lainnya

Pada awal pengkajian didapatkan diagnosa masuk klien denganDHF.

B. Diagnosa keperawatan

Dalam menegakkan diagnosa mengacu kepada prioritas masalah. Pada teoritis

ditemukan enam diagnosa keperawatan DHF, sedangkan pada tinjauan kasus yang

telah dilakukan oleh ditemukan empat diagnosa keperawatan yaitu

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) b/d proses inflamasi

2. Gangguan rasa nyaman: nyeri otot dan persendian b.d proses inflamasi, proses

patologis penyakit.

3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia

4. Resiko defisit volume cairan b.d peningkatan permeabilitas dinding plasma

Perencanaan dirumuskan mengacu pada tinjauan teoritis yang ada , pada dasarnya

penulis tidak menemukan kesenjangan yang berarti. Penulis dapat melakukan

sebagian besar intervensi yang telah direncanakan.

C. Implementasi

Implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana. Sebagian besar intervensi

dilaksanakan tanpa menemukan kendala yang berarti. Dalam menjalankan

implementasi bekerja sama dengan perawat dan tim medis lainnya agar tercapai

kesehatan klien dan mencegah komplikasi lebih lanjut

D. Evaluasi

33
Pada tahap ini dilakukan penilaian keberhasilan asuhan keperawatan dengan

membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan

pada ke empat diagnosa pada Ny.A. Hasil yang ditemukan pada kasus dengan

diagnosa Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) b/d proses inflamasi. Gangguan rasa

nyaman: nyeri otot dan persendian b.d proses inflamasi, proses patologis penyakit.

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, dan Resiko defisit

volume cairan b.d peningkatan permeabilitas dinding plasma. Dapat teratasi pada

tanggal 19 Januari 2017

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah kelompok melakukan asuhan keperawatan pada Ny. A dengan DHF di ruang

Sahabat RSUD Bangkinang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak ada ditemukan perbedaan yang berarti antara pengkajian kasus

dan teoritis.

2. Dalam mengatasi masalah yang ditemukan pada pasien perlu

direncanakan beberapa tindakan keperawatan dengan menentukan tujuan yang

hendak dicapai sesuai dengan prioritas masalah.

3. Diagnosa medis dapat saja berubah sejalan dengan waktu sehingga

selain terapi diberikan, pemeriksaan penunjang lainnya harus tetap dikolaborasikan

untuk menentukan dan mengatasi masalah lain yang muncul pada pasien tersebut.

34
B. Saran

Bagi perawat

Pada pengkajian diharapkan perawat dapat melaksanakan secara tepat dan benar,

sehingga dapat lebih akurat dalam menegakkan diagnosa dan dapat melakukan

penanganan yang lebih cepat.

35
DAFTAR PUSTAKA

Aru, W. S., dkk. (2007). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta:FKUI.

Behrman. E. Richard, Kliegman. M. Robert, Arvin. M. Ann. (1999). Ilmu kesehatananak

nelson volume 2. Jakarta: EGC

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000). Rencana asuhan

keperawatan, Jakarta : EGC.

Hidayat. A. Azis Alimul. (2006). Pengantar ilmu keperawatan anak edisi 1.Jakarta:

Salemba Medika

Nursalam. Sulsilaningrum.R, Utami, S. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak:

untuk perawat dan bidan. Jakarta: Salemba Medika

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia. (1986). Bukukuliah

ilmu kesehatan anak 2. Jakarta: Infomedika Jakarta.

36

Anda mungkin juga menyukai