Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

Sumber ajaran Islam adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Dua sumber

pokok itulah yang menjadi pedoman hidup manusia untuk mencapai

kebahagiaan yang hakiki. Al-Qur’an sebagai kalam Ilahi yang merupakan

sumber utama dan as- Sunnah menjadi sumber utama yang kedua berupa

perkataan, perbuatan, maupun taqrir Nabi Muhammad SAW.

Secara garis besar, sumber tasyri’ Islam terbagi dua bagian, yaitu

tasyri’ yang bersumber dari Allah dan tasyri’ yang bersumber dari

manusia. Tasyri’ yang pertama merupakan peraturan yang ditetapkan

Allah berupa ayat-ayat al-Qur`an dan al-Sunnah. Sedangkan tasyri’ yang

kedua merupakan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh para mujtahid

tabi’in atau para pengikut tabi’in dan seterusnya, dengan cara meng-

istinbath dari tasyri ilahi.1

Rasulullah Saw bersabda :

“Aku tinggalkan kepadamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selamanya, jika

berpegang pada keduanya yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnahku (Hadis).”

yaitu untuk menjelaskan lebih detail pengetahuan maupun hukum yang ada di

dalam al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW.

“Ulama ushul menulis bahwa ijtihad adalah mempergunakan segala

kesanggupan untuk mengeluarkan hukum syara’ dari Kitabullah dan hadis

Rasulullah SAW”.3 Ijtihad juga merupakan kemampuan para ulama atau

cendikiawan muslim dalam memperoleh pengetahuan tentang ajaran


maupun hukum-hukum Islam, dari ijtihad para ulama menghasilkan

istinbat hukum. “Istinbat yaitu mengeluarkan makna-makna dari nash-nash

yang terkandung dengan menumpahkan pikiran dan kemampuan (potensi)

naluriah.”4. Istinbath hukum merupakan cara yang dilakukan atau

dikeluarkan oleh pakar hukum untuk mengungkapkan suatu dalil hukum

guna menjawab persoalan-persoalan yang terjadi.

Hasil pemikiran dan ijtihad para ulama atau cendikiawan muslim

tersebut, kemudian diabadikan kedalam tulisan berbentuk buku atau kitab

yang disebut kitab klasik atau lebih populer dengan sebutan kitab kuning.

Para santri dan pelajar yang ingin mendalami ilmu agama, tentu perlu

merujuk kepada literatur yang mengupas ilmu-ilmu agama, karena kitab

kuning merupakan sumber utama kajian ilmu agama. Kitab kuning adalah

“kitab-kitab yang mengandung nilai-nilai dan ilmu-ilmu yang berkaitan

dengan ajaran Islam, ditulis dalam bahasa Arab atau melayu yang pada

mulanya atau sampai saat ini dipelajari di pesantren- pesantren”. 5

“Pengertian yang beredar di kalangan pemerhati masalah

pesantren adalah bahwa kitab kuning selalu dipandang sebagai kitab-

kitab keagamaan berbahasa Arab atau berhuruf Arab, sebagai produk

pemikiran ulama-ulama masa lampau yang ditulis dengan format khas

pra modern, sebelum abad ke- 17an M. Dalam rumusan yang lebih

rinci definisi kitab kuning adalah kitiab- kitab yang ditulis oleh ulama-

ulama “asing” tetapi secara turun temurun menjadi refrence yang di

pedomani oleh para ulama Indonesia sebagai karya


tulis yang independen dan ditulis oleh ulama Indonesia sebagai komentar atau

terjemahan atas kitab karya ulama asing.”6

Karena kitab kuning merupakan kajian utama ilmu agama Islam,

Kementrian Agama Republik Indonesia mengambil beberapa kebijakan

untuk melestarikan dan mewariskan kitab kuning, salah satunya dengan

mengadakan musabaqoh baca kitab, sebagai wadah untuk

mempertahankan warisan kitab-kitab klasik (kitab kuning) sebagai rujukan

utama dalam menjawab tantangan zaman.

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag

Dr. H. Rohadi Abdul Fatah, MA. memaparkan, penyelenggaraan

Musabaqah Baca Kitab bagi Kepala KUA ini bernuansa pada peningkatan

kualitas akademik bagi para kepala KUA dalam memahami ilmu-ilmu

klasik dalam ajaran Islam, yang tentunya merupakan sumber utama nilai-

nilai Islam, yang harus dipegang teguh dan diterapkan sebagai nilai-nilai

utama dalam kehidupan sosial maupun individual. Menurut Drs HZ

Muttaqin, Kelapa Seksi Pembinaan Administrasi Kepenghuluan pada

Direktorat Urais dan Binsyar Kementerian Agama, MBK dilaksanakan

untuk mendorong dan meningkatkan kecintaan para kepala KUA pada

kitab rujukan berbahasa Arab; meningkatkan kemampuan kepala KUA

dalam melakukan kajian dan pendalaman ilmu-ilmu agama Islam dari

sumber kitab-kitab berbahasa Arab; dan meningkatkan wawasan keilmuan

Islam bagi kepala KUA.7

Di perguruan tinggi Agama Islam, khususnya pada jurusan

Pendidikan Agama Islam (PAI) pembelajaran kitab kuning menjadi salah

satu mata kuliah yang harus diikuti oleh setiap mahasiswa jurusan

Pendidikan Agama Islam, kitab kuning merupakan ilmu dasar untuk


mempelajari ilmu keagamaan seperti Tafsir, Hadis, Fiqih, Ushul Fiqh,

Tauhid dan lain-lain.

6
Sa’id Aqiel Siradj, dkk., Pesantren Masa Depan, (Bandung: Pustaka

Hidayat, 1999), h.

222

7
Kementrian Agama RI, Akan Diselenggarakan Musabaqah Kitab

Kuning Antar Kepala

KUA, Kamis 12 September 2013 pukul 21.00 WIB

oleh:http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=85219
Karena Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) bertujuan

melahirkan Guru Agama Islam yang memiliki kewenangan untuk mengajar

Pendidikan Agama Islam di SLTP umum, SLTA dan SMK. Mereka juga

memiliki kewenangan untuk mengajarkan salah satu dari empat mata

pelajaran keagamaan di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah,

yaitu Tafsir-Hadis, Fiqih, dan Ushul Fiqih, Ilmu Kalam, dan Sejarah

Peradaban Islam (SPI). Lulusan atau outcome dari Jurusan PAI FAI UMI

diharapkan memiliki kecakapan sebagai Sarjana Muslim Profesional yang

mampu menjadi guru Pendidikan Agama Islam yang profesional pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah.8

Maka dari itu mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam harus

mampu menguasai empat mata pelajaran tersebut maupun kajian ilmu-

ilmu agama lainnya, yang sumber kajian utamanya berasal dari buku-buku

turats atau kitab kuning, selain itu kitab kuning juga menjadi referensi

utama dalam penulisan tugas akhir mahasiswa atau skripsi khususnya

dalam bidang keislaman .

Untuk pembuatan karya ilmiah maupun skripsi membutuhkan

referensi- referensi dari data yang relevan, berupa buku, majalah, koran,

jurnal dan internet. Semakin banyak referensi dari berbagai sumber,

semakin baik pula isi karya ilmiah atau skripsi tersebut. Karena referensi

dalam sebuah karya ilmiah sangat penting, yaitu untuk membuktikan

keabsahan dari pernyataan-pernyataan didalam karya ilmiah dan supaya

dapat di akui kebenaranya, serta jauh dari plagiat.

Namun nampaknya bagi mahasiswa Pendidikan Agama Islam,


kitab kuning kurang diminati mahasiswa PAI untuk dijadikan sebuah

referensi karya ilmiahnya, hal ini dapat dilihat dari kurangnya referensi

kitab kuning di dalam pembuatan skripsi dan makalah. Jarang sekali

mahasiswa mencantumkan referensi-referensi kitab kuning khususnya

dalam karya ilmiah berupa skripsi dan makalah pada mata kuliah

keagamaan seperti tafsir, hadis, ilmu kalam, fiqih, dan ilmu keagamaan

lainnya.

Hanya sedikit mahasiswa yang menggunakan referensi kitab

kuning pada umumnya dikarenakan kurangnya pengetahuan dan

pemahaman mahasiswa terhadap kitab-kitab kuning. Padahal untuk

pembelajaran Agama Islam lebih banyak referensi yang akurat yang

berasal dari kitab-kitab kuning. Bagi

8
Tim Penyusun UIN, Pedoman Akademik Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarifhidayatullah Jakarta 2009-2010,

(Jakarta: UIN Syarifhidayatullah, 2009), h. 69


mahasiswa yang latar belakang pendidikannya berasal dari pondok

pesantren akan mudah untuk memahaminya, sedangkan mahasiswa yang

latar belakang pendidikannya dari SMA atau SMK akan mengalami

kesulitan, mereka biasanya menggunakan terjemahan kitab-kitab kuning

dengan yang berbahasa Indonesia. Untuk itu diperlukan metode

pembelajaran yang tepat, dan keseriusan mahasiswa untuk bisa

memahami dan menggunakan kitab-kitab kuning dalam pembuatan skripsi

maupun karya ilmiah lainnya.

Selain pemahaman mahasiswa yang kurang dalam menguasai

kitab kuning, banyaknya referensi-referensi buku modern maupun

terjemah yang membuat mahasiswa lebih memilih referensi yang praktis,

padahal mengambil referensi dari sumber utama yang berasal dari kitab

kitab kuning lebih lengkap dibandingkan buku-buku sekunder maupun

terjemah. Serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

pesat membuat kitab kuning kurang diminati para mahasiswa dalam

penggunaan referensi untuk pembuatan karya ilmiah ataupun hal-hal yang

berkaitan dengan tugas-tugas perkuliahan.

Dari hasil latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk

mengkaji penelitian tentang karya ilmiah mahasiswa PAI dan penggunaan

kitab kuning dalam penulisan referensi skripsi, oleh karena itu penulis

membuat penelitian ini dengan judul “Karya Ilmiah Mahasiswa

Pendidikan Agama Islam FAI Universitas Muslim Indonesia (Analisis

Penggunaan Kitab Kuning dalam Penulisan Skripsi Bidang Ke-

Islaman Tahun Akademik 2021 )”


A. Identifikasi Masalah

1. Banyaknya mahasiswa jurusan PAI yang cenderung menggunakan

referensi buku-buku terjemah.

2. Banyaknya mahasiswa jurusan PAI yang kurang memiliki kemampuan

dalam memahami kitab kuning.

3. Civitas akademika kurang memberikan perhatian dan bimbingan

terhadap penggunaan referensi kitab kuning.

4. Perubahan zaman dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang membuat mahasiswa jurusan PAI mengambil literatur yang tidak

resmi.
B. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini fokus, maka penulis

membatasi penelitian ini pada :

1. Karya ilmiah mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam FAI UMI,

yang berupa tugas akhir mahasiswa yaitu skripsi.

2. Skripsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam FAI UMI bidang

ke-Islaman tahun akademik 2021.

C. Perumusan Masalah

Agar pembahasan penelitian ini terarah, maka rumusan pada

penelitian ini adalah: bagaimana penggunaan kitab kuning dalam

penulisan skripsi bidang ke- Islaman mahasiswa Jurusan Pendidikan

Agama Islam FAI UMI ?.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan

kitab kuning dalam penulisan skripsi bidang keislaman mahasiswa

Jurusan Pendidikan Agama Islam FAI UMI.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi civitas akademika, dapat memberikan tambahan khazanah

pemikiran baru yang berkaitan dengan karya ilmiah mahasiswa PAI


yang berupa skripsi dan penggunaan literatur kitab kuning.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

mahasiswa PAI dalam meningkatkan kemampuan mereka dibidang

buku- buku turats (kitab kuning) dan penggunaannya dalam penulisan

karya ilmiah.

3. Secara praktis, dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum

sehingga mampu menumbuhkan kepedulian terhadap buku-buku

turats (kitab kuning).

4. Untuk memperoleh wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam

merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan penelitian.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kitab Kuning

1. Pengertian Kitab Kuning

Kitab turats atau yang lebih populer disebut kitab kuning adalah “

kitab bertulis Arab tanpa harakat, dijadikan sumber pengajaran di pondok

pesantren.”26 Secara harfiyah, kitab kuning berarti kitab yang berwarna

kuning. “Kitab adalah kata yang diserap dari bahasa Arab, yang

berarti „buku‟ dalam bahasa Indonesia”.27

Di dalam buku Anotasi Kitab Kuning, pengertian kitab kuning

adalah “kitab-kitab yang mengandung nilai-nilai dan ilmu-ilmu yang

berkaitan dengan ajaran Islam, ditulis dalam bahasa Arab atau melayu

yang pada mulanya atau sampai saat ini dipelajari di pesantren-

pesantren”.28

Istilah “ kitab kuning” pada mulanya diperkenalkan oleh kalangan

luar pesantren sekitar dua dasawarsa yang silam dengan nada

merendahkan. Dalam pandangan mereka, kitab kuning dianggap sebagai

kitab yang berkadar keilmuwan rendah, ketinggalan zaman, dan menjadi

salah satu penyebab terjadinya stagnasi berpikir umat. Sebutan ini pada

mulanya sangat menyakitkan memang, tetapi kemudian nama “Kitab

Kuning” diterima secara meluas sebagai salah satu istilah teknis dalam

studi kepesantrenan.

Dikalangan pesantren sendiri, di samping istilah Kitab Kuning,

beredar juga istilah “Kitab Klasik” ( al-kutub al-qadimah ), untuk menyebut

jenis kitab yang sama. Bahkan, karena tidak dilengkapi dengan

sandangan (syakal), Kitab kuning juga kerap disebut oleh kalangan


pesantren sebagai “Kitab Gundul” dan karena rentang waktu sejarah yang

sangat jauh dari kemunculanya sekarang, tidak sedikit yang menjuluki

Kitab Kuning ini dengan “Kitab Kuno”.

Pengertian yang umum beredar dikalangan pemerhati masalah

pesantren adalah bahwa Kitab Kuning selalu dipandang sebagai kitab-

kitab keagamaan berbahasa Arab,atau berhuruf Arab, sebagai produk

pemikiran ulama-ulama masa lampau ( as-salaf ) yang ditulis dengan

format khas pra – modern, sebelum abad ke-17an M. dalam rumusan

yang lebih rinci, definisi kitab kuning adalah kitab-kitab yang a) ditulis

oleh ulama-ulama “asing”

26
Tim Penyusun KBBI, op. cit., h. 704
27
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir : Kamus Arab Indonesia,

(Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), edisi II, h. 1187


28
Anotasi Kitab Kuning, loc. Cit.
Tetapi secara turun temurun menjadi reference yang dipedomani oleh

para ulama Indonesia, b) ditulis oleh ulama Indonesia sebagai karya

tulis yang “independen,” dan c) ditulis oleh ulama Indonesia sebagai


29
komentar atau terjemahan atas kitab karya ulama “asing.”

Kitab kuning merupakan kitab karya ulama-ulama masa lampau

maupun ulama-ulama kontemporer yang berbahasa Arab dan berisi

tentang ilmu-ilmu ajaran Islam maupun penjelasan lebih rinci dari al-

Qur`an dan Hadis. Namun belakangan ini Kitab kuning biasanya lebih

banyak digunakan di kalangan pesantren-pesantren, sekolah-sekolah

Islam serta universitas-universitas Islam yang dijadikan sebuah referensi

khususnya dalam penjelasan tentang ilmu-ilmu kajian keislaman seperti

fiqih, ulumul hadis, tafsir, tauhid, dan ilmu-ilmu agama lainya, karena kitab

kuning biasanya berpedoman langsung kepada al-Qur`an dan hadis.

2. Metode Pembelajaran Kitab Kuning

Metode dipahami sebagai cara-cara yang ditempuh untuk

menyampaikan ajaran yang diberikan. Dalam konteks kitab kuning di

pesantren, ajaran itu adalah apa yang termaktub dalam kitab kuning.

Melalui metode tertentu, suatu pemahaman atas teks-teks pelajaran

dapat dicapai. Selama kurun waktu panjang, pesantren telah

memperkenalkan dan menerapkan beberapa metode: weton, atau

bandongan, sorogan dan hafalan.30

Berikut ini beberapa metode dalam pembelajaran kitab kuning :


a. Metode weton adalah “metode kuliah di mana para santri/peserta didik

mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kiai yang

menerangkan pelajaran. Santri menyimak kitab masing-masing dan

mencatat jika perlu. Istilah weton berasal dari kata waktu (Jawa) yang

berarti waktu; karena pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu

tertentu, yaitu sebelum atau sesudah melakukan salat fardu (lima

waktu).”31

29
Sa‟id Aqiel Siradj, dkk., op. cit,. hal . 221-222
30
Ibid., h. 280
31
Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan

Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT

Grasindo, 2001), hal. 107


b. Metode sorogan ialah suatu metode di mana santri/anak didik

menghadap guru atau kiai seorang demi seorang dengan membawa

kitab yang akan dipelajarinya. “Kiai membacakan dan menerjemahkan

kalimat demi kalimat;kemudian menerangkan maksudnya. Santri

menyimak bacaan kiai dan mengulanginya sampai memahaminya,

kemudian kiai mengesahkan bahwa ilmu itu telah diberikan oleh kiai

kepadanya.”32 “Dalam metode sorogan, yang berlaku adalah

sebaliknya: murid membaca dan guru mendengarkan sambil memberi

catatan, komentar, atau bimbingan, bila diperlukan.” 33

c. Metode hafalan, merupakan implikasi dari pola pemikiran ahl al-hadist

dan dampak dari asumsi dasar tentang konsep ilmu sebagai apa yang

diketahui dan tetap. Ada sebuah argumen yang diajukan untuk

mempertahankan metode ini, yakni “orang-orang yang hafal adalah

argumen atas mereka yang tidak hafal”. Ungkapan ini benar adanya

manakala sistem keilmuwan lebih mengutamakan argumen naqli,

transmisi, dan periwayatan. “Kutipan” yang tepat atas sumber ilmu

menjadikannya lebih dipercaya daripada mereka-reka. Akan tetapi,

ketika konsep keilmuwan lebih menekankan rasionalitas seperti yang

menjadi dasar sistem pendidikan modern, maka metode hafalan

kurang dianggap penting.34

Dalam hal ini metode hafalan bisa diterapkan untuk menghafal

berbagai kaidah-kaidah dalam ilmu nahwu yang telah ditetapkan

misalnya ciri-ciri isim, pi‟il dan sebagainya.

d. Metode diskusi, metode ini dimaksudkan sebagai penyajian bahan


pelajaran dengan cara murid atau santri membahasnya bersama-

sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah

tertentu yang ada dalam kitab kuning. Dalam hal ini kiai atau guru

bertindak sebagai “moderator”. “Metode ini bertujuan agar murid atau

santri aktif dalam belajar.35 “Suatu diskusi baru dapat berjalan dengan

baik bila dilakukan dengan persiapan beserta bahan- bahannya yang

cukup jelas, dengan pembicaraan yang berlangsung secara

32
Ibid, hal. 108
33
Sa‟id Aqiel, loc. Cit.
34
Ibid., hal. 281
35
Ibid., hal. 282
rasional, tidak didasarkan atas luapan emosi, dan lebih mementingkan

pada kesimpulan rasional”.36

3. Kesulitan Mempelajari Kitab Kuning

Kitab kuning mempunyai ciri khas tulisannya tidak dilengkapi

dengan syakal, untuk bisa mahir membaca dan memahami kitab kuning

perlu mengetahui ilmu alat yaitu nahwu dan sharaf, karena itulah yang

menjadi sebab utama kitab kuning sulit untuk dibaca dan dipahami.

“Merupakan suatu keharusan bagi setiap insan yang hendak

mengetahui dan mengerti akan asal-usul bacaan serta kandungan al-

Qur`an, Hadist naupun berbagai kitab, untuk memenuhi syarat-syaratnya.

Diantaranya: Harus paham dan mengerti serta menguasai ilmu shorof,

nahwu, i‟lal, bahasa Arab, balaghoh maupun mantiq, dan lain sebagainya

yang semuanya merupakan gramatika (kitab- kitab alat).” 37 Karena antara

ilmu nahwu, shorof dan bahasa Arab sangat berkaitan dan semuanya

mempunyai manfaat dan peranan masing-masing agar mudah paham dan

mengerti untuk membaca dan menterjemahkan kitab kuning tersebut, dan

jika seseorang mampu mempelajari ilmu-ilmu alat, maka kesulitan dalam

membaca dan memahami kitab kuning akan terasa mudah.

4. Manfaat Mempelajari Kitab Kuning

Dalam mempelajari kitab kuning yang ditulis oleh para mujtahid

atau ulama-ulama terdahulu yang isinya mengenai ajatran-ajaran Islam

yang sangat relavan untuk dijadikan referensi bagi umat Islam ini, tentu
banyak sekali manfaat yang dapat di ambil dari belajar membaca kitab

kuning.

Di antaranya adalah sebagai berikut: Manfaat kitab kuning adalah

untuk memahami kedua sumber utama yaitu al-Qur`an dan Hadist Nabi

yang tidak terjerumus dalam kesalahan dan kekeliruan yang dibuatnya

sendiri. Sebab kandungan kitab kuning merupakan penjelasan yang

siap pakai (instan) dan rumusan ketentuan hukum yang bersumber dari

al-Qur`an dan Hadist Nabi yang dipersiapkan oleh para mujtahid di

segala bidang untuk memfasilitasi proses pemahaman ke agamaaan

yang mendalam sehingga mampu

36
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), cet. I hal.

75
37
Mahfudh Ichsan al-Wina‟i, Konsep Kitab Kuning, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 1995), cet. I, hal. VI


merumuskan penjelasan yang segar. Tetapi tidak historis mengenai

ajaran Islam, al-Qur‟an dan Hadist Nabi.38

Dengan membaca dan mempelajari kitab kuning, dapat memberikan

pengetahuan tentang ilmu-ilmu keislaman secara menyeluruh, menjadi

referensi utama dalam ilmu-ilmu keagamaan dan menjawab persoalan

hukum yang ada saat ini. Pemikiran para ulama terdahulu maupun ulama

kontemporer yang tertuang dalam kitab kuning merupakan khazanah

keilmuwan Islam yang harus diwariskan kepada generasi-generasi

muslim dengan belajar dan memperdalam kitab kuning.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Agama Islam Universitas Muslim

Indonesia, pada bulan Mei 2021.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

dengan pendekatan kualitatif yaitu pemecahan masalah dengan

menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta dan data yang

penulis peroleh sebagaimana adanya tentang penggunaan kitab kuning

dalam penulisan referensi skripsi bidang keislaman mahasiswa pendidikan

agama Islam, kemudian dianalisis untuk mengambil sebuah kesimpulan.


“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian

misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan

dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah.”1

Penulis menggunakan metode Deskriptif yaitu “penelitian yang tidak

menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang

sesuatu gejala

1
Lexy J Moeleong, op.cit., hal. 6
atau kejadian.”2 “Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan

kemudian dianalisa sehingga metode ini sering pula disebut sebagai metode

analitik.”3

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kepustakaan

guna mendapatkan data-data dan teori-teori yang berasal dari buku, jurnal,

maupun sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini, tentang analisis

penggunaan kitab kuning dalam penulisan karya ilmiah: skripsi. Dan untuk

memperoleh data dan informasi penulis menggunakan penelitian lapangan.

Penulis meneliti objek yang ditentukan yaitu skripsi Jurusan PAI bidang

keislaman tahun 2021 di Perpustakaan Utama UMI Makassar.

C. Variabel dan Subyek Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variable pada penelitian ini yaitu :

a. Karya ilmiah mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam FAI UMI

Makassar yang berupa skripsi bidang keIslaman tahun 2021

b. Kitab kuning, kitab yang berbahasa Arab berisi kajian materi terkait

dengan ilmu-ilmu agama maupun ajaran Islam digunakan sebagai

referensi dalam penulisan skripsi

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang memberikan informasi dalam

kegiatan penelitian. Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini yaitu:
a. Mahasiswa Jurusan pendidikan Agama Islam, FAI UMI Makassar,

yang sedang menyusun skripsi.

b. Dosen bidang studi ke-Islaman FAI UMI Makassar.

2
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2002), hal. 234.


3
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: PT.

Tarsito, 1990), hal. 140.


D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam setiap penelitian, sumber data merupakan “komponen yang

sangat penting. Sebab tanpa adanya sumber data maka penelitian tidak akan

berjalan, sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data itu

diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam

pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang

yang merespon atau menjawab pertanyaan- pertanyaan peneliti, baik

pertanyaan tertulis maupun pertanyaan lisan.” 4

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Observasi

“Observasi atau pengamatan adalah teknik pengamatan melihat

dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang

terjadi pada keadaan sebenarnya.” 5

Sebagai peneliti yang berperan untuk memperoleh suatu

keabsahan data, penulis melihat, mengamati, dan mencatat kejadian

yang sebenarnya terjadi dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

2. Wawancara

“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,

percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang


mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban

atas pertanyaan itu.”6

4
Suharsimi Arikunto, Prosedure Penelitian, Suatu Pendekatan

Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hal. 172


5
Lexy J. Moleong, op.cit hal. 174

6
Ibidh hal. 186
“Teknik interview atau teknik wawancara, yaitu teknik yang

digunakan sebagai teknik pengumpulan data dan apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil.” 7

3. Dokumentasi

“Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti tidak

hanya dokumen resmi.”8 “Dokumen sudah lama digunakan dalam

penelitian sebagai sumber data, karena dalam banyak hal dokumen

sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan

untuk meramalkan.”9

Untuk melengkapi data yang sudah diperoleh melalui observasi

dan wawancara, peneliti juga menggunakan metode dokumentasi untuk

mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian.

E. Instrumen Penelitian

“Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.” 10 Dalam penelitian

ini yang berjudul Karya Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Agama Islam FAI UMI

Makassar (Analisis Penggunaan Kitab Kuning dalam Penulisan Skripsi

Bidang
7
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011),

hal. 194
8
Irwan Soehartono, Metode Peneitian Sosial.( Bandung : Remaja

Rosdakarya, 2004), hal. 70


9
Lexy J. Moleong, op.cit, hal. 217
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 128.


KeIslaman Tahun Akademik 2021), penulis menggunakan instrumen

penelitian dengan bentuk non test yaitu wawancara dan lembar observasi.

Instrumen non test yang pertama yaitu wawancara, diperuntukkan

kepada Mahasiswa jurusan PAI yang sedang menyusun skripsi dan

wawancara Kajur Pendidikan Agama Islam, serta Dosen bidang ke-Islaman

PAI. Yang kedua lembar observasi berupa catatan klasifikasi skripsi

mahasiswa PAI dan catatan keadaan mahasiswa di perpustakaan yang

sedang menyusun skripsi.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk mengetahui apakah; data yang telah diolah dan dianalisis itu

benar- benar valid atau tidak, maka penulis melakukan pemeriksaan

keabsahan data dengan menggunakan triangulasi. Dalam penelitian ini,

triangulasi yang digunakan merupakan teknik pengumpulan data sekaligus

menguji kreadibilitas data, yaitu mengecek kreadibilitas data dengan berbagai

teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

“Teknik triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

lain. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka

sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kreadibilitas

data.”11

“Denzim (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik,


dan teori. Dalam penelitian ini penulis menggunakan triangulasi dengan

sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif.”12 Dalam hal ini penulis membandingkan data hasil

pengamatan (observasi) dengan data hasil wawancara, dan membandingkan

hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penelitian ini penulis menggunakan analisa data

model miles dan Huberman, yaitu “analisis data yang dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data

dalam periode tertentu.”13

Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya

sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin

dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya

berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa

dipahami dengan mudah.

1. Reduksi Data

“Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya apabila


diperlukan.”14

Setelah memperoleh data dari berbagai sumber yakni dari

pengamatan, wawancara dan dokumentasi, maka langkah selanjutnya adalah

mengadakan reduksi data dengan menelaah, mempelajari, menyeleksi dan

memfokuskan hal-hal penting yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini.

2. Penyajian Data

“Penyajian data ini merupakan hasil dari penelitian yang telah

dilakukan. Penyajian data dilakukan karena data yang terkumpul demikian

banyak, sehingga akan menimbulkan kesulitan dalam menggambarkan detail

secara keseluruhan. Setelah data direduksi, maka penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya.”15

Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya dalam analisis data

adalah penyajian data dari data yang terkumpul dan bertumpuk-tumpuk akan

dideskripsikan secara tersusun untuk diambil sebuah kesimpulan.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan “kegiatan di akhir

penelitian kualitatif. Penelitian harus sampai pada kesimpulan dan melakukan

verifikasi, baik
dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subyek

tempat penelitian itu dilaksanakan.” 16

Setelah data yang terkumpul direduksi dan selanjutkan disajikan, maka

langkah yang terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan

atau verifikasi. Analisisnya menggunakan analisis model interaktif, artinya

analisis ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama

tersebut. Data yang terkumpul dari hasil pengamatan, wawancara, dan

pemanfaatan dokumen yang terkait dengan pelatihan dan sumber-sumber

belajar yang sedemikian banyak direduksi untuk dipilih mana yang paling

tepat untuk disajikan. Proses pemilihan data akan difokuskan pada data

yang mengarah untuk pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan, atau

untuk menjawab pertanyaan penelitian yang terkait dengan penggunaan

kitab kuning dalam penulisan skripsi bidang keislaman tahun akademik

2012.17

Anda mungkin juga menyukai