Anda di halaman 1dari 99

Matriks Maturitas

Sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


©2018 The World Bank
International Bank for Reconstruction and Development
The World Bank Group
1818 H Street NW, Washington, DC 20433 USA
April 2018

SANGKALAN
Laporan ini merupakan hasil kerja dari staf Bank Dunia dengan kontribusi
eksternal. Temuan, interpretasi, dan kesimpulan yang ada di dalamnya
tidak berarti mencerminkan pandangan Bank Dunia, Direktur Eksekutif atau
pemerintahan yang mereka wakili. Bank Dunia tidak menjamin keakuratan data
yang dimuat dalam Laporan ini. Batas-batas negara, warna, denominasi, dan
informasi-informasi lain yang diperlihatkan dalam peta-peta di Laporan ini tidak
menyatakan penilaian apa pun dari Bank Dunia mengenai status hukum dari
wilayah tersebut maupun dukungan atau penerimaan atas batas-batas tersebut.
Laporan ini tidak mengandung apapun yang akan merupakan atau dianggap
menjadi batasan atas atau pengabaian hak-hak istimewa dan kekebalan dari
Bank Dunia, yang semuanya disediakan secara khusus. Laporan ini mencerminkan
informasi yang tersedia hingga 30 November 2017.

HAK DAN IJIN


Materi di dalam laporan ini dilindungi undang-undang. Karena Bank Dunia
mendukung diseminasi pengetahuan, laporan ini dapat diperbanyak, penuh
atau sebagian, untuk tujuan non komersial selama atribusi penuh atas laporan
ini disebutkan. Setiap pertanyaan tentang hak dan lisensi, termasuk hak anak
perusahaan, harus ditujukan kepada World Bank Publications, The World
Bank Group, 1818 H Street NW, Washington, DC 20433, USA; e-mail: pubrights@
worldbank.org..

Cover Photo: Dam Operational Improvement and Safety Project (DOISP),


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

ABOUT THE WATER GLOBAL PRACTICE


Launched in 2014, the World Bank Group’s Water Global Practice brings
together financing, knowledge and implementation in one platform.
By combining the Bank’s global knowledge with country investments,
this model generates more firepower for transformational solutions to
help countries grow sustainably.

Please visit us at www.worldbank.org/water or follow us on Twitter


at @WorldBankWater.
Matriks Maturitas
Sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia
iv

Kata Pengantar
Indonesia memiliki struktur, pemantauan dan pemeliharaan, serta
lebih dari 200 kesiapsiagaan tindak darurat. Dalam hal ini, peranan
bendungan, dengan Unit Pengelola Bendungan (UPB) sangat penting untuk
192 bendungan di dapat menjalankan dan menghasilkan pengelolaan
bawah kepemilikan bendungan yang baik.
Kementerian
Pekerjaan Umum Kementerian PUPR bekerjasama dengan Bank
dan Perumahan Dunia telah memperkenalkan Matriks Maturitas
Rakyat. Bendungan (Maturity Matrices) sebagai alat untuk mengukur
ini masing-masing dan mengevaluasi pelaksanaan program-program
memiliki fungsi single keamanan bendungan secara mandiri melalui Unit
purpose maupun Pengelola Bendungan. Sepuluh komponen yang
multi purpose, menjadi alat ukur dari Matriks Maturitas membantu
mulai dari irigasi, UPB dalam menyusun perencanaan program,
air baku, PLTA dan mengidentifikasi kegiatan, menetapkan kebutuhan
pengendalian banjir. sumber daya, serta kegiatan pemeliharaan/ perbaikan
Di samping itu fisik bendungan berdasarkan tingkat kematangan
terdapat juga bendungan-bendungan milik BUMN yang ingin dicapai dalam mengelola bendungan oleh
atau swasta sejumlah 32 bendungan seperti PT. PLN Unit Pengelola Bendungan.
(Persero), PT. Pembangkit Jawa Bali (PJB), BP Batam, PT.
Indonesia Power, dan sebagainya. Seiring dengan pelaksanaan program Dam Operational
Improvement and Safety Project (DOISP) Phase II
Balai Wilayah Sungai (BWS) dan Balai Besar Wilayah yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan
Sungai (BBWS) melaksanakan tugas pengelolaan fungsi bendungan dalam penyediaan air baku yang
sumber daya air yang meliputi pembangunan, umumnya dimiliki oleh Kementerian PUPR, maka
operasi dan pemeliharaan prasarana sumber daya Direktorat Jenderal SDA menghimbau para pengelola
air, di mana dengan banyaknya jumlah bendungan bendungan untuk dapat secara mandiri mengukur
yang dikelola tentu tidak terlepas dari manajemen keamanan bendungan serta menyusun program-
yang baik, terutama pada aspek keamanan dan program perbaikan atau rehabilitasi bendungan secara
fungsinya. Hal ini sejalan dengan Pasal 2 Peraturan komprehensif dengan menggunakan Matriks Maturitas
Menteri No. 27/PRT/M/2015 mengenai pengelolaan demi terwujudnya pengelolaan bendungan yang
dan jaminan keamanan bendungan, yang didasarkan berkelanjutan di Indonesia.
pada konsepsi keamanan bendungan, yaitu keamanan

Jakarta, November 2018

Dr. Ir. Hari Suprayogi, M. Eng.


Direktur Jenderal Sumber Day Air
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


v

Kata Pengantar
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Bank Dunia memiliki sejarah panjang mendukung
Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam Pemerintah Indonesia dalam upaya mereka untuk
hal menjaga ketahanan air. Pengambilan air semakin meningkatkan keamanan bendungan. Pengembangan
meningkat dibandingkan dengan pasokan yang Matriks Maturitas bersama dengan Kementerian
tersedia, ditambah dengan kondisi geografis serta Pekerjaan Umum dan Perumahan (Kemen PUPR)
terbatasnya tampungan air (waduk), diperkirakan merupakan kontribusi penting bagi upaya-upaya
akan menyebabkan semakin tingginya water yang sedang berlangsung. Matriks Maturitas
stress pada 2040. Bagian dari strategi Pemerintah merupakan bagian penting dari dukungan tersebut.
untuk mengatasi tantangan ini termasuk investasi Matriks Maturitas memberikan metode objektif
pengembangan bendungan untuk meningkatkan untuk menilai efektivitas operasi, pemeliharaan,
kapasitas tampungan dan meningkatkan keamanan di pengawasan, dan program kesiapsiagaan tindak
nexus air, pangan, dan energi. Ini merupakan bagian darurat. Matriks Maturitas dikembangkan melalui
dari strategi yang lebih luas untuk meningkatkan proses konsultatif partisipatif dan tertanam dalam
kemakmuran dan mengurangi kemiskinan dengan kerangka hukum dan kelembagaan untuk keamanan
menyediakan air untuk tujuan produktif. bendungan di Indonesia. Selain menyediakan
alat untuk membantu penilaian sendiri terhadap
Jaminan keamanan bendungan dan masyarakat program keamanan bendungan, Matriks Maturitas
hilir semakin penting. Tantangan pertumbuhan membantu mengidentifikasi dan mengkomunikasikan
penduduk yang cepat dan urbanisasi, ditambah komponen dan kegiatan dalam program keamanan
dengan meningkatnya variabilitas iklim dan intensitas bendungan, serta menginformasikan alokasi sumber
curah hujan, serta prasarana yang menua semuanya daya dan prioritas mereka. Ini akan memberikan
berkontribusi pada meningkatnya ancaman- sebuah alat penting untuk mendukung implementasi
ancaman terkait ketersediaan air. Kaum termiskin Dam Operational and Improvement Safety Program
menanggung beban terberat. Itu karena mereka (DOISP) Tahap II dalam memperkuat lembaga-
biasanya yang paling rentan terhadap dampak lembaga keamanan bendungan nasional, memulihkan
kekeringan, banjir, dan tanah longsor; dan mengejar fungsi, kinerja operasional, dan produktivitas
mata pencaharian yang sangat tergantung pada ekonomi bendungan besar di seluruh Indonesia.
sektor-sektor yang peka terhadap perubahan iklim.
Bank Dunia menyampaikan penghargaan kepada
Sebagai tanggapan atas faktor-faktor tersebut, Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian
Bank Dunia mendukung sejumlah inisiatif yang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan para
bertujuan membantu negara-negara mitra pemangku kepentingan terkait yang telah berkontribusi
untuk mengatasi ancaman-ancaman ini dan secara aktif terhadap pengembangan Matriks Maturitas.
meningkatkan operasional secara keseluruhan, Kami berharap bahwa alat ini akan digunakan oleh
pemeliharaan dan pengelolaan prasarana keairan. operator dan manajer bendungan di bawah Kemen
PUPR, serta diperluas untuk diterapkan di sektor swasta
sebagai upaya bersama untuk menerapkan prinsip-
prinsip keamanan bendungan dan meningkatkan
proses perbaikan yang berkesinambungan.

Jennifer J. Sara
Senior Director
Global Practice, Water

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


vi

Sambutan
Pengembangan Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Joanne Tingey-Holyoak (Senior Lecturer and Researcher)
Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia dari University of South Australia sebagai bagian
ini merupakan bagian dari program dukungan World dari Penilaian Global terhadap Kerangka Hukum dan
Bank yang lebih luas pada sektor sumber daya air Kelembagaan untuk Keamanan Bendungan.
dan irigasi di Indonesia. Tim World Bank dan para
konsultan sangat berterima kasih atas kontribusi Tim sangat berterima kasih atas segala saran yang
dan masukan dari pihak-pihak yang terlibat dari diberikan oleh para pengamat pada Program Indonesian
Kementerian Keuangan, Kementerian Perencanaan Water Resources Sector Support: Satoru Ueda (Lead Dam
Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan Kementerian Safety Specialist), William Rex (Lead Water Resources
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Terlepas dari Specialist), Ximing Zhang (Senior Dam Safety Specialist),
penghargaan atas kontribusi tersebut, segala temuan, dan Paula Freitas (Senior Water Resources Specialist).
interpretasi dan kesimpulan yang disampaikan dalam
laporan ini tidak selalu mewakili pandangan individu Keberhasilan pengembangan dan penerapan Matriks
atau organisasi mereka. Maturitas sebagai Tolok Ukur Keamanan Bendungan
dapat dicapai berkat kepemimpinan dan bimbingan dari
Tim World Bank dipimpin oleh Marcus Wishart (Senior Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Water Resources Specialistand/Task Team Leader) melalui Panel Juri Kompetisi Keamanan Bendungan
dan terdiri dari Martin Albrecht (Water and Sanitation Nasional yang beranggotakan: Ir. Widagdo, Agus
Specialist), Agus Jatiwiryono (Dam Specialist), Ilham Jatiwiryono (Ahli Bendungan dan Keamanan Bendungan),
Abla (Irrigation Specialist), dan Nina Herawati Ir. Hartanto, Ir. Ruchyat Kustomi, Ir. Abdul Hanan Akhmad,
(Program Assistant). Pekerjaan ini terlaksana di bawah Ir. Joko Mulyono, serta partisipasi dan komitmen dari
kepemimpinan Sudipto Sarkar (Practice Manager) dari para pejabat dan staf Balai-balai yang berpartisipasi:
World Bank dengan panduan berharga dari Rodrigo BBWS Bengawan Solo, BBWS Brantas, BBWS Ciliwung-
Chaves (Country Director for Indonesia). Cisadane, BBWS Cimanuk-Cisanggarung, BBWS Citarum,
BBWS Mesuji-Sekampung, BBWS Pemali-Juana, BBWS
Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Pompengan-Jeneberang, BBWS Serayu Opak, BWS Bali-
Keamanan Bendungan di Indonesia ini dikembangkan Penida, BWS Kalimantan-III, BWS Nusa Tenggara-I, BWS
berdasarkan pekerjaan yang disusun Damwatch Nusa Tenggara-II, BWS Sumatera-I, dan BWS Sumatra-IV.
Engineering Ltd of New Zealand di bawah kepemimpinan
Peter Amos (Managing Director and Principal Engineer), Pekerjaan ini memperoleh dukungan finansial dari
Nigel Connell (Water Resource Engineer), dan Viculp Pemerintah Australia melalui Department of Foreign
Lal (Senior Structural Engineer) dengan bimbingan dan Affairs and Trade serta Indonesia Infrastructure
tinjauan oleh Murray Gillon (Principal Consultant) dan Support Trust Fund (INIS TF). Segala pandangan yang
Neil Blaikie (private consultant). Karya sebelumnya dari diungkapkan dalam publikasi ini merupakan pandangan
Center for Energy Advancement through Technological penulis dan bukan merupakan pandangan Pemerintah
Innovation (CEATI) International yang mendasari konsep Australia atau World Bank.
matriks maturitas sangat dihargai.
Laporan ini diterjemahkan oleh Sony Novian, Agus
Penelitian terhadap kerangka hukum keamanan Jatiwiryono, Ilham Abla, Ruby Mangunsong, Tarasinta
bendungan Indonesia dilakukan oleh John Pisaniello Perwitasari, dengan tata letak dan desain oleh Indra
(Associate Research Professor of Engineering Law) dan Irnawan.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


vii

Ringkasan Eksekutif
Indonesia memiliki portofolio bendungan besar Matriks Maturitas disusun bagi para pemilik
yang sangat luas dan berkembang, dan tersebar di bendungan untuk menilai efektivitas program
seluruh wilayah nusantara. Infrastruktur ini sangat keamanan bendungan terhadap standar dan pedoman
penting dalam mendukung visi pemerintah mengenai negara, atau, praktik terbaik di industri yang dianggap
keterkaitan air, pangan, dan energi serta berkontribusi paling tepat. Manfaat utama penggunaan Matriks
untuk mengukur kesejahteraan ekonomi dan Maturitas terkait keamanan bendungan merupakan
pengurangan kemiskinan melalui penyimpanan air perbaikan pemahaman efektivitas atau maturitas
untuk tujuan-tujuan produktif. program keamanan bendungan di seluruh kisaran
kegiatan keamanan bendungan. Pemahaman kinerja
Penyusunan Matriks Maturitas yang merupakan Tolok di berbagai kisaran matriks keamanan bendungan
Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia memungkinkan para pemilik dan operator bendungan
ini ditujukan untuk memberi metode penilaian memantau kinerjanya sepanjang waktu, serta
efektivitas operasional, pemeliharaan, pengawasan memungkinkan badan regulasi nasional untuk menilai
dan program kesiapsiagaan darurat yang diterapkan kinerja berbagai operator dan pemilik bendungan.
oleh otoritas bendungan.
Matriks Maturitas juga menyediakan alat yang
Matriks Maturitas dapat dimanfaatkan untuk berbagai berguna untuk mengkomunikasikan keefektifan
fungsi dengan kisaran yang luas dan ditujukan untuk program keamanan bendungan kepada khalayak
digunakan sebagai alat atau tool guna membantu lebih luas. Sebagai bagian dari inisiatif perbaikan
mengidentifikasi dan memilih prioritas perbaikan berkelanjutan, matriks memungkinkan untuk
dalam program keamanan bendungan, seiring mengidentifikasi dan memprioritaskan bidang-
waktu membandingkan kinerja program keamanan bidang yang masih membutuhkan perbaikan guna
bendungan, dan membandingkan efektivitas mendorong target investasi dan penyediaan sumber
berbagai program pada beberapa unit pengelola daya. Hal ini juga dapat diterapkan sepanjang waktu
bendungan, serta menetapkan prioritas sumber daya atau pada seluruh portofolio guna mengidentifikasi
untuk operasional, pemeliharaan dan peningkatan permasalahan sistemik dan target intervensi serta
keamanan bendungan. perbaikan yang sesuai.

Matriks Maturitas merupakan alat yang mumpuni Matriks Maturitas yang dikembangkan di sini telah
untuk mengevaluasi seberapa baik kinerja suatu disusun dengan mempertimbangkan konteks
proses atau program. Secara tipikal didasari oleh Indonesia. Landasan ini disediakan oleh kerangka
sistem yang digunakan untuk menunjukkan keadaan hukum dan regulasi nasional dengan elemen khusus
praktik dalam suatu organisasi dalam melaksanakan yang diidentifikasi dan lebih lanjut dikembangkan
kegiatan. Matriks menunjukkan maturitas yang melalui serangkaian lokakarya dan konsultasi dengan
berkelanjutan mulai dari tingkat dasar atau tingkat tenaga ahli. Matriks Maturitas difokuskan pada
dasar praktik melalui berbagai tahapan menuju operasional Unit Pengelolaan Bendungan dalam Balai,
tingkat lanjutan, ahli atau praktik terbaik. atau organisasi Wilayah Sungai (WS), serta bersasaran
pada standar dan pedoman keamanan bendungan
di Indonesia, atau praktik terbaik di industri yang
dianggap paling tepat di dalam negeri.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


viii

Daftar Singkatan
BBWS Balai Besar Wilayah Sungai

BSN Badan Standarisasi Nasional

BWS Balai Wilayah Sungai

Ditjen SDA Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

UPB Unit Pengelola Bendungan

DOISP Dam Operational Improvement and Safety Project

KKB Komisi Keamanan Bendungan

UKB Unit Keamanan Bendungan

RTD Rencana Tindak Darurat

FEMA Federal Emergency Management Agency (Badan Pengelola Keadaan Darurat Federal)

Ha Hektare

ICOLD International Committee on Large Dam (Komite Internasional untuk Bendungan Besar)

KNI-BB: Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar - KNI-BB

KTI Krakatau Tirta Industri

Kemen PUPR Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

MW Mega Watt

PFMA Potential Failure Modes Analysis

PJT Perusahaan Umum Jasa Tirta

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


ix

Daftar Isi
Kata Pengantar iv
Sambutan vi
Ringkasan Eksekutif vii
Daftar Singkatan viii

1.0 PENDAHULUAN 1
Portofolio Bendungan dan Tren 2
Pengelolaan Keamanan Bendungan 5
Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Keamanan Bendungan 6

2.0 KERANGKA KELEMBAGAAN UNTUK JAMINAN KEAMANAN BENDUNGAN 7


Pengawasan Pemerintah dan Regulator 8

3.0 KERANGKA HUKUM JAMINAN KEAMANAN BENDUNGAN 13

4.0 PENGEMBANGAN MATRIKS MATURITAS UNTUK KEAMANAN 19


BENDUNGAN DI INDONESIA
Prinsip dan Proses 20
Tingkat Maturitas dan Pembeda 22
Matriks Komponen 24
Hubungan antara Matriks Utama dan Matriks Komponen 26

5.0 PENERAPAN MATRIKS MATURITAS DI INDONESIA 27


Metode Evaluasi 28
Langkah-langkah Prosedur 29
Lembar Kerja Penilaian (Scoring Workbook) 31
Persiapan dan Partisipasi dalam Lokakarya 32

6.0 PENERAPAN HASIL UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN BENDUNGAN 33

7.0 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 37

LAMPIRAN 41

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


x

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


1

1.0
Pendahuluan

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


2

Portofolio Bendungan dan Tren

Indonesia memiliki riwayat panjang dalam Terdapat pula 30 bendungan terdaftar yang dimiliki
pengembangan bendungan, dengan jaringan luas oleh berbagai perusahaan. Termasuk di antaranya
meliputi lebih dari 2.200 bendungan. Dari jumlah adalah 18 bendungan PLTA dengan fungsi tunggal
tersebut, 213 bendungan diklasifikasikan sebagai yang memiliki total kapasitas waduk 5,5 miliar meter
bendungan besar, sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan kubik dan kapasitas terpasang sebesar 5.545 MW. Tujuh
Umum dan Perumahan Rakyat No. 27/PRT/M/2015. bendungan di antaranya dimiliki dan dikelola swasta (3
Terdapat 164 bendungan yang tercatat sebagai
bendungan fungsi tunggal (single purpose) dan 49 Jumlah dan Tujuan Bendungan Besar di
bendungan lainnya tercatat sebagai bendungan Tabel 1
Indonesia
serbaguna (multi-purpose) (Tabel 1). Mayoritas
bendungan tersebut (183 bendungan hingga tahun Kegunaan Bendungan Number
2016) dikelola oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Irigasi + Pasokan Air Baku 23
Perumahan Rakyat dan dimanfaatkan terutama untuk Serba Irigasi + PLTA 13
penyediaan air baku bagi irigasi. Dengan ketiadaan guna Irigasi + PLTA + Pasokan Air Baku 13
biaya layanan air di berbagai sektor, termasuk irigasi, PLTA + Pasokan Air Baku 0
pendapatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Hanya Irigasi 110
dan pasokan air rumah tangga dan industri menjadi Hanya PLTA 18
Tujuan
sumber pendapatan penting untuk membiayai Tunggal Hanya Pasokan Air Baku 6
pengeluaran terkait operasi dan pemeliharaan (O&P)
Tailing atau lainnya 30
aset-aset negara. Selain irigasi, PLTA dan air baku,
Serba Total Irigasi 159
banyak bendungan yang juga dimanfaatkan untuk guna +
Total PLTA 43
pengendalian banjir bagi masyarakat dan aset-aset Tujuan
hilir melalui pengendalian aliran. Tunggal Total Pasokan Air 41

Bendungan di Indonesia menurut tahun selesainya Gambar 1

Jumlah Bendungan
16

14

SUMATERA JAWA KALIMANTAN BALI NTB NTT SULAWESI MALUKU MALUKU UTARA

12

10

0
1911 1921 1931 1941 1952 1962 1972 1982 1992 2002 2012 2022
Tahun Pembangunan

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


3

bendungan dikelola oleh BP Asahan dan 4 bendungan


dikelola oleh Vale) sementara 11 bendungan lainnya Pembangunan bendungan di Indonesia terkait dengan
dikelola oleh perusahaan listrik negara. Sementara keadaan geografis (Tabel 2). Lebih dari 40 persen
25 fasilitas PLTA lainnya terpasang pada fasilitas bendungan di Indonesia berlokasi di pulau Jawa,
serbaguna sehingga 43 bendungan tersebut secara meliputi hampir 60 persen populasi, yang sebagian
total digunakan untuk pembangkitan listrik tenaga air. besar digunakan untuk mendukung irigasi lahan
Terdapat 7 bendungan untuk penyediaan air baku (1 pertanian seluas 750.000 hektar, atau 11 persen dari
bendungan dikelola oleh BBWS, 5 bendungan dikelola total wilayah irigasi nasional. Portofolio ini meliputi
oleh BP Batam dan 1 bendungan oleh Krakatau Tirta 70 bendungan besar yang memberikan volume
Industri), dilengkapi dengan 35 bendungan serbaguna penyimpanan air terbesar di pulau Jawa. Dengan
lainnya yang dikembangkan selain untuk irigasi namun beberapa bendungan yang dibangun di zaman
juga sebagai penyediaan air baku untuk rumah tangga. kolonial sebelum kemerdekaan Indonesia tahun 1945,
bendungan-bendungan di Jawa merupakan bendungan
tertua di negara ini.
Mayoritas bendungan yang dimiliki dan dioperasikan
oleh Kemen PUPR berusia lebih dari 20 tahun (70 Guna mewujudkan visi yang lebih luas untuk
persen), di mana sekitar 20 persen di antaranya ketahanan air, ketahanan pangan dan ketahanan
dibangun sebelum masa kemerdekaan tahun 1945. energi, pemerintah memprakarsai suatu program
Pernah terjadi periode dengan investasi sangat rendah pembangunan bendungan baru yang cukup ambisius
untuk bendungan, mulai dari masa kemerdekaan hingga antara tahun 2014 hingga 2019. Program ini meliputi
berakhirnya pergolakan politik pada 1970-an. Sejak era pembangunan 65 bendungan baru, sebagian besar
1980-an, diikuti dengan pembangunan pesat selama berlokasi di pulau Jawa (24), diikuti oleh Sumatera (11),
tiga dekade berikutnya, lebih dari 70 bendungan telah Sulawesi (9), Nusa Tenggara Timur (7), Kalimantan (5),
terbangun sampai dengan tahun 1990-an. Periode 1990- Nusa Tenggara Barat (4), Bali (3) dan Maluku (1) serta
an ini menunjukkan upaya berlipat ganda dibandingkan Papua (1) (Gambar 2). Estimasi total biaya keseluruhan
dekade sebelum dan sesudahnya, serta meliputi lebih adalah lebih dari 70 triliun Rupiah (sekitar 5 miliar
dari setengah portofolio bendungan yang ada saat ini. dollar AS), dengan total volume tampungan sebesar
Periode 30 tahun tersebut menunjukkan peningkatan 6,5 miliar meter kubik dan diperkirakan dapat
jumlah bendungan dua kali lipat dibandingkan melayani 460.382 Ha lahan irigasi.
pembangunan bendungan selama 7 dekade
sebelumnya (Gambar 1).

Bendungan-bendungan di Indonesia Tabel 2

MANFAAT
JUMLAH BENDUNGAN TERDAFTAR TOTAL VOLUME
PULAU Irigasi PLTA Pasokan
Total Besar Kecil (103 m3) (ha) (mw) (m3/sec)
Sumatera 20 20 0 2,865,254 118,467 988 7.97
Java 91 70 21 8,631,765 726,049 4,609 51.94
Kalimantan 9 7 2 1,225,713 5,304 0.4 1.78
Bali 5 5 0 27,158 5,230 1.5 0.53
Nusa Tenggara Barat 62 51 11 270,149 51,229 0.5 0.47
Nusa Tenggara Timur 15 9 6 33,525 4,926 - -
Sulawesi 9 9 0 506,055 36,384 515 2.50
Maluku 1 1 0 275 - - -
Maluku Utara 1 1 0 - - - -
TOTAL 213 173 40 13,559,895 947,589 6,115 65.20

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


4

Sebaran Bendungan Eksisting dan Rencana di Indonesia Gambar 2

MANFAAT Biaya
JUMLAH Vol
Irigasi Air Baku PLTA Triliun
BENDUNGAN (103 m³)
Ha m3/sec MW RP MANFAAT Biaya
JUMLAH Vol
20 2,850,000 118,467 988 7.97 - Irigasi Air Baku PLTA Triliun
BENDUNGAN (103 m³)
11 985,000 88,002 9.59 108.34 11 Ha m3/sec MW RP
9 506,055 36,384 515 2.5 -
9 1,380,620 75,217 9.20 35.68 10
MANFAAT Biaya
JUMLAH Vol
Irigasi Air Baku PLTA Triliun
BENDUNGAN (103 m³) MANFAAT Biaya
Ha m3/sec MW RP JUMLAH Vol
Irigasi Air Baku PLTA Triliun
9 1,225,713 5,303 0.40 1.78 - BENDUNGAN (103 m³)
Ha m3/sec MW RP
5 916,570 33,472 13.30 22.35 8.5
2 275 - - - -
1 15,000 2,900 1.04 3.20 1.6

Sumatera
Kalimantan Maluku
Sulawesi
Papua

Jawa
Bali NTB NTT

MANFAAT Biaya MANFAAT Biaya


JUMLAH Vol JUMLAH Vol
Irigasi Air Baku PLTA Triliun Irigasi Air Baku PLTA Triliun
BENDUNGAN (103 m³) BENDUNGAN (103 m³)
Ha m3/sec MW RP Ha m3/sec MW RP
91 8,600,000 726,048 4,609 51.94 - 0 - - - - -
24 2,674,370 222,841 24.93 154.96 26 1 200,000 - - 50.00 4.7

MANFAAT Biaya MANFAAT Biaya


JUMLAH Vol JUMLAH Vol
Irigasi Air Baku PLTA Triliun Irigasi Air Baku PLTA Triliun
BENDUNGAN (103 m³) BENDUNGAN (103 m³)
Ha m3/sec MW RP Ha m3/sec MW RP
5 27,158 5,230 1.5 0.53 - 62 270,148 51,229 0.48 0.47 -
3 29,600 7,586 3.74 3.86 2 4 99,920 12,134 0.75 10.30 2

MANFAAT Biaya
JUMLAH Vol
Irigasi Air Baku PLTA Triliun
BENDUNGAN (103 m³)
Ha m3/sec MW RP
62 270,148 51,229 0.48 0.47 -
4 99,920 12,134 0.75 10.30 2

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


5

Pengelolaan Keamanan Bendungan

Pengelolaan dan jaminan keamanan bendungan luar biasa. Dalam keadaan darurat atau situasi luar biasa,
di Indonesia merupakan tanggung jawab pemilik operasi bendungan beserta waduk diprioritaskan untuk
bendungan. Hal ini sesuai dengan Pasal 77 Peraturan tujuan keamanan bendungan dan lingkungan.
Menteri No.27/ PRT/M/2015 dan berdasarkan 3 prinsip
dasar berikut: Pemeliharaan bendungan, beserta waduk, terdiri dari:
1. Keamanan struktur; 1. pemeliharaan pencegahan yang bertujuan untuk
2. Pemantauan dan pemeliharaan; dan, mencegah kerusakan dan penurunan kualitas
3. Kesiapsiagaan tindak darurat konstruksi bendungan serta bangunan pelengkapnya
serta untuk memperpanjang siklus usia gunanya;
Pendekatan ini sesuai dengan praktik internasional. 2. pemeliharaan khusus yang meliputi pekerjaan
Keamanan struktur pada awalnya diterapkan pada perbaikan, retrofit atau modifikasi serta
desain bendungan. Keamanan bendungan operasional rehabilitasi berdasarkan kebutuhan spesifik di
membutuhkan pengawasan program melalui luar pemeliharaan terjadwal, yang bertujuan
pemeriksaan dan evaluasi terhadap keamanan yang ada, memperbaiki segala kerusakan akibat penurunan
serta persiapan jika terjadi keadaan darurat (Gambar 3). kekuatan, pasca bencana banjir, gempa bumi,
kerusakan peralatan kontrol, serta kerusakan-
Operasi bendungan, beserta waduk, terdiri dari: kerusakan lainnya (struktural, hidrolik, rembesan,
1. pengoperasian bendungan yang ditujukan untuk operasi, dll,), akibat vandalisme, dll;
mengoptimalkan pemanfaatan air dan sumber 3. pemeliharaan waduk juga dilaksanakan sesuai
daya air serta menjaga keamanan bendungan; peraturan dan bertujuan untuk mempertahankan
2. pemeliharaan bendungan; dan fungsi waduk sesuai umurnya, kuantitas dan
3. pemantauan kondisi bendungan. kualitas air dalam waduk serta untuk menjaga
keamanan bendungan.
Operasi bendungan dilakukan dengan mengendalikan
debit air untuk memenuhi kebutuhan para pengguna Pemantauan bendungan dilakukan dengan tujuan
hilir, termasuk lingkungan, sedang operasi dalam situasi mengidentifikasi gejala permasalahan yang terjadi
banjir, guna mengendalikan tinggi muka air pada waduk pada bendungan guna memungkinkan tindakan
dan pengendalian banjir untuk mitigasi banjir di hilir, serta penanggulangan dini oleh Unit Pengelola Bendungan
langkah-langkah untuk secara cepat menurunkan tinggi (UPB) secara cepat dan tepat. Unit Pengelola Bendungan
muka air waduk selama keadaan darurat atau situasi harus memberikan laporan berkala meliputi informasi
kondisi bendungan serta waduk kepada lembaga terkait.
Konsepsi Keamanan Bendungan di Indonesia Gambar 3
Kesiapsiagaan darurat merupakan pilar ketiga dalam
konsepsi keamanan bendungan. Keamanan bendungan
KEAMANAN BENDUNGAN bersifat unik karena menunjukkan karakteristik situasi
ekstrim dari kejadian dengan probabilitas rendah namun
membawa konsekuensi besar atau bahaya. Mengingat
kepadatan penduduk di berbagai wilayah, ketentuan
peraturan perundang-undangan mengamanatkan
Keamanan Kesiapsiagaan
Pemantauan tersedianya perangkat operasional untuk mengurangi
Struktur Tindak
Pemeliharaan Darurat
kemungkinan keruntuhan bendungan serta mengelola
potensi dampak yang berhubungan dengan keruntuhan
Di dukung bendungan tersebut. Selama tahap persiapan, perlu
Desain dan Dilengkapi
konstruksi
pemeriksaan
rutin, berkala, rencana dilakukan konsultasi kepada masyarakat di hilir yang
layak luar biasa, tindak
teknis khusus, darurat berpotensi terkena dampak keruntuhan bendungan,
perbaikan dan
rehabilitasi dan otoritas berwenang di tingkat daerah dan provinsi
yang bertanggung jawab atas peringatan dini, bantuan
Memperkecil resiko Penanganan resiko tersisa evakuasi dan penanganan setelah banjir.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


6

Matriks Maturitas sebagai Tolok


Ukur Keamanan Bendungan
Matriks Maturitas didasarkan pada sistem yang Matriks Maturitas untuk menilai efektivitas program
digunakan untuk menunjukkan kinerja suatu keamanan bendungan ini telah digunakan oleh
organisasi dalam melaksanakan kegiatan. Matriks ini para pemilik bendungan pembangkit listrik tenaga
menunjukkan kemajuan maturitas dari tingkat dasar air di Amerika Utara dan Eropa. Hal ini tidak
atau praktik dasar melalui beberapa tahap hingga secara langsung berlaku pada untuk konteks
mencapai tingkat yang sangat maju, ahli atau praktik Indonesia, mengingat perbedaan pendekatan
industri terbaik. dalam pengelolaan keamanan bendungan. Matriks
yang dikembangkan disini sangat berbeda secara
Matriks Maturitas merupakan alat yang ampuh untuk signifikan, difokuskan pada operasional Unit
mengevaluasi tingkat keberhasilan suatu proses atau Pengelola Bendungan dan ditargetkan untuk menjadi
program yang telah disusun dengan baik. Matriks standar dan pedoman pengelolaan keamanan
Maturitas disusun bagi para pemilik bendungan bendungan di Indonesia, atau praktik terbaik industri
untuk mengevaluasi efektivitas program keamanan yang dianggap paling sesuai di Indonesia.
bendungan sesuai standar dan pedoman yang
berlaku, atau, praktik industri terbaik yang dianggap Tujuan penyusunan Matriks Maturitas secara spesifik
paling sesuai. dalam konteks Indonesia adalah untuk menyediakan
metode penilaian efektivitas program operasi,
Manfaat utama dari penggunaan Matriks Maturitas pemeliharaan, pemeriksaan dan pemantauan
terkait keamanan bendungan ini adalah peningkatan serta kesiapan penanganan keadaan darurat oleh
pemahaman atas efektivitas atau maturitas program pengelola bendungan. Hasil dari penilaian ini
keamanan bendungan diterapkan pada seluruh ditujukan untuk menyediakan alat yang membantu
rentang kegiatan keamanan bendungan. Pemahaman mengidentifikasi dan memprioritaskan area
atas kinerja dalam rangkaian matriks berbeda perbaikan dalam program keamanan bendungan,
untuk keamanan bendungan memungkinkan para membandingkan kinerja program keamanan
pemilik dan operator bendungan memantau kinerja bendungan dari waktu ke waktu, membandingkan
sepanjang waktu, serta memungkinkan badan efektivitas berbagai program di seluruh unit
regulasi nasional mengevaluasi kinerja para operator pengelola bendungan, serta menginformasikan
dan pemilik bendungan. penetapan prioritas alokasi sumber daya untuk
operasi, pemeliharaan dan peningkatan keamanan
Matriks Maturitas merupakan sarana yang sangat bendungan.
berharga untuk mengkomunikasikan efektivitas suatu
program keamanan bendungan kepada khalayak
lebih luas. Sebagai bagian dari inisiatif perbaikan
berkelanjutan, matriks tersebut memungkinkan
bagian yang memerlukan perbaikan dapat
diidentifikasi dan diprioritaskan untuk target/
sasaran investasi dan sumber daya. Hal ini juga
dapat diterapkan dari waktu ke waktu atau di seluruh
portofolio guna mengidentifikasi permasalahan
sistemik dan target intervensi dan solusi yang sesuai.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


7

2.0
Kerangka
Kelembagaan
untuk Jaminan
Keamanan
Bendungan

Sesuai dengan Pasal 77 Peraturan Menteri PUPR No. 27/ PRT/M/2015,


pengelolaan bendungan dan jaminan keamanan bendungan beserta
serta waduknya merupakan tanggung jawab pemilik bendungan.
Kerangka kelembagaan untuk mengelola dan mengatur keamanan
bendungan diuraikan berikut ini.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


8

Pengawasan Pemerintah
dan Regulator
Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibagi Di bawah Kemen PUPR, Direktorat Jenderal Sumber Daya
ke dalam 5 tingkat Pemerintahan: Pusat, Provinsi, Air (Ditjen SDA) (lihat Gambar 5) bertanggung jawab
Kabupaten dan Kota, Kecamatan, serta Kelurahan/Desa. untuk tugas-tugas sebagaimana diatur dalam Peraturan
Secara administratif negara Indonesia terbagi dalam 33 Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor
provinsi1, yang terdiri dari 2 Daerah Khusus dan Daerah 15/PRT/M/2015 tanggal 21 April 2015 berikut ini:
Khusus Ibukota Jakarta. Lebih lanjut provinsi dibagi lagi
ke dalam entitas lebih kecil yakni kabupaten (413), kota 1. Perumusan kebijakan di bidang konservasi
(98), kecamatan (9,982), desa (80,414) dan RT/RW. sumber daya air, pemanfaatan sumber daya air
dan pengendalian kerusakan air pada sumber air
Berbagai program desentralisasi dan reformasi permukaan, serta pemanfaatan air tanah sesuai
yang diterapkan tahun 2000 menggantikan sistem ketentuan peraturan perundang-undangan;
pemerintahan dan pembangunan yang terpusat. 2. Implementasi kebijakan di bidang pengelolaan
Reformasi tersebut memberi kewenangan, kekuatan sumber daya air terpadu dan berkelanjutan sesuai
politik dan sumber keuangan lebih besar secara peraturan peraturan perundang-undangan yang
langsung kepada lingkup pemerintahan daerah. berlaku;
Kekuatan yang dialihkan tersebut meliputi pelaksanaan 3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria
tanggung jawab skala besar di bidang kesehatan, di bidang pengelolaan sumber daya air;
pendidikan dasar dan menengah, pekerjaan umum, 4. Memberi panduan teknis dan pengawasan di
lingkungan, komunikasi, transportasi, pertanian, bidang pengelolaan sumber daya air;
manufaktur dan sektor ekonomi lainnya. Sebelum 5. Evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan
program reformasi tersebut, pemerintah daerah sumber daya air;
sebagian besar berfungsi sebagai lembaga pelaksanan 6. Administrasi pada Direktorat Jenderal Sumber Daya
kebijakan dan program-program dari pemerintah pusat. Air; dan
7. Pelaksanaan fungsi-fungsi lain disediakan oleh
Kementerian.
Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (Kemen PUPR)
Kemen PUPR bertanggung jawab untuk merumuskan dan
Organisasi Wilayah Sungai (WS) - Balai
mengimplementasikan kebijakan pengelolaan sumber Mengingat karakteristik topografi dan iklim negara
daya air; pengelolaan jalan raya; penyediaan perumahan; yang cukup unik, dibentuk sistem “pengelolaan daerah
pembangunan wilayah pemukiman; pembiayaan aliran sungai” di Indonesia yang menggabungkan
perumahan; pengaturan bangunan, sistem pasokan air, beberapa daerah aliran sungai ke dalam “Wilayah
sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan, Sungai” secara administratif. Dikeluarkannya Undang-
serta jasa pengelolaan limbah dan konstruksi. undang Pengairan pada tahun 2004 memperkenalkan
Kementerian ini juga mengemban tugas implementasi sistem pengelolaan wilayah sungai nasional yang
pengembangan SDM di bidang pekerjaan umum dan dilaksanakan oleh organisasi WS nasional yang disebut
perumahan rakyat. Undang-Undang mengenai Air sebagai Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) atau Balai
memberikan tanggung jawab kepada Kemen PUPR Wilayah Sungai (BWS). Balai-balai tersebut mengemban
untuk mengelola dan mengembangkan sumber daya air fungsi regulator dan manajemen, serta melaksanakan
termasuk perizinan prasarana keairan dan keamanan pembangungan, operasi dan pemeliharaan prasarana
bendungan. Struktur manajemen Kemen PUPR adalah sungai serta sistem irigasi untuk lebih dari 3.000
sebagaimana digambarkan pada Gambar 4. hektar lahan. Dinas Pengairan provinsi juga melakukan

1
Kedua daerah khusus tersebut adalah Nanggroe Aceh Darussalam di ujung utara Sumatera dan Yogyakarta di Jawa Tengah, serta Daerah Khusus Ibukota
Jakarta (DKI) dan 30 provinsi: (1) Bali; (2) Banten; (3) Bangka-Belitung; (4) Bengkulu; (5) Gorontalo; (6) Jambi; (7) Jawa Barat; (8) Jawa Tengah; (9) Jawa Timur; (10)
Kalimantan Barat; (11) Kalimantan Selatan; (12) Kalimantan Tengah; (13) Kalimantan Timur; (14) Kalimantan Utara; (15) Lampung; (16) Maluku; (17) Maluku Utara;
(18) Nusa Tenggara Barat; (19) Nusa Tenggara Timur; (20) Papua; (21) Papua Barat; (22) Riau; (23) Kepulauan Riau; (24) Sulawesi Selatan; (25) Sulawesi Tengah; (26)
Sulawesi Tenggara; (27) Sulawesi Utara; (28) Sumatera Barat; (29) Sumatera Selatan ; (30) Sumatera Utara.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


9
Struktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Gambar 4

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Komisi
Keamanan Inspektur Jenderal Sekretaris Jenderal
Bendungan

Badan-Badan Direktorat Jenderal

Penelitian & Pengembangan Pengembangan Badan Pengatur Sumber Daya Penyediaan Pembiayaan Bina
Pengembangan SDM Infrastruktur Jalan Tol BPPSPAM Bina Marga Cipta Karya
Air Perumahan Perumahan Konstruksi

Sekretariat
Direktorat Jenderal

Unit Pelaksana Teknis (Balai) Direktorat Pusat

Pengembangan Pengendalian
Balai Bina Irigasi Sungai Air Tanah
Bendungan B(B)WS B(B)WS B(B)WS Jaringan BWRM/P Bendungan lumpur
O&P & Rawa & Pantai & Air Baku
Sumber Air Sidoarjo

Struktur Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kemen PUPR Gambar 5

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Sekretariat
Direktorat Jenderal

Unit Pelaksana Teknis (Balai) Direktorat Pusat

Pengembangan Pengendalian
Balai Bina Irigasi Sungai Air Tanah
Bendungan B(B)WS B(B)WS B(B)WS Jaringan Bina PSDA Bendungan lumpur
O&P & Rawa & Pantai & Air Baku
Sumber Air Sidoarjo

pengelolaan sumber daya air dan wilayah sungai pada Tugas dan tanggung jawab B(B)WS meliputi
WS di wilayah provinsi dan wilayah sungai nasional, pengelolaan sumber daya air, perencanaan,
berkoordinasi dengan Balai-balai WS nasional. pembangunan, operasional dan pemeliharaan dalam
konteks konservasi sumber daya air, pengembangan
Terdapat 131 wilayah WS yang berada di bawah sumber daya air dan pemanfaatan sumber daya air
pengelolaan pemerintah pusat, provinsi atau serta pengendalian sumber daya air di daerah aliran
kabupaten. Pemerintah pusat, di bawah arahan dan sungai. Hal ini meliputi fungsi-fungsi berikut ini:
manajemen Ditjen SDA, mengendalikan WS yang lebih
signifikan, yakni total 63 wilayah sungai. Wilayah- 1. Penyiapan pola dan rencana pengelolaan sumber
wilayah tersebut dikelola oleh 33 organisasi WS, daya air pada WS;
termasuk BBWS dan BWS di tingkat lebih rendah, 2. Perencanaan dan implementasi pengelolaan di
serta kedua badan pengelola sungai milik negara kawasan lindung untuk sumber daya air pada WS;
(Perusahaan Umum Jasa Tirta, PJT I/II). 53 WS berada 3. Pengelolaan sumber daya air yang meliputi
di bawah pengelolaan provinsi dan 15 WS di bawah konservasi sumber daya air, pengembangan
pengelolaan kabupaten, meskipun pengelolaan WS di sumber daya air, pemanfaatan sumber daya air
tingkat kabupaten sebagian besar tidak aktif. Masing- dan pengendalian sumber daya air pada WS;
masing provinsi memiliki dinas pengelolaan sumber 4. Penyusunan rekomendasi teknis dalam pemberian
daya air yang mengelola WS di bawah kewenangannya. izin untuk penyediaan, alokasi, penggunaan dan
Dinas tersebut juga terlibat dalam beberapa kegiatan eksploitasi sumber daya air pada WS;
pengelolaan di wilayah sungai nasional, berkoordinasi 5. Operasi dan pemeliharaan sumber daya air pada WS;
dengan B(B)WS terkait. 6. Pengelolaan sistem hidrologi;

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


10

7. Pengaturan data dan informasi terkait sumber daya air; Kemen PUPR mensyaratkan operasi bendungan untuk
8. Fasilitasi Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya dilakukan dengan mengendalikan debit air guna
Air pada WS; memenuhi kebutuhan para pengguna air di wilayah
9. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hilir, termasuk lingkungan hidup serta operasi dalam
sumber daya air; keadaan banjir, untuk mengendalikan tinggi muka air
10. Implementasi administrasi Wilayah Sungai Pusat. pada waduk dan pengendalian banjir untuk memitigasi
banjir di wilayah hilir, serta langkah-langkah untuk
segera menurunkan tinggi muka air waduk pada
keadaan darurat atau luar biasa. Dalam keadaan
Unit Pengelolaan Bendungan darurat atau situasi luar biasa, operasi bendungan
Dalam hal Pemerintah Pusat bertindak sebagai beserta waduknya diprioritaskan untuk tujuan
pemilik bendungan, Menteri menunjuk unit pelaksana keamanan bendungan dan lingkungan.
teknis yang bertanggung jawab atas pengelolaan
sumber daya air atau salah satu dari kedua badan UPB harus menyerahkan laporan berkala berisi
pengelola sungai milik negara untuk menjadi pengelola informasi kondisi bendungan serta waduk kepada
bendungan. Pengelola bendungan dalam melaksanakan lembaga-lembaga terkait. Informasi mengenai kondisi
pengelolaan bendungan, beserta waduknya, dibantu bendungan beserta waduknya tersebut meliputi:
oleh Unit Pengelolaan Bendungan.
1. Perilaku struktural dan operasional;
Dalam ketentuan tersebut, B(B)WS merupakan unit 2. Pembacaan dan interpretasi pada instrumen, hasil
pelaksana teknis yang ditugaskan bersama kedua inspeksi dan evaluasi keamanan;
badan pengelola sungai milik negara (Perusahaan 3. Modifikasi atau rehabilitasi;
Umum Jasa Tirta, PJT I/II). Operasi dan Pemeliharaan 4. Kejadian-kejadian terkait keamanan bendungan;
bendungan di B(B)WS bergantung pada pendanaan 5. Kondisi waduk termasuk alokasi air.
pemerintah, sementara PJT mengelola aset-aset untuk
memperoleh pendapatan secara komersial. UPB harus menyediakan sistem informasi untuk masing-
masing bendungan, serta waduk, yang dapat diakses oleh
Kepala Unit Pengelolaan Bendungan harus memenuhi publik. Hal ini harus meliputi pembaruan rutin mengenai
persyaratan berikut ini: pengumpulan, pemrosesan dan penyediaan data dan
informasi mengenai bendungan beserta waduknya.
1. Memiliki sertifikat keahlian di bidang pengelolaan
bendungan yang diterbitkan oleh otoritas
berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pusat Bendungan dan Direktorat Bina
2. Memiliki kompetensi di bidang pengelolaan Operasi dan Pemeliharaan
bendungan beserta waduknya. Ditjen SDA dan B(B)WS dibantu oleh Pusat Bendungan
dan Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan yang
Persyaratan dan prosedur pembentukan Unit Pengelolaan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagaimana
Bendungan dilakukan sesuai panduan yang ditetapkan diuraikan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Menteri. Hingga saat ini, terdapat 39 pedoman dan dan Perumahan Rakyat nomor 15/PRT/M/2015 tanggal
manual yang telah ditetapkan. Operasi dan pemeliharaan 21 April 2015. Hal ini meliputi:
bendungan, beserta waduknya, terdiri dari:
1. Penyusunan dan implementasi norma panduan,
1. operasi dan pemeliharaan bendungan, yang standar, prosedur dan kriteria untuk bendungan,
ditujukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan air danau, pengairan, dan kolam, serta konservasi
dan sumber daya air serta mengelola keamanan sumber daya air secara fisik;
bendungan; 2. Penilaian kesiapan terhadap pelaksanaan kegiatan
2. pemeliharaan bendungan beserta waduknya; dan pada bendungan, danau, pengairan, dan kolam,
3. pemantauan kondisi bendungan. serta konservasi sumber daya air secara fisik;

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


11

3. Pengaturan perencanaan bendungan, danau, mengeluarkan persetujuan desain, izin awal,


pengairan, dan kolam, serta konservasi sumber izin operasi, persetujuan desain modifikasi atau
daya air secara fisik; rehabilitas bendungan, dan izin penghapusan
4. Pelatihan pengelolaan bendungan, danau, fungsi bendungan;
pengairan, dan kolam, serta konservasi sumber 2. Memberi rekomendasi kepada Menteri yang
daya secara fisik; membidangi urusan pemerintahan di bidang
5. Pelaksanaan kegiatan administratif di pusat. lingkungan sebelum pemberian penempatan awal
limbah penambangan serta izin operasi bendungan
yang ditujukan sebagai penyimpanan limbah
pertambangan;
Komisi Keamanan Bendungan 3. Memberi saran dan panduan teknis;
Komisi Keamanan Bendungan (KKB) telah dibentuk 4. Evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan oleh unit
1994 (Kepmen PU No. 102/KPTS/1994) direvisi pelaksana teknis di bidang keamanan bendungan;
beberapa kali dan ditetapkan kembali sesuai 5. Mengorganisir inspeksi bendungan.
Keputusan Menteri No. 03/KPTS/M/2016 dan bertugas
membantu Kemen PUPR dalam: Keanggotaan KKB terdiri dari perwakilan pemerintah dan
BUMN seperti pemilik bendungan, asosiasi profesi dan
1. Memberikan rekomendasi terkait keamanan lembaga pemerintah lainnya terkait bendungan yang
bendungan kepada Menteri pada setiap tahap ditunjuk oleh Menteri (Gambar 7). Bertindak sebagai
pembangunan bendungan, seperti desain, Ketua KKB adalah Direktur Jenderal Sumber Daya Air.
konstruksi, operasional, rehabilitasi dan penutupan
bendungan;
2. Mengevaluasi kegiatan Unit Pengelolaan
Bendungan guna memberikan rekomendasi yang
Unit Keamanan Bendungan / Balai
tepat kepada Menteri; dan Bendungan
3. Menyusun laporan pertanggungjawaban kepada Komisi Keamanan Bendungan dibantu oleh Unit
Menteri. Keamanan Bendungan (UKB) / Balai Bendungan di
bawah DirJen SDA Kemen PUPR, yang bertanggung jawab
Dalam Peraturan Pemerintah sebelumnya, Komisi menyediakan dukungan teknis dan administratif bagi
Keamanan Bendungan merupakan regulator jaminan Komisi. Tugas dan tanggung jawab Balai Bendungan
keamanan bendungan, bersama beberapa kementerian/ diuraikan dalam Peraturan Menteri PU No. 25 / PRT / M /
lembaga sebagai pemilik bendungan. Namun demikian, 2006. Tanggung jawab Balai secara spesifik meliputi:
peraturan yang berlaku tersebut hanya mengikat
bendungan-bendungan yang berada di bawah Kemen 1. Pengumpulan dan pengolahan data untuk setiap
PUPR. Meski demikian, lembaga-lembaga lainnya tetap bendungan;
mematuhi ketentuan peraturan Menteri yang ada saat ini. 2. Pengkajian pembangunan dan pengelolaan
bendungan;
Komisi Keamanan Bendungan bertanggung jawab untuk: 3. Inspeksi bendungan;
4. Penyediaan saran teknis untuk pembangunan
1. Melakukan penilaian keamanan bendungan; bendungan;
2. Memberi rekomendasi mengenai keamanan 5. Penyebarluasan dan pemberian bimbingan terkait
bendungan; dan keamanan bendungan;
3. Melaksanakan inspeksi bendungan. 6. Penyusunan peraturan, pedoman dan petunjuk
teknis mengenai keamanan bendungan;
Dalam melaksanakan fungsi tersebut Komisi 7. Pemantauan implementasi aspek-aspek keamanan
Keamanan Bendungan memiliki mandat hukum untuk pembangunan bendungan;
melaksanakan fungsi-fungsi berikut: 8. Inventori, registrasi dan klasifikasi bahaya
bendungan;
1. Memberi rekomendasi kepada Menteri sebelum 9. Pengelolaan arsip bendungan.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


12

Panel Ahli Bebas bendungan-bendungan besar di Indonesia melalui


keberadaan berkelanjutan organisasi dan kegiatan
Peraturan ini juga mengatur penunjukkan Panel Ahli para anggotanya. KNI-BB telah menjadi anggota aktif
Bebas yang terdiri dari para tenaga ahli teknis dan International Commission on Large Bendungan (ICOLD)
berdasarkan rekomendasi dari Komisi Keamanan sejak tahun 1967, dan mengelola hubungan baik dengan
Bendungan. Penunjukkan kelompok ini bertujuan lembaga-lembaga regional dan internasional lainnya.
untuk membantu para pemilik bendungan dan
direkomendasikan sesuai undang-undang dalam hal- Sesuai sasarannya, KNI-BB bertujuan mendukung
hal yang meliputi: pemerintah dalam pembangunan dan pengelolaan
bendungan-bendungan besar guna menciptakan
1. Teknologi baru untuk desain dan pembangunan sarana pengembangan dan pengelolaan sumber daya
bendungan; air yang lebih efektif dan efisien untuk kesejahteraan
2. bendungan dengan ketinggian lebih dari 75 m dan masyarakat. Hal ini dapat dicapai melalui:
kapasitas tampung paling sedikit 100 juta meter
kubik; atau 1. Penyusunan dan pengelolaan perencanaan,
3. bendungan dengan tingkat bahaya tinggi. implementasi dan operasional serta pemeliharaan
bendungan-bendungan besar;
Komite Nasional Indonesia untuk 2. Peningkatan kualitas keahlian dan tanggung jawab
para Tenaga Ahli Teknis bendungan di Indonesia
Bendungan Besar khususnya di bidang bendungan besar; dan
Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar 3. Partisipasi aktif dalam peningkatan kesejahteraan
(KNI-BB) / Indonesian National Committee on Large masyarakat Indonesia dengan pengembangan dan
Bendungan (INACOLD) adalah organisasi profesi yang pengelolaan bendungan besar melalui pengelolaan
membantu Komisi Keamanan Bendungan dan berperan sumber daya air.
aktif dalam pembangunan, operasi dan pemeliharaan

Struktur Organisasi Komisi Keamanan Bendungan Gambar 6

Ketua Komisi Keamanan Bendungan


[Direktur Jenderal Sumber Daya Air]

Sekretaris
[bukan anggota]

Anggota Anggota Anggota


[Wakil instansi pemerintah dan [Wakil asosiasi profesi] [Wakil lembaga pemerintah lainnya yang
BUMN selaku Pemilik Bendungan] terkait bendungan dan diangkat oleh Menteri]

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


13

3.0
Kerangka
Hukum Jaminan
Keamanan
Bendungan

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


14

Dasar hukum pembangunan, operasional dan


pemeliharaan serta keamanan bendungan didasari oleh
sistem hukum sipil, dikombinasikan dengan Hukum
Adat dan Hukum Romawi Belanda, serta diwujudkan
dalam beragam bentuk. Hierarki hukum secara resmi
dicantumkan berdasarkan Undang-undang Nomor
10 Tahun 2004 tentang Perumusan Peraturan dan
Perundang-Undangan yang meliputi sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar 1945 atau UUD’45


2. Undang-Undang atau UU dan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang atau Perpu
3. Peraturan Pemerintah atau PP
4. Peraturan Presiden atau Perpres
5. Peraturan Daerah atau Perda

Peraturan terkait bendungan telah berkembang selama


3 periode tertentu dan saat ini diatur melalui Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
27/PRT/M/2015 tentang Bendungan. Peraturan Menteri
tersebut ditetapkan sebagai tindak lanjut peninjauan
kembali yang dilakukan tahun 2014 untuk mencabut
Undang-undang Sumber Daya Air No.7 Tahun 2004.

Sebelum tahun 2004, keamanan bendungan diatur


oleh Undang-undang Sumber Daya Air No. 11/1974 dan
Peraturan Menteri No. 72/PRT/1997 tentang Keamanan
Bendungan. Peraturan tersebut menggantikan Pedoman
Keamanan Bendungan (SNI No.1731-1989-F) yang
merupakan pedoman non Mandat pertama di Indonesia,
yang diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN)
pada tahun 1989. Selama periode tersebut, Indonesia telah
berkembang menuju pendekatan pengelolaan sumber
daya air yang lebih terintegrasi. Hal ini dikodifikasi melalui
Undang-undang Sumber Daya Air No.7 Tahun 2004.

Antara tahun 2004 dan 2015, ditetapkan peraturan utama


melalui Undang-undang Sumber Daya Air No.7 Tahun 2004,
dengan ketentuan khusus sebagai persyaratan melalui
Undang-Undang Perencanaan Tata Ruang No. 26 Tahun
2009 dan Undang-undang Lingkungan No. 32 Tahun 2009.
Ketentuan khusus tersebut ditetapkan melalui Peraturan
Menteri No. 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan,
Keputusan Menteri tentang Komisi Keamanan Bendungan
serta Peraturan Pemerintah No. 37/2010 tentang
Bendungan, dengan persetujuan yang dipercepat setelah
terjadinya keruntuhan bendungan Situ Gintung pada
tanggal 27 Maret 2009.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


15

Setelah tahun 2015, menyusul pencabutan Undang- 1. Tingkat Bahaya Rendah;


undang Sumber Daya Air No.7 Tahun 2004, Indonesia 2. Tingkat Bahaya Sedang;
kembali beroperasi dengan Undang-undang Pengairan 3. Tingkat Bahaya Tinggi; dan
No. 11 tahun 1974 serta Peraturan Menteri No 72/ 4. Tingkat Bahaya Sangat Tinggi
PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan. Peraturan
tersebut kemudian dicabut dan digantikan oleh Pembagian tingkat bahaya tersebut didasari oleh jumlah
Peraturan Menteri No. 27/PRT/M/2015 tentang potensi rentan terdampak akibat risiko runtuhnya
Bendungan serta Keputusan Menteri No. 03/ bendungan (Tabel 4). Hal ini berdasarkan asumsi bahwa
KPTS/M/2016 tentang Komisi Keamanan Bendungan. setiap rumah tangga terdiri dari satu keluarga yang
terdiri dari 5 orang menetap di dalam satu rumah. Risiko
Ketentuan-ketentuan menyeluruh tersebut meliputi tersebut ditetapkan berdasarkan tinggi, volume, populasi
semua jenis bendungan dan tipe kepemilikan. Kriteria hilir dan status pengelolaan bendungan menggunakan
yang digunakan untuk mendefinisikan suatu bendungan Modified ICOLD (yang juga digunakan dalam proyek
untuk tujuan registrasi berdasarkan Peraturan Menteri DOISP World Bank), Metode Anderson (sebagai
Number 27/ PRT/M/2015 diambil dari definisi ICOLD pengecekan) serta Pedoman FEMA. Pada tahun 2015
yang meliputi hal-hal berikut ini: terdapat kriteria khusus yang diatur dalam Peraturan
Menteri (Bab V) tentang “bendungan tinggi” yakni dengan
1. Bendungan dengan ketinggian 15 meter atau lebih, ketinggian lebih dari 75 meter, yang membutuhkan
diukur dari dasar fondasi terdalam; penunjukkan Panel Ahli Bebas Internasional.
2. Bendungan dengan ketinggian 10 hingga 15
meter, diukur dari dasar fondasi terdalam dengan Di bawah Peraturan Menteri No.27 Tahun 2015 Pasal 77
ketentuan sebagai berikut: ayat 1, pemilik bendungan memiliki tanggung jawab
• Panjang puncak bendungan setidaknya 500 meter; utama atas pengelolaan dan keamanan bendungan.
• Kapasitas waduk paling sedikit 500.000 meter Namun demikian, ketentuan sebelumnya terkait
kubik; atau kewajiban dan tanggung jawab atas keruntuhan
• Debit banjir maksimum paling rendah 1.000 meter bendungan termasuk dalam Bab IV Peraturan Menteri
kubik per detik No. 37 Tahun 2010 telah dihapuskan dalam Peraturan
3. Bendungan dengan tingkat kesulitan tertentu Menteri 27 Tahun 2015 yang baru. Terdapat kemungkinan
hingga fondasi atau bendungan yang didesain bagi regulator untuk turut bertanggung jawab atas
menggunakan teknologi baru dan/atau bendungan keamanan bendungan oleh karena Komisi Keamanan
yang memiliki tingkat bahaya tinggi. Bendungan lebih berperan dalam tugas penilaian
(bukan hanya peran audit kepatuhan) dan menyediakan
Tingkat Bahaya Tinggi ditetapkan berdasarkan kriteria bantuan teknis bagi Kemen PUPR dalam melaksanakan
yang diberikan dalam “Pedoman Penetapan Klasifikasi tugasnya sebagai “pengawas bendungan independen”.
Bahaya Bendungan (1998)”, serta “Pedoman Teknis
Klasifikasi Bahaya Bendungan (2011)”. Tingkat bahaya Bagian utama pendekatan keamanan bendungan yang
keamanan bendungan diklasifikasikan ke dalam 4 telah dijabarkan sebelumnya ditetapkan dalam Pasal 2
kategori menurut ICOLD Bulletin 167: ayat 4 berikut ini:

Tingkat Bahaya Bendungan Tabel 3

Jarak dari Bendungan (dalam Km)


Jumlah Rumah Tangga (Kumulatif)
0–5 0 - 10 0 - 20 0 - 30 >30
0 1 1 1 1 1
1 – 20 3 3 2 2 2
21 – 200 4 4 4 3 3
> 200 4 4 4 4 4

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


16

Proses Perizinan Keamanan Bendungan Gambar 7

Permohonan terkait
Keamanan Bendungan
dari Pemilik kepada
Menteri (u.p Dirjen
SDA)

Inspeksi Lapangan
dan diskusi (BB/UKB,
KKB dan Pemilik).

Assessment awal terhadap data dan


laporan (oleh UKB)

Penilaian
Keamanan Bendungan Revisi laporan
(oleh UKB)

Memenuhi
NSPM*?

Penilaian
Sidang Teknis KKB Keamanan Bendungan
(oleh UKB)

Memenuhi
Keamanan Revisi laporan
Bendungan
?

Penilaian
Sidang Pleno KKB Keamanan Bendungan
(oleh UKB)

Memenuhi Revisi laporan


NSPM*?

Rekomendasi
kepada Menteri
PUPR

Persetujuan
oleh Menteri
PUPR
* NSPM = Norma, Standar, Pedoman dan Manual
terkait keamanan bendungan

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


17

1. K eamanan struktur untuk menghindari kegagalan 3. pembebasan lahan;


struktural, kegagalan hidraulis dan aman terhadap 4. pembangunan termasuk gambar pengembangan
kegagalan rembesan; bendungan;
2. Operasi, pemeliharaan dan pemantauan; dan 5. instruksi pengoperasian dan pemeliharaan,
3. Kesiapsiagaan tindak darurat. pemantauan perilaku bendungan, riwayat
operasional bendungan serta rencana tindak
Perizinan keamanan bendungan dibutuhkan pada darurat; dan
setiap tahapan pembangunan dan pengelolaan 6. laporan pelaksanaan pengelolaan dan
bendungan. Proses perizinan tersebut melibatkan pemantauan lingkungan.
sejumlah lembaga regulasi dan pemilik bendungan
(Gambar 7). Laporan berkala harus disampaikan oleh UPB kepada
lembaga-lembaga terkait, termasuk informasi terkait
Dibutuhkan inspeksi dan kajian keamanan bendungan perilaku struktural dan operasional bendungan
dalam pembangunan bendungan, selama tahap dan kondisi waduk; pembacaan instrumen dan
pembangunan dan operasi dan pemeliharaan. Inspeksi interpretasinya, hasil inspeksi dan evaluasi keamanan;
bendungan tersebut meliputi: modifikasi atau rehabilitasi; kejadian luar biasa terkait
keamanan bendungan; kondisi waduk temasuk alokasi
1. Pengumpulan data untuk: air. UPB juga harus menyediakan sistem informasi
• Bahan studi, persiapan saran teknis dan bendungan beserta waduknya yang dapat diakses
inventarisasi bendungan; oleh publik. Sistem tersebut meliputi hal-hal berikut:
• Pemantauan implementasi aspek-aspek keamanan pengumpulan, pemrosesan dan penyediaan data
pembangunan dan pengelolaan bendungan; dan dan informasi bendungan beserta waduknya; dan
• Klarifikasi laporan implementasi pembangunan dan pemutakhiran secara rutin.
pengelolaan bendungan.
2. Inspeksi tersebut meliputi pelaporan mengenai: Ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan
• Lokasi lapangan, tentang kesiapsiagaan darurat yang berkaitan
• Pemantauan pelaksanaan pembangunan dengan keamanan bendungan dimaksudkan untuk
• Pelaksanaan pengisian awal waduk, memastikan bahwa para pengelola bendungan
• Inspeksi besar, telah dipersiapkan untuk menghadapi kondisi
• Inspeksi luar biasa, terburuk jika terjadi kegagalan yang menghancurkan.
• Inspeksi khusus, dan Rancangan Rencana Tindak Darurat harus meliputi
• Inspeksi berdasarkan permintaan pembangun, tindakan-tindakan spesifik terkait upaya pengamanan
pengelola atau pemilik bendungan. bendungan serta tindakan penyelamatan masyarakat
dan lingkungan hidup dan mendasarkan pada
Kegagalan untuk menindaklanjuti rekomendasi analisis potensi mode keruntuhan bendungan. Untuk
tindakan akan berakibat pada dibekukannya izin memenuhi tingkat kesiapsiagaan darurat, UPB harus
operasi. memiliki:

Pemilik, pengelola dan Unit Pengelolaan Bendungan 1. Rencana Tindak Darurat;


(UPB), serta unit pelaksana teknis diwajibkan untuk 2. Perlengkapan atau materi untuk mengambil
menyimpan dan menjaga dokumen-dokumen terkait tindakan sesuai dalam keadaan darurat;
pembangunan awal serta pengelolaan bendungan 3. Pembaruan rencana tindak darurat sesuai kondisi
dan waduk. Hal ini meliputi dokumen-dokumen yang terkini;
seharusnya disampaikan oleh pemilik bendungan 4. Persiapan personil siaga darurat;
kepada lembaga pusat/daerah yang berwenang 5. Sosialisasi kepada masyarakat yang berpotensi
sebagai arsip Pemerintah Pusat/Daerah, meliputi: terdampak oleh keruntuhan bendungan; dan
6. Sosialisasi kepada pemerintah provinsi dan
1. perencanaan; kabupaten/kota yang wilayahnya berpotensi
2. pengelolaan lingkungan; terdampak oleh keruntuhan bendungan.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


18

Sampai saat ini telah disusun Rencana Tindak Darurat bendungan yang telah ada, selain melibatkan lembaga
untuk 80 bendungan, di mana 56 di antaranya teknis dan masyarakat setempat. Rencana tindak
dibiayai oleh proyek DOISP. Pemilihan 56 bendungan darurat bagi bendungan eksisting harus disesuaikan
ini didasarkan pada Pedoman Klasifikasi Bahaya dan menjadi satu kesatuan rencana tindak darurat
yang disusun pada proyek DSP dan disetujui oleh bersama bendungan lainnya pada daerah aliran sungai
Komisi Keamanan Bendungan Indonesia pada tahun tersebut. Jika suatu daerah aliran sungai memiliki lebih
1999, berikut Pedoman Penyusunan Rencana Tindak dari satu bendungan yang dibangun secara bersamaan,
Darurat yang disusun oleh DOISP. Dalam penyusunan maka perlu disusun rencana tindak darurat secara
rancangan rencana tindak darurat tersebut, pembangun terkordinasi antar para pembangun sehingga rencana
bendungan memperoleh masukan teknis dari pengelola darurat pada setiap bendungan menjadi satu satu
sumber daya air pada daerah aliran sungai serta kesatuan rencana tindak darurat.
masukan dari masyarakat yang terdampak potensi
kerusakan bendungan dan Unit Pelaksana Teknis Tindakan pencegahan untuk keamanan bendungan
Bendungan untuk mendapat saran teknis. dilakukan dengan:

Jika suatu daerah aliran sungai memiliki lebih dari 1. memberi tahu kepada pihak-pihak terkait
satu bendungan, maka rencana tindak darurat bagi bendungan;
masing-masing bendungan harus disusun ke dalam 2. mengoperasikan peralatan mekanik hidro elektrik
satu rencana tindak darurat terpadu. Jika bendungan pada bendungan; dan
dibangun pada daerah aliran sungai yang telah memiliki 3. mengambil langkah yang diperlukan untuk
bendungan sebelumnya, maka penyusunan rencana mencegah keruntuhan bendungan, sedang
tindak darurat bagi bendungan baru yang tengah tindakan penyelamatan penduduk yang dilakukan
dibangun tersebut harus melibatkan unit pengelola sesuai peraturan berlaku.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


19

4.0
Pengembangan
Matriks Maturitas
untuk Keamanan
Bendungan di
Indonesia

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


20

Prinsip dan Proses

Pengembangan Matriks Maturitas untuk keamanan Maturitas sangat teliti dan selektif dalam detil yang
bendungan di Indonesia terutama terkait dengan prinsip- digunakan untuk menilai maturitas program keamanan
prinsip pemeriksaan pemantauan dan pemeliharaan dan bendungan. Matriks tersebut berbasis hasil dan agar
kesiapsiagaan darurat dalam pengelolaan keamanan tidak dianggap sebagai sistem yang canggih. Komponen-
bendungan (sebagaimana ditunjukkan pada Gambar komponennya sesuai dengan terminologi dari
9). Program keamanan bendungan terdiri dari sejumlah International Commission on Large Bendungan (ICOLD)
komponen, berkisar dari praktik keamanan bendungan dan merupakan pengelompokan yang umum dipakai
di lapangan untuk mendukung fungsi dan tata kelola pada kegiatan-kegiatan keamanan bendungan di dunia.
yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan jaminan Matriks Utama terdiri dari ringkasan deskripsi setiap
keamanan bendungan. Matriks Maturitas dimaksudkan tingkat maturitas untuk masing-masing komponen dalam
untuk memberikan gambaran komponen-komponen program keamanan bendungan.
terpenting dalam program keamanan bendungan dan
agar selalu diingat bahwa Matriks Maturitas merupakan Pengembangan Matriks Maturitas yang tepat untuk
alat manajemen yang digunakan untuk mengevaluasi Indonesia dilakukan melalui proses iteratif dan
program keamanan bendungan dan bukan untuk menilai konsultatif. Hal ini meliputi tinjauan awal dan
tipe atau sistem bendungan secara individual (mis: konseptualisasi Matriks Maturitas berdasarkan
bendungan tipe timbunan tanah (earthfill dam) dengan tinjauan terinci terhadap hierarki aturan, peraturan
beton (concrete dam) atau operasi langsung di lapangan khusus keamanan bendungan dan panduan teknis
dengan operasi jarak jauh. serta pendapat para ahli dan verifikasi.

Matriks Maturitas adalah bagan sederhana dua sumbu Matriks Maturitas disempurnakan dan divalidasi
dengan ‘Tingkat Maturitas’ pada sumbu horizontal dan melalui sesi-sesi pembahasan dengan para pejabat di
‘Komponen’ yang menggambarkan kegiatan dalam lingkungan Kemen PUPR, para pengelola bendungan
program keamanan bendungan pada sumbu vertikal dari Balai, dan konsultasi dengan para pemangku
(sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 9). Matriks kepentingan utama. Matriks Maturitas dan metode
evaluasi disampaikan, dan dilakukan penilaian mandiri
oleh perwakilan unit pengelola bendungan dari Balai
Cakupan Matriks Maturitas pada Konsep Gambar 8 serta selanjutnya dilakukan penyesuaian pada Matriks
Keamanan Bendungan di Indonesia Maturitas tersebut sesuai umpan balik yang diperoleh.

Di Indonesia, Balai memiliki tanggung jawab tidak terbatas


pada keamanan bendungan, namun juga meliputi
KEAMANAN BENDUNGAN pengelolaan daerah tangkapan, pengelolaan sumber
daya air, operasi waduk dan distribusi air baku serta
operasi dan pemeliharaan yang melampaui keamanan
bendungan. Bilamana diperlukan, Matriks Maturitas
juga dapat disesuaikan dengan memasukkan kegiatan-
Keamanan Kesiapsiagaan
Struktur Pemantauan Tindak kegiatan pengelolaan tersebut. Hal ini sangat penting
Pemeliharaan Darurat untuk menyesuaikan Matriks Maturitas dengan kriteria
yang diterapkan oleh Kemen PUPR dalam penilaian kinerja
tahunan Balai untuk keamanan bendungan.
Di dukung
Desain dan pemeriksaan Dilengkapi
konstruksi rutin, berkala, rencana
layak luar biasa, tindak Matriks Maturitas bergantung oleh putaran akhir
teknis khusus, darurat
perbaikan dan evaluasi mandiri yang difasilitasi oleh para perwakilan
rehabilitasi
Balai. Kriteria tersebut dikodifikasi ke dalam skoring
maturitas dan diprogramkan dalam Lembar Kerja
Memperkecil resiko Penanganan resiko tersisa
Skoring (Scoring Workbook). Hal ini dilakukan sebagai
bagian dari penilaian keamanan bendungan tahunan
yang dilaksanakan oleh Kemen PUPR.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


21

Struktur Matriks Utama Gambar 9

Master Matrix Tingkat Maturitas


Komponen Program Keamanan Bendungan Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4 Tingkat 5
1 Tata Kelola
2 Manajemen Informasi
3 Pendidikan dan Pelatihan Keamanan Bendungan
4 Pemantauan dan Pemeliharaan [ringkasan]
5 Peralatan Spillway dan Outlet
6 Operasi Waduk
7 Pemeliharaan Bendungan dan Spillway
8 Kesiapsiagaan Darurat
9 Pengelolaan Isu-isu Keamanan Bendungan
10 Audit dan Tinjauan

Catatan: deskripsi ini tidak digunakan untuk menilai tingkat maturitas

Pelaksanaan Lokakarya Pengembangan Matriks Maturitas dengan para perwakilan Unit-unit Pengelola Bendungan (Mei 2017)

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


22

Tingkat Maturitas
dan Pembeda
Ditetapkan 5 tingkat maturitas yang diterapkan memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam
dengan langkah-langkah antar tingkat yang berurutan. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Deskripsi dan karakteristik tipikal untuk masing- Rakyat No. 27/PRT/M/2015; dan
masing usulan tingkat maturitas tersebut ditetapkan 3. Portofolio bendungan yang lebih kecil dari
dan disempurnakan melalui proses konsultasi dengan bendungan yang diatur oleh Peraturan Menteri
para petugas dari Kemen PUPR dan Balai yang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tersebut
berpartisipasi (Tabel 4). di atas.

Karakteristik umum yang menunjukkan perkembangan Berpedoman pada kerangka peraturan perundang-
maturitas di seluruh matriks disebut sebagai undangan tentang keamanan bendungan di Indonesia,
pembeda. Hal ini merupakan karakteristik program tingkat maturitas yang tepat bagi berbagai Balai dapat
keamanan bendungan yang membedakan tingkat dibedakan (sebagaimana ditunjukkan pada Tabel
maturitasnya (Gambar 10). Pembeda yang diterapkan 5). Sasaran tingkat maturitas bagi masing-masing
digunakan untuk merumuskan deskripsi line item bagi UPB harus ditetapkan sesuai karakteristik portofolio
setiap tingkat maturitas dalam matriks komponen. bendungan di wilayah Balai.

Mengingat besarnya cakupan aset yang dimiliki oleh Penerapan tingkat maturitas yang sama bagi setiap
Balai, tingkat maturitas yang tepat bagi portofolio Balai dapat bersifat kontraproduktif mengingat
bendungan UPB bergantung pada: sebagian Balai tidak memiliki profil risiko atau
sumber daya yang sama dengan Balai lainnya. Tingkat
1. Pentingnya peran bendungan secara nasional dalam maturitas harus disesuaikan dengan konteks dan
portofolio, mis: bendungan untuk penyediaan air kondisi spesifik. Hal ini harus mempertimbangkan
baku atau listrik bagi populasi dengan jumlah yang jumlah dan jenis bendungan, termasuk pertimbangan
signifikan merupakan hal vital bagi perekonomian tinggi bendungan, volume tampungan waduk, tipe,
nasional; dll, besarnya jumlah penduduk dan nilai aset di hilir,
2. Portofolio bendungan walaupun tidak memiliki sumber daya yang tersedia di Balai serta hal-hal
peran penting secara nasional dan namun terkait lainnya.

Deskripsi Tingkat Maturitas dan Karakteristik Tipikal Tabel 4

Tingkat Maturitas
Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4 Tingkat 5
Perlu Pengembangan Dasar Praktik Baik Praktik Sangat Baik Praktik Terbaik
Deskripsi Tingkat Kurangnya Sesuai dengan Secara umum sesuai Tingkat kesesuaian Tingkat kesesuaian
Maturitas kesesuaian dengan pedoman, standar dengan pedoman, tinggi dengan sangat tinggi dengan
pedoman, standar dan praktik terbaik standar dan praktik pedoman, standar pedoman, standar
dan praktik terbaik yang berlaku pada terbaik yang berlaku dan praktik terbaik dan praktik terbaik
yang berlaku beberapa bidang yang berlaku dengan yang berlaku. Tidak
pemahaman yang ada lagi peluang
baik perbaikan signifikan.

Ilustrasi Target Tingkat Maturitas Tabel 5

Portofolio UPB Contoh Target Tingkat Maturitas


4 atau 5 Praktik Sangat Baik atau Praktik
1 Satu atau lebih bendungan yang mempunyai peran secara nasional
Terbaik
Satu atau lebih bendungan sesuai dengan kriteria yang diatur oleh Peraturan Menteri
2 3 Praktik Baik
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27/PRT/M/2015
Hanya bendungan yang lebih kecil dari bendungan yang diatur oleh Peraturan Menteri
3 2 Dasar
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27/PRT/M/2015

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


23
Untuk portofolio besar dengan berbagai dimensi
bendungan, pengelompokan portofolio bendungan
yang demikian besar menjadi sub-kelompok
sebagaimana diuraikan dalam Tabel 5 dievaluasi
secara hati-hati. Masing-masing kelompok portofolio
dievaluasi menggunakan penilaian matriks dan target
maturitas untuk setiap sub-kelompok sesuai Tabel 5.

Tingkat Maturitas dan Pembedanya (Karakteristik umum menunjukkan peningkatan maturitas Gambar 10
untuk seluruh matriks disebut sebagai pembeda

INCREASING MATURITY / EFFECTIVENESS

Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4 Tingkat 5


Perlu Pengembangan Dasar Praktik Baik Praktik Sangat Baik Praktik Terbaik

Fokus ke dalam Fokus ke luar

Komunikasi tidak memadai Komunikasi antar kelompok baik

Sistem sederhana Sistem cerdas

Perencanaan keamanan bendungan individual Portofolio perencanaan keamanan bendungan

Reaktif Proaktif

Tidak terorganisir Terorganisir dengan baik

Kegiatan berdiri sendiri Seluruh kegiatan terintegrasi

Tidak ada sistem jaminan mutu Sistem jaminan mutu terjaga

Kegiatan tidak selesai Kegiatan selesai sesuai program

Isu dan risiko tidak dipahami Isu dan risiko dipahami


dan dikelola dengan baik dan dikelola dengan baik

Mode kegagalan tidak diaplikasikan Mode kegagalan dipahami dan diaplikasikan

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


24

Matriks Komponen

Matriks komponen menyusun daftar kegiatan yang ‘Komponen’ program keamanan bendungan dan
dibutuhkan untuk melaksanakan setiap komponen ‘Kegiatan’ ditentukan melalui proses konsultasi dan
program keamanan bendungan. Kegiatan-kegiatan disusun dalam Tabel 6.
tersebut disusun dalam sumbu vertikal pada bagan.
Sementara sumbu horisontal menunjukkan tingkat Sebaliknya, setiap ‘Komponen’ memiliki matriks
maturitas. Masing-masing kolom menunjukkan tersendiri. Matriks-matriks ‘komponen’ tersebut
perkembangan tingkat maturitas dalam komponen memiliki tingkat maturitas pada sumbu horisontal
(yang dibagi kembali menurut kegiatan). Matriks pada bagan dengan kegiatan untuk setiap komponen
tersebut menunjukkan kemajuan maturitas dari tingkat tersebut pada sumbu vertikal.
perlu pengembangan atau tingkat dasar melalui tahap-
tahap lanjutan atau praktik terbaik. Sebagai contoh, Gambar 11 menunjukkan Matriks Tata
Kelola dengan kegiatan pada Peraturan perundang-
undangan, Pendelegasian Tugas dan Tanggung Jawab,
Komunikasi Internal dan Eksternal serta Sumber Daya.

Komponen dan Kegiatan Operasional serta Program Keamanan Bendungan Tabel 6

Komponen Kegiatan
Peraturan perundang undangan
Pendelegasian Tugas & Tanggung Jawab
1 Tata Kelola
Komunikasi Internal & Eksternal
Sumber Daya
Standar, Kebijakan, Rencana dan Prosedur
Infrastruktur Fisik
2 Manajemen Informasi
Operasional
Studi, Tinjauan dan Laporan
Keamanan Bendungan
Peralatan Pengendali Aliran
3 Pendidikan dan Pelatihan Keamanan Bendungan
Operasi Waduk
Kesiapsiagaan Darurat dan Insiden
Program Pemantauan dan Pemeliharaan
Inspeksi
4 Pemantauan dan Pemeliharaan
Instrumentasi dan Pengelolaan Data
Penilaian Keamanan Bendungan
Program Peralatan Spillway dan Outlet
Pemeriksaan dan Pemeliharaan
5 Peralatan Spillway dan Outlet
Pengujian
Penilaian Kinerja Sistem
Protokol Operasi
6 Operasi Waduk Hubungan dengan Pemangku Kepentingan Eksternal
Pengelolaan Sampah
Pemeliharaan Bendungan, Waduk dan Akses
7 Pemeliharaan Bendungan dan Spillway
Pemeliharaan Struktur Spillway dan Outlet
Identifikasi Tingkat Bahaya dan Konsekuensinya
Rencana Tidak Darurat dari Pemilik (RTD)
8 Kesiapsiagaan Darurat
Hubungan dengan Masyarakat dan Lembaga Eksternal
Pengujian dan Simulasi
Sistem Pengelolaan Permasalahan
Pengelolaan Ketidaksesuaian
9 Pengelolaan Isu-isu Keamanan Bendungan
Pengelolaan Permasalahan Infrastruktur Fisik
Pengelolaan Kekurangan dalam Keamanan Bendungan
Audit Program Keamanan Bendungan
Tinjauan Program Keamanan Bendungan
10 Audit dan Tinjauan
Tinjauan Keamanan Bendungan
Tinjauan Peralatan Pengendali Aliran

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


25

Evaluasi tingkat maturitas dilakukan menggunakan Perhatikan contoh berikut:


matriks komponen berikut.
Line item dalam Komponen 1: Matriks Tata Kelola
Perpotongan antara kegiatan (atau komponen) dan dengan “Peraturan perundang-undangan” yang
tingkat maturitas merupakan kumpulan line item. berkembang dari Tingkat Maturitas 1 menuju Tingkat
Secara umum terdapat 2 hingga 4 line item per kegiatan Maturitas 5 sebagai berikut:
(dilabelkan sebagai (a) hingga (c) dalam Gambar 14
di bawah ini). Line item tersebut menggambarkan • Tingkat 1 adalah “(b) Kebijakan dan peraturan terkait
karakteristik untuk menyesuaikan dengan tingkat belum dipatuhi”
maturitas tertentu dalam kegiatan tersebut (lihat • Tingkat 2 adalah “(b) Kebijakan dan peraturan terkait
Gambar 12 yang menunjukkan Sub-Matriks Tata Kelola). sebagian besar telah dipatuhi”
• Tingkat 3 adalah “(b) Kebijakan dan peraturan terkait
Line item tersebut terdiri dari deskripsi yang sesuai telah dipatuhi”
dan disusun pada seluruh tingkat maturitas. Hal ini • Tingkat 4 adalah “(b) Kebijakan dan peraturan terkait
memungkinkan pengguna mengidentifikasi status saat telah dipatuhi dan kadang melampaui”
ini dan mengidentifikasi kebutuhan untuk mencapai • Tingkat 5 adalah “(b) Kebijakan dan peraturan terkait
peringkat maturitas lebih tinggi. telah dipatuhi dan secara umum selalu melampaui”

Contoh Tingkat komponen Matriks Tata Kelola dan Kegiatan yang digunakan untuk melakukan Gambar 11
evaluasi tingkat maturitas.
Tingkat Maturitas
Matriks Komponen Tata kelola
TIngkat 1 TIngkat 2 TIngkat 3 TIngkat 4 TIngkat 5

Kegiatan Perlu Pengembangan Dasar Praktik Baik Praktik Sangat Baik Praktik Terbaik

Kesesuaian dengan Peraturan


perundang-undangan

Delegasi Tugas & Tanggung Jawab

Komunikasi Internal & Eksternal

Sumber Daya

Line item Sub-Matriks (contoh: Tata Kelola) Gambar 12

Tingkat Maturitas
Matriks Komponen Tata kelola
TIngkat 1 TIngkat 2 TIngkat 3 TIngkat 4 TIngkat 5

Kegiatan Perlu Pengembangan Dasar Praktik Baik Praktik Sangat Baik Praktik Terbaik

Kesesuaian dengan Peraturan (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item]
perundang-undangan (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item]
(a) [line item] (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item]
Delegasi Tugas & Tanggung Jawab
(b) [line item] (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item]
(a) [line item] (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item]
Komunikasi Internal & Eksternal
(b) [line item] (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item]
(a) [line item] (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item]
Sumber Daya (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item]
(c) [line item] (c) [line item] (c) [line item] (c) [line item] (c) [line item]

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


26

Hubungan antara Matriks Utama


dan Matriks Komponen
Hubungan antara Matriks Utama dan Matriks Komponen
ditampilkan dalam Gambar 13 berikut. Sepuluh matriks
komponen tersebut, ketika diberi skor, digulirkan dalam
Matriks Utama yang menunjukkan ringkasan tingkat
maturitas yang dicapai oleh Unit Pengelolaan Bendungan
dalam evaluasi.

Hubungan antara Matriks Utama dan Matriks Komponen Gambar 13

Matriks Utama
Tingkat Maturitas
Komponen Program Keamanan Bendungan
Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4 Tingkat 5
1 Tata Kelola
2 Manajemen Informasi
3 Pendidikan dan Pelatihan Keamanan
10 Bendungan
Komponen 4 Pemantauan dan Pemeliharaan
Program 5 Peralatan Spillway dan Outlet
Keamanan 6 Operasi Waduk
Bendungan 7 Pemeliharaan Bendungan dan Spillway
8 Kesiapsiagaan Tindak Darurat
9 Pengelolaan Isu-isu Keamanan Bendungan
10 Audit dan Kajian

10 Matriks Komponen

Kegiatan
Komponen

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


27

5.0
Penerapan
Matriks Maturitas
di Indonesia

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


28

Metode Evaluasi

Evaluasi maturitas program keamanan bendungan Fasilitator internal namun berada di luar program
terbaik dilakukan sebagai kegiatan audit atau keamanan bendungan mungkin dapat berlaku obyektif
serangkaian lokakarya tinjauan di mana tingkat namun tidak terlalu memahami faktor pendorong
maturitas dan penyusun deskripsi diuji dan diulas sesuai keamanan bendungan dan praktik-praktik dalam industri
dokumentasi dan praktik yang diterapkan. sebagai dasar tingkat maturitas.

Fasilitator diperlukan untuk mengarahkan proses dalam Fasilitator eksternal independen memahami praktik
kegiatan lokakarya. Fasilitator dapat berasal dari internal industri yang mendukung tingkat maturitas. Fasilitator
dan bagian program keamanan bendungan, internal tersebut dapat memberi contoh-contoh obyektif dan
namun eksternal bagi program keamanan bendungan, tolok ukur industri untuk membantu proses evaluasi
atau seorang insinyur atau tenaga ahli keamanan maturitas.
bendungan pada organisasi yang memahami tujuan dan
fungsi Matriks Maturitas. Pilihan untuk memilih insinyur atau tenaga ahli
keamanan bendungan dapat bergantung pada
Fasilitator keamanan bendungan internal memiliki kompleksitas portofolio dan program keamanan
pemahaman mendalam mengenai program keamanan bendungan. Insinyur atau tenaga ahli juga dapat
bendungan, namun mungkin terlalu dekat dengan membantu penyusunan strategi lanjutan program
program sehingga sulit melakukan penilaian obyektif maturitas. Objektivitas fasilitator eksternal/independen
dan mungkin menganggap beberapa pertanyaan penting dapat meningkatkan kredibilitas evaluasi Matriks
sebagai konfrontasi. Maturitas dan program lanjutan.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


29

Langkah-langkah Prosedur

Langkah-langkah berikut ini mengarahkan pengguna Contoh untuk Komponen MatriksTata Kelola
melalui proses evaluasi kegiatan program keamanan menunjukkan hal-hal berikut:
bendungan yang dilaksanakan, dan pada akhirnya,
mendokumentasikan dan menampilkan status maturitas 1. Seluruh ‘Kegiatan Tata Kelola’ telah mencapai
program keamanan bendungan saat ini. Kegiatan tingkat maturitas ‘Dasar’ (warna kuning)
dokumentasi akhir diprogramkan dalam Scoring 2. Untuk itu ‘Program Tata Kelola’ dapat dianggap telah
Workbook (Lembar Kerja Penilaian) sebagaimana mencapai tingkat maturitas ‘Dasar’ (Tingkat Maturitas 2)
diuraikan di bawah ini. Namun demikian, penting bagi 3. Kegiatan ‘Komunikasi Internal & Eksternal’ telah
pengguna untuk memahami proses yang dijabarkan mencapai ‘Praktik Baik’ (Tingkat Maturitas 3) dan
berikut ini, yang terotomatisasi dalam Scoring Workbook. ‘Praktik Sangat Baik’ (Tingkat Maturitas 4).
4. Kegiatan ‘Peraturan Perundang-undangan’ telah
Langkah Pertama. Mulai dengan matriks mencapai ‘Praktik Baik’ (Tingkat Maturitas 3)
komponen Tata Kelola dan secara sistematis 5. Perlu dicatat bahwa satu line item pada kegiatan
mengidentifikasi line item untuk masing-masing ‘Peraturan’ dan ‘Sumber Daya’ mencapai tingkat
kegiatan Tata Kelola yang paling mewakili karakteristik maturitas yang lebih tinggi dibandingkan tingkat
(atau tingkat maturitas) program keamanan maturitas yang ditetapkan bagi setiap kegiatan. Hal
bendungan pengguna. Tingkat maturitas yang tercapai ini karena seluruh line item berkontribusi kepada
bagi suatu kegiatan merupakan tingkat tertinggi dari tingkat maturitas yang dicapai oleh setiap kegiatan
seluruh line item terpilih. 6. Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa
dibutuhkan pengembangan lebih lanjut dalam
Tampilan hasil maturitas komponen dicapai melalui kegiatan ‘Delegasi Tugas dan Tanggung Jawab’ dan
penetapan warna bagi line item tingkat maturitas ‘Sumber Daya’ untuk meningkatkan keseluruhan
sub-elemen terpilih. Tampilan tersebut menunjukkan ‘Komponen’ Tata Kelola menjadi paling sedikit
gambaran tingkat maturitas dari seluruh komponen ‘Praktik Baik’ (Tingkat Maturitas 3)
Tata Kelola. 7. Pencapaian tingkat maturitas ‘Praktik Sangat Baik’
untuk ‘Komunikasi Internal dan Eksternal’ ditandai
Penetapan tingkat Matriks bagi setiap sub-item namun tidak mengubah fakta bahwa ‘Komponen’
kegiatan merupakan aktivitas krusial dan menyeluruh Tata Kelola secara keseluruhan hanya mencapai
dan dilakukan untuk menetapkan standar yang ‘Dasar’ atau Tingkat Maturitas 2.
dibutuhkan untuk evaluasi tolok ukur. Contoh Matriks
Komponen Tata Kelola adalah sebagai berikut Langkah ini telah diprogramkan dalam lembar kerja
(Gambar 14). Excel (Scoring Workbook). Lebih lanjut dijabarkan
secara terinci dalam Lampiran 1.

Tampilan Contoh Evaluasi Matriks Komponen Tata Kelola Gambar 14

Tingkat Maturitas
Matriks Komponen Tata kelola
TIngkat 1 TIngkat 2 TIngkat 3 TIngkat 4 TIngkat 5

Activity Perlu Pengembangan Dasar Praktik Baik Praktik Sangat Baik Praktik Terbaik

Kesesuaian dengan Peraturan (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item]
perundang-undangan (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item]
(a) [line item] (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item]
Delegasi Tugas & Tanggung Jawab
(b) [line item] (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item]
(a) [line item] (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item]
Komunikasi Internal & Eksternal
(b) [line item] (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item]
(a) [line item] (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item] (a) [line item]
Sumber Daya (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item] (b) [line item]
(c) [line item] (c) [line item] (c) [line item] (c) [line item] (c) [line item]

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


30

Langkah Kedua. Ulangi langkah pertama Dari contoh untuk ketiga komponen di atas (Gambar
untuk masing-masing ‘Matriks Komponen’ program 16), dapat disimpulkan bahwa:
keamanan bendungan.
1. Komponen ‘Tata Kelola’ dan ‘Pendidikan dan
Pelatihan Keamanan Bendungan’ telah mencapai
Langkah Ketiga. Lakukan kembali evaluasi tingkat maturitas ‘Dasar’, dan mengakui beberapa
matriks komponen dari Langkah Pertama hingga line item kegiatannya (atau sub-kegiatan) yang
Kedua ke dalam Matriks Maturitas Utama. Langkah diperingkatkan pada tingkat maturitas lebih lanjut.
ini digambarkan pada contoh ‘Tata Kelola’ di atas 2. Komponen ‘Pengelolaan Informasi’ mencapai
(Gambar 14) dengan skala menurun langsung yang tingkat maturitas ‘Praktik Baik’ dan mengakui bahwa
disederhanakan, atau digulirkan dengan contoh sebagai dua sub-kegiatannya diperingkatkan pada tingkat
berikut ini (Gambar 15). maturitas ‘Praktik Sangat Baik’.
3. Ketika menggulirkan skor dari 10 Matriks Komponen
ke Matriks Utama, hanya kegiatan dengan seluruh
Langkah Keempat. Lengkapi ‘Matriks Utama’. sub-kegiatan yang memenunuhi tingkat matriks
Gambar 16 menunjukkan contoh tiga ‘Komponen’ dapat digulirkan menjadi Matriks Utama. Pada contoh
pertama untuk mengindikasikan tampilan dan Gambar 16, hanya Kegiatan 2 - Pengelolaan Informasi
fungsinya. yang bergulir pada tingkat maturitas Tingkat 3.

Pengguliran Tata Kelola menjadi Matriks Utama (menunjukkan 1 elemen) Gambar 15

Tingkat Maturitas
Komponen Program Keamanan
Bendungan Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4 Tingkat 5
Perlu Pengembangan Dasar Praktik Baik Praktik Sangat Baik Praktik Terbaik

Tata Kelola

Tampilan Contoh Matriks Maturitas Utama (menunjukkan 3 komponen) Gambar 16

Tingkat Maturitas
Komponen Program Keamanan
Bendungan Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4 Tingkat 5
Perlu Pengembangan Dasar Praktik Baik Praktik Sangat Baik Praktik Terbaik

Tata Kelola

Manajemen Informasi

Pendidikan dan Pelatihan Keamanan


Bendungan

LENGKAPI UNTUK SELURUH


KOMPONEN PROGRAM KEAMANAN BENDUNGAN

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


31

Lembar Kerja Penilaian


(Scoring Workbook)
Evaluasi program keamanan bendungan secara Scoring Workbook berbasis Excel untuk menjamin
keseluruhan dapat tercapai ketika seluruh elemen penerapan luas dan hanya membutuhkan sedikit
program keamanan bendungan (lihat Matriks pelatihan khusus. Lembar kerja ini mengotomatiskan
Utama) telah dievaluasi dan hasilnya tergambarkan pencatatan dan presentasi skor maturitas untuk
dalam Matrik Utama. masing-masing dari kesepuluh matriks komponen
di atas (Gambar 13) dan lalu mengalihkannya untuk
Matriks Utama yang telah lengkap memberikan menciptakan catatan Matriks Utama (seperti Gambar 9.
representasi visual tingkat maturitas program
keamanan bendungan yang dikelola oleh UPB Excel Scoring Workbook juga dapat menghasilkan plot
dalam penilaian. Bentuk lain representasi circumplex atau ‘grafik konsultan’ dari Matriks Utama
visual terdapat dalam Excel Scoring Workbook, dan Matriks Komponen. Instruksi dan penjelasan
User Manual dan plot radial penilaian mandiri mengenai Excel Scoring Workbook terdapat pada
sebagaimana ditampilkan pada Lampiran 2 Lampiran 1. Plot alternatif ditampilkan pada Lampiran
dokumen ini. 2 dan dapat digunakan oleh UPB dan dianggap paling
tepat untuk presentasi dan mengkomunikasikan
tentang maturitas program keamanan bendungan.

Contoh gambaran plot circumplex yang dihasilkan dari Excel Scoring Workbook untuk Gambar 17
memvisualkan hasil penilaian program keamanan bendungan pada masing-masing Balai.

10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


32

Persiapan dan Partisipasi


dalam Lokakarya
Keberhasilan penilaian mandiri bergantung pada
keterlibatan seluruh personil utama yang sangat
penting guna mencapai sasaran program keamanan
bendungan. Personil tersebut dapat beragam dengan
masing-masing elemen (atau sub-elemen), akan tetapi
personil operasi, rekayasa, pengelolaan dan dukungan
peran organisasi yang lebih luas yang berkonstribusi
terhadap program keamanan bendungan juga perlu
berpartisipasi dalam evaluasi.

Pemangku kepentingan utama lainnya (mis: para


manajer pelaksana atau pihak eksternal) yang
mungkin diikutsertakan dalam konsultasi pada tahap
perencanaan, dan diperlukan, dapat diikutsertakan
dalam evaluasi. Hal ini untuk menjamin persyaratan
mereka telah dipertimbangkan dan hasilnya menjadi
bentuk yang mudah dipahami dan mendorong pada
kesepakatan peningkatan program yang efektif.

Bila fasilitator eksternal akan dimanfaatkan,


disarankan untuk dapat dilibatkan di tahap awal
perencanaan agar dapat dimanfaatkan keahliannya
dalam proses evaluasi dan struktur lokakarya. Semakin
awal partisipasi tersebut akan memaksimalkan
efisiensi evaluasi dan nilai hasil yang diperoleh.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


33

6.0
Penerapan
Hasil untuk
Meningkatkan
Keamanan
Bendungan

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


34

Setelah evaluasi maturitas untuk program keamanan beberapa Balai tidak memiliki profil atau sumber
bendungan selesai dilaksanakan, UPB dapat memilih daya yang sama dengan Balai lainnya. Untuk itu
untuk menetapkan sasaran maturitas lebih tinggi bagi tingkat maturitas perlu disesuaikan menurut jumlah
elemen dan sub-elemen tertentu, lalu mengidentifikasi dan jenis bendungan, termasuk pertimbangan tinggi,
kesenjangan antara kedua sasaran dan status volume tampungan waduk, tipe, dll, besarnya jumlah
maturitas saat ini. Penetapan sasaran tingkat penduduk dan nilai aset di hilir, sumber daya tersedia
maturitas seyogyanya dilakukan sebelum evaluasi. di Balai serta faktor terkait lainnya.
Penyusunan deskripsi line item di atas tingkat yang
dievaluasi dapat digunakan sebagai panduan untuk Kemen PUPR menggunakan tolok ukur diantara
menyusun rencana dan kegiatan guna mencapai Balai-balai (Balai) guna menumbuhkan rangsangan
tingkat yang diinginkan. positif dan motivasi pada Balai-balai (lembaga)
tersebut dalam melaksanakan pengelolaan keamanan
Kemajuan tingkat maturitas bagi setiap kegiatan bendungan yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini
tertentu membutuhkan identifikasi hambatan ditanamkan melalui Kompetisi Keamanan Bendungan
peningkatan maturitas dan rencana menangani yang dilaksanakan oleh Kemen PUPR setiap tahun.
hambatan tersebut (sebagaimana dirangkum pada Semangat persaingan pada Kompetisi Keamanan
Tabel 10). UPB kemudian dapat mempertimbangkan Bendungan tersebut menciptakan lingkungan
peningkatan maturitas program dengan cara terbaik perbaikan di seluruh tingkatan dalam organisasi. Hal
dapat diprioritaskan dan ditahapkan dengan baik ini dapat mendorong peningkatan pengetahuan, sifat
guna mencapai tingkat perbaikan paling tepat sesuai keingintahuan, yang mendorong terwujudnya suasana
sasaran organisasi. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk yang menarik untuk pelatihan pengelolaan keamanan
menyampaikan penyusunan program perbaikan guna bendungan.
menetapkan target tertentu, mengidentifikasi kegiatan,
menetapkan kebutuhan sumber daya dan menyepakati Kompetisi Keamanan Bendungan ini bersifat sukarela
rencana implementasi. Hal ini perlu dilengkapi dengan dimana masing-masing Balai dengan tanggung jawab
program evaluasi berkelanjutan guna melakukan keamanan bendungan memilih untuk bersaing. Balai
koreksi bila perlu. yang bersaing dalam kompetisi ini mengelola beragam
portofolio bendungan (Tabel 8) dan kompetisi tersebut
Penetapan target tingkat maturitas harus dilakukan dibagi ke dalam 3 kategori bendungan sesuai volume
dengan mempertimbangkan konteks dan kondisi tampungan waduknya (Tabel 9). Masing masing Balai
tertentu. Penerapan tingkat maturitas yang sama untuk dapat memilih untuk bersaing pada satu atau lebih
setiap Balai dapat menjadi kontraproduktif, mengingat kategori kompetisi.

Identifikasi dan Peningkatan Maturitas Tabel 7

Hambatan Perbaikan Catatan


SDM Melakukan rekrutmen Karena kekurangan staf
Kompetensi SDM Pelatihan Merekrut pelatih mungkin dari Balai yang kompeten
Berinvestasi untuk pengadaan
Kekurangan Fasilitas Analisis Probable Failure Modes?
fasilitas?
Sistem terpadu pada Balai dan
Sistem Pemantauan Pembiayaan proyek tersedia?
tingkat pusat?
Integrated system within balai and Investasi lanjutan dalam sistem pengumpulan data
Monitoring Systems
central levels dan platform pemantauan?

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


35

Kompetisi ini memiliki dua komponen. Pertama adalah ditampilkan dalam kompetisi ini. Sebagai perbandingan,
lokakarya di mana para perwakilan dari Balai yang Matriks Maturitas mengevaluasi kinerja organisasi
berkompetisi datang untuk menampilkan kegiatan dalam mengelola keamanan portofolio bendungan
masing-masing bagiannya. Presentasi ini dinilai oleh dalam wilayah yang menjadi tanggungjawabnya.
Panel Juri yang terdiri dari 6 orang pensiunan manajer
yang ditunjuk oleh Kemen PUPR. Masing-masing Matriks Maturitas untuk keamanan bendungan
penyaji diberi pertanyaan seputar presentasinya diperkenalkan dalam kompetisi ini berikut
oleh kelompok panel dan diberi kesempatan untuk penggunaan Excel Scoring Workbook. Para perwakilan
menjawab. Komponen kedua adalah serangkaian Balai melakukan penilaian mandiri terhadap portofolio
inspeksi lapangan oleh kelompok panel ke kantor- program pengelolaan masing-masing bendungannya
kantor dan atau lokasi bendungan masing-masing menggunakan Matriks Maturitas keamanan bendungan
Balai yang berkompetisi. Kegiatan ini merupakan Excel Scoring Workbook sebagai bagian dari kompetisi.
kajian lapangan dan verifikasi terhadap presentasi Hasil dari penilaian mandiri tersebut terlampir
yang disampaikan oleh perwakilan Balai peserta pada Lampiran 2. Kelompok juri diperkenalkan
sehingga komponen kedua ini meliputi 80 persen pada piranti dan dipandu melalui langkah-langkah
dari total skor yang dicapai oleh setiap Balai dalam yang dibutuhkan untuk sampai pada terfasilitasinya
Kompetisi Keamanan Bendungan ini. penilaian mandiri. Hal ini dimasudkan sebagai dasar
pengintegrasian penyelenggaraan kompetisi dan juri
Penting untuk dicatat bahwa fokus dari kompetisi yang bertindak sebagai fasilitator pada lokakarya
keamanan bendungan ini adalah spesifik untuk setiap berbasis bidang untuk mengevaluasi kinerja dengan
bendungan, meski mungkin lebih dari satu bendungan Matriks Maturitas.

Portofolio Jumlah Bendungan dan Kategori Kompetisi pada Balai Tabel 8

Total Kategori Kompetisi


Balai
Bendungan Volume waduk < 2 Mm3 Volume waduk < 2-20 Mm3 Volume waduk > 20 Mm3
Bali Penida 5 2 3 ---
Bengawan Solo 33 13 15 52
Brantas 17 5 5 73
Ciliwung – Cisadane 1 1 --- ---
Cimanuk Cisanggarung 7 2 2 3
Citarum 5 3 1 11
Kalimantan III 7 4 3 ---
Mesuji Sekampung 3 --- --- 3
Nusa Tenggara I 62 47 9 6
Nusa Tenggara II 14 11 3 ---
Pemali Juana 17 4 9 4
Pompengan Jeneberang 4 --- 1 3
Serayu Opak 3 --- --- 3
Sumatera I 5 3 2 ---
Total 183 95 53 35

1) 1 bendungan dikelola oleh PJT 2


2) 1 bendungan dikelola olehPJT 1
3) 7 bendungan dikelola oleh PJT 1

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


36
Tinjauan hasil penilaian mandiri yang difasilitasi 3. Banyak Balai menunjukan kelemahan dalam
(Lampiran2) menunjukkan hal-hal sebagai berikut: memenuhi kebutuhan pelatihan.
4. Banyak Balai mengungkapkan tantangan dalam
1. Hampir seluruh penilaian mandiri balai komunikasi pada organisasinya.
menunjukkan skor pada Tingkat 1 dan 2 untuk 5. Pada sebagian besar Balai, membutuhkan
sejumlah komponen; yakni di tingkat dasar atau Perencanaan Kesiapsiagaan Darurat.
perlu pengembangan. 6. Beberapa penilaian mandiri Balai memperoleh
2. Beberapa Balai memperoleh nilai lebih baik skor tingkat tertinggi (Tingkat 5 = Praktik Terbaik)
jika memiliki sumber daya memadai. Balai untuk beberapa komponen. Penilaian independen
yang memperoleh nilai tingkat maturitas lebih Balai akan cukup menarik untuk dikonfirmasi jika
tinggi dapat membantu Balai dengan skor perlu skor tinggi tersebut masuk akal.
pengembangan.

Persaingan Unit Pengelolaan Bendungan pada Kompetisi Keamanan Bendungan 2017 Tabel 9

No. UPB Nama Bendungan Keterangan


Kategori I (Volume > 20 juta m )
3

1 BBWS Serayu Opak Sempor


2 dari 3 bendungan yang dikelola
2 BBWS Serayu Opak Sermo
3 BBWS Pemali Juana Jati Barang 1 dari 4
4 BBWS Bengawan Solo Pondok 1 dari 4
5 BBWS Pompengan Jeneberang Kalola
Seluruh bendungan yang dikelolanya >
6 BBWS Pompengan Jeneberang Ponre-ponre
20 Mm3
7 BBWS Pompengan Jeneberang Bili-bili
8 BBWS Cimanuk Cisanggarung Darma
2 of 3 dams > 20 Mm3
9 BBWS Cimanuk Cisanggarung Malahayu
10 BWS Nusa Tenggara I Pengga 1 dari 6
11 BBWS Mesuji Sekampung Way Jepara
2 dari 3 bendungan > 20 Mm3
12 BBWS Mesuji Sekampung Way Rarem

Kategori II (Volume 2—20 juta m3)


1 BBWS Pemali Juana Penjalin 1 dari 9
2 BBWS Bengawan Solo Gonggang 1 dari 15
3 BBWS Pompengan Jeneberang Salomekko 1 dari 1
4 BBWS Cimanuk Cisanggarung Setu Patok 1 dari 2
5 BWS Nusa Tenggara I Tiu Kulit
6 BWS Nusa Tenggara I Sumi 3 dari 9 bendungan dikelola
7 BWS Nusa Tenggara I Pelaperado
8 BWS Nusa Tenggara II Tilong 1 dari 3
9 BWS Kalimantan III Samboja
2 dari 3 bendungan dikelola
10 BWS Kalimantan III Manggar

Kategori III (Volume > 20 juta m3)


1 BBWS Pemali Juana Panohan 1 dari 4
2 BBWS Brantas Sampean Baru 1 dari 5
3 BWS Nusa Tenggara I Surabaya 1 dari 47
4 BBWS Bengawan Solo Parangjoho 1 dari 13
5 BBWS Ciliwung Cisadane Gintung 1 dari 1
6 BBWS Cimanuk Cisanggarung Bolang 1 dari 2
7 BWS Bali Penida Benel 1 dari 2

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


37

7.0
Kesimpulan
dan Rekomendasi

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


38

Pengembangan Matriks Maturitas sebagai tolok ukur yang tepat, menempatkan alokasi sumber daya dan
keamanan bendungan di Indonesia menyediakan penetapan prioritasnya untuk operasi, pemeliharaan
metode obyektif untuk melakukan penilaian terhadap dan peningkatan keamanan bendungan.
efektivitas operasi, pemeliharaan, pengawasan dan
program kesiapsiagaan darurat yang dilaksanakan Perbandingan antara berbagai balai tersebut perlu
oleh Unit Pengelolaan Bendungan di Balai-balai. dilakukan dengan cermat dan memperhatikan
Proses konsultasi untuk pengembangan matriks kesamaan dan perbedaan portofolio bendungan.
tersebut menghasilkan piranti yang menjadi satu Balai diorganisir dan diberdayakan menurut dimensi,
kesatuan dalam kerangka hukum dan kelembagaan manfaat dan kompleksitas portofolio bendungannya.
untuk keamanan bendungan di Indonesia. Selain Suatu Balai dengan jumlah besar bendungan yang
menyediakan piranti untuk membantu dengan penilaian dimanfaatkan untuk penyediaan air minum dan
mandiri terhadap program keamanan bendungan, memiliki potensi dampak tinggi jika mengalami
Matriks Maturitas juga membantu mengidentifikasi dan kegagalan tidak dapat dibandingkan dengan Balai yang
mengkomunikasikan komponen dan kegiatan-kegiatan bertanggung jawab hanya untuk beberapa bendungan
dalam program keamanan bendungan. irigasi di lokasi terpencil.

Matriks Maturitas lebih lanjut dapat membantu Seluruh peningkatan dalam program pengelolaan
mengidentifikasi dan memprioritaskan bagian yang keamanan bendungan Balai bergantung pada alokasi
memerlukan perbaikan dalam program keamanan anggaran. Ketiadaan biaya jasa irigasi mengakibatkan
bendungan. Penerapan penilaian maturitas di terbatasnya pendapatan dan program keamanan
seluruh Balai individual memberi pengukuran bendungan menjadi bergantung pada bantuan
relatif untuk menilai efektivitas program keamanan pemerintah. Hasil dari penilaian maturitas dapat
bendungan pada berbagai unit pengelola bendungan. membantu dalam mengkomunikasikan kebutuhan
Dengan berjalannya waktu, melalui penerapan anggaran serta membantu menyampaikan prioritas
berkelanjutan, Matriks Maturitas dapat digunakan dalam lingkungan sumber daya tetap guna
untuk membandingkan kinerja antar masing-masing memastikan bahwa sumber daya dapat dialokasikan
program keamanan bendungan dalam Balai. Hal ini pada bagian yang sangat membutuhkannya.
dapat membantu untuk mengidentifikasi penanganan

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


39

Tingkat pemahaman terhadap mekanisme kinerja Potential Failure Modes Analysis (PFMA) merupakan
bendungan dan menghubungkan mekanisme tersebut contoh analisis yang bermanfaat yang dapat digunakan
dengan interpretasi data pemantauan dan pemeriksaan untuk memandu dan menginformasikan personel
cukup beragam antar Balai. Saat ini balai diwajibkan keamanan bendungan tentang di mana fokus observasi
mengirimkan data pemantauan dan pemeriksaan kepada dan inspeksi, di mana secara strategis melakukan
Unit Keamanan Bendungan untuk dilakukan evaluasi dan investigasi atau memasang instrumen untuk memantau
pengarsipan. Hal ini mengakibatkan kurangnya penilaian kinerja bendungan. Proses dan hasil dari PFMA dapat juga
kinerja bendungan secara mendalam berdasarkan data membantu mengidentifikasi dan menetapkan prioritas
pemantauan dan pemeriksaan di internal Balai. Ada defisiensi O&P, identifikasi kebutuhan akan proses
kebutuhan untuk meningkatkan umpan balik sehingga perbaikan operasional, dan sasaran kebutuhan pelatihan.
hasil dari penilaian data pengawasan tersebut data
disampaikan kembali kepada masing-masing Balai untuk Penerapan Potential Failure Modes Analysis (PFMA)
diambil tindakan. Hal ini dapat membantu menegakkan secara sistematis dapat digunakan untuk menyampaikan
kembali siklus perbaikan dan penyesuaian. Pengukuran pengembangan Matriks Maturitas. PFMA merupakan
maturitas memberi ukuran terhadap tolok ukur identifikasi dan pengujian informal terhadap modus
pengembangan kinerja. kegagalan “potensial” bagi bendungan yang ada oleh tim
terdiri dari beberapa orang didasarkan pada kajian seluruh
Saat ini penilaian terhadap data pemantauan dan data dan informasi eksisting, masukan dari lapangan
pemeriksaan dilakukan oleh balai yang didorong oleh dan personil operasi, inspeksi lapangan, analisis teknis
tren pembacaaan pemantauan dan pemeriksaan yang dilakukan, identifikasi potensi modus kegagalan,
individu tanpa pemahaman keseluruhan terhadap penyebab kegagalan dan berkembangnya kegagalan serta
keterlibatan teknis dalam kinerja bendungan yang pemahaman konsekuensi dari kegagalan tersebut. Untuk
aman. Dengan demikian, seakan-akan telah terdapat itu, PFMA perlu dipandang sebagai pelengkap proses
kepatuhan terhadap kerangka hukum terkait keamanan tradisional di mana keamanan bendungan dinilai dari
bendungan, kurangnya pemahaman kelembagaan kemampuannya untuk memenuhi kriteria berbasis standar
atas kinerja bendungan. Risiko ini bukan hanya akan untuk stabilitas dan kondisi-kondisi lainnya.
berkurang melalui peningkatan komunikasi, namun juga
melalui pengembangan pemahaman tentang keamanan PFMA lebih dari sekedar suatu latihan untuk
bendungan pada Balai. Perbaikan komunikasi hasil mengevaluasi dan mendokumentasikan potensi
penilaian data pemantauan dan pemeriksaan oleh Unit modus kegagalan bendungan. Analisis ini merupakan
Keamanan Bendungan membutuhkan pemahaman Balai piranti yang berharga yang dapat digunakan untuk
dan manajemen senior Direktorat Jenderal SDA Kemen memandu dan menyampaikan kepada petugas
PUPR dan berpotensi juga membutuhkan pemahaman keamanan bendungan tentang bagian yang perlu
oleh manajemen yang lebih tinggi di Kemen PUPR. untuk mendapat perhatian dalam observasi dan
inspeksi keamanan bendungan, serta melakukan
Matriks Maturitas menyediakan mekanisme untuk secara investigasi secara strategis atau memasang instrumen
sistematis mengidentifikasi bidang kesulitan dalam Balai. untuk memantau kinerja bendungan, yang akan dapat
Program pelatihan dan pengembangan kapasitas khusus digunakan sebagai langkah awal dalam melakukan
dapat diselaraskan dengan permasalahan sistematis analisis risiko. Proses dan hasil PFMA juga dapat
tersebut yang terwujud di seluruh portofolio nasional membantu mengidentifikasi dan memprioritaskan
dan seluruh Balai. Di wilayah lain di mana beberapa Balai kekurangan Operasi dan Pemeliharaan,
menunjukkan kinerja baik, dapat diterapkan pembelajaran mengidentifikasi kebutuhan atas perbaikan proses
antar personil untuk memanfaatkan keahlian dalam operasional dan sasaran kebutuhan pelatihan.
struktur yang ada. Mengundang pelatih dari Balai yang
memperoleh skor maturitas lebih tinggi untuk melatih Pelaksanaan PFMA untuk bendungan dalam portofolio
personil pada balai dengan skor tingkat maturitas lebih setiap Balai dapat membantu meningkatkan
rendah pada komponen atau kegiatan program keamanan pemahaman dan wawasan terhadap keterpaparan
bendungan tertentu dapat diuji coba jika kompetensi risiko dan sasaran pemantauan dan pemeriksaan
merupakan hambatan pada tingkat maturitas. untuk mengidentifikasi modus kegagalan. Hal ini dapat

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


40

dilakukan dengan melibatkan dan melakukan penilaian Matriks Maturitas dapat diperluas untuk menilai
keamanan bendungan di luar cara tradisional yang keamanan bendungan pada portofolio yang di
dengan secara sengaja memperoleh masukan dari luar Balai di bawah pengawasan Kemen PUPR. Hal
tim beranggotakan berbagai individu yang memiliki ini meliputi Unit Pengelola Bendungan, atau unit
informasi tentang kinerja dan operasi bendungan. PFMA sejenis, di antaranya para operator PLTA dan pemilik
selanjutnya dapat digunakan dalam menyusun program bendungan swasta dengan beberapa modifikasi.
yang tepat untuk meningkatkan dan fokus pada program Manfaat serupa dapat dicapai dan konsisten di
pemeriksaan visual dan pemantauan instrumen, serta seluruh portofolio bendungan di Indonesia.
proses inspeksi keamanan bendungan, mengidentifikasi
kekurangan atau kekeliruan data, informasi atau Penerapan pendekatan konsisten di seluruh portofolio
analisis yang diperlukan untuk mengevaluasi nasional bendungan besar dapat menyediakan
keamanan bendungan dan modus kegagalan potensial piranti pelaporan penting secara teratur. Hal ini dapat
serta membantu mengidentifikasi langkah-langkah digunakan untuk melaporkan matriks yang disepakati
pengurangan risiko keamanan bendungan yang paling melalui bagian tinjauan keamanan tahunan dan
efektif. Hal ini secara signifikan akan dapat meningkatkan komprehensif bagi seluruh bendungan di Indonesia.
efektivitas pemantauan dan pemeriksaan, pemahaman Hal ini dapat diformalkan dalam laporan nasional
atas mekanisme potensi kegagalan bendungan dan keamanan bendungan.
sebaliknya dapat meningkatkan pemahaman awal
terhadap data pemantauan dan pemeriksaan oleh Pemerintah tengah melaksanakan fase kedua Dam
Balai, sebelum mengirimkan data pemantauan dan Operational Improvement and Safety Project (DOISP).
pemeriksaan kepada Unit Keamanan Bendungan. Program ini bertujuan: (i) meningkatkan keamanan dan
Integrasi pengembangan staf dari Balai, Unit Keamanan fungsionalitas terkait pasokan air baku pada bendungan
Bendungan, dan Komisi Keamanan Bendungan, dalam besar yang dimiliki Kemen PUPR, dan (ii) memperkuat
mengaplikasikan PFMA dengan implementasi Matriks kebijakan. Peraturan dan kapasitas administratif
Maturitas akan memberikan penegakkan positif dan kuat pengelolaan keamanan dan operasional. Indikator hasil
melalui adaptasi program keamanan bendungan dalam spesifik dalam hal ini meliputi penguatan lembaga
menanggapi isu-isu spesifik. keamanan bendungan nasional, serta mengembalikan
keamanan, kinerja operasional dan umur ekonomi (usia
Keragaman hasil penilaian mandiri yang dilakukan oleh guna) sejumlah bendungan besar dan mengurangi
Balai menunjukkan bahwa konsistensi belum tercapai. dampak sedimentasi. Dalam konteks ini, Matriks
Penilaian independen dapat memvalidasi kapasitas Maturitas memberi metode mendalam, teruji dan
penilaian mandiri dan memberi kalibrasi. Panel terbiasa mudah untuk diterapkan sebagai tolok ukur kinerja
mengevaluasi Kompetisi Keamanan Bendungan dan lembaga yang terlibat dalam keamanan bendungan.
kompetisi itu sendiri memberi peluang penting untuk Proyek ini memberi peluang untuk mempertahankan
terus menyempurnakan penerapan Matriks Maturitas pengembangan lebih lanjut, penerapan dan
yang ada. Hal ini juga membantu mengkalibrasi penilaian penyempurnaan Matriks Maturitas melalui pendekatan
mandiri secara nasional untuk memberi barometer kinerja dua tahunan secara sistematis yang melekat dalam
secara relatif. Fasilitator independen direkomendasikan kerangka pembiayaan untuk implementasinya
untuk penggunaan Matriks Maturitas selanjutnya.
Matriks Maturitas belum diterapkan untuk menilai
fungsi dukungan keamanan bendungan oleh Kemen
PUPR. Sebagai contoh, Unit Keamanan Bendungan
membantu Komisi Keamanan Bendungan melakukan
analisis data dari instrumen pemantauan sebagai
layanan terpusat. Hal ini merupakan kegiatan
utama di dalam kerangka keamanan bendungan
secara keseluruhan yang tidak dinilai dalam fokus
Matriks Maturitas saat ini untuk program keamanan
bendungan dalam Balai.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


41

Lampiran

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


42

Lampiran 1: Excel Scoring Workbook

Excel Scoring Workbook terdiri dari 13 worksheet 2. Buka Excel Scoring Workbook;
(lembar kerja): Instruksi, Matriks Utama, 10 Matriks 3. Reset seluruh workbook dengan tombol Instruksi
Kegiatan dan worksheet ringkasan. pada lembar kerja;
4. Mulai dengan pemberian skor pada Komponen 1
Instruksi, yang termasuk dalam Excel Scoring worksheet Matriks Tata Kelola untuk setiap line item
Workbook, dijelaskan kembali seperti di bawah ini. kegiatan (menggunakan tombol skor pada kolom
Matriks Maturitas yang tepat) serta menyertakan
Prosedur dari awal penilaian tolok ukur baru adalah justifikasi untuk setiap skor yang dipilih;
sebagai berikut: 5. Ulangi pada masing-masing dari seluruh 10
1. Pasang Excel Scoring Workbook pada komputer worksheet secara berurutan, mulai dari nomor 1
yang telah menginstalasi program Excel; Tata Kelola hingga nomor 10 Kesiapsiagaan Darurat.

Komponen 1 Matriks Maturitas Tata Kelola Gambar C1

Penggunaan Matriks Maturitas untuk Mengevaluasi Program Keamanan Bendungan

Tata Kelola ditetapkan sebagai komitmen organisasi dan penyediaan sumber daya serta pengawasan atas pelaksanaan efektif program
keamanan bendungan dan pengelolaan risiko keamanan bendungan.
Tingkat Maturitas
Kegiatan
1. Perlu Pembangunan 2. Dasar 3. Praktik Baik 4. Praktik Sangat Baik 5. Praktik Terbaik
1-A. Kebijakan dan (a) Kebijakan dan peraturan terkait
(a) Kurangnya atau tidak ada (a) Terdapat sebagian
Peraturan (a) Kebijakan dan peraturan (a) Kebijakan dan peraturan dipahami dengan baik, melalui
pemahaman atas kebijakan pemahaman atas kebijakan
terkait secara umum dipahami. terkait dipahami dengan baik. hubungan baik dengan Komisi
dan peraturan terkait. dan peraturan terkait.
[Peraturan dan Keamanan Bendungan
Kebijakan tentang (b) Kebijakan dan peraturan (b) Kebijakan dan peraturan (b) Kebijakan dan peraturan terkait
keamanan (b) Kebijakan dan peraturan (b) Kebijakan dan peraturan
terkait secara umum terkait terpenuhi dan terpenuhi dan secara umum
bendungan.] terkait belum terpenuhi. terkait terpenuhi.
terpenuhi. terkadang melampaui. melampaui.
(a) Kurangnya atau tidak ada (a) Tugas dan tanggung jawab
(a) Tugas dan tanggung (a) Tugas dan tanggung jawab (a) Tugas dan tanggung jawab
1-B. Tugas & penetapan dan pemahaman ditetapkan dan dipahami dengan
jawab belum ditetapkan dan secara umum ditetapkan dan ditetapkan dan dipahami
Tanggung Jawab atas tugas dan tanggung baik di lingkungan Unit Pengelolaan
dipahami dengan baik. dipahami. dengan baik secara lokal.
jawab. Bendungan (UPB) dan Kementerian.
[Tugas dan tanggung (b) Para personil didorong dan sangat
jawab terkait (b) Personil tidak didorong (b) Personil kurang didorong (b) Para personil didorong (b) Para personil didorong dan dihimbau untuk melaksanakan
Program Keamanan untuk melaksanakan tugas untuk melaksanakan tugas untuk melaksanakan tugas dihimbau untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dan
Bendungan] dan tanggung jawab. dan tanggung jawab. dan tanggung jawab. tugas dan tanggung jawab. meningkatkan hasil keamanan
bendungan.
1-C. Komunikasi (a) Komunikasi formal dan (a) Komunikasi formal dan (a) Komunikasi formal dan informal
(a) Kurangnya komunikasi di (a) Komunikasi terjalin secara
Internal & Eksternal informal dua arah terjadi di informal dua arah efektif dua arah efektif dan rutin antara
dalam dan antara UPB dan formal dalam UPB dan antara
seluruh tingkat dalam UPB dan antara seluruh tingkatan seluruh tingkatan dalam UPB dan
Kementerian. UPB dan Kementerian.
[Komunikasi Kementerian. dalam UPB dan Kementerian. Kementerian.
internal dalam
UPB, Kementerian
Pekerjaan Umum (b) Kurangnya atau tidak (b) Hanya terjadi komunikasi (b) Komunikasi eksternal dua
(b) Komunikasi eksternal dua (b) Komunikasi eksternal dua arah
dan Perumahan ada komunikasi eksternal informal eksternal dua arah efektif terjadi antara UPB
arah terjadi antara UPB dan efektif dan rutin terjadi antara UPB
Rakyat. Komunikasi antara UPB dan pemangku arah terjadi antaraUPB dan dan pemangku kepentingan
pemangku kepentingan utama. dan pemangku kepentingan utama.
eksternal dengan kepentingan utama. pemangku kepentingan utama. utama.
masyarakat]
(a) Sumber daya finansial dan
(a) Sumber daya finansial (a) Sumber daya finansial (a) Sumber daya finansial
(a) Sumber daya finansial dan peralatan memadai untuk mencapai
dan peralatan masih dan peralatan masih belum dan peralatan memadai
peralatan memadai untuk seluruh hasil efisien tingkat tinggi
1-D. Sumber Daya kekurangan untuk mencapai memadai untuk mencapai untuk mencapai seluruh hasil
mencapai hasil dasar program program keamanan bendungan dan
hasil dasar program seluruh hasil dasar program efisien tingkat tinggi program
keamanan bendungan. mengimplementasikan peluang
[Penyediaan sumber keamanan bendungan keamanan bendungan keamanan bendungan.
peningkatan
daya manusia,
(b) Sumber daya manusia (b) Sumber daya manusia (b) Sumber daya manusia memadai
keuangan dan (b) Sumber daya manusia (b) Sumber daya manusia
masih kurang untuk belum memadai untuk untuk mencapai hasil efisien tingkat
peralatan yang memadai untuk mencapai memadai untuk mencapai
mencapai hasil dasar mencapai seluruh hasil tinggi program keamanan bendungan
memadai untuk hasil dasar program keamanan hasil tingkat tinggi program
program keamanan dasar program keamanan dan dan mengimplementasikan
pelaksanaan bendungan keamanan bendungan
bendungan bendungan peluang perbaikan
Program Keamanan
Bendungan] (c) Terdapat perencanaan suksesi
(c) Perencanaan dan (c) Perencanaan dan (c) Terdapat perencanaan
(c) Kurangnya atau tidak ada secara penuh untuk meningkatkan
implementasi suksesi masih implementasi suksesi secara suksesi secara penuh dan
perencanaan suksesi. hasil keamanan bendungan dan
belum memadai. umum telah tersusun. terimplementasi.
terimplementasi.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


43

Matriks Utama dan Worksheet Ringkasan akan terlengkapi Pada Gambar C1, hasil akhir maturitas ditetapkan
secara otomatis oleh program Excel Scoring Workbook menurut maturitas tertinggi yang dicapai pada setiap
setelah proses pemberian skor selesai dilakukan. kegiatan. Hal ini ditunjukkan dengan garis Merah
terputus-putus pada Gambar C1. Matriks Utama ini
Hasil skor dapat dicetak atau direkam secara elektronik dihasilkan oleh program Excel Scoring Workbook seperti
untuk tujuan penyimpanan. Gambar C2.

Gambar C1 menunjukkan Matriks Tata Kelola dengan Gambar C2 menunjukkan komponen Tata Kelola dari
tombol skor yang termasuk dan skor ditetapkan (dengan Matriks utama. Untuk melengkapi penilaian bagi 9
penilaian tepat). matriks komponen lainnya (Matriks Komponen 2
hingga 10) perlu diberikan skor (seperti Komponen 1
pada Gambar C1).

Matriks Utama Komponen Tata Kelola Gambar C2

Tingkat Maturitas
Kegiatan
1. Perlu Pembangunan 2. Dasar 3. Praktik Baik 4. Praktik Sangat Baik 5. Praktik Terbaik
1-A (b) 1 2
1-B (b) 1 2 3
1-C (b) 1 2 3
1-D (c) 1

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


44
Lembar kerja INSTRUCTIONS
instruksi dari
Excel Scoring 1) a) Enable Macros if you are prompted to do so upon opening the  Workbook (see image below)
Workbook.

b) SAVE this Workbook to a folder

2) RESET Entire Workbook if it contains previous responses (save a copy, if required)
Do this by clicking the "RESET ENTIRE WORKBOOK" button - see image below:

Image only →

3) a) Proceed to the Worksheet Tab titled "1. Governance". 
This is the maturity matrix titled "Component 1: Governance Maturity Matrix"

b) RESET the Worksheet if it contains previous responses
Do this by clicking the "RESET SCORING FORM" button - see image below:
Image only →

c) For each line item, select a response by clicking on a radio button in the row

d) For each selection, insert text in the Remarks column to justify your response to the questions below:
Queson 1: What elevates your maturity level selecon from the maturity level one level lower?
Queson 2: What prevents your maturity level selecon from moving one level higher?

Remarks
Insert text →

e) Proceed to the next line item and so on, until you have completed the Worksheet
If you change your mind, you can reset the form again by clicking the RESET button.
Note that clicking the RESET button will delete ALL responses in the Worksheet
Responses to individual line items can be changed by selecting the appropriate button

4) Once finished, proceed to the next Tab
Finish selecting responses on each Tab until you have completed all forms
The "Master Matrix" highlights will be generated automatically once all forms are complete

5) Your responses are plotted on the Tab titled "Summary".
Take a PRINT of this 'Summary' Worksheet for your record.

6) Polar plots are generated in the sheet titled "Polar_Plots"
Do this by clicking the "Plot All Charts" button - see image below:
Take a PRINT of this 'polar_plots' Worksheet for your record.

Image only →

7) You can RESET this entire Workbook by clicking the button below:
(you will be prompted for confirmation)

Actual Buon !! →
RESET ENTIRE 
WORKBOOK

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


45

Lampiran 2: Hasil Matriks Maturitas

Daftar Peserta Batam Daftar Peserta Semarang Legenda Tingkat Maturitas


1. BBWS Bengawan Solo BBWS Bengawan Solo
1. Perlu Pembangunan
2. BBWS Brantas BBWS Brantas
3. BBWS Ciliwung-Cisadane BBWS Ciliwung-Cisadane
2. Dasar
4. BBWS Cimanuk-Cisanggarung BBWS Cimanuk-Cisanggarung
5. BBWS Citarum Did Not Participate
3. Praktik Baik
6. BBWS Mesuji-Sekampung BBWS Mesuji-Sekampung
7. BBWS Pemali-Juana BBWS Pemali-Juana
4. Praktik Sangat Baik
8. BBWS Pompengan-Jeneberang BBWS Pompengan-Jeneberang
9. BBWS Serayu Opak BBWS Serayu Opak
5. Praktik Terbaik
10. BWS Bali-Penida BWS Bali-Penida
11. BWS Kalimantan-III BWS Kalimantan-III
12. BWS Nusa Tenggara-I BWS Nusa Tenggara-I
13. BWS Nusa Tenggara-II BWS Nusa Tenggara-II
14. BWS Sumatera-I Did Not Participate
15. BWS Sumatra-IV Did Not Participate

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


46

Lampiran 2A: Gambaran Komponen


(Matriks Utama) untuk Balai
BBWS Bengawan Solo
10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola
Lokakarya 2 (Mei 2017)

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Lokakarya 3 (Juli 2017) 10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


47

BBWS Brantas
10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola
Lokakarya 2 (Mei 2017)

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Lokakarya 3 (Juli 2017) 10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


48

BBWS Ciliwung-Cisadane
10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola
Lokakarya 2 (Mei 2017)

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Lokakarya 3 (July 2017) 10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


49

BBWS Cimanuk-Cisanggarung
10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola
Lokakarya 2 (Mei 2017)

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Lokakarya 3 (July 2017) 10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


50

BBWS Citarum
10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola
Lokakarya 2 (Mei 2017)

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Lokakarya 3 (July 2017)


Tidak tersedia

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


51

BBWS Mesuji-Sekampung
10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola
Lokakarya 2 (Mei 2017)

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Lokakarya 3 (July 2017) 10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


52

BBWS Pemali-Juana
10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola
Lokakarya 2 (Mei 2017)

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Lokakarya 3 (July 2017) 10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


53

BBWS Pompengan-Jeneberang
10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola
Lokakarya 2 (Mei 2017)

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Lokakarya 3 (July 2017) 10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


54

BBWS Serayu Opak


10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola
Lokakarya 2 (Mei 2017)

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Lokakarya 3 (July 2017) 10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


55

BWS Bali-Penida
10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola
Lokakarya 2 (Mei 2017)

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Lokakarya 3 (July 2017) 10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


56

BWS Kalimantan-III
10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola
Lokakarya 2 (Mei 2017)

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Lokakarya 3 (July 2017) 10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


57

BWS Nusa Tenggara-I


10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola
Lokakarya 2 (Mei 2017)

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Lokakarya 3 (July 2017) 10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


58

BWS Nusa Tenggara-II


10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola
Lokakarya 2 (Mei 2017)

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Lokakarya 3 (July 2017) 10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


59

BWS Sumatera-I
10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola
Lokakarya 2 (Mei 2017)

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Lokakarya 3 (July 2017)


Tidak tersedia

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


60

BWS Sumatra-IV
10 Audit dan Tinjauan 1 Tata Kelola
Lokakarya 2 (Mei 2017)

9 Penangan Isu-isu 2 Manajemen


Keamanan Bendungan Informasi

8 Kesiapsiagaan 3 Pendidikan dan Pelatihan


Darurat Keamanan Bendungan

7 Pemeliharaan 4 Pemeriksaan dan


Bendungan dan Pemantauan
Spilway

6 Operasi Waduk 5 Peralatan Spillway


dan Outlet

Lokakarya 3 (July 2017)


Tidak tersedia

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


61

Lampiran 2B: Perbandingan antar Balai

1. Tata Kelola
Lokakarya 2 (Mei 2017)

BWS Sumatra-IV BBWS Bengawan Solo

BWS Sumatera-I BBWS Brantas

BBWS Ciliwung-Cisadane
BWS Nusa Tenggara-II

BBWS Cimanuk-
BWS Nusa Tenggara-I
Cisanggarung

BWS Kalimantan-III BBWS Citarum

BBWS Mesuji-Sekampung
BWS Bali-Penida
BBWS Pemali-Juana
BBWS Serayu Opak BBWS Pompengan-
Jeneberang

Lokakarya 3 (July 2017)

BWS Nusa Tenggara-II BBWS Bengawan Solo

BWS Nusa Tenggara-I BBWS Brantas

BWS Kalimantan-III BBWS Ciliwung-Cisadane

BBWS Cimanuk-
BWS Bali-Penida Cisanggarung

BBWS Serayu Opak BBWS Mesuji-Sekampung

BBWS Pompengan- BBWS Pemali-Juana


Jeneberang

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


62

2. Manajemen Informasi
Lokakarya 2 (Mei 2017)

BWS Sumatra-IV BBWS Bengawan Solo

BWS Sumatera-I BBWS Brantas

BBWS Ciliwung-Cisadane
BWS Nusa Tenggara-II

BBWS Cimanuk-
BWS Nusa Tenggara-I
Cisanggarung

BWS Kalimantan-III BBWS Citarum

BBWS Mesuji-Sekampung
BWS Bali-Penida
BBWS Pemali-Juana
BBWS Serayu Opak BBWS Pompengan-
Jeneberang

Lokakarya 3 (July 2017)

BWS Nusa Tenggara-II BBWS Bengawan Solo

BWS Nusa Tenggara-I BBWS Brantas

BWS Kalimantan-III BBWS Ciliwung-Cisadane

BBWS Cimanuk-
BWS Bali-Penida Cisanggarung

BBWS Serayu Opak BBWS Mesuji-Sekampung

BBWS Pompengan- BBWS Pemali-Juana


Jeneberang

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


63

3. Pendidikan dan Pelatihan Keamanan Bendungan


Lokakarya 2 (Mei 2017)

BWS Sumatra-IV BBWS Bengawan Solo

BWS Sumatera-I BBWS Brantas

BBWS Ciliwung-Cisadane
BWS Nusa Tenggara-II

BBWS Cimanuk-
BWS Nusa Tenggara-I
Cisanggarung

BWS Kalimantan-III BBWS Citarum

BBWS Mesuji-Sekampung
BWS Bali-Penida
BBWS Pemali-Juana
BBWS Serayu Opak BBWS Pompengan-
Jeneberang

Lokakarya 3 (July 2017)

BWS Nusa Tenggara-II BBWS Bengawan Solo

BWS Nusa Tenggara-I BBWS Brantas

BWS Kalimantan-III BBWS Ciliwung-Cisadane

BBWS Cimanuk-
BWS Bali-Penida Cisanggarung

BBWS Serayu Opak BBWS Mesuji-Sekampung

BBWS Pompengan- BBWS Pemali-Juana


Jeneberang

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


64

4. Pemeriksaan dan Pemantauan


Lokakarya 2 (Mei 2017)

BWS Sumatra-IV BBWS Bengawan Solo

BWS Sumatera-I BBWS Brantas

BBWS Ciliwung-Cisadane
BWS Nusa Tenggara-II

BBWS Cimanuk-
BWS Nusa Tenggara-I
Cisanggarung

BWS Kalimantan-III BBWS Citarum

BBWS Mesuji-Sekampung
BWS Bali-Penida
BBWS Pemali-Juana
BBWS Serayu Opak BBWS Pompengan-
Jeneberang

Lokakarya 3 (July 2017)

BWS Nusa Tenggara-II BBWS Bengawan Solo

BWS Nusa Tenggara-I BBWS Brantas

BWS Kalimantan-III BBWS Ciliwung-Cisadane

BBWS Cimanuk-
BWS Bali-Penida Cisanggarung

BBWS Serayu Opak BBWS Mesuji-Sekampung

BBWS Pompengan- BBWS Pemali-Juana


Jeneberang

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


65

5. Peralatan Spillway dan Outlet


Lokakarya 2 (Mei 2017)

BWS Sumatra-IV BBWS Bengawan Solo

BWS Sumatera-I BBWS Brantas

BBWS Ciliwung-Cisadane
BWS Nusa Tenggara-II

BBWS Cimanuk-
BWS Nusa Tenggara-I
Cisanggarung

BWS Kalimantan-III BBWS Citarum

BBWS Mesuji-Sekampung
BWS Bali-Penida
BBWS Pemali-Juana
BBWS Serayu Opak BBWS Pompengan-
Jeneberang

Lokakarya 3 (July 2017)

BWS Nusa Tenggara-II BBWS Bengawan Solo

BWS Nusa Tenggara-I BBWS Brantas

BWS Kalimantan-III BBWS Ciliwung-Cisadane

BBWS Cimanuk-
BWS Bali-Penida Cisanggarung

BBWS Serayu Opak BBWS Mesuji-Sekampung

BBWS Pompengan- BBWS Pemali-Juana


Jeneberang

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


66

6. Operasi Waduk
Lokakarya 2 (Mei 2017)

BWS Sumatra-IV BBWS Bengawan Solo

BWS Sumatera-I BBWS Brantas

BBWS Ciliwung-Cisadane
BWS Nusa Tenggara-II

BBWS Cimanuk-
BWS Nusa Tenggara-I
Cisanggarung

BWS Kalimantan-III BBWS Citarum

BBWS Mesuji-Sekampung
BWS Bali-Penida
BBWS Pemali-Juana
BBWS Serayu Opak BBWS Pompengan-
Jeneberang

Lokakarya 3 (Juli 2017)

BWS Nusa Tenggara-II BBWS Bengawan Solo

BWS Nusa Tenggara-I BBWS Brantas

BWS Kalimantan-III BBWS Ciliwung-Cisadane

BBWS Cimanuk-
BWS Bali-Penida Cisanggarung

BBWS Serayu Opak BBWS Mesuji-Sekampung

BBWS Pompengan- BBWS Pemali-Juana


Jeneberang

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


67

7. Pemeliharaan Bendungan dan Spillway


Lokakarya 2 (Mei 2017)

BWS Sumatra-IV BBWS Bengawan Solo

BWS Sumatera-I BBWS Brantas

BBWS Ciliwung-Cisadane
BWS Nusa Tenggara-II

BBWS Cimanuk-
BWS Nusa Tenggara-I
Cisanggarung

BWS Kalimantan-III BBWS Citarum

BBWS Mesuji-Sekampung
BWS Bali-Penida
BBWS Pemali-Juana
BBWS Serayu Opak BBWS Pompengan-
Jeneberang

Lokakarya 3 (Juli 2017)

BWS Nusa Tenggara-II BBWS Bengawan Solo

BWS Nusa Tenggara-I BBWS Brantas

BWS Kalimantan-III BBWS Ciliwung-Cisadane

BBWS Cimanuk-
BWS Bali-Penida Cisanggarung

BBWS Serayu Opak BBWS Mesuji-Sekampung

BBWS Pompengan- BBWS Pemali-Juana


Jeneberang

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


68

8. Kesiapsiagaan Darurat
Lokakarya 2 (Mei 2017)

BWS Sumatra-IV BBWS Bengawan Solo

BWS Sumatera-I BBWS Brantas

BBWS Ciliwung-Cisadane
BWS Nusa Tenggara-II

BBWS Cimanuk-
BWS Nusa Tenggara-I
Cisanggarung

BWS Kalimantan-III BBWS Citarum

BBWS Mesuji-Sekampung
BWS Bali-Penida
BBWS Pemali-Juana
BBWS Serayu Opak BBWS Pompengan-
Jeneberang

Lokakarya 3 (Juli 2017)

BWS Nusa Tenggara-II BBWS Bengawan Solo

BWS Nusa Tenggara-I BBWS Brantas

BWS Kalimantan-III BBWS Ciliwung-Cisadane

BBWS Cimanuk-
BWS Bali-Penida Cisanggarung

BBWS Serayu Opak BBWS Mesuji-Sekampung

BBWS Pompengan- BBWS Pemali-Juana


Jeneberang

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


69

9. Penanganan Isu-isu Keamanan Bendungan


Lokakarya 2 (Mei 2017)

BWS Sumatra-IV BBWS Bengawan Solo

BWS Sumatera-I BBWS Brantas

BBWS Ciliwung-Cisadane
BWS Nusa Tenggara-II

BBWS Cimanuk-
BWS Nusa Tenggara-I
Cisanggarung

BWS Kalimantan-III BBWS Citarum

BBWS Mesuji-Sekampung
BWS Bali-Penida
BBWS Pemali-Juana
BBWS Serayu Opak BBWS Pompengan-
Jeneberang

Lokakarya 3 (Juli 2017)

BWS Nusa Tenggara-II BBWS Bengawan Solo

BWS Nusa Tenggara-I BBWS Brantas

BWS Kalimantan-III BBWS Ciliwung-Cisadane

BBWS Cimanuk-
BWS Bali-Penida Cisanggarung

BBWS Serayu Opak BBWS Mesuji-Sekampung

BBWS Pompengan- BBWS Pemali-Juana


Jeneberang

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


70

10. Audit dan Tinjauan


Lokakarya 2 (Mei 2017)

BWS Sumatra-IV BBWS Bengawan Solo

BWS Sumatera-I BBWS Brantas

BBWS Ciliwung-Cisadane
BWS Nusa Tenggara-II

BBWS Cimanuk-
BWS Nusa Tenggara-I
Cisanggarung

BWS Kalimantan-III BBWS Citarum

BBWS Mesuji-Sekampung
BWS Bali-Penida
BBWS Pemali-Juana
BBWS Serayu Opak BBWS Pompengan-
Jeneberang

Lokakarya 3 (Juli 2017)

BWS Nusa Tenggara-II BBWS Bengawan Solo

BWS Nusa Tenggara-I BBWS Brantas

BWS Kalimantan-III BBWS Ciliwung-Cisadane

BBWS Cimanuk-
BWS Bali-Penida Cisanggarung

BBWS Serayu Opak BBWS Mesuji-Sekampung

BBWS Pompengan- BBWS Pemali-Juana


Jeneberang

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


71

Gambaran Komponen
Lokakarya 2 (Mei 2017)

BWS Sumatra-IV BBWS Bengawan Solo

BWS Sumatera-I BBWS Brantas

BBWS Ciliwung-Cisadane
BWS Nusa Tenggara-II

BBWS Cimanuk-
BWS Nusa Tenggara-I
Cisanggarung

BWS Kalimantan-III BBWS Citarum

BBWS Mesuji-Sekampung
BWS Bali-Penida
BBWS Pemali-Juana
BBWS Serayu Opak BBWS Pompengan-
Jeneberang

Lokakarya 3 (Juli 2017)

BWS Nusa Tenggara-II BBWS Bengawan Solo

BWS Nusa Tenggara-I BBWS Brantas

BWS Kalimantan-III BBWS Ciliwung-Cisadane

BBWS Cimanuk-
BWS Bali-Penida Cisanggarung

BBWS Serayu Opak BBWS Mesuji-Sekampung

BBWS Pompengan- BBWS Pemali-Juana


Jeneberang

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


72

Lampiran 3

Lampiran ini menentukan kegiatan komponen program


keamanan bendungan dan pembeda untuk masing-
masing dari 10 Matriks Komponen. Matriks Maturitas
telah disusun melalui proses konsultasi dengan para
petugas keamanan bendungan dari BWS/BBWS di
Indonesia. Ini semua dimaksudkan untuk mewujudkan
sesuatu yang spesifik dalam konteks Indonesia
dan menyediakan metode untuk menilai efektivitas
operasi, pemeliharaan, pengawasan dan program
kesiapsiagaan darurat yang diterapkan oleh para
pengelola bendungan.

Sepanjang proses tersebut, penting untuk diingat


bahwa penilaian dilakukan terhadap kegiatan
keamanan bendungan di seluruh portofolio
bendungan yang dikelola oleh Unit Pengelola
Bendungan yang sedang dilakukan penilainya.
Penilaian tersebut bukan untuk bendungan individual
dalam portofolio bendungan yang menjadi tanggung
jawab Unit Pengelolaan Bendungan.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


73
Penggunaan Matriks Maturitas untuk Mengevaluasi Keamanan Bendungan
MATRIKS UTAMA Program Keamanan Bendungan

NB: Matriks Utama memberi deksripsi umum apa yang terkandung dalam komponen. Matriks ini tidak digunakan untuk penilaian.
UPB adalah Unit Pengelolaan Bendungan, suatu unit organisasi yang bertanggung jawab atas keamanan bendungan.

Tingkat Maturitas
Komponen
1. Perlu Pembangunan 2. Dasar 3. Praktik Baik 4. Praktik Sangat Baik 5 Praktik Terbaik
Pemahaman kurang lengkap Pemahaman komprehensif
Secara umum memiliki
atas permasalahan dan terhadap permasalahan
pemahaman lengkap atas
risiko Keamanan Bendungan. Keamanan Bendungan. Secara umum memenuhi
permasalahan Keamanan
Pemahaman buruk atas Kurangnya pemahaman atas Pemahaman penuh atas tingkat Praktik Terbaik , dan juga
Bendungan. Secara umum
permasalahan dan risiko kebutuhan sumber daya. kebutuhan sumber daya di mengembangkan, menguji coba dan
memahami kebutuhan
1. Tata Kelola Keamanan Bendungan, dan Pengelolaan masalah secara seluruh UPB. Pengelolaan menerapkan teknologi, metode dan
sumber daya secara lengkap.
kurangnya pemahaman atas umum dilakukan dengan permasalahan terintegrasi sistem baru untuk meningkatkan
Pengelolaan masalah
kebutuhan sumber daya mengisolir dari kebijakan penuh dengan kebijakan efektivitas tata kelola program
terkadang dianggap sesuai
dan praktik penanganan dan praktik penanganan keamanan bendungan.
dengan kebijakan dan praktik
permasalahan manajemen permasalahan organisasi
penanganan permasalahan.
secara keseluruhan. secara keseluruhan.
Secara umum memenuhi
Informasi efisien atas tingkat Praktik Terbaik , dan juga
Kurangnya atau tidak ada
Informasi terbatas untuk Informasi efektif atas perangkat katalog, keamanan mengembangkan, menguji coba dan
2. Manajemen informasi perangkat katalog,
perangkat katalog, keamanan perangkat katalog, keamanan dan pencarian serta penarikan, menerapkan teknologi, metode dan
Informasi keamanan dan pencarian
dan pencarian serta penarikan dan pencarian serta penarikan dengan pelatihan yang tepat sistem baru untuk meningkatkan
serta penarikan
bagi staf UPB efektivitas manajemen informasi
keamanan bendungan.
Pelatihan komprehensif
Pelatihan terstruktur dengan
Kurangnya atau tidak dengan pertimbangan Secara umum memenuhi
Beberapa pelatihan dengan beberapa pertimbangan
ada pelatihan tanpa pendidikan keamanan tingkat Praktik Terbaik, dan juga
3. Pendidikan beberapa pertimbangan pendidikan keamanan
pertimbangan untuk bendungan, transfer mengembangkan, menguji coba dan
dan Pelatihan untuk pendidikan, transfer bendungan, transfer
pendidikan, transfer pengetahuan dan menerapkan teknologi, metode dan
Keamanan pengetahuan dan rencana pengetahuan, perencanaan
pengetahuan dan rencana perencanaan suksesi, dan sistem baru untuk meningkatkan
Bendungan suksesi untuk keamanan suksesi, dan pemahaman
suksesi untuk keamanan pemahaman tingkat tinggi efektivitas pelatihan dan
bendungan atas permasalahan portofolio
bendungan atas permasalahan portofolio pendidikan keamanan bendungan.
keamanan bendungan
keamanan bendungan
Program disusun dengan
Program disusun dengan Program disusun dengan Secara umum memenuhi
Program disusun dengan pertimbangan kemungkinan
Kurangnya atau tidak ada beberapa pertimbangan tingkat Praktik Terbaik, dan juga
4. Pemeriksaan pertimbangan konsekuensi dan konsekuensi kegagalan.
pertimbangan konsekuensi konsekuensi kegagalan. mengembangkan, menguji coba dan
dan kegagalan. Program memadai Program memadai untuk
kegagalan. Program belum Program memadai untuk menerapkan teknologi, metode dan
Pemantauan untuk penilaian keamanan penilaian keamanan
memadai untuk penilaian penilaian keamanan sistem baru untuk meningkatkan
bendungan. bendungan secara
keamanan bendungan. bendungan secara terbatas. efektivitas pengawasan.
komprehensif.
Program disusun dengan Program disusun dengan Secara umum memenuhi
Program disusun dengan Program disusun dengan
Kurangnya atau tidak ada beberapa pertimbangan tingkat Praktik Terbaik, dan juga
pertimbangan kehandalan pertimbangan kehandalan,
5. Peralatan pertimbangan kehandalan kehandalan dan konsekuensi mengembangkan, menguji coba dan
dan konsekuensi kegagalan. kemungkinan dan konsekuensi
Spillway dan atau konsekuensi kegagalan. kegagalan. Program memadai menerapkan teknologi, metode dan
Program memadai untuk kegagalan. Program memadai
Outlet Program belum memadai untuk penilaian kinerja sistem baru untuk meningkatkan
penilaian kinerja sistem untuk penilaian kinerja sistem
untuk penilaian kinerja peralatan pelimpah dan outlet kehandalan dan penilaian kinerja
peralatan spillway dan outlet. peralatan spillway dan outlet.
peralatan spillway dan outlet. secara terbatas. peralatan spillway dan outlet.
Operasi waduk ditetapkan Operasi waduk ditetapkan Secara umum memenuhi
Operasi waduk ditetapkan Operasi waduk ditetapkan dengan tingkat pemahaman dengan pemahaman tingkat tingkat Praktik Terbaik , dan juga
dengan sedikit atau tanpa dengan beberapa pemahaman baik atas keamanan waduk. tinggi atas keamanan mengembangkan, menguji coba dan
6. Operasi
pemahaman atas keamanan atas keamanan waduk. Secara umum terdapat waduk. Hubungan erat dan menerapkan teknologi, metode dan
Waduk
waduk. Hubungan buruk Terdapat beberapa hubungan hubungan erat dan tingkat pemahaman bersama tingkat sistem baru untuk meningkatkan
dengan masyarakat. fungsional dengan masyarakat. pemahaman bersama yang tinggi dan kolaborasi dengan efektivitas operasional waduk dan
baik dengan masyarakat. masyarakat. keamanan masyarakat.
Secara umum memenuhi
Pemeliharaan terstruktur tingkat Praktik Terbaik, dan juga
Pemeliharaan tidak
7. Pemeliharaan Pemeliharaan Pemeliharaan terstruktur dengan baik berdasarkan mengembangkan, menguji coba dan
terstruktur dengan sedikit
Bendungan dan mempertimbangkan beberapa mempertimbangkan mode kegagalan dan menerapkan teknologi, metode dan
atau tanpa pertimbangan
Spillway konsekuensi kegagalan. konsekuensi kegagalan. kemungkinan serta sistem baru untuk meningkatkan
konsekuensi kegagalan.
konsekuensi kegagalan. efektivitas bendungan dan
pemeliharaan spillway.
Tingkat pemahaman tinggi atas
Tingkat pemahaman yang baik
permasalahan darurat dengan
Belum ada Rencana Pemahaman dasar atas atas permasalahan darurat Secara umum memenuhi
Rencana Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan Darurat atau permasalahan darurat dengan dengan Rencana Kesiapsiagaan tingkat Praktik Terbaik, dan juga
8. Darurat berdasarkan proses
hanya menunjukkan sedikit Rencana Kesiapsiagaan Darurat berdasarkan proses mengembangkan, menguji coba dan
Kesiapsiagaan penanganan darurat yang
atau tidak ada pemahaman Darurat menurut konsultasi penanganan darurat yang menerapkan teknologi, metode dan
Darurat ditetapkan dan konsultasi
tentang permasalahan dengan beberapa pemangku ditetapkan dan konsultasi sistem baru untuk meningkatkan
dengan pemangku
darurat. kepentingan dan publik dengan pemangku efektivitas kesiapsiagaan darurat.
kepentingan dan publik tingkat
kepentingan dan publik
tinggi.
Pertimbangan komprehensif
Secara umum memenuhi
Pertimbangan isu-isu Secara umum merupakan terhadap isu-isu keamanan
tingkat Praktik Terbaik, dan juga
9. Penanganan keamanan bendungan pertimbangan matang atas bendungan. Penetapan
Kurangnya atau tidak ada mengembangkan, menguji coba dan
Isu-isu kurang lengkap. Penetapan isu-isu keamanan bendungan. prioritas dan resolusi
pertimbangan isu-isu menerapkan teknologi, metode dan
Keamanan prioritas dan resolusi Penetapan prioritas dan berdasarkan pemahaman
keamanan bendungan. sistem baru untuk meningkatkan
Bendungan mempertimbangkan beberapa resolusi mempertimbangkan tinggi mode kegagalan,
efektivitas pengelolaan isu-isu
konsekuensi kegagalan. konsekuensi kegagalan. kemungkinan dan risiko
keamanan bendungan.
konsekuensi kegagalan.
Pertimbangan kurang Pertimbangan penuh
Secara umum merupakan Secara umum memenuhi
lengkap terhadap portofolio portofolio bendungan UPB dan
Program tidak disusun pertimbangan matang atas tingkat Praktik Terbaik, dan juga
bendungan Unit Pengelolaan risiko keamanan bendungan
10. Audit dan dengan baik. Komitmen dan portofolio bendungan UPB mengembangkan, menguji coba dan
Bendungan (UPB) dalam dalam program. Komitmen
Tinjauan tanggapan terhadap temuan dalam program. Menunjukkan menerapkan teknologi, metode dan
program. Terdapat komitmen organisasi tingkat tinggi,
sangat rendah. komitmen organisasi dan sistem baru untuk meningkatkan
dan beberapa tanggapan transparansi dan tanggapan
tanggapan terhadap temuan. efektivitas audit dan tinjauan.
terhadap temuan. aktif kepada temuan.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


74
Penggunaan Matriks Maturitas untuk Mengevaluasi Program Keamanan Bendungan
Komponen 1: Matriks Maturitas Tata Kelola

Tata Kelola ditetapkan sebagai komitmen organisasi dan penyediaan sumber daya serta pengawasan atas pelaksanaan efektif program
keamanan bendungan dan pengelolaan risiko keamanan bendungan.

Tingkat Maturitas
Kegiatan
1. Perlu Pembangunan 2. Dasar 3. Praktik Baik 4. Praktik Sangat Baik 5 Praktik Terbaik
(a) Kebijakan dan peraturan
1-A. Kebijakan dan (a) Kurangnya atau tidak ada (a) Terdapat sebagian
(a) Kebijakan dan peraturan (a) Kebijakan dan peraturan terkait dipahami dengan baik,
Peraturan pemahaman atas kebijakan pemahaman atas kebijakan
terkait secara umum dipahami. terkait dipahami dengan baik. melalui hubungan baik dengan
dan peraturan terkait. dan peraturan terkait.
Komisi Keamanan Bendungan
[Peraturan dan Kebijakan
tentang keamanan (b) Kebijakan dan peraturan (b) Kebijakan dan peraturan (b) Kebijakan dan peraturan
(b) Kebijakan dan peraturan (b) Kebijakan dan peraturan
bendungan.] terkait secara umum terkait terpenuhi dan terkait terpenuhi dan secara
terkait belum terpenuhi. terkait terpenuhi.
terpenuhi. terkadang melampaui. umum melampaui.
(a) Tugas dan tanggung jawab
(a) Kurangnya atau tidak ada
(a) Tugas dan tanggung (a) Tugas dan tanggung jawab (a) Tugas dan tanggung jawab ditetapkan dan dipahami
penetapan dan pemahaman
jawab belum ditetapkan dan secara umum ditetapkan dan ditetapkan dan dipahami dengan baik di lingkungan Unit
1-B. Tugas & Tanggung atas tugas dan tanggung
dipahami dengan baik. dipahami. dengan baik secara lokal. Pengelolaan Bendungan (UPB)
Jawab jawab.
dan Kementerian.
[Tugas dan tanggung (b) Para personil didorong
jawab terkait Program dan sangat dihimbau
(b) Personil tidak didorong (b) Personil kurang didorong (b) Para personil didorong (b) Para personil didorong dan
Keamanan Bendungan] untuk melaksanakan tugas
untuk melaksanakan tugas untuk melaksanakan tugas untuk melaksanakan tugas dihimbau untuk melaksanakan
dan tanggung jawab dan
dan tanggung jawab. dan tanggung jawab. dan tanggung jawab. tugas dan tanggung jawab.
meningkatkan hasil keamanan
bendungan.
1-C. Komunikasi Internal & (a) Komunikasi formal dan (a) Komunikasi formal dan (a) Komunikasi formal dan
(a) Kurangnya komunikasi di (a) Komunikasi terjalin secara
Eksternal informal dua arah terjadi di informal dua arah efektif informal dua arah efektif dan
dalam dan antara UPB dan formal dalam UPB dan antara
seluruh tingkat dalam UPB dan antara seluruh tingkatan rutin antara seluruh tingkatan
Kementerian. UPB dan Kementerian.
[Komunikasi internal Kementerian. dalam UPB dan Kementerian. dalam UPB dan Kementerian.
dalam UPB, Kementerian
Pekerjaan Umum dan (b) Kurangnya atau tidak (b) Hanya terjadi komunikasi (b) Komunikasi eksternal dua (b) Komunikasi eksternal dua
(b) Komunikasi eksternal dua
Perumahan Rakyat. ada komunikasi eksternal informal eksternal dua arah efektif terjadi antara UPB arah efektif dan rutin terjadi
arah terjadi antara UPB dan
Komunikasi eksternal antara UPB dan pemangku arah terjadi antaraUPB dan dan pemangku kepentingan antara UPB dan pemangku
pemangku kepentingan utama.
dengan masyarakat] kepentingan utama. pemangku kepentingan utama. utama. kepentingan utama.
(a) Sumber daya finansial
(a) Sumber daya finansial dan (a) Sumber daya finansial (a) Sumber daya finansial dan peralatan memadai
(a) Sumber daya finansial dan
peralatan masih kekurangan dan peralatan masih belum dan peralatan memadai untuk mencapai seluruh hasil
peralatan memadai untuk
untuk mencapai hasil memadai untuk mencapai untuk mencapai seluruh hasil efisien tingkat tinggi program
mencapai hasil dasar program
dasar program keamanan seluruh hasil dasar program efisien tingkat tinggi program keamanan bendungan dan
keamanan bendungan.
bendungan keamanan bendungan keamanan bendungan. mengimplementasikan
1-D. Sumber Daya peluang peningkatan
(b) Sumber daya manusia
[Penyediaan sumber daya
(b) Sumber daya manusia memadai untuk mencapai
manusia, keuangan dan (b) Sumber daya manusia (b) Sumber daya manusia (b) Sumber daya manusia
belum memadai untuk hasil efisien tingkat
peralatan yang memadai masih kurang untuk mencapai memadai untuk mencapai memadai untuk mencapai
mencapai seluruh hasil tinggi program keamanan
untuk pelaksanaan hasil dasar program keamanan hasil dasar program keamanan hasil tingkat tinggi program
dasar program keamanan bendungan dan dan
Program Keamanan bendungan bendungan keamanan bendungan
bendungan mengimplementasikan
Bendungan]
peluang perbaikan
(c) Terdapat perencanaan
(c) Perencanaan dan (c) Perencanaan dan (c) Terdapat perencanaan suksesi secara penuh
(c) Kurangnya atau tidak ada
implementasi suksesi masih implementasi suksesi secara suksesi secara penuh dan untuk meningkatkan hasil
perencanaan suksesi.
belum memadai. umum telah tersusun. terimplementasi. keamanan bendungan dan
terimplementasi.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


75
Penggunaan Matriks Maturitas untuk Mengevaluasi Program Keamanan Bendungan
Komponen 2: Matriks Maturitas Manajemen Informasi

Manajemen Informasi ditetapkan sebagai pemeriksaan, katalog, penyimpanan aman, penarikan dan perubahan kendali seluruh informasi
terdokumentasi yang sesuai untuk pelaksanaan program keamanan bendungan. Pengelolaan rangkaian data waktu pemeriksaan dan
pemantauan dievaluasi dalam Sub-Matriks Komponen 4 Pemeriksaan dan Pemantauan.

Tingkat Maturitas
Kegiatan
1. Perlu Pembangunan 2. Dasar 3. Praktik Baik 4. Praktik Sangat Baik 5 Praktik Terbaik
(a) Informasi disimpan dan (a) Informasi disimpan dan
(a) Kurangnya atau tidak ada (a) Beberapa informasi (a) Informasi disimpan dan
diamankan, dengan backup diamankan, dengan backup
informasi yang disimpan disimpan dan diamankan diamankan
digital digital terenkripsi
2-A. Standar, Peraturan, (b) Sebagian informasi (b) Informasi dikatalogkan (b) Informasi dikatalogkan (b) Informasi dikatalogkan
(b) Katalog informasi terbatas
Kebijakan, Rencana dan dikatalogkan secara umum dengan baik secara komprehensif
Prosedur Indonesia (c) Pencarian dan
(c) Pencarian dan penarikan (c) Pencarian dan penarikan (c) Pencarian dan penarikan (c) Pencarian dan penarikan
penarikan informasi secara
[terkait Keamanan informasi kurang efektif informasi cukup efektif informasi efektif informasi efisien
komprehensif
Bendungan] (d) Sistem komprehensif
(d) Kurangnya atau tidak ada (d) Sistem untuk memelihara (d) Sistem efektif untuk (d) Sistem efisien untuk untuk memelihara informasi
pembaruan informasi informasi terbaru memelihara informasi terbaru memelihara informasi terbaru terbaru, dengan notifikasi
mengenai pembaruan

2-B. Aset Fisik (a) Informasi disimpan dan (a) Informasi disimpan dan
(a) Kurangnya atau tidak ada (a) Beberapa informasi (a) Informasi disimpan dan
diamankan, dengan backup diamankan, dengan backup
informasi yang disimpan disimpan dan diamankan diamankan
[Informasi teknis digital digital terenkripsi
(termasuk gambar) (b) Sebagian informasi (b) Informasi dikatalogkan (b) Informasi dikatalogkan (b) Informasi dikatalogkan
tentang bendungan, (b) Katalog informasi terbatas
dikatalogkan secara umum dengan baik secara komprehensif
struktur penghubung, (c) Pencarian dan
peralatan spillway dan (c) Pencarian dan penarikan (c) Pencarian dan penarikan (c) Pencarian dan penarikan (c) Pencarian dan penarikan
penarikan informasi secara
outlet, investigasi, desain informasi kurang efektif informasi cukup efektif informasi efektif informasi efisien
komprehensif
dan pembangunan,
(d) Sistem komprehensif
updgrade, instrumen,
(d) Kurangnya atau tidak ada (d) Sistem untuk memelihara (d) Sistem efektif untuk (d) Sistem efisien untuk untuk memelihara informasi
kemiringan waduk, jalan,
pembaruan informasi informasi terbaru memelihara informasi terbaru memelihara informasi terbaru terbaru, dengan notifikasi
layanan]
mengenai pembaruan
2-C. Informasi (a) Informasi disimpan dan (a) Informasi disimpan dan
(a) Kurangnya atau tidak ada (a) Beberapa informasi (a) Informasi disimpan dan
Operasional diamankan, dengan backup diamankan, dengan backup
informasi yang disimpan disimpan dan diamankan diamankan
digital digital terenkripsi
[Informasi yang
(b) Sebagian informasi (b) Informasi dikatalogkan (b) Informasi dikatalogkan (b) Informasi dikatalogkan
mendokumen-tasikan (b) Katalog informasi terbatas
dikatalogkan secara umum dengan baik secara komprehensif
operasi yang tengah
berjalan, pemeliharaan (c) Pencarian dan
(c) Pencarian dan penarikan (c) Pencarian dan penarikan (c) Pencarian dan penarikan (c) Pencarian dan penarikan
dan pengawasan penarikan informasi secara
informasi kurang efektif informasi cukup efektif informasi efektif informasi efisien
bendungan dan komprehensif
waduknya. Termasuk
prosedur, riwayat (d) Sistem komprehensif
pemeliharaan, foto dan (d) Kurangnya atau tidak ada (d) Sistem untuk memelihara (d) Sistem efektif untuk (d) Sistem efisien untuk untuk memelihara informasi
video, laporan kejadian pembaruan informasi informasi terbaru memelihara informasi terbaru memelihara informasi terbaru terbaru, dengan notifikasi
serta perubahan dalam mengenai pembaruan
operasi.]
2-D. Studi, Kajian dan (a) Informasi disimpan dan (a) Informasi disimpan dan
(a) Kurangnya atau tidak ada (a) Beberapa informasi (a) Informasi disimpan dan
Laporan (termasuk diamankan, dengan backup diamankan, dengan backup
informasi yang disimpan disimpan dan diamankan diamankan
kepatuhan) digital digital terenkripsi

[Informasi yang (b) Sebagian informasi (b) Informasi dikatalogkan (b) Informasi dikatalogkan (b) Informasi dikatalogkan
mendokumen-tasikan (b) Katalog informasi terbatas
dikatalogkan secara umum dengan baik secara komprehensif
studi dan kajian
yang dilakukan pada
atau terkait dengan (c) Pencarian dan
bendungan dan (c) Pencarian dan penarikan (c) Pencarian dan penarikan (c) Pencarian dan penarikan (c) Pencarian dan penarikan
penarikan informasi secara
waduknya. Termasuk informasi kurang efektif informasi cukup efektif informasi efektif informasi efisien
komprehensif
klasifikasi bendungan,
identifikasi ancaman,
(d) Sistem komprehensif
penilaian kinerja,
(d) Kurangnya atau tidak ada (d) Sistem untuk memelihara (d) Sistem efektif untuk (d) Sistem efisien untuk untuk memelihara informasi
kajian keamanan,
pembaruan informasi informasi terbaru memelihara informasi terbaru memelihara informasi terbaru terbaru, dengan notifikasi
pelaporan kepada Komisi
mengenai pembaruan
Keamanan Bendungan.]

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


76
Penggunaan Matriks Maturitas untuk Mengevaluasi Program Keamanan Bendungan
Komponen 3: Matriks Maturitas Pendidikan dan Pelatihan Keamanan Bendungan

Pendidikan dan Pelatihan Keamanan Bendungan bagi penanggung jawab yang terlibat dalam Program Keamanan Bendungan sesuai sifat
kegiatan keamanan bendungan, dan masing masing tingkat risiko terkait.

Tingkat Maturitas
Kegiatan
1. Perlu Pembangunan 2. Dasar 3. Praktik Baik 4. Praktik Sangat Baik 5 Praktik Terbaik
(a) Pelatihan komprehensif, (a) Pelatihan komprehensif,
(a) Pelatihan tentang prinsip (a) Pelatihan komprehensif (a) Pelatihan komprehensif
termasuk kursus penyegaran, termasuk kursus penyegaran,
pengelolaan keamanan dalam prinsip pengelolaan dalam prinsip pengelolaan
dalam prinsip pengelolaan dalam prinsip pengelolaan
bendungan berfokus pada keamanan bendungan yang keamanan bendungan yang
keamanan bendungan yang keamanan bendungan yang
tanggung jawab manajer*dan berfokus pada tanggung berfokus pada tanggung
berfokus pada tanggung berfokus pada tanggung
supervisor Unit Pengelolaan jawab para manager UPB* jawab para manager UPB*
jawab para manager UPB* jawab para manager UPB*
Bendungan (UPB) dari Unit dan supervisor pada Unit dan supervisor pada Unit
dan supervisor pada Unit dan supervisor pada Unit
Keamanan Bendungan dan Keamanan bendungan dan Keamanan bendungan dan
Keamanan bendungan dan Keamanan bendungan dan
Unit Pengelolaan Bendungan Unit Pengelolaan Bendungan Unit Pengelolaan Bendungan
Unit Pengelolaan Bendungan Unit Pengelolaan Bendungan
(b) Pelatihan komprehensif, (b) Pelatihan komprehensif,
(b) Pelatihan mengenai (b) Pelatihan komprehensif (b) Pelatihan komprehensif
termasuk kursus penyegaran, termasuk kursus penyegaran,
perilaku bendungan, moda mengenai perilaku bendungan, mengenai perilaku bendungan,
mengenai perilaku bendungan, mengenai perilaku bendungan,
kegagalan dan fitur pada moda kegagalan dan fitur pada moda kegagalan dan fitur pada
moda kegagalan dan fitur pada moda kegagalan dan fitur pada
bendungan UPB, instrumen bendungan UPB, instrumen bendungan UPB, instrumen
bendungan UPB, instrumen bendungan UPB, instrumen
bendungannya dan analisis bendungannya dan analisis bendungannya dan analisis
3-A. Pelatihan Keamanan data pengawasan untuk bendungannya dan analisis bendungannya dan analisis
data pengawasan untuk data pengawasan untuk
Bendungan data pengawasan untuk data pengawasan untuk
menetapkan status keamanan menetapkan status keamanan menetapkan status keamanan
menetapkan status keamanan menetapkan status keamanan
bendungan, bagi insinyur dan bendungan, bagi insinyur dan bendungan, bagi insinyur dan
[Program Pelatihan untuk teknisi UPB dalam program bendungan, bagi insinyur dan bendungan, bagi insinyurdan
teknisi UPB dalam program teknisi UPB dalam program
para manager, insinyur teknisi UPB dalam program teknisi UPB dalam program
keamanan bendungan keamanan bendungan keamanan bendungan
dan inspektur pengawas] keamanan bendungan keamanan bendungan
(c) Pelatihan komprehensif, (c) Pelatihan komprehensif,
(c) Pelatihan inspeksi (c) Pelatihan komprehensif (c) Pelatihan komprehensif
termasuk kursus penyegaran, termasuk kursus penyegaran,
bendungan, pembacaan inspeksi bendungan, inspeksi bendungan,
inspeksi bendungan, inspeksi bendungan,
instrumen, pemeliharaan dan pembacaan instrumen, pembacaan instrumen,
pembacaan instrumen, pembacaan instrumen,
kalibrasi, perilaku bendungan pemeliharaan dan kalibrasi, pemeliharaan dan kalibrasi,
pemeliharaan dan kalibrasi, pemeliharaan dan kalibrasi,
secara umum dan tanda perilaku bendungan secara perilaku bendungan secara
perilaku bendungan secara perilaku bendungan secara
peringatan serta tindakan umum dan tanda peringatan umum dan tanda peringatan
umum dan tanda peringatan umum dan tanda peringatan
spesifik untuk bendungan serta tindakaan spesifik untuk serta tindakaan spesifik untuk
serta tindakaan spesifik untuk serta tindakaan spesifik untuk
UPB, bagi para inspektur bendungan UPB, bagi para bendungan UPB, bagi para
bendungan UPB, bagi para bendungan UPB, bagi para
pengawasan UPB inspektur pengawasan UPB inspektur pengawasan UPB
inspektur pengawasan UPB inspektur pengawasan UPB
(d) Pemantauan konten (d) Pemantauan konten
(d) Pemantauan secara umum (d) Pemantauan konten (d) Pemantauan konten
program pelatihan dan program pelatihan dan
terhadap pelatihan dan program pelatihan dan program pelatihan dan
implementasinya, dengan implementasinya, dengan
implementasinya implementasinya implementasinya
perbaikan berkelanjutan perbaikan berkelanjutan
(a) Pelatihan komprehensif, (a) Pelatihan komprehensif,
(a) Pelatihan komprehensif (a) Pelatihan komprehensif
(a) Pelatihan operasional termasuk kursus penyegaran, termasuk kursus penyegaran,
dalam operasional dan operasional dan pemeliharaan
dan pemeliharaan peralatan, operasional dan pemeliharaan operasional dan pemeliharaan
pemeliharaan peralatan, peralatan, kebutuhan
kebutuhan kelayakan, peralatan, kebutuhan peralatan, kebutuhan
kebutuhan kelayakan, kelayakan, mode kegagalan
mode kegagalan peralatan, kelayakan, mode kegagalan kelayakan, mode kegagalan
mode kegagalan peralatan, peralatan, konsekuensi
konsekuensi kegagalan peralatan, konsekuensi peralatan, konsekuensi
konsekuensi kegagalan kegagalan peralatan
peralatan dan dampak kegagalan peralatan kegagalan peralatan
peralatan dan dampak dan dampak keamanan
3-B. Peralatan Spillway keamanan bendungan, bagi dan dampak keamanan dan dampak keamanan
keamanan bendungan, bagi bendungan, bagi para engineer
dan Outlet para insinyur peralatan UPB bendungan, bagi para insinyur bendungan, bagi para insinyur
para insinyur peralatan UPB peralatan UPB
peralatan UPB peralatan UPB
[Program Pelatihan (b) Pelatihan komprehensif, (b) Pelatihan komprehensif,
(b) Pelatihan komprehensif (b) Pelatihan komprehensif
untuk pihak yang terlibat (b) Pelatihan dalam termasuk kursus penyegaran, termasuk kursus penyegaran
dalam operasional dan dalam operasional dan
dalam operasional, operasional dan pemeliharaan dalam operasional dan dalam operasional dan
pemeliharaan peralatan pemeliharaan peralatan
pemeliharaan inspeksi peralatan secara praktis, pemeliharaan peralatan pemeliharaan peralatan
secara praktis, dengan secara praktis, dengan
dan pengujian pelimpah dengan memperhatikan secara praktis, dengan secara praktis, dengan
memperhatikan persyaratan memperhatikan persyaratan
dan peralatan penting persyaratan kelayakan, mode memperhatikan persyaratan memperhatikan persyaratan
kelayakan, mode kegagalan kelayakan, mode kegagalan
untuk pengendalian kegagalan peralatan dan kelayakan, mode kegagalan kelayakan, mode kegagalan
peralatan dan konsekuensi peralatan dan konsekuensi
keamanan] konsekuensi kegagalan, bagi peralatan dan konsekuensi peralatan dan konsekuensi
kegagalan, bagi operator dan kegagalan, bagi operator dan
operator dan pemelihara kegagalan, bagi operator dan kegagalan, bagi operator dan
pemelihara pemelihara
pemelihara pemeliharaan
(c) Pemantauan secara
(c) Pemantauan secara (c) Pemantauan secara (c) Pemantauan konten
umum terhadap konten (c) Pemantauan konten
umum terhadap konten umum terhadap konten program pelatihan dan
program pelatihan dan program pelatihan dan
program pelatihan dan program pelatihan dan implementasinya, dengan
implementasinya, dengan implementasinya
implementasinya implementasinya perbaikan berkelanjutan
perbaikan berkelanjutan

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


77

Tingkat Maturitas
Kegiatan
1. Perlu Pembangunan 2. Dasar 3. Praktik Baik 4. Praktik Sangat Baik 5 Praktik Terbaik
(a) Pelatihan komprehensif, (a) Pelatihan komprehensif,
(a) Pelatihan aturan (a) Pelatihan komprehensif (a) Pelatihan komprehensif
termasuk kursus penyegaran, termasuk kursus penyegaran,
pengoperasian untuk aturan pengoperasian untuk aturan pengoperasian untuk
aturan pengoperasian untuk aturan pengoperasian untuk
pengelolaan aliran waduk pengelolaan aliran waduk pengelolaan aliran waduk
pengelolaan aliran waduk pengelolaan aliran waduk
DAS guna menghindari DAS guna menghindari DAS guna menghindari
DAS guna menghindari DAS guna menghindari
pelimpahan; fitur dan dampak pelimpahan; fitur dan dampak pelimpahan; fitur dan dampak
pelimpahan; fitur dan dampak pelimpahan; fitur dan dampak
kritikal bendungan dan kritikal bendungan dan kritikal bendungan dan
kritikal bendungan dan kritikal bendungan dan
peralatan; dampak terhadap peralatan; dampak terhadap peralatan; dampak terhadap
3-C. Pengelolaan DAS peralatan; dampak terhadap peralatan; dampak terhadap
masyarakat yang rentan banjir, masyarakat yang rentan banjir, masyarakat yang rentan banjir,
dan Operasional Waduk masyarakat yang rentan banjir, masyarakat yang rentan banjir,
bagi Manajer DAS UPB bagi Manajer DAS UPB bagi Manajer DAS UPB
bagi Manajer DAS UPB bagi Manajer DAS UPB
[Program Pelatihan untuk (b) Pelatihan komprehensif, (b) Pelatihan komprehensif,
(b) Pelatihan komprehensif (b) Pelatihan komprehensif
pihak yang terlibat dalam (b) Pelatihan mengenai aturan termasuk kursus penyegaran, termasuk kursus penyegaran,
mengenai aturan mengenai aturan
operasional waduk pengoperasian, operasional mengenai aturan mengenai aturan
pengoperasian, operasional pengoperasian, operasional
dan DAS operasional, dan kinerja peralatan serta pengoperasian, operasional pengoperasian, operasional
dan kinerja peralatan serta dan kinerja peralatan serta
sesuai fungsi keamanan dampak keamanan bendungan dan kinerja peralatan serta dan kinerja peralatan serta
dampak keamanan bendungan dampak keamanan bendungan
bendungan] dan kerentanan masyarakat dampak keamanan bendungan dampak keamanan bendungan
dan kerentanan masyarakat dan kerentanan masyarakat
terhadap banjir, bagi Manajer dan kerentanan masyarakat dan kerentanan masyarakat
terhadap banjir, bagi Manajer terhadap banjir, bagi Manajer
Waduk UPB terhadap banjir, bagi Manajer terhadap banjir, bagi Manajer
Waduk UPB Waduk UPB
Waduk UPB Waduk UPB
(c) Pemantauan konten (c) Pemantauan konten
(c) Pemantauan umum konten (c) Pemantauan konten (c) Pemantauan konten
program pelatihan dan program pelatihan dan
program pelatihan dan program pelatihan dan program pelatihan dan
implementasinya, dengan implementasinya, dengan
implementasinya implementasinya implementasinya
perbaikan berkelanjutan perbaikan berkelanjutan
(a) Pelatihan komprehensif, (a) Pelatihan komprehensif,
(a) Pelatihan komprehensif (a) Pelatihan komprehensif
termasuk kursus penyegaran, termasuk kursus penyegaran,
(a) Pelatihan dalam dalam penanganan insiden dalam penanganan insiden
dalam penanganan insiden dalam penanganan insiden
penanganan insiden dan dan rencana kesiapsiagaan dan rencana kesiapsiagaan
dan rencana kesiapsiagaan dan rencana kesiapsiagaan
rencana kesiapsiagaan darurat, darurat, dan konsekuensi darurat, dan konsekuensi di
darurat, dan konsekuensi di darurat, dan konsekuensi di
dari manager, insinyur, dan hilir dari kegagalan tersebut, hilir dari kegagalan tersebut,
hilir dari kegagalan tersebut, hilir dari kegagalan tersebut,
supervisor UPB dalam program dari manager, insinyur, dan dari manager, insinyur, dan
dari manager, insinyur, dan dari manajer, insinyur, dan
keamanan bendungan supervisor UPB dalam program supervisor UPB dalam program
3-D. Pelatihan dan supervisor UPB dalam program supervisor UPB dalam program
keamanan bendungan keamanan bendungan
Pendidikan Insiden dan keamanan bendungan keamanan bendungan
Kesiapsiagaan Darurat (b) Pelatihan komprehensif, (b) Pelatihan komprehensif,
(b) Pelatihan dalam (b) Pelatihan komprehensif (b) Pelatihan komprehensif
termasuk kursus penyegaran, termasuk kursus penyegaran,
[Program Pelatihan penanganan insiden dan dalam penanganan insiden dalam penanganan insiden
dalam penanganan insiden dalam penanganan insiden
dan Pendidikan yang operasi peralatan darurat, dan operasi peralatan darurat, dan operasi peralatan darurat,
dan operasi peralatan darurat, dan operasi peralatan darurat,
melibatkan pengelolaan serta konsekuensi kegagalan serta konsekuensi kegagalan serta konsekuensi kegagalan
serta konsekuensi kegagalan serta konsekuensi kegagalan
insiden dan keadaan peralatan, dari operator UPB peralatan, dari operator UPB peralatan, dari operator UPB
peralatan, dari operator UPB peralatan, dari operator UPB
darurat, termasuk dan supervisornya dan supervisornya dan supervisornya
dan supervisornya dan supervisornya
keamanan para personil
keamanan, personil (c) Pendidikan komprehensif, (c) Pendidikan komprehensif,
(c) Pendidikan dalam (c) Pendidikan dalam (c) Pendidikan dalam
operasional dan para termasuk kursus penyegaran, termasuk kursus penyegaran,
manajemen insiden dan manajemen insiden dan manajemen insiden dan
personil operasional dan dalam penanganan dalam penanganan
kesiapsiagaan darurat bagi kesiapsiagaan darurat bagi kesiapsiagaan darurat bagi
pejabat kementerian insiden dan kesiapsiagaan insiden dan kesiapsiagaan
para pejabat kementerian para pejabat kementerian para pejabat kementerian
lebih luas darurat, bagi para pejabat darurat, bagi para pejabat
secara meluas yang secara meluas yang secara meluas yang
kementerian lebih meluas kementerian lebih meluas
berkontribusi pada hasil berkontribusi pada hasil berkontribusi pada hasil
yang berkontribusi pada hasil yang berkontribusi pada hasil
keamanan bendungan keamanan bendungan keamanan bendungan
keamanan bendungan keamanan bendungan
(d) Pemantauan umum (d) Pemantauan komprehensif (d) Pemantauan konten
(d) Pemantauan komprehensif (d) Pemantauan konten
terhadap konten konten program pelatihan program pelatihan dan
konten program pelatihan dan program pelatihan dan
program pelatihan dan dan implementasinya, dengan implementasinya, dengan
implementasinya implementasinya
implementasinya perbaikan berkelanjutan perbaikan berkelanjutan

* Manager UPB meliputi tanggung jawab keamanan bendungan dan dengan tanggung jawab atas pengambilan keputusan bagi keseluruhan
keputusan organisasi dan persetujuan finansial

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


78
Penggunaan Matriks Maturitas untuk Mengevaluasi Program Keamanan Bendungan
Komponen 4: Matriks Maturitas Pemeriksaan dan Pemantauan

Pemeriksaan dan Pemantauan didefinisikan sebagai pemantauan ketat atas perilaku bendungan, termasuk pengumpulan, analisis
dan evaluasi data dari inspeksi visual dan instrumentasi. Termasuk di dalamnya bangunan atau outlet yang memiliki fungsi keamanan
bendungan (waduk). Mungkin dapat meliputi beragam struktur yang berhubungan, termasuk tunnel, penstock, outlet pasokan dan spillway
serta fasilitas peredam energinya.

Tingkat Maturitas
Kegiatan
1. Perlu Pembangunan 2. Dasar 3. Praktik Baik 4. Praktik Sangat Baik 5 Praktik Terbaik
4-A. Program (a) Program dengan (a) Program disusun (a) Program disusun dengan
Pemeriksaan dan Kurangnya atau dengan pertimbangan pertimbangan konsekuensi (a) Program disusun dengan (a) Program disusun berdasarkan
Pemantauan tanpa pertimbangan konsekuensi kegagalan kegagalan, termasuk pertimbangan konsekuensi konsekuensi kegagalan (analisis
konsekuensi kegagalan, termasuk tinggi konsekuensi hilir, tipe kegagalan, moda kegagalan kegagalan bendungan), mode
[Mengenai pengelolaan tinggi bendungan atau bendungan dan volume bendungan dan riwayat dan riwayat kinerja kegagalan dan riwayat kinerja
UPB dari program volume waduk waduk kinerja
Pemeriksaan (b) Kurangnya atau (b) Dokumentasi (b) Secara umum
dan Pemantauan (b) Dokumentasi program
tidak ada dokumentasi program Pemeriksaan dokumentasi program (b) Dokumentasi program Pemeriksaan
yang dilakukan Pemeriksaan dan
program Pemeriksaan dan dan Pemantauan Pemeriksaan dan dan Pemantauan tingkat tinggi
untuk portofolio Pemantauan tingkat tinggi
Pemantauan sebagian Pemantauan cukup lengkap
bendungannya, cara (c) Program terlaksana dan (c) Program terlaksana dan
pengelolaan ditetapkan, (c) Pelaksanaan program (c) Pelaksanaan (c) Program terlaksana dan melampai
secara umum memenuhi memenuhi tujuan jaminan
dan pelaksanaannya. minimal program tidak lengkap tujuan jaminan kualitas
tujuan jaminan kualitas kualitas
Mengenai kegiatan
yang dibutuhkan
untuk melaksanakan
Pemeriksaan dan (d) Proses dan praktik (d) Proses dan praktik terstruktur
(d) Kurangnya atau tidak (d) Terdapat proses (d) Proses dan praktik
Pemantauan bagi terstruktur untuk eskalasi untuk eskalasi masalah Pemeriksaan
ada proses untuk eskalasi untuk eskalasi masalah terstruktur untuk eskalasi
setiap bendungan, atau dan penelusuran masalah dan Pemantauan dan penelusuran
masalah Pemeriksaan dan Pemeriksaan dan masalah Pemeriksaan dan
mengelola program Pemeriksaan dan masalah Pemeriksaan dan
Pemantauan Pemantauan Pemantauan
Pemeriksaan dan Pemantauan Pemantauan
Pemantauan secara
keseluruhan.]
(a) Inspeksi tidak
(a) Inspeksi dengan
terstruktur dengan (a) Inspeksi terstruktur
beberapa struktur dan (a) Inspeksi yang testruktur
Kurangnya atau tidak yang mempertimbangkan (a) Lingkup dan frekuensi inspeksi
pertimbangan atas dengan baik, dengan
ada pertimbangan konsekuensi kegagalan berdasarkan konsekuensi kegagalan
konsekuensi kegagalan pertimbangan konsekuensi
konsekuensi kegagalan termasuk konsekuensi di hilir, (analisis kegagalan bendungan) serta
termasuk tinggi kegagalan, mode kegagalan
termasuk tinggi tipe bendungan dan riwayat mode kegagalan, riwayat kinerja
bendungan dan volume dan riwayat kinerja
4-B. Inspeksi bendungan dan volume kinerja
waduk
waduk
[Inspeksi visual (b) Pencatatan dan pelaporan
bendungan dan struktur (b) Kurangnya atau tidak (b) Pencatatan dan (b) Secara umum pencatatan (b) Pencatatan dan pelaporan secara menyeluruh untuk inspeksi,
yang berhubungan] ada pencatatan dan pelaporan inspeksi dan pelaporan inspeksi inspeksi secara sistematis dibuktikan dengan perhatian khusus
pelaporan inspeksi kurang lengkap lengkap dan menyeluruh pada anomali (mis: rekaman fotografi,
kebocoran sampel air, pengukuran)
(c) Terdapat proses (c) Proses terstruktur dengan baik
(c) Kurangnya atau tidak (c) Terdapat proses (c) Terdapat proses
terstruktur untuk eskalasi dan tersedia untuk eskalasi masalah
ada proses untuk eskalasi untuk eskalasi terstruktur untuk eskalasi
dan penelusuran masalah inspeksi dan masalah-masalah yang
permasalahan inspeksi permasalahan inspeksi permasalahan inspeksi
inspeksi terlacak hingga resolusi
(a) Kurangnya atau tidak
(a) Instrumentasi (a) Instrumentasi yang handal
ada instrumen yang (a) Instrumentasi yang handal (a) Instrumentasi komprehensif dan
berkontribusi pada berkontribusi pada sebagian
berkontribusi pada berkontribusi pada Penilaian handal yang berkontribusi pada semua
beberapa Penilaian besar Penilaian Keamanan
Penilaian Keamanan Keamanan Bendungan utama Penilaian Keamanan Bendungan.
Keamanan Bendungan. Bendungan.
Bendungan.
4-C. Instrumentasi (b) Kurangnya atau
dan Pengelolaan Data (b) Instrumen secara
tidak ada instrumen (b) Instrumen secara umum (b) Instrumen secara (b) Instrumen secara proaktif
(termasuk tinggi muka reaktif dipelihara
pemeliharaan dipelihara untuk kalibrasi dan sistematis dipelihara untuk dipelihara untuk kalibrasi dan
air waduk dan Survei) untuk kalibrasi dan
untuk kalibrasi dan fungsionalitas kalibrasi dan fungsionalitas fungsionalitas
–diterapkan pada fungsionalitas
fungsionalitas
keseluruhan portofolio
(c) Secara umum
bendungan
(c) Kurangnya atau (c) Dokumentasi dokumentasi cukup (c) Dokumentasi dan
(c) Dokumentasi dan pemahaman
tidak ada dokumentasi instalasi, operasional lengkap dan tingkat pemahaman komprehensif
[Instrumen dipasang, lengkap untuk instalasi, operasional
instalasi, operasional dan dan pemeliharaan pemahaman yang baik untuk untuk instalasi, operasional
dipelihara dan dipantau dan pemeliharaan
pemeliharaan kurang lengkap instalasi, operasional dan dan pemeliharaan
untuk menilai kinerja
pemeliharaan
bendungan dan
mendeteksi mode (d) Pengumpulan data instrumen
(d) Pengumpulan data
kegagalan. (d) Secara umum komprehensif, pengelolaan data
(d) Sebagian instrumen komprehensif,
pengumupulan data terstruktur dengan baik, jaminan
(d) Kurangnya atau tidak pengumpulan data pengelolaan data terstruktur
Pengelolaan data terkait instrumen, pengelolaan kualitas dan keamanan data, dengan
ada pengumpulan data instruman dan dengan baik, jaminan kualitas
sistem keseluruhan data, jaminan kualitas dan riwayat data yang dapat diakses dan
instrumen, pengelolaan pengelolaan data dan keamanan data, dengan
yang digunakan untuk keamanan data cukup tepat serta analisis lainnya. Kapabilitas
data dan jaminan kualitas dasar dengan sebagian riwayat data yang dapat
pengumpulan data, lengkap, dengan riwayat data untuk instalasi data logging atau
jaminan kualitas diakses dan tepat serta
telemetri, penyimpanan, yang dapat diakses remote reading untuk instrumen, jika
analisis lainnya
penarikan dan jaminan perlu.
kualitas.] (e) Terdapat proses (e) Proses terstruktur untuk (e) Proses terstruktur untuk
(e) Kurangnya atau (e) Terdapat proses
terstruktur untuk identifikasi, identifikasi, pencatatan dan identifikasi, pencatatan dan eskalasi
tidak ada proses untuk ad-hoc proses untuk
pencatatan dan eskalasi eskalasi masalah instrumen masalah instrumen alarm dan
identifikasi dan eskalasi identifikasi dan eskalasi
instrumen alarm dan alarm dan permasalahan permasalahan ditelusuri untuk resolusi
masalah instrumen alarm isu instrumen alarm
permasalahan ditelusur ditelusuri untuk resolusi dalam tata waktu yang sesuai

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


79

Tingkat Maturitas
Kegiatan
1. Perlu Pembangunan 2. Dasar 3. Praktik Baik 4. Praktik Sangat Baik 5 Praktik Terbaik
(a) Evaluasi kondisi dan (a) Evaluasi kondisi dan
(a) Evaluasi kondisi kinerja mempertimbangkan kinerja mempertimbangkan (a) Evaluasi kondisi dan kinerja
dan kinerja tipe tipe bendungan, inspeksi dan tipe bendungan, inspeksi dan berdasarkan konsekuensi kegagalan,
(a) Kurangnya atau tidak bendungan, inspeksi instrumentasi informasi dan instrumentasi informasi dan tipe bendungan, informasi inspeksi
ada evaluasi kondisi dan instrumentasi riwayat kinerja bendungan, riwayat kinerja bendungan, dan instrumentasi, riwayat kinerja
dan kinerja. Tidak ada informasi dan riwayat pengetahuan tentang kinerja pengetahuan tentang kinerja bendungan, pengetahuan tentang
pernyataan tentang status kinerja bendungan. desain yang diharapkan, desain yang diharapkan, kinerja desain yang diharapkan dengan
keamanan masing-masing Tidak ada pernyataan kesadaran dan pertimbangan kesadaran dan pertimbangan pertimbangan penuh mode kegagalan
bendungan. jelas tentang status mode kegagalan. Terdapat mode kegagalan. Terdapat yang berlaku. Terdapat pernyataan
keamanan masing- pernyataan jelas tentang pernyataan jelas tentang jelas tentang status keamanan masing-
4-D. Penilaian masing bendungan. status keamanan masing- status keamanan masing- masing bendungan.
Keamanan Bendungan masing bendungan. masing bendungan.
(b) Kajian penilaian (b) Kajian penilaian
[Analisis dan (b) Tidak ada tinjauan (b) Kurangnya tinjauan (b) Kajian penilaian keamanan
keamanan bendungan keamanan bendungan oleh
evaluasi kondisi dan tentang penilaian tentang penilaian bendungan oleh spesialis keamanan
oleh insinyur keamanan insinyur senior keamanan
kinerja bendungan, keamanan bendungan. keamanan bendungan. bendungan.
bendungan. bendungan.
menghasilkan penilaian
status keamanannya] (c) Kurangnya atau (c) Pelaporan (c) Secara umum terdapat
(c) Secara umum terdapat (c) Pelaporan temuan evaluasi
tidak ada pelaporan temuan evaluasi pelaporan evaluasi
pelaporan evaluasi temuan komprehensif dan permasalahan
evaluasi temuan dan permasalahan temuan komprehensif dan
lengkap dan permasalahan Pemeriksaan dan Pemantauan
dan permasalahan Pemeriksaan dan permasalahan Pemeriksaan
Pemeriksaan dan ditelusuri untuk memperoleh resolusi
Pemeriksaan dan Pemantauan kurang dan Pemantauan diteluuri
Pemantauan ditelurusi dalam tata waktu yang sesuai.
Pemantauan lengkap untuk memperoleh resolusi
(d) Kurangnya atau
(d) Terdapat sebagian (d) Secara umum terdapat (d) Identifikasi dan rujukan lengkap
tidak ada identifikasi (d) Identifikasi dan rujukan
identifikasi dan rujukan dentifikasi dan rujukan dari permasalahan keamanan
dan rujukan dari lengkap dari permasalahan
dari permasalahan lengkap dari permasalahan bendungan dalam tata waktu yang
permasalahan keamanan keamanan bendungan
keamanan bendungan keamanan bendungan sesuai
bendungan

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


80
Penggunaan Matriks Maturitas untuk Mengevaluasi Program Keamanan Bendungan
Komponen 5: Matriks Maturitas Peralatan Spillway dan Outlet

Peralatan Spillway dan Outlet diartikan sebagai pintu, valve dan power supply terkait, sistem kontrol dan komunikasi yang berkontribusi
pada keamanan bendungan dan waduk. Termasuk peralatan struktur outlet yang melakukan pengamanan fungsi penyimpanan bendungan,
yakni komponen listrik dan mekanik.

Tingkat Maturitas
Kegiatan
1. Perlu Pembangunan 2. Dasar 3. Praktik Baik 4. Praktik Sangat Baik 5 Praktik Terbaik
(a) Program disusun dengan
(a) Program disusun
(a) Program disusun dengan (a) Program disusun dengan pertimbangan reliabilitas (a) Program disusun
dengan pertimbangan
sedikit atau tidak ada beberapa pertimbangan dan kemungkinan kegagalan. dengan pertimbangan
reliabilitas, kemungkinan dan
pertimbangan reliabilitas reliabilitas atau kemungkinan Terdapat beberapa reliabilitas, kemungkinan dan
konsekuensi kegagalan dan
5-A. Program Peralatan atau kemungkinan kegagalan kegagalan pertimbangan konsekuensi konsekuensi kegagalan
mode kegagalan
Spillway dan Outlet kegagalan
(b) Dokumentasi terbaru
(b) Kurangnya atau tidak ada (b) Secara umum terdapat
[Mengenai program (b) Dokumentasi sebagian (b) Dokumentasi tingkat tinggi tingkat tinggi dengan backup
dokumentasi dokumentasi lengkap
peralatan spillway digital
dan outlet, cara (c) Pelaksanaan program (c) Program secara umum (c) Program memenuhi (c) Program memenuhi atau
pengaturan, dan (c) Pelaksanaan program
kurang lengkap dengan memenuhi tujuan jaminan seluruh tujuan jaminan melampaui tujuan jaminan
pelaksanaannya. Bukan yang buruk
beberapa masalah kualitas kualitas kualitas kualitas
mengenai kegiatan (d) Terdapat proses dan
yang dibutuhkan untuk (d) Terdapat proses dan
praktik terstruktur untuk
pelaksanaan.] (d) Terdapat proses dan praktik terstruktur untuk
(d) Kurangnya atau tidak (d) Terdapat proses untuk eskalasi permasalahan
praktik terstruktur untuk eskalasi permasalahan
ada proses untuk eskalasi eskalasi permasalahan peralatan dan permasalahan
eskalasi permasalahan peralatan dan permasalahan
permasalahan peralatan peralatan ditelusuri untuk memperoleh
peralatan ditelusuri untuk memperoleh
resolusi dalam tata waktu
resolusi
yang tepat
(a) Inspeksi dan (a) Inspeksi dan
(a) Inspeksi dan (a) Inspeksi dan (a) Inspeksi dan
pemeliharaan tidak pemeliharaanberdasarkan
pemeliharaan meliputi pemeliharaan terstruktur pemeliharaan terstruktur
terstruktur dengan Kurangnya reliabilitas dan kemungkinan
beberapa pertimbangan dengan baik berdasarkan dengan baik berdasarkan
atau tidak ada pertimbangan kegagalan. Terdapat beberapa
reliabilitas dan kemungkinan reliabilitas, kemungkinan dan reliabilitas, kemungkinan dan
reliabilitas atau kemungkinan pertimbangan konsekuensi
kegagalan konsekuensi kegagalan konsekuensi kegagalan
kegagalan kegagalan
(b) Pemeliharaan preventif
(b) Bergantung pada (b) Pemeliharaan preventif komprehensif berdasarkan
(b) Beberapa pemeliharaan (b) Penekanan pada
pemeliharaan korektif namun komprehensif berdasarkan pemahaman tingkat tinggi.
korektif segera dilaksanakan. pemeliharaan preventif.
secara umum terlambat. pemahaman tingkat tinggi. Pemeliharaan korektif
Terdapat beberapa Pemeliharaan korektif secara
Kurangnya atau tidak ada pemeliharaan korektif segera segera diselesaikan dan
pemeliharaan preventif. umum segera dilaksanakan
pemeliharaan preventif. diselesaikan. mempertimbangkan
5-B. Inspeksi dan kebutuhan peningkatan.
Pemeliharaan (c) Pencatatan dan pelaporan
(c) Secara umum terdapat (c) Pencatatan dan pelaporan
(c) Kurangnya atau tidak ada (c) Pencatatan dan pelaporan inspeksi dan pemeliharaan
pencatatan dan pelaporan inspeksi dan pemeliharaan
[Inspeksi dan pencatatan dan pelaporan inspeksi dan pemeliharaan secara sistematis dan
inspeksi dan pemeliharaan secara sistematis dan
pemeliharaan peralatan inspeksi dan pemeliharaan kurang lengkap menyeluruh, termasuk sistem
lengkap menyeluruh
spillway dan outlet untuk manajemen pemeliharaan.
menilai kondisi dan (d) Secara umum terdapat (d) Rencana kontingensi
kehandalan] (d) Rencana kontingensi
rencana kontingensi dan dan inventaris cadangan
(d) Kurangnya atau tidak ada (d) Terdapat sebagian dan cadangan inventori
cadangan inventori lengkap berdasarkan kehandalan,
rencana kontingensi dan rencana kontingensi dan berdasarkan reliabilitas,
mempertim-bangkan mode kegagalan dan
cadangan cadangan mode kegagalan dan
reliabilitas dan kemungkinan kemungkinan kegagalan yang
kemungkinan kegagalan
kegagalan diperbaharui secara rutin.
(e) Terdapat proses
(e) Terdapat proses terstruktur untuk eskalasi
(e) Kurangnya atau tidak (e) Terdapat proses terstrukturuntuk eskalasi permasalahan inspeksi
(e) Terdapat proses eskalasi
ada proses untuk eskalasi terstruktur untuk eskalasi permasalahan inspeksi dan pemeliharaan dan
permasalahan inspeksi dan
permasalahan inspeksi dan permasalahan inspeksi dan dan pemeliharaan dan penelusuran masalah untuk
pemeliharaan
pemeliharaan pemeliharaan permasalahan ditelusuri memperoleh penyelesaian
untuk memperoleh resolusi dalam kerangka waktu yang
tepat.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


81

Tingkat Maturitas
Kegiatan
1. Perlu Pembangunan 2. Dasar 3. Praktik Baik 4. Praktik Sangat Baik 5 Praktik Terbaik
(a) Program pengujian
(a) Program pengujian
dilakukan secara rutin
dilakukan secara rutin
dan mencukupi untuk
dan mencukupi untuk
menunjukkan kinerja
(a) Program pengujian menunjukkan kinerja
(a) Program pengujian peralatan, termasuk wet
(a) Program pengujian dilakukan secara rutin peralatan, termasuk wet
dilakukan secara rutin dan test pada pintu. Fasilitas
masih belum mencukupi dan mencukupi untuk test pada pintu. Sebagian
sebagian besar mencukupi utama teridentifikasi untuk
untuk menunjukkan kinerja menunjukkan kinerja pengujian power supply,
untuk menunjukkan kinerja pengujian komprehensif
peralatan peralatan, termasuk wet test instrumentasi, kontrol,
peralatan power supply, instrumentasi,
pada pintu backup sistem termasuk
kontrol, backup sistem
pengukuran beban listrik/
termasuk pengukuran
hidrolik, dan kapabilitas
beban listrik/hidrolik, dan
operator
kapabilitas operator
(b) Prosedur pengujian secara
(b) Prosedur pengujian secar
penuh mempertimbangkan
5-C. Pengujian Peralatan (b) Prosedur pengujian (b) Prosedur pengujian secara penuh mempertimbangkan
(b) Prosedur pengujian keamanan operator,
belum lengkap dan disusun umum mempertimbangkan keamanan operator,
sebagian besar lengkap hambatan pengoperasian,
[Pengujian fungsional dengan Kurangnya atau keamanan operator, hambatan pengoperasian,
dengan pertimbangan kapabilitas operator dan
peralatan spillway tidak ada pertimbangan hambatan pengoperasian, kapabilitas operator dan
keamanan operator, peluang pelatihan. Prosedur
dan outlet, dalam atas keamanan operator, kapabilitas operator dan peluang pelatihan. Prosedur
hambatan pengoperasian, pengujian direvisi dan tetap
kisaran kondisi loading, hambatan pengoperasian, peluang pelatihan. Prosedur pengujian terdokumentasi
kapabilitas operator dan diperbarui secara rutin.
menggunakan seluruh kapabilitas operator dan pengujian terdokumentasi. dengan baik dan direvisi dan
peluang pelatihan. Prosedur Masyarakat terdampak
kombinasi power supply peluang pelatihan. Kurangnya Mempertimbangkan diperbaharui secara rutin.
pengujian sebagian besar pengujian peralatan
dan control, untuk atau tidak ada dokumentasi masyarakat yang terdampak Masyarakat yang tedampak
terdokumentasi. disarankan dan dan diatur
memastikan operasi prosedur pengujian. melalui pengujian. pengujian peralatan diberi
untuk menjamin keamanan
handal] pengarahan.
publik
(c) Pengujian terprogram
(c) Pengujian tidak rutin (c) Pengujian terprogram (c) Pengujian terprogram
(c) Kurangnya atau tidak terlaksana. Hasil pengujian
dan tidak lengkap. Hasil sebagian besar terlaksana. terlaksana. Hasil pengujian
ada pengujian dilakukan. terdokumentasi dengan
pengujian sebagian besar Hasil pengujian terdokumentasi dengan
Kurangnya atau tidak ada baik dan meliputi deskripsi
terdokumentasi dalam format terdokumentasi dalam format baik dan meliputi deskripsi
dokumentasi hasil pengujian. permasalahan, termasuk
lembar pengecekan. lembar pengecekan. permasalahan.
saran perbaikan.
(d) Terdapat proses
(d) Terdapat proses
pencatatan, analisis,
(d) Belum ada proses (d) Terdapat proses kurang (d) Terdapat proses pencatatan, analisis,
penilaian dan rujukan
untuk pencatatan, analisis, lengkap untuk pencatatan, pencatatan, analisis, penilaian dan rujukan
atas kinerja peralatan dan
penilaian dan rujukan analisis, penilaian dan penilaian dan rujukan atas kinerja peralatan dan
permasalahan pengujian.
atas kinerja peralatan dan rujukan atas kinerja peralatan atas kinerja peralatan dan permasalahan pengujian.
Penelusuran masalah untuk
permasalahan pengujian. dan permasalahan pengujian. permasalahan pengujian. Penelusuran masalah untuk
penyelesaian dalam kerangka
penyelesaian.
waktu yang tepat
(a) Penilaian kondisi dan
(a) Penilaian kondisi dan kinerja terhadap kriteria dan
(a) Penilaian kondisi dan
kinerja terhadap kriteria dan mempertimbangkan masalah
kinerja terhadap kriteria dan
mempertimbangkan masalah yang teridentifikasi selama
(a) Penilaian kondisi dan mempertimbangkan masalah
yang teridentifikasi selama inspeksi, pemeliharaan dan
kinerja mempertimbangkan yang teridentifikasi selama
(a) Kurangnya atau tidak ada inspeksi, pemeliharaan dan pengujian, konsekuensi
reliabilitas, konsekuensi inspeksi, pemeliharaan dan
penilaian kondisi dan kinerja. pengujian, konsekuensi kegagalan, riwayat desain
kegagalan dan riwayat kinerja pengujian, konsekuensi
kegagalan, riwayat desain dan kinerja peralatan.
peralatan kegagalan. Terdapat
dan kinerja peralatan. Terdapat pertimbangan
pertimbangan terbatas mode
Terdapat pertimbangan mode mode kegagalan yang
kegagalan yang berlaku.
kegagalan yang berlaku. berlaku, kemungkinan dan
5-D. Penilaian Kinerja konsekuensi kegagalan.
Sistem (b) Penilaian meliputi (b) Penilaian meliputi (b) Penilaian meliputi seluruh
(b) Kurangnya atau tidak (b) Terdapat sebagian
sebagian besar permasalahan seluruh permasalahan permasalahan teridentifikasi
[Kriteria penilaian ada pertimbangan inspeksi, pertimbangan inspeksi,
teridentifikasi selama teridentifikasi selama selama inspeksi,
peralatan spillway dan pemeliharaan dan dan pemeliharaan dan
inspeksi, pemeliharaan dan inspeksi, pemeliharaan dan pemeliharaan dan pengujian
outlet serta kinerja permasalahan pengujian permasalahan pengujian
pengujian pengujian serta kajian lainnya.
sistem keseluruhan
sesuai standar, regulasi, (c) Pelaporan temuan
dan pedoman yang penilaian dan permasalahan
(c) Secara umum pelaporan
berlaku untuk keamanan (c) Pelaporan temuan peralatan komprehensif.
temuan penilaian dan
bendungan di Indonesia] (c) Kurangnya atau tidak ada (c) Pelaporan temuan penilaian dan permasalahan Seluruh permasalahan
permasalahan peralatan
pelaporan temuan penilaian penilaian dan permasalahan peralatan komprehensif. diprioritaskan dan
cukup lengkap. Tingkat
dan permasalahan peralatan peralatan kurang lengkap. Seluruh permasalahan disusun jadwal prioritas
awal penetapan prioritas
diprioritaskan. langkah-langkah
permasalahan.
untuk mengembalikan
fungsionalitas.
(d) Rujukan komprehensif
(d) Rujukan komprehensif
(d) Kurangnya atau tidak (d) Terdapat sebagian permasalahan keamanan
(d) Rujukan permasalahan permasalahan keamanan
ada identifikasi dan rujukan identifikasi dan rujukan bendungan terkait peralatan
keamanan bendungan terkait bendungan terkait peralatan
permasalahan keamanan permasalahan keamanan yang diprioritaskan
peralatan yang diprioritaskan. ditelusuri untuk penyelesaian
bendungan terkait peralatan bendungan terkait peralatan dan ditelusuri untuk
tepat waktu.
penyelesaian.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


82
Penggunaan Matriks Maturitas untuk Mengevaluasi Program Keamanan Bendungan
Komponen 6: Matrik Maturitas Operasi Waduk

Operasi Waduk didefinisikan sebagai operasional aman bendungan dan waduknya dalam konteks pengelolaan air, operasional, persyaratan
tugas & keamanan publik.

Tingkat Maturitas
Kegiatan
1. Perlu Pembangunan 2. Dasar 3. Praktik Baik 4. Praktik Sangat Baik 5 Praktik Terbaik
(a) Prosedur disusun dan
(a) Prosedur disusun dan (a) Prosedur disusun dan
(a) Prosedur disusun dan (a) Prosedur disusun dan dijaga untuk mengoperasikan
dijaga untuk mengoperasikan dijaga untuk mengoperasikan
dijaga untuk mengoperasikan dijaga untuk mengoperasikan waduk dengan pertimbangan
waduk dengan Kurangnya waduk dengan pertimbangan
waduk dengan beberapa waduk dengan pertimbangan kapabilitas dan keamanan
atau tanpa pertimbangan kapabilitas dan keamanan
pertimbangan kapabilitas dan kapabilitas dan keamanan peralatan, mode kegagalan,
kapabilitas dan keamanan peralatan, kegagalan
keamanan peralatan serta peralatan, mode kegagalan kemungkinan kegagalan
peralatan serta kegagalan bendungan dan keamanan
kegagalan bendungan dan keamanan masyarakat bendungan dan keamanan
bendungan masyarakat
masyarakat
6-A. Tugas dan Tanggung (b) Pemahaman persyaratan
(b) Kurangnya atau tidak ada
jawab Operasi (b) Pemahaman persyaratan operasional dan keamanan
pemahaman persyaratan (b) Terdapat beberapa
(b) Pemahaman atas operasional dan keamanan waduk oleh staf UPB
operasional dan keamanan pemahaman persyaratan
[Tugas, tanggung jawab operasional dan keamanan waduk oleh staf UPB termasuk mode kegagalan
waduk oleh staf Unit operasional dan keamanan
dan kegiatan untuk waduk oleh staf UPB termasuk mode kegagalan kritikal spesifik bendungan
Pengelolaan Bendungan waduk oleh staf UPB
operasional bendungan kritikal spesifik bendungan dan instrumentasi
(UPB)
dan waduknya yang pemantauan terkait
aman di seluruh kondisi (c) Kurangnya atau tidak ada (c) Terdapat beberapa (c) Pencatatan dan pelaporan (c) Pencatatan dan pelaporan (c) Pencatatan dan pelaporan
pengoperasian] pencatatan dan pelaporan pencatatan dan pelaporan operasi waduk sebagian operasi waduk lengkap dan operasi waduk memadai dan
operasi waduk operasi waduk besar lengkap dan memadai memadai terbaru.
(d) Proses terstruktur untuk
(d) Proses terstruktur untuk
identifikasi dan pengelolaan
(d) Kurangnya atau tidak ada (d) Proses belum terstruktur (d) Proses terstruktur untuk identifikasi dan pengelolaan
masalah pengoperasian
identifikasi atau pengelolaan untuk identifikasi atau identifikasi dan pengelolaan masalah pengoperasian
waduk, dan penelusuran
masalah pengoperasian pengelolaan masalah masalah pengoperasian waduk, dan penelusuran
masalah untuk memperoleh
waduk pengoperasian waduk waduk masalah untuk memperoleh
penyelesaian secara tepat
penyelesaian
waktu
(a) Hubungan masyarakat (a) Sebagian besar terdapat
(a) Hubungan masyarakat (a) Hubungan masyarakat (a) Hubungan masyarakat
yang masih lemah atau tidak hubungan masyarakat erat
fungsional dengan beberapa yang kuat dengan sangat baik dengan
ada dengan sedikit atau dengan tingkat pemahaman
pemahaman bersama atas pemahaman bersama atas pemahaman bersama atas
6-B. Hubungan dengan tanpa pemahaman bersama bersama yang baik atas
operasional waduk dan operasional waduk dan operasional waduk dan
masyarakat atas operasional waduk dan operasional waduk dan
dampaknya dampaknya dampaknya
dampaknya dampaknya
[Koordinasi dan (b) Kontak dengan masyarakat
(b) Kontak dengan masyarakat
hubungan dengan tetap diperbarui dan staf
(b) Kurangnya atau tidak ada (b) Beberapa kontak dengan (b) Kontak dengan tetap diperbarui dan staf UPB
masyarakat eksternal UPB serta masyarakat tetap
kontak dengan masyarakat masyarakat tetap diperbarui masyarakat tetap diperbarui tetap diinformasikan tentang
yang terdampak oleh diinfor-masikan tentang
perubahan tersebut
operasional waduk, perubahan tersebut
termasuk pengguna (c) Topik dan frekuensi
lahan dan air serta (c) Topik dan frekuensi
(c) Topik dan frekuensi komunikasi direncanakan
publik] (c) Kurangnya atau tidak (c) Topik dan frekuensi komunikasi direncanakan
komunikasi tidak dan terlaksana, dan masalah
ada komunikasi dengan komunikasi direncanakan dan dan terlaksana, dan masalah
direncanakan atau terlaksana komunikasi ditelusuri untuk
masyarakat terlaksana. komunikasi ditelusuri untuk
dengan baik memperoleh penyelesaian
memperoleh penyelesaian
secara tepat waktu
(a) Rencana Pengelolaan
(a) Rencana Pengelolaan
(a) Rencana Pengelolaan Debris disusun dengan
(a) Rencana Pengelolaan (a) Rencana Pengelolaan Debris disusun dengan
Debris belum disusun atau pemahaman mendalam
Debris disusun dengan Debris disusun dengan pemahaman mendalam
telah disusun dengan sedikit atas ancaman akibat debris
sebagian pemahaman atas pemahaman atas ancaman atas ancaman akibat debris
atau tanpa pemahaman atas dan cara yang tersedia
ancaman akibat debris dan akibat debris dan cara yang dan cara yang tersedia
ancaman akibat debris dan untuk mengatasi ancaman
cara yang tersedia untuk tersedia untuk mengatasi untuk mengatasi ancaman
cara yang tersedia untuk tersebut, dengan perbaikan
mengatasi ancaman tersebut ancaman tersebut tersebut, dengan perbaikan
mengatasi ancaman tersebut berkelanjutan dan kajian
berkelanjutan
6-C. Pengelolaan Debris rencana
(b) Pemantauan dan
[Identifikasi dan mitigasi (b) Kurangnya atau tidak ada (b) Pemantauan dan (b) Pemantauan dan pengelolaan terdokumentasi
(b) Pemantauan dan
risiko keamanan pemantauan dan pengelolaan pengelolaan selama pengelolaan terdokumentasi selama banjir dengan
pengelolaan selama banjir
bendungan terkait selama banjir dengan banjir dengan sebagian selama banjir dengan pemahaman mendalam
dengan pemahaman
runtuhan pada waduk pemahaman terbatas atas pemahaman permasalahan pemahaman mendalam atas atas permasalahan akibat
permasalahan akibat debris
yang menghambat permasalahan akibat debris akibat debris permasalahan akibat debris debris, dengan perbaikan
spillway dan outlet] berkelanjutan
(c) Pembersihan debris
secara rutin dan efektif untuk
(c) Pembersihan runtuhan
(c) Pembersihan debris belum (c) Kurangnya atau tidak ada (c) Pembersihan debris melindungi bendungan dan
secara rutin dan efektif untuk
dilaksanakan atau kurang pembersihan debris efektif secara rutin dan efektif untuk peralatan, dengan perbaikan
melindungi bendungan dan
memadai untuk melindungi untuk melindungi bendungan melindungi bendungan dan berkelanjutan termasuk
peralatan, dengan perbaikan
bendungan dan peralatan dan peralatan peralatan pengembangan, uji coba dan
berkelanjutan
implementasi teknologi dan
metode baru.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


83
Penggunaan Matriks Maturitas untuk Mengevaluasi Program Keamanan Bendungan
Komponen 7: Matriks Maturitas Pemeliharaan Bendungan dan Pelimpah

Pemeliharaan Bendungan dan Pelimpah diartikan sebagai pemeliharaan struktur sipil dan bangunan terkait bendungan beserta waduknya.
Termasuk pemeliharaan atau perbaikan struktur, perlindungan erosi, pengendalian vegetasi dan pemeliharaan drainase (drainase permukaan
dan internal) serta kegiatan lainnya yang penting untuk memelihara keamanan dan fungsionalitas bendungan serta komponennya. Termasuk
pula spillway dan outlet yang melaksanakan fungsi keamanan bendungan, berikut komponen elektrik dan mekanisnya.
Catatan: Pemeliharaan peralatan Spillway dan Outlet dievaluasi dalam Komponen 5.

Tingkat Maturitas
Kegiatan
1. Perlu Pembangunan 2. Dasar 3. Praktik Baik 4. Praktik Sangat Baik 5 Praktik Terbaik
(a) Pemeliharaan mengikuti
(a) Pemeliharaan mengikuti
prosedur proaktif yang
prosedur rutin yang
(a) Pemeliharan sebagian (a) Pemeliharaan mengikuti ditetapkan berdasarkan
(a) Pemeliharaan korektif ditetapkan berdasarkan
besarmengikuti prosedur prosedur rutin yang mode kegagalan, Rencana
dilakukan sesuai kebutuhan mode kegagalan, Rencana
rutin yang ditetapkan ditetapkan Kesiapsiagaaan Darurat dan
Kesiapsiagaaan Darurat dan
praktik yang baik melibatkan
praktik yang baik
teknologi maju.
(b) Penekanan pada
(b) Penekanan pada
(b) Penekanan pada pemeliharaan preventif.
(b) Kurangnya atau tidak ada pemeliharaan preventif.
(b) Kebanyakan pemeliharaan pemeliharaan preventif. Pemeliharaan korektif
pemeliharaan dilakukan atau Pemeliharaan korektif
7-A. Pemeliharaan korektif dilakukan tergantung Pemeliharaan korektif dilaksanakan segera;
terbatas karena ketersediaan secara umum dilaksanakan
Bendungan, Waduk dan pada ketersediaan anggaran, dilaksanakan segera; anggaran, material dan
anggaran, material dan segera; anggaran, material
Akses material dan peralatan. anggaran, material dan peralatan tersedia dengan
peralatan. dan peralatan secara umum
peralatan tersedia. perbaikan berkelanjutan
tersedia.
[Pemeliharaan struktur dalam efisiensi
bendungan, fitur (c) Pencatatan dan pelaporan
waduk dan rute akses kegiatan pemeliharaan
bendungan, termasuk (c) Pencatatan dan pelaporan (c) Pencatatan dan pelaporan
(c) Kurangnya atau tidak ada (c) Beberapa pencatatan lengkap dan mudah diakses
keamanan aset fisik] kegiatan pemeliharaan kegiatan pemeliharaan
pencatatan dan pelaporan dan pelaporan kegiatan dalam bentuk elektronik, di
sebagian besar cukup lengkap dan mudah diakses
kegiatan pemeliharaan pemeliharaan seluruh Unit Pengelolaan
lengkap. dalam bentuk elektronik.
Bendungan (UPB) dan
Kementerian
(d) Terdapat proses
(d) Terdapat proses
terstruktur untuk eskalasi
terstruktur untuk eskalasi
(d) Kurangnya atau tidak ada (d) Proses tidak terstruktur (d) Terdapat proses permasalahan pemeliharaan
permasalahan pemeliharaan
proses eskalasi permasalahan untuk eskalasi permasalahan terstruktur untuk eskalasi dan penelusuran masalah
dan penelusuran masalah
pemeliharaan pemeliharaan permasalahan pemeliharaan untuk memperoleh
untuk memperoleh
penyelesaian secara tepat
penyelesaian
waktu
(a) Pemeliharaan mengikuti
(a) Pemeliharaan mengikuti
prosedur proaktif yang
prosedur rutin yang
(a) Pemeliharaan sebagian (a) Pemeliharaan mengikuti ditetapkan berdasarkan
(a) Pemeliharaan korektif ditetapkan berdasarkan
besar mengikuti prosedur prosedur rutin yang mode kegagalan, Rencana
dilakukan jika perlu mode kegagalan, Rencana
rutin yang ditetapkan ditetapkan Kesiapsiagaan Darurat dan
Kesiapsiagaaan Darurat dan
praktik terbaik meliputi
praktik yang baik
teknologi dan metode maju
(b) Penekanan pada (b) Penekanan pada
(b) Penekanan pada
(b) Kurangnya atau tidak ada (b) Sebagian besar pemeliharaan preventif. pemeliharaan preventif.
pemeliharaan preventif.
pemeliharaan dilakukan atau pemeliharaan korektif Pemeliharaan korektif Pemeliharaan korektif
Pemeliharaan korektif
terhambat oleh ketersediaan dilakukan bergantung pada secara umum terlaksana dilaksanakan segera;
7-B. Pemeliharaan dilaksanakan segera;
anggaran, material dan ketersediaan anggaran, segera; anggaran, material anggaran, material dan
Spillway anggaran, material dan
peralatan. material dan peralatan. dan peralatan secara umum peralatan tersedia dengan
peralatan tersedia.
tersedia perbaikan berkelanjutan.
[Pemeliharaaan spillway
dan rute akses, termasuk (c) Pencatatan dan pelaporan
keamanan aset fisik (c) Pencatatan dan pelaporan kegiatan pemeliharaan
(c) Kurangnya atau tidak ada (c) Terdapat sebagian (c) Pencatatan dan pelaporan
kegiatan pemeliharaan lengkap dan mudah diakses
pencatatan dan pelaporan pencatatan dan pelaporan kegiatan pemeliharaan
lengkap dan mudah diakses dalam format elektronik,
kegiatan pemeliharaan kegiatan pemeliharaan sebagian besar lengkap.
dalam format elektronik di lingkungan UPB dan
Kementerian
(d) Terdapat proses
(d) Terdapat proses
terstruktur untuk eskalasi
terstruktur untuk eskalasi
(d) Kurangnya atau tidak (d) Terdapat proses kurang (d) Terdapat proses permasalahan pemeliharaan
permasalahan pemeliharaan
ada proses untuk eskalasi terstruktur untuk eskalasi terstruktur untuk eskalasi dan penelusuran masalah
dan penelusuran masalah
permasalahan pemeliharaan permasalahan pemeliharaan permasalahan pemeliharaan untuk memperoleh
untuk memperoleh
penyelesaian secara tepat
penyelesaian
waktu

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


84
Penggunaan Matriks Maturitas untuk Mengevaluasi Program Keamanan Bendungan
Komponen 8: Matriks Maturitas Kesiapsiagaan Darurat

Kesiapsiagaan Darurat merupakan identifikasi konsekuensi kegagalan bendungan dan perencanaan untuk menanggapi kejadian yang
mungkin mendorong pada kegagalan bendungan. Termasuk identifikasi bahaya dan konsekuensi, penyusunan rencana tindak darurat,
pengembangan hubungan eksternal, dan pengujian latihan tanggap darurat. BNPB adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana di
Indonesia.

Tingkat Maturitas
Kegiatan
1. Perlu Pembangunan 2. Dasar 3. Praktik Baik 4. Praktik Sangat Baik 5 Praktik Terbaik
(a) Ancaman, mode
(a) Ancaman, mode
(a) Sebagian pemahaman, kegagalan potensial
(a) Kurangnya atau tidak ada (a) Ancaman, mode kegagalan potensial
evaluasi atau dokumentasi dievaluasi, dipahami secara
pemahaman, evaluasi atau kegagalan potensial dievaluasi, dipahami secara
ancaman dan potensi mode menyeluruh dan kerentanan
dokumentasi ancaman dan dievaluasi, dipahami secara menyeluruh dan kerentanan
kegagalan serta kerentanan. didokumentasikan
potensi mode kegagalan menyeluruh dan kerentanan didokumentasikan
Rencana Kesiapsiagaan menggunakan teknik analisis
serta kerentanan. Rencana didokumentasikan. Rencana menggunakan teknis analisis
Darurat dirumuskan untuk dan penelitian terbaru.
Kesiapsiagaan Darurat belum Kesiapsiagaan Darurat yang tersedia. Rencana
menangani sebagian atau Rencana Kesiapsiagaan
dirumuskan dan belum dirumuskan untuk menangani Kesiapsiagaan Darurat
sebagian besar hal tersebut Darurat dirumuskan
8-A. Identifikasi menangani dengan memadai. segala permasalahan di atas. dirumuskan untuk menangani
diatas. untuk menangani segala
Ancaman dan segala permasalahan di atas.
permasalahan di atas.
Konsekuensi (b) Konsekuensi kegagalan
(b) Konsekuensi kegagalan
(b) Kurangnya atau tidak ada (b) Beberapa konsekuensi bendungan dan peralatan
[Identifikasi dan (b) Konsekuensi kegagalan bendungan dan peralatan
pemahaman, evaluasi atau kegagalan bendungan dievaluasi, dipahami dan
pemahaman ancaman, bendungan dan peralatan dievaluasi, dipahami dan
dokumentasi konsekuensi dan peralatan didokumentasikan secara
insiden bendungan, dievaluasi, dipahami dan didokumentasikan secara
kegagalan peralatan dievaluasi, dipahami dan menyeluruh menggunakan
urutan kegagalan dan didokumentasikan. menyeluruh menggunakan
bendungan didokumentasikan teknik analisis dan penelitian
konsekuensinya untuk teknis analisis yang tersedia
terbaru.
dimasukkan dalam
Rencana Kesiapsiagaan (c) Terdapat pemantauan
(c) Pemantauan banjir
Darurat, yang meliputi (c) Kurangnya atau tidak ada (c) Pemantauan banjir (c) Terdapat pemantauan banjir dan prakiraan kejadian
dan prakiraan kejadi-an
Rencana Tindak Darurat] pertimbangan pemantauan dan prakiraan kejadian banjir dan prakiraan kejadian komprehensif, dengan
dipertimbangkan hingga
banjir dan prakiraan kejadian dipertimbangkan secara umum masukan dari organisasi
batas tertentu
spesialis
(d) Kajian oleh panel terdiri
(d) Kurangnya atau tidak (d) Kajian atas perubahan (d) Kajian atas perubahan dari pengkaji internal dan
(d) Kajian atas perubahan
ada kajian atas perubahan ancaman, mode kegagalan ancaman, mode kegagalan eksternal, untuk perubahan
ancaman, mode kegagalan
ancaman, mode kegagalan potensial atau konsekuensi potensial, kemungkinan atau ancaman, mode kegagalan
potensial atau konsekuensi
potensial atau konsekuensi kegagalan dengan frekuensi konsekuensi kegagalan mis: potensial, kemungkinan atau
kegagalan mis: setiap 5 tahun
kegagalan rendah. setiap 5 tahun konsekuensi kegagalan mis:
setiap 5 tahun
(a) Rencana Tindak Darurat
(a) Rencana Tindak Darurat
(a) Rencana Tindak Darurat (a) Rencana Tindak Darurat UPB didokumentasikan,
(a) Rencana Tindak Darurat UPB didokumentasikan,
tidak ada dan sedikit atau UPB didokumentasikan, praktis, menunjukkan
UPB didokumentasikan, praktis, menunjukkan
tanpa pemahaman tentang praktis, menunjukkan pemahaman komprehensif
praktis, menunjukkan pemahaman komprehensif
Rencana Tindak Darurat pemahaman yang baik atas atas identifikasi dan
pemahaman akan identifikasi identifikasi dan tanggapan
oleh staf Unit Pengelolaan identifikasi dan tanggapan tanggapan pada keadaan
dan tanggap darurat keadaan darurat di antara
Bendungan (UPB). pada keadaan darurat darurat di antara staf utama
seluruh staf UPB
UPB
(b) Rencana Tindak Darurat
disusun dan sistem alarm
(b) Rencana Tindak Darurat (b) Rencana Tindak Darurat
(b) Rencana Tindak Darurat diperkenalkan atas kolaborasi
(b) Rencana Tindak Darurat disusun dan sistem alarm disusun dan sistem alarm
8-B. Rencana Tindak disusun berkolaborasi dengan BNPB dan/atau
tidak ada atau disusun diperkenalkan atas kolaborasi diperkenalkan atas kolaborasi
Darurat UPB dengan BNPB dan/atau Kepolisian, dan dengan
dengan sedikit atau tanpa dengan BNPB dan/atau dengan BNPB dan/atau
Kepolisian, dengan sedikit konsultasi, pendidikan dan
kolaborasi dengan BNPB dan/ Kepolisian, dan dengan Kepolisian, dan dengan
[Rencana Tindak atau tanpa konsultasi publik partisipasi publik. Rencana
atau Kepolisian konsultasi publik dan konsultasi, pendidikan dan
Darurat untuk bersiap dan pendidikan Tindak Darurat dikaji atau
pendidikan partisipasi publik
dan bertindak selama diperbaharui dengan
keadaan darurat melibatkan staf UPB.
keamanan bendungan] (c) Terdapat penetapan
(c) Terdapat penetapan (c) Terdapat penetapan
(c) Kurangnya atau tidak ada (c) Terdapat beberapa dan pemahaman tugas dan
dan pemahaman tugas dan dan pemahaman tugas dan
penetapan dan pemahaman penetapan dan pemahaman tanggung jawab komprehensif
tanggung jawab yang baik di tanggung jawab komprehensif
tugas dan tanggung jawab tugas dan tanggung jawab di antara seluruh staf UPB,
antara staf utama UPB di antara seluruh staf UPB
BNPB dan/atau Kepolisian.
(d) Secara umum dilakukan (d) Kajian rutin dan
kajian dan pembaruan (d) Kajian rutin dan pembaruan Rencana Tindak
(d) Kurangnya atau tidak (d) Kajian dan pembaruan Rencana Tindak Darurat pembaruan Rencana Tindak Darurat setiap 3 tahun,
ada kajian atau pembaruan Rencana Tindak Darurat tidak secara lengkap dan secara Darurat setiap 3 tahun, dan dan juga setelah pengujian
Rencana Tindak Darurat secara berkala berkala setiap 3 tahun, dan juga setelah kejadian darurat dan latihan serta setelah
juga setelah kejadian darurat sebagai pembelajaran kejadian darurat sebagai
sebagai pembelajaran pembelajaran.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


85

Tingkat Maturitas
Kegiatan
1. Perlu Pembangunan 2. Dasar 3. Praktik Baik 4. Praktik Sangat Baik 5 Praktik Terbaik
(a) Hubungan kurang erat (a) Sebagian besar hubungan (a) Sebagian besar hubungan (a) Hubungan erat dan (a) Hubungan terbaik dan
atau tidak ada hubungan fungsional dan pemahaman erat, dan pemahaman yang pemahaman atas tindak pemahaman atas tindak
dengan Kurangnya atau tanpa atas tindakan darurat oleh baik atas tindak darurat dan darurat dan tanggung jawab darurat dan tanggung jawab
tindakan dan tanggung jawab sebagian atau seluruh pihak tanggung jawab oleh seluruh oleh seluruh pihak yang oleh seluruh pihak yang
8-C. Hubungan dengan darurat yang terlibat pihak yang terlibat terlibat terlibat
Masyarakat dan Lembaga (b) Kurangnya atau tidak ada (b) Beberapa hubungan (b) Hubungan berkelanjutan (b) Hubungan berkelanjutan
Eksternal (termasuk (b) Hubungan berkelanjutan
hubungan berkelanjutan berkelanjutan termasuk sebagian besar termasuk termasuk dalam rencana dan
BNPB dan Kepolisian) termasuk dalam rencana
termasuk dalam rencana dalam rencana dalam rencana terus ditingkatkan
[Mengelola hubungan (c) Sistem komunikasi dan
(c) Kurangnya atau tidak (c) Terdapat sebagian (c) Terdapat sebagian
dan komunikasi dengan (c) Sistem komunikasi dan struktur komando darurat
ada kompatibilitas sistem kompatibilitas antara sistem besar kompatibilitas sistem
masyarakat, dan struktur komando darurat kompatibel di seluruh
komunikasi dan struktur komunikasi dan struktur komunikasi dan struktur
Lembaga Eksternal, kompatibel di seluruh bidang bidang tanggung jawab UPB,
komando darurat di seluruh komando darurat di seluruh komando darurat di seluruh
untuk efektivitas tanggap tanggung jawab UPB dan dengan UPB lainnya di
area tanggung jawab UPB area tanggung jawab UPB area tanggung jawab UPB
darurat] wilayah.
(d) Sebagian besar (d) Pemeliharaan informasi
(d) Kurangnya atau tidak (d) Pemeliharaan informasi
(d) Pemeliharaan informasi pemeliharaan informasi kontak lengkap dan sering
ada pemeliharaan informasi kontak lengkap dan sering
kontak tidak berkala kontak lengkap dan sering dilakukan, dengan informasi
kontak dilakukan
dilakukan kontak alternatif
(a) Pengujian dan latihan
(a) Pengujian dan latihan
(a) Pengujian dan latihan internal bagi organisasi UPB,
(a) Pengujian dan latihan internal bagi organisasi UPB,
internal bagi organisasi UPB, latihan keadaan darurat
(a) Kurangnya atau tidak ada internal bagi organisasi UPB, latihan keadaan darurat
latihan keadaan darurat buatan seiring meningkatnya
pegujian dan latihan internal latihan keadaan darurat buatan seiring meningkatnya
seiring meningkatnya kebutuhan atau setiap 2
bagi organisasi UPB seiring meningkatnya kebutuhan atau setiap 2
kebutuhan atau setiap 2 tahun sekali melibatkan
kebutuhan tahun sekali melibatkan 2
tahun sekali banyak bendungan dan
atau 3 bendungan dalam UPB
sistem DAS dalam UPB
8-D. Pengujian dan (b) Pengujian dan latihan
(b) Pengujian dan latihan
Latihan (b) Pengujian dan latihan termasuk Lembaga Eksternal,
(b) Pengujian dan latihan termasuk Lembaga Eksternal,
(b) Kurangnya atau tidak melibatkan Lembaga latihan keadaan darurat
terkadang melibatkan latihan keadaan darurat
[Pengujian dan ada pengujian dan latihan Eksternal, latihan keadaan seiring meningkatnya
Lembaga Eksternal, latihan seiring meningkatnya
Latihan untuk Rencana yang melibatkan Lembaga darurat seiring meningkatnya kebutuhan atau setiap 5
keadaan darurat seiring kebutuhan atau setiap 5
Tindak Darurat dan Eksternal kebutuhan atau setiap 5 tahun sekali, melibatkan
meningkatnya kebutuhan tahun sekali, melibatkan 2
kesiapsiagaan dengan tahun sekali banyak bendungan dan
atau 3 bendungan dalam UPB
interval tertentu guna sistem DAS dalam UPB
menilai efektivitas, (c) Pengujian dan latihan
dan mengidentifikasi (c) Pengujian dan latihan
didokumentasikan,
perbaikan] (c) Beberapa pengujian dan (c) Pengujian dan latihan didokumentasikan,
pembelajaran dianalisis,
latihan didokumentasikan, didokumentasikan, pembelajaran dianalisis,
dikomunikasikan dan
(c) Kurangnya pengujian dan pembelajaran dianalisis dan pembelajaran dianalisis dikomunikasikan dan
peningkatan Rencana
latihan didokumentasikan, dikomunikasikan. Beberapa dan dikomunikasikan. peningkatan Rencana
Kesiapsiagaan Daruratdan
pembelajaran dianalisis dan peningkatan pada Rencana Peningkatan Rencana Kesiapsiagaan Darurat dan
Rencana Tindak Darurat
dikomunikasikan. Kesiapsiagaan Darurat dan Kesiapsiagaan Daruratdan Rencana Tindak Darurat
dilaksanakan secara rutin.
Rencana Tindak Darurat Rencana Tindak Darurat dilaksanakan secara rutin.
Pengujian dan latihan
dilaksanakan dilaksanakan Pengujian dan latihan
melibatkan staf dari
melibatkan staf dari UPB lain.
bendungan lain dalam UPB

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


86
Penggunaan Matriks Maturitas untuk Mengevaluasi Program Keamanan Bendungan
Komponen 9: Matrik Maturitas Penanganan Isu-isu Keamanan Bendungan

Penanganan Isu-isu Keamanan Bendungan diartikan sebagai pengumpulan, pengkategorian, penelusuran, penetapan prioritas, investigasi,
penilaian, penanganan dan pelaporan masalah keamanan bendungan. Isu Keamanan Bendungan dikategorikan sebagai Ketidaksesuaian,
Masalah Infrastruktur Fisik, dan Defisiensi Keamanan Bendungan. Dalam Program Keamanan Bendungan, permasalahan keamanan
bendungan biasanya diidentifikasi dalam komponen Pemeriksaan dan Pemantauan, Operasi Waduk, Kesiapsiagaan Darurat, Peralatan
Spillway dan Outlet, Pemeliharaan Bendungan dan Spillway, serta Audit dan Tinjauan. Untuk tujuan Matriks Maturitas, pengelolaan Isu-isu
keamanan bendungan tidak meliputi pelaksanaan pekerjaan perbaikan. Penilaian ini terkait dengan Program Keamanan Bendungan sejauh
berkaitan dengan ‘Operasi dan Pemeliharaan’ bendungan. Pelaksanaan pekerjaan perbaikan bendungan terkait ‘Life Extension dan Upgrade’,
yang berada di luar ruang lingkup penilaian ini.

Tingkat Maturitas
Kegiatan
1. Perlu Pembangunan 2. Dasar 3. Praktik Baik 4. Praktik Sangat Baik 5 Praktik Terbaik
9-A. Sistem Pengelolaan (a) Kurangnya atau (a) Identifikasi dan (a) Identifikasi dan (a) Identifikasi dan (a) Identifikasi dan pengumpulan
isu-isu Keamanan tidak ada pengumpulan pengumpulan masalah dari pengumpulan masalah pengumpulan masalah masalah dari sumber identifikasi
Bendungan masalah dari sumber sumber identifikasi kurang dari sumber identifikasi dari sumber identifikasi terorganisir dan menyeluruh dan
identifikasi lengkap terorganisir terorganisir dan menyeluruh terbaru
[Sistem keseluruhan (b) Kurangnya atau tidak
untuk pengumpulan, (b) Pencatatan detil masalah (b) Secara umum pencatatan (b) Pencatatan detil masalah (b) Pencatatan detil masalah secara
ada pencatatan detil
pengkategorian, kurang lengkap detil masalah cukup lengkap secara komprehensif komprehensif dan terbaru
masalah
penelusuran, penetapan (c) Masalah tidak (c) Kategorisasi masalah (c) Sebagian besar masalah (c) Kategorisasi masalah (c) Kategorisasi masalah cukup
prioritas, investigasi, dikategorikan kurang lengkap dikategorikan cukup lengkap lengkap dan terbaru
penilaian, penanganan
dan pelaporan isu-isu
keamanan bendungan. (d) Secara umum
(d) Kurangnya atau tidak (d) Penelusuran dan (d) Penelusuran dan (d) Penelusuran dan pelaporan
Sistem ini biasanya terdiri ada penelusuran dan penelusuran dan pelaporan
pelaporan status masalah pelaporan status masalah status masalah secara komprehensif
dari proses dan prosedur pelaporan status masalah status masalah cukup
kurang lengkap secara komprehensif dan terbaru
terdokumentasi serta lengkap
perangkat pendukung.]
(a) Kurangnya atau tidak (a) Dilakukan beberapa (a) Penilaian dampak
(a) Penilaian dampak dari (a) Penilaian dampak dari seluruh
ada penilaian dampak penilaian dampak dari sebagian besar
seluruh ketidaksesuaian ketidaksesuaian pada program
ketidaksesuaian pada ketidaksesuaian pada ketidaksesuaian pada
pada program keamanan keamanan bendungan dan operasi
program keamanan program keamanan program keamanan
bendungan waduk
bendungan bendungan bendungan
9-B. Pengelolaan Program (b) Tindakan korektif (b) Tindakan korektif (b) Tindakan korektif (b) Tindakan korektif diidentifikasi
(b) Tindakan korektif tidak
Ketidaksesuaian diidentifikasi untuk sebagiandiidentifikasi untuk sebagian diidentifikasi untuk seluruh untuk seluruh ketidaksesuaian
diidentifikasi
besar ketidaksesuaian besar ketidaksesuaian ketidaksesuaian dengan pertimbangan perbaikan
[Penetapan prioritas (c) Sebagian besar
dan penyelesaian (c) Beberapa ketidaksesuaian (c) Seluruh ketidaksesuaian
ketidaksesuaian (c) Seluruh ketidaksesuaian
atas ketidaksesuaian, diprioritaskan dan diprioritaskan dan dijadwalkan
(c) Ketidaksesuaian diprioritaskan dan diprioritaskan dan
investigasi, penilaian, dijadwalkan untuk untuk mengembalikan hasil
tidak diprioritaskan atau dijadwalkan untuk dijadwalkan untuk
penangangan dan mengembalikan hasil program keamanan bendungan dan
dijadwalkan mengembalikan hasil mengembalikan hasil program
pelaporan.] program keamanan memelihara keamanan operasional
program keamanan keamanan bendungan
bendungan waduk
bendungan
(d) Seluruh langkah korektif diambil,
(d) Sebagian besar langkah
(d) Tindakan korektif tidak (d) Beberapa angkah korektif (d) Seluruh langkah korektif dilaporkan dan ditelusuri untuk
korektif diambil dan
diambil atau dilaporkan diambil dan dilaporkan diambil dan dilaporkan penyelesaian dan pembuktian
dilaporkan
keefektifannya
(a) Kurangnya atau tidak
(a) Beberapa penilaian (a) Penilaian dampak (a) Penilaian dampak
ada penilaian dampak (a) Penilaian dampak seluruh
dampak masalah keamanan sebagian besar masalah seluruh masalah keamanan
masalah keamanan masalah keamanan infrastruktur
infrastruktur bendungan keamanan infrastruktur infrastruktur bendungan
infrastruktur bendungan bendungan pada program keamanan
padaprogram keamanan bendungan pada program pada program keamanan
pada program keamanan bendungan dan operasional waduk
9-C. Pengelolaan Masalah bendungan keamanan bendungan bendungan
bendungan
Keamanan Infrastruktur (b) Tindakan korektif (b) Tindakan korektif (b) Tindakan korektif (b) Tindakan korektif diidentifikasi
Bendungan (b) Tindakan korektif tidak
diidentifikasi untuk diidentifikasi untuk sebagian diidentifikasi untuk seluruh untuk seluruh masalah dengan
diidentifikasi
beberapa ketidaksesuaian besar masalah masalah pertimbangan perbaikan
[Penetapan prioritas dan
penyelesaian masalah (c) Beberapa masalah (c) Sebagian besar
(c) Seluruh masalah
Infrastruktur Fisik, diprioritaskan dan masalah diprioritaskan (c) Seluruh masalah diprioritaskan
(c) Masalah tidak diprioritaskan dan
investigasi, penilaian, dijadwalkan untuk dan dijadwalkan untuk dan dijadwalkan untuk memperbaiki
diprioritaskan atau dijadwalkan untuk
penanganan dan mengembalikan hasil mengembalikan hasil hasil program keamanan bendungan
dijadwalkan mengembalikan hasil program
pelaporan.] program keamanan program keamanan dan memelihara operasional waduk
keamanan bendungan
bendungan bendungan
(d) Seluruh langkah korektif diambil,
(d) Beberapa langkah (d) Sebagian besar langkah
(d) Tindakan korektif tidak (d) Seluruh langkah korektif dilaporkan dan ditelusuri untuk
korektif diambil dan korektif diambil dan
diambil atau dilaporkan diambil dan dilaporkan penyelesaian dan pembuktian
dilaporkan dilaporkan
keefektifannya
(a) Sebagian besar defisiensi (a) Seluruh defisiensi dinilai
(a) Kurangnya atau tidak (a) Seluruh defisiensi dinilai
(a) Terdapat beberapa dinilai berdasarkan berdasarkan kemungkinan dan
ada penilaian dampak berdasarkan kemungkinan
penilaian dampak defisiensi kemungkinan dan konsekuensi kegagalan bendungan.
defisiensi keamanan dan konsekuensi kegagalan
keamanan bendungan konsekuensi kegagalan Beberapa defisiensi kritikal dinilai
bendungan bendungan
9-D. Pengelolaan bendungan menggunakan metode lanjutan.
Defisiensi dalam (b) Tindakan korektif (b) Defisiensi yang tidak (b) Tindakan korektif (b) Tindakan korektif diidentifikasi
(b) Tindakan korektif tidak
Keamanan Bendungan diidentifikasi untuk dapat diterima dinilai untuk diidentifikasi untuk seluruh untuk seluruh defisiensi dengan
diidentifikasi
beberapa defisiensi penanganan defisiensi pertimbangan perbaikan
[Penetapan prioritas (c) Seluruh defisiensi (c) Seluruh defisiensi diprioritaskan
dan penyelesaian (c) Defisiensi tidak (c) Beberapa defisiensi (c) Defisiensi yang tidak
diprioritaskan dan dan dijadwalkan untuk
defisiensi, investigasi, diprioritaskan atau diprioritaskan atau dapat diterima diprioritaskan
dijadwalkan untuk mengembalikan hasil program
penilaian, penanganan dijadwalkan untuk dijadwalkan untuk atau dijadwalkan untuk
memperbaiki hasil program keamanan bendungan dan
dan pelaporan Keamanan penanganan penanganan penanganan
keamanan bendungan pemeliharaan operasional waduk
Bendungan.] (d) Inventori defisiensi (d) Inventori defisiensi yang (d) Inventori defisiensi yang tidak
(d) Terdapat beberapa
(d) Kurangnya atau tidak yang tidak dapat diterima, tidak dapat diterima, rencana dapat diterima, rencana penanganan
pelaporan defisiensi,
ada pelaporan defisiensi rencana penanganan dan penanganan dan status dan status terbarunya dilaporkan
rencana penanganan dan
atau rencana penanganan status terbarunya dilaporkan terbaru dilaporkan secara secara rutin dan ditelusuri untuk
status terbaru
secara rutin rutin penyelesaian

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


87
Penggunaan Matriks Maturitas untuk Mengevaluasi Program Keamanan Bendungan
Komponen 10: Matriks Mauritas Audit dan Tinjauan
Audit dan Kajian ditetapkan sebagai:
1. Audit dan Tinjauan Program Keamanan Bendungan:
• Audit Program Keamanan Bendungan biasanya untuk memeriksa sistem, proses dan prosedur program keamanan bendungan Unit
Pengelolaan Bendungan (UPB) terlaksana dengan baik.
• Tinjauan Program Keamanan Bendungan untuk efektivitas program keamanan bendungan kesesuaian sistem dan prosesnya.
2. Tinjauan Keamanan Bendungan dan Peralatan Spillway dan Outlet:
• Tinjauan Keamanan Bendungan untuk status dan praktik pengelolaan keamanan bendunganpada masing-masing bendungan.
• Tinjauan Peralatan Spillway dan Outlet untuk kinerja fungsional dan praktik pengelolaan peralatan bendungan.

Tingkat Maturitas
Kegiatan
1. Perlu Pembangunan 2. Dasar 3. Praktik Baik 4. Praktik Sangat Baik 5 Praktik Terbaik
(a) Audit diprogramkan dan
(a) Audit biasanya diprogramkan (a) Audit diprogramkan dan (a) Audit diprogramkan dan ruang
(a) Kurangnya atau tidak ada ruang lingkup biasanya
dan ruang lingkup biasanya ruang lingkup biasanya lingkup biasanya disesuaikan dengan
10-A. Audit audit pada program keamanan disesuaikan dengan portofolio
disesuaikan dengan portofolio disesuaikan dengan portofolio portofolio bendungan UPB, mode
Program bendungan UPB. bendungan UPB dan
bendungan UPB. bendungan UPB. kegagalan dan konsekuensi kegagalan.
Keamanan konsekuensi kegagalan.
Bendungan (b) Kurangnya atau tidak ada (b) Pengalaman dan (b) Pengalaman dan (b) Pengalaman dan kompetensi
(b) Pengalaman dan kompetensi
pertimbangan pengalaman kompetensi auditor terkadang kompetensi auditor secara auditor secara komprehensif
auditor dipertimbangkan selama
[Audit program dan kompetensi auditor dipertimbangkan selama umum dipertimbangkan dipertimbangkan selama pemilihan
pemilihan auditor
keamanan selama pemilihan auditor pemilihan auditor selama pemilihan auditor auditor
bendungan UPB, (c) Kurangnya atau tidak ada (c) Partisipasi positif dan proaktif oleh
untuk memeriksa partisipasi Unit Pengelolaan (c) Biasanya terdapat partisipasi (c) Partisipasi positif oleh UPB (c) Partisipasi positif dan proaktif
UPB dalam audit, dengan perbaikan
apakah tujuan positif oleh UPB dalam audit dalam audit oleh UPB dalam audit
Bendungan (UPB) dalam audit berkelanjutan
dan prosedur (d) Beberapa temuan (d) Temuan audit disampaikan
yang dinyatakan (d) Kurangnya atau tidak ada (d) Temuan audit disampaikan (d) Temuan audit disampaikan kepada
audit disampaikan kepada kepada manajemen UPB dan
telah tercapai] kepada manajemen UPB dan manajemen UPB dan diidentifikasi
rujukan untuk temuan audit manajemen UPB dan diidentifikasi tindakan prioritas
diidentifikasi tindakan prioritas tindakan prioritas untuk pelaksanaan
kepada manajemen UPB. diidentifikasi tindakan prioritas untuk pelaksanaan dan
untuk pelaksanaan. secara tepat waktu
untuk pelaksanaan. ditelusuri untuk penyelesaian.
(a) Tinjauan biasanya
(a) Tinjauan diprogramkan (a) Tinjauan diprogramkan (a) Tinjauan diprogramkan dan ruang
(a) Kurangnya atau tidak ada diprogramkan dan ruang
dan ruang lingkup disesuaikan dan ruang lingkup disesuaikan lingkup disesuaikan dengan portofolio
tinjauan program keamanan lingkup terkadang disesuaikan
dengan portofolio bendungan dengan portofolio bendungan bendungan UPB, mode kegagalan dan
bendungan UPB dengan portofolio bendungan
UPB. UPB dan konsekuensi kegagalan. konsekuensi kegagalan.
10-B. Tinjauan UPB.
Program (b) Kurangnya atau tidak ada (b) Kompetensi dan (b) Kompetensi dan (b) Kompetensi dan pengalaman
(b) Kompetensi dan pengalaman
Keamanan pertimbangan pengalaman pengalaman peninjau kadang pengalaman peninjau secara peninjau secara komprehensif
peninjau dipertimbangkan
Bendungan dan kompetensi peninjau dipertimbangkan selama umum dipertimbangkan dipertimbangkan selama pemilihan
selama pemilihan peninjau
selama pemilihan peninjau pemilihan peninjau selama pemilihan peninjau peninjau
[Tinajuan (c) Kurangnya atau tidak (c) Partisipasi positif dan proaktif
efektivitas (c) Biasanya terdapat partisipasi (c) Partisipasi positif oleh UPB (c) Partisipasi positif dan proaktif
ada partisipasi UPB dalam oleh UPB selama tinjauan, dengan
program positif oleh UPB selama kajian selama tinjauan oleh UPB selama tinjauan
peninjauan perbaikan berkelanjutan
keamanan (d) Temuan tinjauan
bendungan UPB] (d) Beberapa temuan (d) Temuan tinjauan (d) Temuan tinjauan disampaikan
disampaikan kepada manajemen
(d) Kurangnya atau tidak ada tinjauan disampaikan disampaikan kepada kepada manajemen UPB dan
UPB dan diidentifikasi tindakan
rujukan temuan tinjauan kepada manajemen UPB dan manajemen UPB dan diidentifikasi tindakan prioritas untuk
prioritas untuk pelaksanaan.
kepada manajemen UPB. diidentifikasi tindakan prioritas diidentifikasi tindakan prioritas pelaksanaan. Tindakan ditelusuri untuk
Tindakan ditelusuri untuk
untuk pelaksanaan. untuk pelaksanaan. penyelesaian secara tepat waktu.
penyelesaian.
(a) Tinjauan ruang lingkup (a) Tinjauan ruang lingkup dan (a) Tinjauan ruang lingkup dan
10-C. Tinjauan (a) Tinjauan ruang lingkup dan
(a) Kurangnya atau tidak dan frekuensi biasanya frekuensi mempertimbangkan frekuensi mempertimbangkan kinerja
Keamanan frekuensi mempertimbangkan
ada tinjauan keamanan mempertimbangkan kinerja kinerja bendungan dan bendungan, mode kegagalan dan
Bendungan kinerja bendungan dan
bendungan. bendungan dan konsekuensi kemungkinan serta konsekuensi kemungkinan serta konsekuensi
konsekuensi kegagalan
kegagalan kegagalan. kegagalan.
[Tinjauan praktik (b) Kurangnya atau tidak ada (b) Pertimbangan umum
pengelolaan (b) Beberapa pertimbangan (b) Pertimbangan pengalaman (b) Pertimbangan komprehensif
pertimbangan pengalaman pengalaman dan kompetensi
keamanan pengalaman dan kompetensi dan kompetensi peninjau pengalaman dan kompetensi peninjau
dan kompetensi peninjau peninjau dalam tipe
bendungan peninjau dalam tipe bendungan dalam tipe bendungan selama dalam tipe bendungan selama
dalam tipe bendungan selama bendungan selama pemilihan
termasuk Rencana selama pemilihan peninjau pemilihan peninjau pemilihan peninjau
pemilihan peninjau peninjau
Kesiapsiagaan
Darurat dan (c) Kurangnya atau tidak ada (c) Beberapa komitmen dan (c) Menunjukkan komitmen (c) Komitmen dan tanggapan
(c) Komitmen dan tanggapan
status keamanan komitmen dan tanggapan UPB tanggapan UPB terhadap dan tanggapan UPB terhadap proaktif UPB terhadap temuan kajian
proaktif UPB terhadap temuan
bendungan terhadap temuan tinjauan temuan tinjauan keamanan temuan tinjauan keamanan keamanan bendungan, dengan
tinjauan keamanan bendungan
masing-masing keamanan bendungan bendungan bendungan perbaikan berkelanjutan
bendungan; (d) Beberapa temuan (d) Temuan tinjauan (d) Temuan tinjauan disampaikan (d) Temuan tinjauan disampaikan
termasuk struktur (d) Kurangnya atau tidak ada tinjauan disampaikan kepada disampaikan kepada kepada manajemen UPB dan kepada manajemen UPB dan
spillway dan rujukan temuan tinjauan manajemen UPB dan tindakan manajemen UPB dan tindakan diidentifikasi tindakan prioritas diidentifikasi tindakan prioritas untuk
outlet] kepada manajemen UPB. prioritas untuk pelaksanaan prioritas untuk pelaksanaan untuk pelaksanaan. Tindakan pelaksanaan. Tindakan ditelusuri untuk
diidentifikasi. diidentifikasi. ditelusuri untuk penyelesaian. penyelesaian secara tepat waktu.
(a) Tinjauan ruang lingkup (a) Tinjauan ruang lingkup
(a) Tinjauan ruang lingkup dan (a) Tinjauan ruang lingkup dan
(a) Kurangnya atau tidak ada dan dan frekuensi biasanya dan frekuensi mempertim-
frekuensi mempertimbangkan frekuensi mempertim-bangkan kinerja
kajian peralatan spillway dan mempertimbangkan kinerja bangkan kinerja peralatan, dan
kinerja peralatan dan peralatan, mode kegagalan, dan
outlet. peralatan dan konsekuensi kemungkinan dan konsekuensi
konsekuensi kegagalan. kemungkinan serta kegagalan.
kegagalan. kegagalan.
10-D. Tinajuan (b) Kurangnya atau tidak ada
(b) Beberapa pertimbangan (b) Pertimbangan umum (b) Pertimbangan pengalaman (b) Pertimbangan komprehensif
Peralatan Spillway pertimbangan pengalaman
pengalaman dan kompetensi pengalaman dan kompetensi dan kompetensi peninjau dalam pengalaman dan kompetensi
dan Outlet dan kompetensi peninjau
peninjau dalam tipe peralatan peninjau dalam tipe peralatan tipe peralatan selama pemilihan peninjau dalam tipe peralatan selama
dalam tipe peralatan selama
selama pemilihan peninjau selama pemilihan peninjau peninjau pemilihan peninjau
[Tinjauan praktik pemilihan peninjau
pengelolaan dan (c) Kurangnya atau tidak ada (c) Terdapat beberapa (c) Menunjukkan komitmen (c) Komitmen dan tanggapan (c) Komitmen dan tanggapan proaktif
kinerja fungsional komitmen dan tanggapan UPB komitmen dan tanggapan dari dan tanggapan proaktif dari proaktif dari UPB terhadap dari UPB terhadap temuan tinjauan
peralatan spillway terhadap temuan tinjauan UPB terhadap temuan tinjauan UPB terhadap temuan kajian temuan kajian peralatan spillway peralatan spillway dan outlet, dengan
dan outlet peralatan spillway dan outlet peralatan spillway dan outlet peralatan pelimpah dan outlet dan outlet perbaikan berkelanjutan
bendungan] (d) Temuan tinjauan
(d) Beberapa temuan (d) Temuan tinjauan disampaikan
(d) Temuan kajian disampaikan disampaikan kepada manajemen
(d) Kurangnya atau tidak ada tinjauan disampaikan kepada kepada manajemen UPB dan
kepada manajemen UPB UPB dan tindakan prioritas
rujukan temuan tinjauan manajemen UPB dan tindakan tindakan prioritas untuk pelaksanaan
dan tindakan prioritas untuk untuk pelaksanaan diidentifikasi.
kepada manajemen UPB. prioritas untuk pelaksanaan diidentifikasi. Tindakan ditelusuri untuk
pelaksanaan diidentifikasi. Tindakan ditelusuri untuk
diidentifikasi. penyelesaian secara tepat waktu.
penyelesaian.

Matriks Maturitas sebagai Tolok Ukur Kelembagaan Keamanan Bendungan di Indonesia


Anda mungkin juga menyukai