Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan pasien (Patient Safety) merupakan suatu variabel untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak
terhadap pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien merupakan prioritas dan isu
penting dan global dalam pelayanan kesehatan (Nursalam, 2011). Berbagai
upaya tercapainya keselamatan pasien juga didukung oleh beberapa komponen
yang dapat menentukan keberhasilan keselamatan pasien meliputi lingkungan
eksternal, kepemimpinan, budaya organisasi, praktik manajemen, struktur dan
sistem, tugas dan keterampilan individu terkait keselamatan pasien.
Lingkungan kerja, kebutuhan individu dan motivasi (Triwibowo, 2017).

Pengurangan risiko pasien jatuh merupakan salah satu sasaran Keselamatan


Pasien (SKP) yang wajib diupayakan oleh setiap rumah sakit. Hal ini penting
karena kejadian pasien jatuh yang masih cukup tinggi. Kejadian pasien jatuh
adalah Kejadian pasien jatuh merupakan salah satu indikator berjalannya
manajemne keselamatan pasien di rumah sakit (Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011)

The Commission Sentinel Event telah menerima 465 laporan pasien jatuh
dengan luka yang sebagian besar terjadi di rumah sakit, sedangkan pada tahun
2014 jumlah pasien jatuh pada golongan umur dewasa-tua mencapai 29 juta
dengan 7 juta diantaranya jatuh mengakibatkan luka. Perkiraan insiden jatuh
pada tahun 2030 akan mencapai angka 74 juta pasien dengan 12 juta
diantaranya jatuh mengakibatkan luka (CDC, 2016). Sekitar 1,3 –8,9 / 1000
pasien mengalami jatuh perhari dalam unit rehabilitasi dan neurologi
sedangkan dari 100/ 1000 pasien yang jatuh di Rumah Sakit Amerika Serikat
terdapat 30–50% jatuh dengan menghasilkan luka (Joint Committe
International, 2013), sedangkan di Indonesia didapatkan insidensi resiko jauth

1
2

lebih tinggi yaitu sekitar 1-2 / 100 orang. Data Angka Kejadian Klein jatuh di
RS Islam tahun 2016 sebanyak 0,05%, tahun 2017 sebanyak 0,05% dan tahun
2018 sebanyak 0,04%, hal ini menunjukan dari tahun ketahun masih terjadi
insiden klien jatuh di ruang perawatan (Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
RS Islam Banjarmasin tahun 2018)

Insiden pasien jatuh mempunyai dampak merugikan bagi pasien, salah satu
dampak yang merugikan adalah dampak cidera fisik yang mencakup luka lecet,
luka robek, luka memar, bahkan dalam beberapa kasus beratjatuh dapat
berakibat fraktur, perdarahan, dan cidera kepala. Tingginya kejadian pasien
jatuh tersebut menyebabkan kerugian bagi pihak rumah sakit dan pasien.
Adapun dampak yang ditimbulkan adalah cedera ringan bahkan bisa sampai
kematian, serta dapat memperpanjang lama perawatan (Length of Stay/LOS) di
rumah sakit sehingga biaya perawatan menjadi lebih besar (Supriyadi, 2017).

Pelaksanaan manajemen risiko jatuh pasien juga melibatkan keluarga atau


pendamping pasien, mengajak keluarga untuk terlibat dan berperan aktif dalam
pelaksanaan manajemen risiko jatuh pasien. Perawat juga dapat memberi tahu
risiko jatuh pada saat masuk rumah sakit, jelaskan program pencegahan dan
didik keluarga dalam mengenal dan memahami komunikasi visual risiko jatuh,
komukasikan bagaimana pasien dan anggota keluarga dapat membantu dalam
mencegah risiko jatuh (Budiono, 2013).

Hidayat (2012) menjelaskan bahwa salah satu peran penting perawat adalah
sebagai edukator. Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan
yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan. Agar berhasil dalam mendidik pasien dan
keluarga untuk pencegahan jatuh maka diperlukan kepatuhan perawat dalam
mendidik pasien dan keluarganya tentang pencegahan resiko jatuh pada pasien.
3

Penelitian Susiwi (2014) menemukan bahwa ada hubungan peran perawat


dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pencegahan dengan kejadian
keselamatan pasien dengan nilai p = 0,000. Hal ini didukung oleh penelitian
Lombogia (2016) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara perilaku
dengan kemampuan perawat dalam melaksanakan patient safety dengan nilai
p = 0,005.

Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat terhadap suatu tindakan, prosedur


atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati (Niven, 2012). Perubahan
sikap dan perilaku dimulai dari kepatuhan, identifikasi, kemudian internalisasi.
Kepatuhan perawat dalam mendidik pasien dan keluarga dalam pencegahan
pasien jatuh akan meningkatkan keselamatan pasien di ruang perawatan. Ada
banyak faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam mendidik pasien
dan keluarganya yaitu pendidikan, modifikasi faktor lingkungan dan sosial,
meningkatnya interaksi antar profesional kesehatan, pengetahuan, sikap, usia
dan pelatihan yang diikuti perawat (Niven, 2012) Faktor lain yang dapat
meningkatkan kepatuhan seseorang adalah adanya supervisi dari atasan.

Supervisi adalah kegiatan yang membimbing, mengerakkan, mengobservasi,


merencanakan dan mengevaluasi secara berkesinambungan dengan anggota
secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki
oleh anggota. Tujuan dilakukan supervisi yaitu untuk membantu perawat
pelaksanan dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan dengan baik, sehingga
perawat mampumembuat perubahan yang dibutuhkan demi mencapai tujuan
asuhan keperawatan yang optimal, maka perawat perlu jadwal kegiatan harian
itu sendiri. (Kurniadi, 2013).

Kepala ruang merupakan manajer tingkat bawah/ lini yang memegang peranan
cukup penting dan strategis dalam manajemen di unit perawatan rawat inap,
karena secara manajerial dituntut mampu menentukan keberhasilan pelayanan
keperawatan melalui fungsi manajemen pelayanan seperti pengarahan,
4

memotivasi, pengawasan dan supervisi (Kuswantoro, 2010). Supervisi


merupakan salah satu fungsi dari seorang pemimpin dalam usaha untuk
menjaga mutu pelayanan dan keselamatan pasien di area tugasnya. Diruang
rawat kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala ruangan. Kepala ruangan
sebagai orang yang diberikan tanggung jawab untuk mengelola pelayanan
disuatu ruang rawat mempunyai andil yang cukup besar untuk meningkatkan
kepatuhan perawat dalam melakukan identifikasi pasien melalui kegiatan
motivasi, komunikasi dan bimbingan (Ilyas, 2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan supervisi oleh kepala ruangan


adalah usia, pendidikan, kepemimpinan, pengalaman kerja (Aeni, 2016).
Pelaksanaan supervisi di Rumah Sakit pasti terdapat hambatan, hambatan
tersebut dapat berupa hambatan internal dan eksternal. Hambatan internal
dapat berupa motivasi yang kurang bahkan cenderung menurun, sedangkan
hambatan ekternal berupa beban kerja lain yang diemban di rumah sakit selain
sebagai supervisor (ada beban kerja ganda) serta apresiasi berupa honorium
yang dirasa masih kurang. Selain hambatan diatas, hambatan lain dalam
pelaksanaan supervisi berupa sumber daya manusianya (SDM) yang
dibutuhkan rumah sakit masih kurang memadai (Ana, 2010). Kegiatan
supervisi yang tidak dilakukan dengan baik akan berdampak bagi kinerja
perawat pelaksana, juga dapat menyebabkan kualitas pemberian layanan
kesehatan yang menurun atau tidak optimal sehingga dapat muncul
kecenderungan akan adanya kejadian yang tidak diharapkan.

Penelitian Fitrirachmawati (2015) menjelaskan bahwa fungsi supervisi kepala


ruangan mempunyai peran yang cukup bermakna untuk meningkatkan
kepatuhan perawat dalam melakukan identifikasi pasien sesuai dengan SOP.
Hal ini didukung oleh peneltian Saragih (2015) menjelaskan bahawa ada
hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat
pelaksana dalam pendokumentasian askep di ruang rawat inap Rumah Sakit
Umum Sari Mutiara Medan. Artinya bahwa dengan supervisi keperawatan
5

maka akan terjadi peningkatan kinerja yang pada awalnya dimulai dengan
kepatuhan dalam melaksanakan SOP pekerjaan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan
Juli 2018 didapatkan data Angka Kejadian Klien jatuh di RS Islam tahun 2015
sebanyak 2 orang, tahun 2016 sebanyak 2 orang dan tahun 2017 sebanyak 1
orang, hal ini menunjukan dari tahun ketahun masih terjadi insiden klien jatuh
di ruang perawatan. Peneliti juga melakukan wawancara kepada 10 orang
keluarga pasien, 8 orang menyatakan tidak mengetahui tentang upaya
pencegahan klein jatuh di ruang perawatan. Peneliti juga menanyakan tentang
apakah perawat telah menjelaskan tentang pncegahan klien jatuh, 7 orang
menyatakan tidak pernah dijelaskan oleh perawat dan sisanya menyatakan
sudah dijelaskan.

Peneliti juga menanyakan kepada 10 orang perawat tentang pendidikan klien


jatuh ternyata didapatkan bahwa 7 orang perawat menyatakan jarang mendidik
pasien dan keluarga tentang resiko jatuh. Dari 10 orang perawat juga
ditanyakan apakah kepala ruangan mengingatkan agar perawat memberikan
pendidikan kepada pasien dan keluarganya didapatkan 6 orang perawat
menyatakan kepala ruangan tidak pernah mengingatkan untuk mendidik pasien
dan keluarganya. Hasil observasi peneliti di ruang perawatan juga
mendapatkan bahwa kamar klien memiliki resiko klien jatuh seperti tempat
tidur yang tidak ada pengamannya dan lantai kamar mandi yang licin.

Kondisi ini apabila dibiarkan akan mengakibatkan tidak sampainya informasi


kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan resiko jatuh kepada pasien dan
keluarganya sehingga angka kejadian pasien jatuh dapat meningkat dan akan
memperburuk citra rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang
aman bagi pasien.
6

Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti “hubungan


supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat dalam mendidik pasien
dan keluarga tentang pencegahan resiko jatuh kepada di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin”

1.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada hubungan supervisi
kepala ruangan dengan kepatuhan perawat dalam mendidik pasien dan
keluarga tentang pencegahan resiko jatuh kepada di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin?

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan
perawat dalam mendidik pasien dan keluarga tentang pencegahan resiko
jatuh kepada di Rumah Sakit Islam Banjarmasin.
1.3.2 Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a. Mengidentifikasi supervisi kepala ruangan dalam pencegahan resiko
jatuh kepada pasien dan keluarga di Rumah Sakit Islam Banjarmasin
b. Mengidentifikasi kepatuhan perawat dalam mendidik pasien dan
keluarga tentang pencegahan resiko jatuh kepada di Rumah Sakit
Islam Banjarmasin.
c. Menganalisis hubungan supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan
perawat dalam mendidik pasien dan keluarga tentang pencegahan
resiko jatuh kepada di Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

1.4 Manfaat penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada berbagai pihak
meliputi :
1.4.1 Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
7

pengembangan penerapan Ilmu Manajemen keselamatan pasien di


rumah sakit.
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Perawat
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi perawat
tentang pentingnya memberikan mendidik pasien dan keluarga
dalam pencegahan pasien jatuh di rumah sakit.
1.4.2.2 Bagi Institusi pelayanan
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan gambaran
kepada rumah sakit agar selalu melakukan monitoring
penerapan pendidikan pasien dan keluarga tentang resiko jatuh
di rumah sakit.
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan gambaran penerapan manajemen patient safety di
rumah sakit oleh mahasiswa.
1.4.2.4 Bagi Peneliti lain
Memberikan gambaran dan bahan referensi untuk penelitian
lebih lanjut tentang manajemen keselamatan pasien di rumah
sakit.

1.5 Penelitian terkait


Penelitian sejenis yang dapat dijadikan bahan referensi adalah :
No Nama Judul Deskripsi Singkat Perbedaan
Peneliti dengan
penelitian ini
1. Arifianto Kepatuhan Variabel penelitian Variabel
(2017) perawat dalam ini adalah kepatuhan penelitian yaitu
menerapkan perawat dalam peran kepala
sasaran penerapan sasaran ruangan dan
keselamatan keselamatan pasien. kepatuhan
pasien pada Desain penelitian perawat. Desain
pengurangan adalah kualitatif, penelitian yaitu
resiko infeksi sampel penelitian cross sectional.
dengan APD adalah perawat. Sampel
Hasil penelitian penelitian yaitu
8

didapatkan bahwa perawat, teknik


kepatuhan perawat sapling yaitu
dalam penerapan stratified
sasaran keselamatan random
pasien termasuk sampling,
kategori tidak patuh instrumen
penelitian,
waktu dan
tempat
penelitian
2. Hutauruk, Pelaksanaan Variabel penelitian Variabel
Arini Clara Pencegahan ini adalah penelitian yaitu
(2017) Risiko Jatuh pelaksanaan peran kepala
yang dilakukan pencegahan resiko ruangan dan
Perawat di RS kejadian jatuh. kepatuhan
Unsu Desain penelitian perawat. Desain
dengan deskriptif penelitian yaitu
dengan Sampel cross sectional.
penelitian adalah Sampel
perawat berjumlah penelitian yaitu
68 orang. Hasil perawat, teknik
penelitian adalah sapling yaitu
hampir semua stratified
perawat rawat inap random
di Rumah Sakit sampling,
Universitas instrumen
Sumatera Utara penelitian,
melaksanakan waktu dan
pencegahan risiko tempat
jatuh yaitu 98,5% penelitian
perawat
melaksanakan
pencegahan risiko
jatuh.
3. Pratiwi, Eka Hubungan Variabel penelitian Variabel
Desi (2015) supervisi kepala ini adalah supervisi penelitian yaitu
ruangan dengan kepala ruangan dan peran kepala
penerapan penerapan ruangan dan
keselamatan keselamatan pasien. kepatuhan
pasien di ruang Desain penelitian perawat.
rawat inap dengan Sampel
menggunakan penelitian yaitu
desain deskripstif perawat, teknik
dengan pendekatan sapling yaitu
cross sectional stratified
dengan Sampel random
9

penelitian adalah sampling,


perawat berjumlah instrumen
32 orang. Hasil penelitian,
penelitian adalah ada waktu dan
hubungan signifikan tempat
antara supervisi penelitian
kepala ruangan
dengan penerapan
keselamatan pasien
di ruang rawat inap
4 Raodhah, Hubungan peran Variabel penelitian Variabel
Sitti (2017) kepala ruangan ini adalah peran penelitian yaitu
dengan kinerja kepala ruangan dan peran kepala
perawat di ruang kinerja perawat. ruangan dan
rawat inap Desain penelitian kepatuhan
RSUD Syekh dengan perawat.
Yusuf menggunakan Sampel
Kabupaten pendekatan cross penelitian yaitu
Gowa sectional dengan perawat, teknik
Sampel penelitian sapling yaitu
adalah 84 responden stratified
perawat. Hasil random
penelitian adalah sampling,
kinerja perawat di instrumen
ruang rawat inap penelitian,
RSUD Syekh Yusuf waktu dan
Kabupaten Gowa tempat
dipengaruhi oleh penelitian
peran kepala
ruangan. Sehingga
kepala ruangan
perlu meningkatkan
dan
mempertahankan
perannya sebagai
kepala ruangan agar
pelaksanaan
keperawatan tetap
terlaksana dengan
baik sesuai dengan
standar asuahan
keperawatan

Anda mungkin juga menyukai