Anda di halaman 1dari 11

Seminar Tugas Akhir Juni 2017

MODIFIKASI PENGATURAN PARAMETER EXPOSURE PADA KONTROL DENTAL X-RAY


PANORAMIC MERK PANORADIX DENGAN SISTEM DIGITAL
Balya Subarkah, Dr. Endro Yulianto ST., MT., Tri bowo indrato ST., MT
Jurusan Teknik Elektromedik Politeknik Kesehatan Surabaya
Jln. Pucang Jajar Timur No. 10 Surabaya

ABSTRAK

Dental X-Ray Panoramic merupakan sebuah alat radiologi yang menggunakan prinsip
tomografi atau scanning dengan sumber sinar-x dan detector bergerak secara bersamaan
diantara pasien. Dental X-Ray juga menerapkan fungsi fluoroscopy yakni dengan menggunakan
mA minimal dengan waktu expose >1 detik.

Modifikasi Dental X-Ray yang dilakukan memiliki 6 pemilihan kV dan 5 pemilihan mA.
Yang dilengkapi pula dengan indicator ready, scanning dan reset. Display yang diguanakan
pada alat ini berupa seven segment untuk menunjukkan seting nilai kV dan mA. Sistem yang
digunakan pada alat menggunakan sistem digital.

Setelah melalui proses pengukuran, nilai error yang didapat tidak lebih dari 3% nilai ini
diperoleh dari perbandingan antara nilai setting yang digunakan dan hasil pengukuran pada
masing-masing pemilihan baik kV maupun mA.

Kata Kunci: Dental X-Ray, Sinar-X, Parameter Exposure

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesawat dental x-ray panoramix adalah jaringan. Pengertian panoramic radiografi (
suatu peralatan di bidang radiologi yang E. Langland, 1982) , panoramic berasal
digunakan untuk radiografi panoramix, dari kat panorama yang artinya
juga disebut panoramix x-ray atau dental x- pemandangan yang luas dan indah,
ray panoramic. Cara kerja alat ini yaitu sedangkan panoramic dalam arti radiografi
dengan menangkap seluruh bagian mulut adalah teknik pemeriksaan untuk
dalam suatu gambar, termasuk gigi atas mendapatkan gambaran gigi geligi berikut
dan rahang bawah, struktur sekitarnya dan mandibula dan maxilla. Istilah panoramic

1
Seminar Tugas Akhir Juni 2017

ini dimulai di kenal tahun 1959 saat S.S konsentris untuk region anterior pada
White Company di Amerika Utara rahang (tepatnya di sebelah incisivus pada
memperkenalkan pesawat region premolar). Dan dua sumbu rotasi
panorex/panoramic, yang mana sekarang di eksentris untuk bagian samping rahang
kenal dengan pesawat panoramic. (tepatnya di belakang molar tiga kiri dan
Radiograf panoramik berfungsi untuk kanan (Langland, 1989).
scanning gigi X-ray panorama rahang atas Menurut pengamatan peneliti selama
dan bawah. Hasil gambar akan proses perkuliahan di kampus teknik
menunjukkan tampilan dua dimensi elektromedik Surabaya, penulis mendapati
setengah lingkaran dari telinga ke telinga. alat dental x–ray panoramix merk Kinki
Radiografi panoramik merupakan bentuk Rontgen dengan tipe Panoradix-KR dengan
tomography, dengan demikian gambar dari kondisi kontrol rusak yang mana tidak
beberapa pesawat yang diambil untuk dapat digunakan secara fungsional. Pada
membuat gambar panorama komposit, di tahun 2012 alat ini sudah pernah
mana rahang atas dan rahang bawah berada dimodifikasi oleh Prima Putranto Sidik,
di palung fokus dan struktur yang dangkal dengan menggunakan system pengaturan
dan mendalam, sehingga focus pada bagian menggunakan mikrokontroller. Dalam
palung terlihat kabur. hitungan bulan setelah modul tersebut
Prinsip kerja pesawat panoramik selesai pengaturan pada control tegangan
menggunakan tiga pusat putaran. Hasilnya dan arus tabung pada pesawat tersebut
sangat memuaskan karena dapat mengatasi tidak dapat digunakan secara maksimal dan
masalah-masalah yang ada sebelumnya menjadi rusak. Selain itu alasan penulis
yaitu terjadi banyak superposisi pada gigi menggunakan sistem digital yaitu
bagian posterior. Pada pesawat ini pasien dikarenakan dari segi efisiensi ketika ic
dalam keadaan diam, sumber sinar-X dan tersebut mengalami kerusakan yang mana
film berputar mengelilingi pasien, gerakan ic tersebut dapat digantikan dengan ic yang
kurva film kaset berputar pada sumbunya memiliki tipe dan jenis yang sama.
dan bergerak mengelilingi pasien. Sumber Berdasarkan permasalahan dan hasil
sinar-X dan tempat kaset bergerak pengamatan, penulis berinisiatif membuat
bersamaan dan berlawanan satu sama lain. pengaturan kV dan pengatur mA dengan
Celah sempit pada tabung mengeluarkan menggunakan system digital dan
sinar yang menembus dagu pasien memperbaiki alat dental x-ray panoramix
mengenai film yang berputar berturut-turut yang berada dikampus teknik elektromedik
pada tiga sumbu rotasi, satu sumbu Surabaya dengan judul, “Modifikasi

2
Seminar Tugas Akhir Juni 2017

Pengaturan Parameter Exposure pada 4.2.2 Manfaat Praktis


Kontrol Dental X-Ray Panoramix merk a. Membantu proses kegiatan
pembelajaran di mata kuliah radiologi.
Panoradix dengan Sistem Digital”. b. Mempermudah operator dalam
2.1 Batasan Masalah pengaturan kV dan mA.
.
2.1.1 Menggunakan sistem digital
2.1.2 Menggunakan saklar rotary putar 5 METODOLOGI
2.1.3 Pengaturan tegangan pada tabung 5.1 Diagram Blok Sistem
2.1.4 Pengaturan arus pada tabung
2.1.5 Menggunakan seven segment sebagai
tampilan
2.1.6 Mempersiapkan alat dalam kondisi siap
expose
2.1.7 Dapat mengeluarkan sinar-x

3.1 Rumusan Masalah


“Dapatkah Memodifikasi Pengaturan
Parameter Exposure pada Kontrol
Dental X-Ray Panoramix merk
Panoradix dengan Sistem Digital?”

4.1 Tujuan
4.1.1 Tujuan Umum
Dibuatnya Modifikasi Pengaturan
Parameter Exposure pada Kontrol
Dental X-Ray Panoramix merk
Panoradix dengan Sistem Digital. Gambar 2.1 Blok Diagram Keseluruhan

4.1.2 Tujuan khusus Tegangan dari jala-jala PLN masuk


a. Memodifikasi rangkaian pengatur ke rangkaian power supply untuk
tegangan tabung (kV) disearahkan dan menyuplay tegangan
b. Memodifikasi rangkaian pengatur arus keseluruh rangkaian. Pada saat kondisi
tabung awal alat dinyalakan langsung dipilih
c. Membuat rangkaian display seven kV dan mA. Apabila kV dan mA
segment
sudah dipilih, kemudian akan diproses
d. Membuat rangkaian driver motor AC
bolak-balik
melalui Digital Processing dimana
e. Melakukan uji kelayakan alat dalam rangkaian ini terdiri dari
rangkaian logika untuk Seven
4.2 Manfaat Segment, dan rangkaian logika yang
4.2.1 Manfaat Teoritis mengendalikan driver-driver yang ada.
a. Membantu mahasiswa dalam Pada digital processing nantinya hasil
mengembangkan ilmu pengetahuan di pemilihan kV dan mA akan
bidang peraalatan radiologi terutama ditampilkan pada seven segment, serta
pada alat dental x-ray. akan mengendalikan driver-driver
b.Dapat dijadikan referensi bagi yang sudah terhubung pada rangkaian
mahasiswa yang akan meneliti lebih utama. Rangkaian driver kV untuk
lanjut tentang dental x-ray. mengatur sumber tegangan pda input

3
Seminar Tugas Akhir Juni 2017

primer trafo tegangan tinggi sesuai


pengaturan. Driver mA digunakan
untuk mengatur sumber tegangan pada
input primer trafo filamen untuk
pemanasan filamen sesuai pengaturan.
Driver motor digunakan untuk
mengaktifkan motor pada saat proses
scanning dilakukan.
5.2 Diagram Alir

Gambar 2.2 Diagram Alir

Saat start alat dalam keadaan standby


display seven segment akan menampilkan
nilai kV dan mA terendah. Kemudian
dilakukan setting kV dan mA, ketika kV dan
mAs sudah dipilih maka seven segment akan
menampilkan nilai kV dan mA. Kemudian
alat akan otomatis dalam keadaan ready ,
yaitu kondisi dimana terjadi penmanasan
filamen. Apabila pemanasan filamen selesai
maka indicator filamen akan menyala.
Ketika tombol start ditekan maka motor
scanning berputar dan sinar x keluar. Ketika
putaran pada saat scanning terpenuhi maka
akan terjadi reset otomatis dan sinar x dalam
kondisi off, dan motor akan kembali ke
posisi semula.

4
Seminar Tugas Akhir Juni 2017

5.3 Diagram Mekanis 5.5 Variabel Penelitian


5.5.1 Variabel Bebas
Pemilihan mA dan pemilihan kV.

5.5.2 Variabel Terikat

Arus pada trafo filamen dan tegangan


pada primer HTT.

5.5.3 Variabel Terkendali


Sebagai variabel terkendali yaitu IC
DIGITAL
Tabel 3.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Hasil ukur Skala-


Variabel Ukur ukur

Pemilihan Pemilihan besar arus Multi 0. < / > Interval


mA yang akan digunakan
dalam proses expose Meter, 02 – 10mA
(V.Bebas) yang diukur dengan
Tang = tidak
multimeter dan
Amper sesuai
menghasilkan
e setting,
02 - 10mA
1.0-10mA

= sesuai
setting

Pemilihan Pemilihan besar Multi 0. < / > Interval


kV tegangan yang akan
digunakan dalam meter 55 – 80V
(V.Bebas) proses expose yang
= tidak
diukur dengan
sesuai
Gambar 2.3 Diagram Mekanik multimeter dan
setting,
menghasilkan
5.4 Rancangan Penelitian 1.55 – 80V
Rancangan penelitihan model alat ini 55 – 80V
menggunakan metode pre-eksperimental dengan = sesuai
jenis penelitihan One group post test design. setting
Pada rancangan ini, peneliti hanya melihat hasil
perlakuan pada satu kelompok obyek tanpa ada
kelompok pembanding dan kelompok kontrol.
Desain dapat digambarkan sebagi berikut:
X------------------------------------------O
X =Treatmen/perlakuan yang
diberikan (variabel independen).
O =Observasi (variabel dependen).

5
Seminar Tugas Akhir Juni 2017

5.6 Jadwal Kegiatan G. Menyiapkan bahan berupa komponen, box


Jadwal kegiatan penulis susun menurut dan peralatan yang dibutuhkan dalam
jadwal kalender Akademik yang ada di pembuatan modul
Poleteknik Kesehatan Jurusan Teknik H. Membuat layout rangkaian mikrokontroller,
sensor panjang, dan sensor lingkar kepala.
I. Memasang komponen pada PCB
J. Menyatukan semua rangkaian
Kegiatan

K. Mengintegrasikan semua rangkaian

Mar
Nov

Apr
Okt

Mei
Feb

Jun
Jan
Sep

Des

Jul
L. Menyusun program untuk menyalakan
system
A M. Melakukan uji coba modul
N. Melakukan kalibrasi modul
B O. Menyusun laporan KTI

Elektromedik Surabaya:

A. Mempelajari teori – teori yang berhubungan


dengan permasalahan yang dibahas melalui
studi kepustakaan.
B. Mempelajari dan merancang teknis
pembuatan modul tersebut.
C. Membuat diagram blok sistem
D. Membuat diagram alir sebagai urutan cara
kerja alat
E. Merencanakan anggaran biaya pembuatan
modul
F. Menyusun proposal

6
Seminar Tugas Akhir Juni 2017

3 HASIL DAN ANALISA Tabel 3.6 Pengukuran 80kV/115V pada


3.1 Pengujian dan Pengukuran Modul pemilihan 10mA

3.1.1 Hasil pengukuran 55kV/80V pada


pemilihan 02 mA
Tabel 3.1 Pengukuran 55kV/80V pada
pemilihan 02 mA
3.2 Analisa Data
Dari hasil pengukuran tegangan dan arus
pada tabel di atas didapatkan nilai error yang
bervariasi atau berbeda-beda, antara pengukuran
yang pertama, kedua, ketiga, kempat dan kelima
3.1.2 Hasil pengukuran 60kV/85V pada dengan setting kV dan mA yang berbeda-beda.
pemilihan 04 mA Dalam hal ini perbedaan tersebut dikarenakan
Tabel 3.2 Pengukuran 60kV/85V pada tegangan pada sumber PLN mengalamai
pemilihan 04 mA kenaikan dan penurunan, sehingga tegangan
pada Auto Trafo yang mensupply HTT dan
Trafo Filamen juga tidak stabil.

4 PEMBAHASAN
4.1.1 Rangkaian LVC dan Autotrafo
3.1.3 Hasil pengukuran 65 kV/95V pada
T2
pemilihan 06 mA LV Selector

Tabel 3.3 Pengukuran 65kV/95V pada SW1 F1 220 V


200 V

2
5
3
4
1
230 V
pemilihan 06 mA AC LINE 11 T1 7 80 VAC

85 VAC
6
SW SPST FUSE
5 95 VAC
4 100 VAC
10
M1 9
3 110 VAC

V
METER V

F3 2 115 VAC

8 1 Nol

AUTOTRAFO
FUSE

3.1.4 Hasil pengukuran 70 kV/100V pada


pemilihan 08 mA
Gambar 4.1. Rangkaian LVC dan Autotrafo
Tabel 3.4 Pengukuran 80kV/100V pada
pemilihan 08 mA Dari jala-jala PLN melewati main switch
sebagai pemutus dan penyambung tegangan
yang masuk ke Auto trafo. Fuse sebagai
pengaman apabila rangkaian terjadi short circuit
maka fuse yang akan putus dan tidak merusak
3.1.5 Hasil pengukuran 75kV110/V pada rangkaian yang lain. Setelah itu masuk ke
pemilihan 10mA rangkaian LVC yang berfungsi sebagai
Tabel 3.5 Pengukuran 75kV/110V pada pengkompensasikan tegangan sehingga tegangan
pemilihan 10mA yang masuk ke Auto Trafo sesuai dengan
tegangan yang diinginkan. LV meter berfungsi
meliat tegangan yang masuk ke Autotravo
(220V).

3.1.6 Hasil pengukuran 80kV/115V pada 4.1.2 Rangkaian Interlock Digital (kV dan
pemilihan 10mA mA)

7
Seminar Tugas Akhir Juni 2017

A1
100V. Pensaklaran arus menuju primer trafo

4
ISO1
R1 5V
Q1
NPN BCE filament menggunakan relay untuk selector baik

3
D1
R J1 R2

A2
3
2
1
kV maupun mA dan relay interlock. Pada

4
R LED

J2
J3 R3
ISO2

Q2
CON3 rangkaian driver relay ini berfungsi untuk
A1
1 1
2
NPN BCE
mengaktifkan relay apabila dilakukan pemilihan.
3
2 A2 2
3 A3 3 R 12V
4 A4 4
5
6
A5
A6
5
6
A3
Secara bergantian relay akan aktif apabila pada
1

CON6 CON6
R4
ISO3

Q3
input IC ULN2003 mendapat trigger logika 0.
NPN BCE
2

A4
4.1.4 Rangkaian Relay kV
1

ISO4
R5
Q4
NPN BCE
2

R LS1 LS2 LS3


12V J2 J4
4 4 4
3 3 3 55 kV 1 220 VAC 1
A5 60 kV Nol
5 5 5 2 2
1

8 8 8 65 kV 3 Ground 3
ISO5 LS1 J4
R6 6 6 6 70 kV 4
Q5 4 1 7 7 7 75 kV 5
J1 12 Vdc 1 12 Vdc 1 12 Vdc 1 75 kV 6 CON3
NPN BCE 3 2
2

5 6 2 2 2
R 8 5
6 CON2 4 CON6
+ C1 7 J5 3 RELAY 55 kV RELAY 60 kV RELAY 65 kV
CAP POL 1 2
A6 2 1 1
1

2
ISO6
R7 RELAY DPDT Driv er Relay
Q6 CON2
NPN BCE
2

R
LS8
LS5 LS6 LS7 J3
CON2 5
4 4 4 3
70 kV 3 75 kV 3 80 kV 3 4
Gambar 4.2. Rangkaian Interlock Digital (kV 5
8
5
8
5
8 6
7

6 6 6 8 J5

1
2
dan mA) 12 Vdc 1
2
7
12 Vdc 1
2
7
12 Vdc 1
2
7
9
11

10
1
2
13
12
RELAY 70 kV RELAY 75 kV RELAY 80 kV 14 Fasa HTT

Dari selector kV dan mA rangkaian Driv er Interlock kV 1


2

interlock ini mendapat trigger berupa logika high Nol RELAY Interlock kV

yang apabila input rangkaiaan memperoleh


logika high setiap kali pemilihan maka relay
interlock akan bekerja yang mana menyebabkan Gambar 5.4 Rangkaian Relay kV
pemanasan filament pada tabung dengan
ditandai oleh indicator ready yang menyala. Rangkaian relay kV ini merupakan
Apabila indicator ready sudah menyala maka rangkaian yang berfungsi untuk mensaklarkan
tombol start dapat ditekan dan proses scanning tegangan dari output autotrafo menuju primer
berjalan trafo HTT. Setiap relay kV akan aktif apabila
pada input driver memperoleh trigger logika 0.
4.1.3 Rangkaian Driver Relay (mA dan kV) Ketika driver mendapat logika 0 maka akan
5V
memerintahkan IC ULN2083 untuk
mensaklarkan ground terhadap relay kV
1

ISO1
R1

12V J1
sehingga menyebabkan hanya salah satu relay
2

U1
R
1
2
3
1B
2B
1C
2C
16
15
14
1
2

12V 5V
saja yang akan aktif dan mensaklarkan tegangan
1

3B 3C

J4
R2
ISO2
4
5
6
7
4B
5B
6B
4C
5C
6C
13
12
11
10
1
2
CON2
J2
J3
2 1
U2

3
menuju primer trafo HTT.
GND

1 7B 7C 1 IN OUT
2

GND

2 9 C1 R3
3 R COM J5
CON2 CAP R
4 CON2 LM7805C/TO
2

5 ULN2003A 1
8
1

6 2
7 ISO3 12V D1
R4
CON2
J6 LED
CON7
2

1
R 2

J7
CON2
1

ISO4 1
R5 2 J8 12V 5V
3
2
2

J9
CON2 1
R
1
2 CON3
1

ISO5 CON2
R6
2

R
1

ISO6
R7
2

Gambar . 4.3 Rangkaian Driver Relay mA

Untuk mensupply trafo filamen,


menggunakan tegangan dari Autorafo sebesar

8
Seminar Tugas Akhir Juni 2017

4.1.5 Rangkaian Relay mA


Pada rangkaian tersebut terhubung dengan
J1
tegangan 100 Volt AC, 220 Volt AC dan Nol.
TP mA
LS3

4
R2 R7
LS8 Tegangan 100 Volt AC digunakan untuk
3 4

1
100 V Autotraf o
R1
6
5
8

7 R R Limiter
3

6
5
8
Fasa Filamen
mengaktifkan koil relay yang ada, sedangkan
12 Vdc 1 7
SBR

LS2
digital driv er
2

RELAY 02 mA Driv er Interlock mA


12 Vdc 1
2 untuk tegangan 220 Volt AC digunakan untuk
5 RELAY Interlock mA
3

1
4
LS4

4
mengaktifkan koil relay interlock. Pada kondisi
2 3 R3

RELAY_SPDT_1A 6
5
8

7 R
awal indicator interlock harus dalam keadaan
12 Vdc 1

digital driv er
2
standby sehingga tombol start bisa ditekan.
RELAY 04 mA

3
LS5

4
R4
Apabila tombol start ditekan maka akan
5

12 Vdc
6
8

7 R
mengaktifkan relay start apabila relay start aktif
1
2

digital driv er
RELAY 06 mA
maka motor akan berpikir dari kiri menuju ke
LS6

3
4

5
R5 kanan. Ketika motor berputar x-ray belum
8

12 Vdc
6

1
7 R langsung keluar hingga SW Expose menyentuh
2

digital driv er
RELAY 08 mA rel pada bagian belakang. Apabila SW Expose
LS7

4
R6
sudah dalam kondisi aktif maka akan membuat
3
5

6
8

7 R
relay expose dalam kondisi ON dan akan
12 Vdc 1

digital driv er
2

Relay 10 mA
mensaklarkan dari relay kV menuju ke primer
HTT. Ketika primer HTT mendapat tegangan
Gambar 5.4 Rangkaian Relay kV maka sinar-x keluar sampai SW Expose sudah
terlepas. Saat motor menyentuh SW Kanan
Rangkaian relay mA ini merupakan
maka secara otomatis menyalakan relay reset
rangkaian yang berfungsi untuk mensaklarkan
nilai arus yang berbeda menuju primer trafo dan memutus seluruh supply nol pada rangkaian
filamen. Setiap relay mA akan aktif apabila pada kecuali pada motor dan relay reset. Ketika relay
input driver memperoleh trigger logika 0. Ketika reset dalam kondisi aktif secara otomatis akan
driver mendapat logika 0 maka akan membalik putaran motor dari kiri ke kanan
memerintahkan IC ULN2083 untuk dengan kondisi filament mati sehingga apabila
mensaklarkan ground terhadap relay mA SW Expose kembali menyentuh rel tidak akan
sehingga menyebabkan hanya salah satu relay
mengeluarkan sinar-x dan ketika menyentuh SW
saja yang akan aktif dan mensaklarkan arus
menuju primer trafo filamen. Kiri motor akan berhenti dan indicator ready
kembali menyala.
4.1.6 Rangkaian Driver Motor dan Expose
4.2 Kelemahan/Kekurangan Sistem
LS4A
4
3 220 VAC 12 Vdc
5
100 VAC
RELAY RESET

SW1

100 VAC
SW1

3
LS5A
4

5 1
MG1 SW3 SW4
Dalam pembuatan modul, penulis
tentu tidak lepas dari kekurangan, dan
SW KIRI SW Kanan 2 Start Reset
Relay Start 3

LS3
MOTOR Scanning Coil RESET COIL START
4

LS1 LS2
5 L1 L2

penulis sangat berharap kelak kekurangan


5 5 3
3 220 VAC 3 4
4 4 7 C1
7 7 6
6 6 8 Rexpose
8 8 11
11 11 9 DS2 CAP SERVO

yang ada dapat diperbaiki dan


9 9 10 1
10 10 13 2
13 13 12
NOL 12 12 14
14 14 1 Start
1 1 DS3 2
2 RELAY 4PDT 2 1

dikembangkan agar menjadi lebih baik.


2
RELAY 4PDT RELAY 4PDT
DS1 Ready
1
2

Reset

Kekurangan dari modul ini antara lain:


NOL NOL

LS6

1. Tidak menampilkan hasil ukur mA pada


220 VAC 3 M1 LS9
5
V

8 4
6 3
7 kV meter 5
1 8
2 6

alat.
7 FASA HTT
Rexpose 1
OUT RELAY kV RELAY Interlock kV 2
DS4 RELAY EXPOSE
2
1

2. Tidak menggunakan relay arus pada


SW2
X-RAY INDICATOR

SW SPST/SM

input Trafo Filamen, sehingga saat


Gambar 5.4 Rangkaian Driver Motor dan filament tidak menyala alat tetap bisa
Expose dilakukan proses expose.

9
Seminar Tugas Akhir Juni 2017

3. Menggunakan sistem mikrokontroller JAKARATA II,


untuk meminimalisir penggunaan http://eddyrumhadi.blogdetik.com/2
komponen. 008/09/04/keselamatan-kerja-dan-
tindakan-proteksi-radiasi/. 12
5 PENUTUP Oktober 2014.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang Evi Yufita, Rini Safitri, (2012) Jurnal
dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa Natural Vol. 12, No. 1 ANALYSIS
penelitian yang dilakukan penulis dengan judul
OUTPUT TOLERANCE LIMITS X-
Modifikasi Parameter Exposure Pada Kontrol
Dental X-Ray Panoramic Merk Panoradix RAY MACHINE DIAGNOSTIC
dengan Sistem Digital memiliki nilai error (Case Study in one of the General
terkecil pada setting 60 kV dan 06 mA yakni Hospital in Banda Aceh). Jurusan
sebesar 0% sedangkan untuk nilai error terbesar Fisika, FMIPA Universitas Syiah
terdapat pada setting 55 kV dan 02 mA yakni Kuala.
sebesar 2,5%. Nilai error tersebut didapat dari
hasil pengukuran pada masing-masing kV dan Suciwardhani. (2013). Radiasi. Manfaat
mA yang tegangannya tidak stabil sehingga dan Bahaya Sinar X.
timbul selisih nilai yang terlampau besar dengan
nilai setting. http://diaryradiografer.wordpress.com/
2013/10/08/radiasi-manfaat-dan-
5.2 Saran bahaya-sinar-x/.
Pengembangan penelitian ini dapat dilakukan Sugiyono, 2010. Metode Penelitian
pada: Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
Bandung : Alfabeta
1. Memperbaiki sistem dengan
menggunakan mikrokontroller yang tahan Whaites, Eric, 1997. Essentials of Dental
terhadap feedback dari tegangan tinggi. Radiography and Radiology, Reprinted
2. Menambah jumlah pemilihan baik kV
maupun mA agar lebih variatif.
Second Edition, New York : Churchill
3. Menggunakan komponen yang mampu Livingstone
beertahan pada kondisi arus besar.
Ibrahim, KF, Teknik Digital, Andi Offset,
Yogyakarta, 1996
DAFTAR PUSTAKA
D.Noreen chesney, muriel O. Chesney.
1996, RadioPhotography
Annisa Rachma. (2013). Dasar-dasar
Pesawat Rontgen. Wasito S, Vademekum Elektronika, 1994.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
http://atro-
xx.blogspot.com/2013/01/pesawat- Prima Putranto sidik. 2013. Modifikasi
sinar-x.html. 12 Oktober 2014. Sistem Pengaturan Arus Tabung Dan
Tegangan tabung Pada Pesawat X-RAY
Eddy Rumhadi Iskandar. (2002).
Panoramix Berbasis Mikrokontroller
Keselamatan kerja dalam pelayanan
AT89s51
radiodiagnostik di laboratorium
radiologijurusan teknik Yohanes Tyas Luluh Bertanto. 2013.
radiodiagnostik dan radioterapi. Modifikasi Dental X-RAY Panoramix Pada
POLITEKNIK KESEHATAN

10
Seminar Tugas Akhir Juni 2017

Proses Scanning Dan Reset Otomatis


Berbasis Mikrokontroller AT89s51
Langland, Olaf E. 1989. Panoramic
Radiology, Second Edition, Philadelphia :
Lea and Febringer
Malvino. 1985. Prinsip-prinsip elektronika,
edisi ketiga. Jakarta : Prof.M.Barnawi,Ph. D
dan M.O. Tjia, Ph. D.
Malvino. 1994. Prinsi-prinsip penerapan
digital. Jakarta : Prof.M.Barnawi,Ph. D dan
M.O. Tjia, Ph. D.
Transistor, D., Bjt, P. & Bjt, D., 9.1 Dasar-
dasar Transistor. , pp.96–103.

11

Anda mungkin juga menyukai