727e3 MDL Pelaksanaan Operasi Jaringan Irigasi
727e3 MDL Pelaksanaan Operasi Jaringan Irigasi
MODUL 05
MODUL 05
2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Pelaksanaan Operasi Jaringan Irigasi sebagai
Materi Substansi dalam Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tingkat
Juru . Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil
Negara (ASN) di bidang Sumber Daya Air.
Modul Pelaksanaan Operasi Jaringan Irigasi ini disusun dalam 6 (enam) bab yang
terbagi atas Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang
sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami
pelaksanaan operasi jaringan irigasi. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul
ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat
bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang Sumber Daya Air.
DAFTAR ISI
3.1.4 Rapat Komisi Irigasi Untuk Menyusun Rencana Tata Tanam Tahunan22
3.1.5 SK Bupati / Walikota atau Gubernur Tentang RencanaTataTanam
Tahunan ................................................................................................. 22
3.1.6 Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air Tahunan ........................ 23
3.1.7 Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air pada Jaringan Sekunder
dan Primer ............................................................................................. 24
3.2 Pelaksanaan Operasi Jaringan Irigasi.............................................................. 33
3.2.1 Laporan keadaan air dan tanaman........................................................ 33
3.2.2 Penentuan Kebutuhan Air di Pintu Pengambilan .................................. 33
3.2.3 Pencatatan Debit Saluran ...................................................................... 33
3.2.4 Penetapan Pembagian Air pada Jaringan Sekunder dan Primer. ........ 33
3.2.5 Pencatatan Debit Sungai pada Bangunan Pengambilan ...................... 33
3.2.6 Perhitungan faktor K .............................................................................. 34
3.2.7 Pencatatan Realisasi LuasTanam Per Daerah Irigasi .......................... 34
3.2.8 Pencatatan Realisasi LuasTanam Per Kabupaten/Kota ....................... 34
3.2.9 Pencatatan Realisasi LuasTanam Per Provinsi .................................... 35
3.3 Monitoring dan Evaluasi ................................................................................... 39
3.3.1 Monitoring Pelaksanaan Operasi .......................................................... 39
3.3.2 Kalibrasi Alat Ukur ................................................................................. 39
3.3.3 Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi .............................................................. 41
3.4 Latihan .............................................................................................................. 42
3.5 Rangkuman ...................................................................................................... 42
3.6 Evaluasi ............................................................................................................ 43
BAB VI PENUTUP..................................................................................................... 61
6.1 Simpulan .......................................................................................................... 61
6.2 Tindak lanjut ..................................................................................................... 62
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI vii
MODUL 5 PELAKSANAAN OPERASI JARINGAN IRIGASI
Deskripsi
Modul Pelaksanaan Operasi Jaringan Irigasi ini terdiri dari tiga kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas Pengertian Operasi Jaringan
Irigasi, Ruang Lingkup Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi, Data Pendukung
Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi. Kegiatan belajar kedua membahas
Perencanaan operasi jaringan irigasi, Pelaksanaan operasi jaringan irigasi,
Monitoring dan evaluasi. Kegiatan belajar ketiga membahas Tugas pokok dan
fungsi petugas dalam kegiatan operasi di lapangan, Kebutuhan tenaga
pelaksana operasi dan pemeliharaan, Persyaratan petugas operasi jaringan
irigasi, Tugas pokok dan fungsi P3A dalam operasi jaringan irigasi. Kegiatan
belajar keempat membahas Penjelasan pengisian blanko operasi jaringan irigasi
dari 01-O s.d 12-O.
Persyaratan
Metode
viii PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 5 PELAKSANAAN OPERASI JARINGAN IRIGASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
a) Air saat ini merupakan barang yang mempunyai nilai ekonomi dan berfungsi
sosial.
b) Adanya penggunaan air irigasi untuk berbagai kepentingan.
c) Terjadinya kerawanan ketersediaan air
d) Adanya perubahan tujuan pembangunan dibidang pertanian dari
meningkatkan produksi untuk swasembada beras menjadi melestarikan
ketahanan pangan.
a) Daerah irigasi (DI) dengan luas kurang dari 1.000 ha dan berada dalam
satu kabupaten/kota menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah
kabupaten/kota.
b) Daerah irigasi(DI) dengan luas 1.000 s.d. 3.000ha atau daerah irigasi
lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan dan tanggung jawab
pemerintah provinsi.
c) Daerah irigasi (DI) dengan luas lebih dari 3.000 ha, atau DI lintas
provinsi, strategis nasional, dan lintas Negara menjadi kewenangan dan
tanggung jawab Pemerintah.
Dalam Peraturan Pemerintah No .23 tahun 1982 Tentang Tata Pengaturan air
Pasal 56, disebutkan bahwa Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi primer
dan sekunder menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah provinsi atau
pemerintah kabupaten/ kota sesuai dengan kewenangannya, perkumpulan
petani pemakai air dapat berperan serta sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya.
BAB II
KEGIATAN OPERASI JARINGAN IRIGASI
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan kegiatan operasi
jaringan irigasi.
.
2.3.2 Pelaksanaan
a) Laporan keadaan air dan tanaman (04-O)
b) Penentuan rencana kebutuhan air dipintu pengambilan (05-O)
c) Pencatatan Debit Saluran (06-O)
d) Penetapan Pembagian Air
pada Jaringan Sekunder dan Primer (07-O)
pembagian dan pemberian air serta waktu pengeringan dan sebelum MT-
I,SK ini harus sudah terbit/ jadi.
Rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi pada daerah irigasi
lintas provinsi dan strategis nasional yang belum dilimpahkan kepada
pemerintah provinsi atau pemerintah kab/ kota disusun oleh instansi pusat
yang membidangi irigasi/ sumber daya air dan disepakati bersama dalam
forum koordinasi komisi irigasi atau yang disebut dengan nama lain yang
ditetapkan oleh Menteri.
Prinsip cara pemberian air irigasi, bila:
1) Kondisi debit lebih besar dari 70% debit rencana air irigasi dari saluran
primer dan sekunder dialirkan secara terus-menerus (continous flow) ke
petak-petak tersier melalui pintu sadap tersier.
2) Kondisi debit 50-70% dari debit rencana air irigasi dialirkan ke petak-
petak tersier dilakukan dengan rotasi. Pelaksanaan rotasi dapat diatur
antar saluran sekunder misalnya jaringan irigasi mempunyai 2 (dua)
saluran sekunder A dan sekunder B maka rotasi dilakukan selama 3
(tiga) hari air irigasi dialirkan ke sekunder A dan 3 (tiga) berikutnya ke
sekunder B demikian seterusnya setiap 3 (tiga) hari dilakukan
penggantian sampai suatu saat debitnya kembali normal.
3) Kondisi debit < 50% debit rencana, cara pemberian air terputus-putus
(intermitten).
Dilaksanakan dalam rangka efisiensi penggunaan air pada jaringan irigasi
yang mempunyai sumber air dari waduk atau dari sistem irigasi pompa,
misalnya 1 (satu) minggu air waduk dialirkan ke jaringan irigasi dan 1
(satu) minggu kemudian waduknya ditutup demikian seterusnya sehingga
setiap minggu mendapat air dan satu minggu kemudian tidak mendapat air.
PERENCANAAN O
Maka koreksi pembagian dan pemberian air dengan blangko 09-O. Untuk
daerah yang telah menggunakan cara perhitungan/metode lain dalam
pembagian air (pasten, FPR, dll) tetap dapat digunakan.
10 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 5 PELAKSANAAN OPERASI JARINGAN IRIGASI
Pelaksanaan Operasi
MEKANISME PEMBAGIAN AIR
Blangko 07. O
Blangko 04. O
Blangko 05. O Rencana
Laporan Keadaan
Rencana Kebutuhan Air di
Air & Tanaman Qn
Kebutuhan Air di Jaringan Utama
pada Petak
Pintu Tersier dan Penetapan
Tersier
Faktor K
K = Qn
Qi
Bendung
PENGISIAN
PAPAN SKEMA
Papan Tersier Papan
Qi
Qa = K . Qi Qa = K . Qi
Keterangan :
Petak K = Koefisien
Tersier Qn = Debit tersedia
Qi = Debit yang
dibutuhkan
Qa = Debit dialirkan
2.7 Latihan
Jawablah soal dibawah dengan baik dan benar!
1. Ruang Lingkup Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi Meliputi perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, jelaskan!
2. Bagaimana bentuk peran serta P3A/GP3A/IP3A dalam operasi jaringan
irigasi? Jelaskan!
3. Agar operasi jaringan irigasi dapat dilaksanakan dengan baik, harus tersedia
data pendukung apa saja? Jelaskan!
2.8 Rangkuman
Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya
agar air irigasi dapat dimanfatkan secara efektif, efisien, dan merata melalui
kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata
tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air,
melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan
mengevaluasi.
antar instansi terkait; dan 8) Monitoring dan Evaluasi kegiatan Operasi Jaringan
Irigasi.
Dalam kegiatan operasi jaringan irigasi dilakukan dengan melibatkan peran serta
P3A/ GP3A/ IP3A diwujudkan mulai dari pemikiran awal, pengambilan
keputusan, dan pelaksanaan kegiatan dalam operasi jaringan.
2.9 Evaluasi
Jawablah soal dibawah dengan cara memilih jawaban yang paling benar !
2. Agar operasi jaringan irigasi dapat dilaksanakan dengan baik, harus tersedia
data pendukung diantaranya.....
a. Peta Wilayah Kerja Pengelolaan Irigasi, Peta Daerah Irigasi , Skema
Jaringan Irigasi
b. Peta Daerah Irigasi, Skema Jaringan Irigasi, Peta Kepemilikan Lahan
Sawah Pengurus P3A
c. Skema Rencana Pembagian dan Pemberian Air, Asbuilt Drawing, Peta
Sumber Air
d. Skema Rencana Pembagian dan Pemberian Air, Peta Sumber Air, Peta
Daerah Irigasi
BAB III
KEGIATAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI
Untuk Daerah Irigasi yang P3A kurang/ belum/ tidak aktif disarankan untuk
memakai rencana golongan vertikal, setelah P3A/ petugas operasi sudah
cukup aktif dan memadai, dapat dilaksanakan rencana golongan horisontal.
Jika P3A sudah maju/ terampil/ terlatih dalam operasi dan kondisi jaringan
irigasi bagus dapat diterapkan rencana golongan tersebar.
b) Sistem Giliran
Apabila suatu saat terjadi, dimana debit yang tersedia lebih kecil dari 70%
debit yang dibutuhkan, maka pemberian air secara giliran perlu diadakan.
Giliran pembagian air hanya dilakukan di jaringan tersier saja, sedangkan di
jaringan utama selalu ada pembagian air secara serentak. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga agar tidak menambah kehilangan air di
jaringan utama.
Dalam kondisi kekurangan air, pintu-pintu pengatur yang ada pada setiap
bangunan sadap diatur kembali untuk menaikkan taraf muka air sehingga
dapat masuk ke petak tersier.
Qs = 30 % - 50 % Qt Giliran 1 sub tersier mengalir, Padi hanya untuk waktu yang sangat
2 sub tersier mati untuk waktu terbatas, palawija boleh sepanjang
1 atau 2 hari. umur tanaman tanpa mempengaruhi
hasil panen.
Prioritas pemberian air kepada
Qs < 30 % Qt umur produktif (padi masa
bunting).
Keterangan:
Qs = debit yang diberikan pada petak sub tersier menurut nilai faktor K.
Qt = debit yang dibutuhkan untuk petak tersier.
1) Aliran air tidak boleh melampaui kapasitas saluran. Biasanya pada musim
hujan kapasitas saluran akan menurun akibat pengendapan Lumpur,
sehingga selama periode pengolahan tanah, air di saluran mungkin meluap
(muka air lebih tinggi dari muka air normal) dan tinggi jagaan menjadi
berkurang 10 – 15 cm. Oleh karenanya kelebihan air harus selalu dihindari
untuk mencegah talud saluran dan bangunan air menjadi rusak.
2) Apabila muka air di jaringan terlalu jauh melebihi taraf muka air normal dan
tidak mungkin lagi diatur oleh pintu pengatur yang ada di bangunan bagi /
sadap, maka Penjaga Pintu Air (PPA) harus segera membuka pintu
pembuang sedikit demi sedikit sampai muka air di saluran turun mendekati
muka air normal. Apabila tidak ada pintu pembuang PPA harus segera
melapor kepada Juru Pengairan di wilayahnya, kemudian Juru Pengairan
tersebut segera mengadakan koordinasi dengan Juru Pengairan lain yang
menguasai bendung untuk memerintahkan mengurangi bukaan pintu
pengambilan.
3) Pemberian air untuk pengolahan tanah harus diawasi dengan ketat dan
dimonitor.
4) Pada saat turun hujan pemberian air irigasi harus dikurangi untuk
menghindari terjadinya luapan yang mengancurkan tanggul dan adanya
genangan yang luas didaerah irigasi. Jumlah pengurangan debiet tersebut
harus ditetapkan dengan memperhitungkan curah hujan. Lokasi, intensitas
hujan dan keadaan tergenangnya sawah harus dimonitor oleh UPTD/
Cabang Dinas melalui Juru, dengan demikian pengaturan pemberian air
dapat dilaksanakan dengan tepat.
Pada musim kemarau air yang tersedia di sungai pada umumnya lebih
kecil dari pada waktu musim hujan. Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan:
1) Ketika debit air yang tersedia turun dibawah 70% dari kebutuhan,
maka harus diterapkan giliran pemberian air.
2) Debit air di pintu-pintu sadap tersier dan bangunan bagi harus
diawasi dan dijaga agar merata untuk setiap jaringan saluran sesuai
dengan nilai factor k yang terjadi.
3) Pada saat air kurang, pemberian air harus diprioritaskan bagi
tanaman pada masa produktif.
4) Staf operasi Cabang Dinas agar membantu dan memberikan saran
atau petunjuk kepada Ranting Dinas dalam pelaksanaan operasi
jaringan irigasi.
5) Staf operasi Cabang Dinas harus memeriksa secara berkala debiet
air di saluran induk dan kegiatan Ranting Dinas serta memonitor
apakah instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Kepala Cabang
Dinas tentang pengoperasian dilaksanakan atau tidak.
3.1.4 Rapat Komisi Irigasi Untuk Menyusun Rencana Tata Tanam Tahunan
Komisi Irigasi Kabupaten/ Kota atau Provinsi di setiap tahun sebelum musim
tanam ke-1 mengadakan rapat membahas dan mengkoordinasikan usulan-
usulan dari GP3A guna menentukan Rencana Tata Tanam Tahunan dari
setiap daerah irigasi yang meliputi RTTG dan RTTD. RTT Tahunan ini
diusulkan ke bupati/ walikota atau gubernur untuk ditetapkan.
Rencana pembagian dan pemberian air setelah disepakati oleh komisi irigasi
kabupaten/ kota atau provinsi ditetapkan melalui keputusan bupati/ walikota,
gubernur, atau menteri sesuai kewenangannya dan atau penyelenggaraan
wewenang yang dilimpahkan kepada pemerintah daerah yang bersangkutan.
a) Metode Pasten
Metoda pasten adalah suatu cara pembagian air berdasarkan pada
kesediaan air untuk irigasi terhadap total luas areal palawija relatif. Metode
ini walaupun kurang teliti, namun cukup mudah untuk dilaksanakan, karena
tidak memakai perhitungan yang rumit, sehingga semua petugas operasi
irigasi dapat menghitungnya.
Keterangan:
Pasten = Besarnya satuan pemberian air untuk palawija.
Q = Bebit yang tersedia di bendung
LPRG.P = Luas areal palawija relatif gabungan di pintu
pengambilan bendung.
Keterangan:
LPR = Luas Areal palawija relatif
A = Luas Areal realisasi tanam
FT = Faktor tanaman, yang merupakan perbandingan kebutuhan air
terhadap palawija.
( )
( )
( )
Atau
Keterangan:
FK.T = Faktor Kehilangan air di jaringan tersier
FK.S = Faktor kehilangan di jaringan sekunder
FK.I = Faktor kehilangan di jaringan induk
( )
Pintu Bendung
⁄ ( ) ⁄
Dari perhitungan di Blangko 02, terlihat total areal palawija relative di tersier
Padi :
Tebu :
Palawija :
b) Metode FPR
Ada 3 (tiga) faktor dalam merencanakan kebutuhan air:
3) Koefisien Tanaman
Untuk Padi
Tanaman , setara 4 x polowijo
Uritan, setara 20 x polowijo
Garapan, setara 6 x polowijo
Untuk Tebu
Tanaman, setara 1,5 x polowijo
Untuk Bero
Bero setara 0 x polowijo
B. B.
Kr.2 Kr.1
18 22
Ha Ha
Dam
Balud
B. B.
Kn.1 Kn.2
21 19
Ha Ha
B.
Kn.3
20
Ha
Suatu jaringan irigasi melayani lahan sawah seluas 100 Ha mempunyai sub blok
masing-masing:
Sehingga:
Koefisien Kehilangan air di jaringan tersier
100 100
1,33
100 25 75
Perbandingan koefisien tanaman polowijo dengan tanaman padi adalah sebesar 1:4,
atau kebutuhan air untuk polowijo ¼ dari kebutuhan air tanaman padi.
KEBUTUHAN AIR TANAMAN PADI SEBESAR = 1,2 liter / detik / ha
Dengan demikian kebutuhan air untuk polowijo adalah:
1,2
lt / dt / ha 0.3 lt / dt / ha
4
Karena FPR diperhitungkan di pintu tersier, maka untuk mencari besarnya FPR
dilakukan dengan mengalikan angka kebutuhan air untuk 1 Ha Polowijo di sawah
dengan koefisien Kehilangan air di saluran
Q = LPR x FPR
= 588 Ha x 0,40 lt/dt/ha
= 235,20 lt/dt, dibulatkan menjadi 235 lt/dt.
Dengan demikian, Jaringan Irigasi Balud dengan luas 100 Ha, dengan keadaan
LPR nya seluas 588 Ha, membutuhkan air untuk mengairi tanamannya sebesar
235 lt/dt, dengan rincian sebagai berikut:
Yang dibutuhkan saluran sub blok kanan sebesar:
372 ha x 0,4 lt/dt/ha = 148,8 l/dt dibulatkan = 149 l/dt.
Yang dibutuhkan saluran sub blok kiri sebesar:
216 ha x 0,4 l/dt/ha = 86,4 l/dt dibulatkan = 86 l/dt.
c) Metode Faktor K
Metode faktor K adalah suatu cara pembagian air berdasarkan air yang tersedia
di bendung dikurangi kehilangan air disaluran Induk/Sekunder di bagi jumlah
kebutuhan air seluruh tanaman.
Keterangan:
= Faktor Koreksi
= Debit tersedia
= Kehilangan air
= Total kebutuhan air di pintu tersier
Maka koreksi pembagian dan pemberian air dengan blangko 09-O untuk
daerah yang telah menggunakan cara perhitungan/ metode lain dalam
pembagian air (pasten,FPR, dll) tetap dapat digunakan.
Keterangan:
C = Koefisien debiet (1,30)
Le = Panjang efektif bendung (26,84 m)
H = Tinggi air diatas mercu (pembacaan papan duga)
Mengukur debit sungai dilakukan satu kali setiap hari pada keadaan
debit normal. Selama periode banjir pengukuran debietnya paling tidak
3 kali sehari dan selama banjir besar satu kali setiap satu jam. Debit
yang lewat diatas mercu bendung ditunjukkan pada tabel dibawah.
(a) Setiap 3-5 hari sekali tentukan besarnya debiet dan apakah factor
K harusdirubah. Bila perlu rencanakan kembali debiet
pengambilan dan atur kembali pintu pengambilan.
(b) Selama pekerjaan pengurasan berlangsung dengan membuka
pintu penguras, pintu pengambilan harus ditutup untuk
menghindarkan masuknya air yang mengandung konsentrasi
endapan yang tinggi.
(c) Jumlah debiet yang lewat pintu pengambilan dapat diketahui
dengan membaca papan duga yang ada pada bangunan ukur
Parshall Flume dan mengatur tinggi bukaannya.
Tabel 3.3. Operasi Pintu
TINGGI AIR DIATAS PINTU
MERCU BENDUNG PINTU PENGURAS PINTU PENGAMBILAN
NO.
H Cm A B
1 H0 Tutup Buka Penuh
Buka sesuai
2 O H 45 Cm Tutup
Kebutuhan
45 Cm H 85 Cm Buka sesuai
3 Buka 10 Cm
BANJIR KECIL Kebutuhan
85 Cm H 285 Cm Buka sesuai
4 Buka 10 Cm
BANJIR BIASA Kebutuhan
H 285 Cm
5 Tutup Tutup
BANJIR BESAR
BANJIR SURUT Buka sesuai
6 Buka Penuh
H 140 Cm Kebutuhan
b) Bangunan Pelengkap
1) Bangunan Pelimpah
Bangunan Pelimpah adalah suatu bangunan pengaman untuk jaringan
saluran. Kelebihan air dapat masuk kedalam saluran selama terjadi
banjir dari bendung dan pembuang masuk (drain inlet). Kelebihan air
dapat merusak saluran apabila tidak dibuang sebagaimana mestinya.
Pengoperasian bangunan pelimpah adalah sebagai berikut:
(a) Apabila air mulai meluap diatas ambang pelimpah, bukalah pintu
pembuangnya sedikit demi sedikit sampai air tidak melimpah lagi
diatas ambang.
(b) Selama musim hujan ketika turun hujan lebat pada malam hari pintu-
pintu pembuang dapat dibuka sedikit untuk persiapan banjir dimalam
hari.
Untuk menguras endapan lmpur dari dasar saluran,pintu pembuang
harus dibuka secara berkala, misalnya sebulan sekali atau bergantung
pada adanya endapan lmpur selama kurang dari lima menit.
atau perintah dari Juru atau Kepala UPTD, PPA dilarang mengubah
debit yang dialirkan.
(e) Jumlah debit yang dialirkan melalui setiap bangunan bagi / sadap
harus diukur dengan pintu ukur yang ada. Data harus dicatat setiap
hari dan dilaporkan kepada Dinas dengan mengisi blangko 06-O.
Dari enam tipe diatas sudah ada rumus standar (asal dipenuhi syarat
hidrolisnya). Untuk dapat dicapainya operasi yang efektif dan efisien,
pembagian dan pemberian air harus dapat diukur dengan baik. Besarnya air
yang mengalir melewati suatu alat ukur dalam satuan waktu tertentu tidak
selalu sama dengan perhitungan memakai rumus standar yang berlaku. Hal
ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain nilai kekasaran, endapan, umur
dan kekentalan air itu sendiri. Disamping itu pengerjaan dan pemasangan
alat ukur pada saat pembangunan juga sangat berpengaruh.
Setiap hari debit yang melalui alat ukur dicatat oleh PPA / Juru dengan
menggunakan blangko 06-O dan dilaporkan kepada Dinas Pengairan tiap
setengah bulan.
Pada waktu mencatat debit Juru Pengairan harus menilai keadaan bangunan
ukur, karena keadaan bangunan ukur mempunyai dampak terhadap
ketepatan daya ukur.
BTP : Baik Tanpa Papan Duga Tidak ada hambatan terhadap ketepatan
pengukuran, tetapi papan duganya tidak ada.
BTT : Baik Tetapi Tenggelam Bangunan Ukur dalam keadaan baik, tetapi beda
tinggi tekannya tidak cukup.
TA : Tidak Ada Bangunan Ukur Bangunan ukurnya tidak ada, debit ditentukan
dengan salah satu cara:
1. Pelampungan
2. Mempergunakan bukaan pintu
Apabila terjadi kerusakan alat ukur pada jaringan irigasi teknis maka sambil
menunggu perbaikan, pengukuran debit pada alat ukur yang rusak dapat
dilakukan antara lain sebagai berikut:
3.4 Latihan
3.5 Rangkuman
Rencana Tahunan Pembagian dan Pemberian Air Irigasi disusun oleh dinas
kabupaten/kota atau provinsi yang membidangi irigasi / Balai sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan rencana tahunan penyediaan air irigasi dan
pemakaian air untuk keperluan lainnya. Rencana pembagian dan pemberian
air setelah disepakati oleh komisi irigasi kabupaten/kota atau provinsi
ditetapkan melalui keputusan bupati/walikota, gubernur, atau menteri sesuai
Apabila terjadi kekurangan air dalam kegiatan pemberian air irigasi dapat
diupayakan pemanfaatan sumber-sumber air lainnya seperti pemanfaatan air
tanah dan pemanfaatan kembali air drainase.
3.6 Evaluasi
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan cara memilih jawaban yang paling
benar!
1. Evaluasi kinerja sistem irigasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi
kinerja sistem irigasi yang meliputi.....
a. Produktivitas tanaman, Sarana penunjang, Organisasi personalia,
Dokumentasi, Kondisi kelembagaanP3A, dan Prasarana fisik
b. Produktivitas tanaman, Sarana penunjang, Organisasi personalia, Pola
Tata Tanam dan Prasarana Fisik
c. Produktivitas tanaman, Sarana penunjang, Prasarana fisik serta Pola
Tata Tanam.
d. Prasarana fisik, Sarana penunjang, Produktivitas tanaman, dan
Kekuatan Keuangan P3A
2. Apabila suatu saat terjadi, dimana debit yang tersedia lebih kecil dari 70%
debit yang dibutuhkan, maka pemberian air irigasi dilaksanakan secara.....
a. Terus menerus
b. Kekeluargaan
c. Giliran
d. Sesuai keputusan pengurus P3A
3. Apabila terjadi kerusakan alat ukur pada jaringan irigasi teknis maka sambil
menunggu perbaikan, pengukuran debit pada alat ukur yang rusak dapat
dilakukan antara lain dengan.....
a. Diukur langsung
b. Tanpa diukur
c. Metode Pelampung
d. Metode Bak Ukur
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI
4.1 Tugas Pokok dan Fungsi Petugas Dalam Kegiatan Operasi Di Lapangan
4.1.1 Kepala Ranting/ Pengamat/ UPTD/ Cabang Dinas
Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Ranting / Pengamat / UPTD / Cabang Dinas
adalah:
a) Mempersiapkan penyusunan RTTG dan RTTD sesuai usulan Masyarakat
petani/ P3A/ GP3A /IP3A
b) Menetapkan besarnya Faktor K untuk pembagian air jika debit sungai
menurun
c) Rapat di kantor ranting/ pengamat/ UPTD/ cabang dinas/ korwil setiap
minggu untuk mengetahui permasalahan operasi, hadir para mantri/ juru
pengairan, petugas pintu air(PPA), petugas operasi bendung serta P3A/
GP3A/ IP3A.
d) Menghadiri rapat di kecamatan dan dinas PSDA kabupaten.
e) Membina P3A/ GP3A/ IP3A untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
Operasi
f) Membantu proses pengajuan bantuan biaya operasi yang diajukan P3A/
GP3A/ IP3A.
g) Membuat laporan kegiatan operasi ke Dinas/ Balai
4) Pengaturan Giliran,
5) Mengisi papan operas / eksploitasi.
Mampu
KepalaRanting/
melaksanakan tupoksi Mobil pick up
pengamat/ UPTD/ Sarjana Muda/
untuk areal irigasi 5.000- Rumah dinas
cabangdinas/ D-IIITeknik Sipil
7.500 Alat komunikasi
korwil/Pengamat
Ha
Mampu
Juru/Mantri melaksanakan tupoksi Sepeda motor
STM Bangunan
Pengairan untuk areal irigasi 750- Alat komunikasi
1.500Ha
Mampu Sepeda
Petugas Pintu Air ST,SMP
melaksanakan tupoksi Alat komunikasi
4.4 Tugas Pokok dan Fungsi GP3A Dalam Operasi Jaringan Irigasi
Dinas/ Balai yang membidangi irigasi menyusun rencana operasi jaringan irigasi
disuatu daerah irigasi, setelah mendapat masukan dari dinas yang membidangi
pertanian. Dalam kegiatan operasi jaringan irigasi dilakukandengan melibatkan
peran serta P3A/ GP3A/ IP3A diwujudkan mulai dari pemikiran awal,
pengambilan keputusan, dan pelaksanaan kegiatan dalam operasi jaringan.
a) P3A/ GP3A/ IP3A mengusulkan rencana tanam dan luas areal kepada Dinas
yang membidangi irigasi.
b) Dinas/ Balai yang membidangi irigasi bersama-sama Dinas yang
Membidangi Pertanian menyusun rencana tanam dan luas areal tersebut.
c) Komisi irigasi yang beranggotakan instansi terkait dan wakil perkumpulan
petani pemakai air membahas pola dan rencana tata tanam, rencana
tahunan penyediaan air irigasi, rencana tahunan pembagian dan pemberian
air irigasi dan merekomendasikankepada Bupati/ Walikota atau Gubernur
sesuai dengan kewenangannya.
PENGAMAT
(PM)
4.5 Latihan
Jawablah soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Apa tugas pokok dan fungsi Juru Pengairan?
2. Menurut Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015, wilayah kerja seorang juru
pengairan seluas berapa hektar?
3. Apa tugas pokok dan fungsi P3A / GP3A dalam pelaksanaan operasi
jaringan irigasi? Jelaskan!
4.6 Rangkuman
Secara struktural petugas operasi jaringan irigasi terdiri dari: Kepala Ranting/
pengamat/ UPTD/ cabang dinas/ korwil/ Pengamat, Juru/ Mantri Pengairan,
Petugas Operasi Bendung, Petugas Pintu Air.
Dalam kegiatan operasi jaringan irigasi dilapangan setiap jabatan diharuskan
menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya dengan baik dan benar.
4.7 Evaluasi
Jawablah soal dibawah ini dengan memilih jawaban yang paling benar!
1. Dibawah ini adalah merupakan tupoksi P3A / GP3A dalam perencanaan
operasi jaringan irigasi, kecuali:
a. Menyampaikan usulan rencana tata tanam
b. Menyampaikan usulan rencana pembagian dan pemberian air irigasi
c. Menyepakati keanggotaan komisi irigasi.
d. Menyepakati rencana pembagian dan pemberian air irigasi.
BAB V
TATA CARA PENGISIAN BLANGKO
Keputusan: Disalin dari blangko (03-O) dan ini menjadi pedoman P3A, berapa
luas tanam yang diizinkan.
Catatan:
Angka satuan kebutuhan air untuk tanam lain-lain diisikan sesuai dengan jenis
tanam:
Tabel 5.1. Angka Satuan Kebutuhan Air Untuk Tanam
Satuan 3) kebutuhan
Air diSawah (l/det/ha)
No Uraian /Bab
MT.1 MT.2/MT.3
Padi Rendeng/PadiGaduIzin
a) Pengolahantanah+ Persemaian 1,250
1
b) Pertumbuhan/Pemasakan 0,725
c) Panen 0
Tebu
a) Pengolahantanah+ Persemaian 0,850
2
b) TebuMuda(MT.1) 0,36
c) TebuTua(MT.2) 0,125
Palawija
3 a) Yangperlu banyak air 0,30
b) Yangperlusedikitair 0,20
alat ukur rusak, petugas sakit, dll), supaya diberi tanda TD = tidak
diukur.
e) Jika pintu ditutup, debit tidak mengalir (misalnya waktu terjadi giliran)
supaya diberi tanda 0 (nol).
f) Dari data ini dapat dihitung berapa besarnya kehilangan air disetiap ruas
salurandengan memakai blangko (14) kemudian dibuat evaluasi: berapa
debit masuk dan berapa debit keluarsehingga diperoleh berapa
besarnya debit hilang (operation + Coveyancelosses).
itu. Jumlah debit itu adalah debit sungai pada lokasi bendung atau
Bangunan Pengambilan (Bagi/ sadap) diawal daerah wilayah kerja
Mantri/ Juru.
c) Petugas operasi bendung atau Pengelola Irigasi setiap hari membaca
besarnya Q sungai di bending pada setiap pagi hari pukul 08.00 WIB,
dan hasilnya dicatat pada blangko (08-O).
d) Cara menentukan Debit Tersedia:
1) Hitung rata-rata setengah bulanan.
2) Hitung rata-rata 5 harian terakhir.
3) Menggunakan data pencatatan debit tanggal 15 atau 30/31 untuk
masing-masing periode.
4) Bandingkan hasil a,b,c, kemudian ambil debit yang paling realistis
pada periode itu untuk DI yang bersangkutan.
Qa = Qb,apabila Qb<Qrs
( ) ( )
2) :
(a) Luas genangan / banjir (ha) dari bagian 1
(b) Luas kekeringan (ha) dari bagian 1
3) :
(a) Rencana tanam tahun ini (blangko 03-O)
(b) Rencana tahun yang akan datang.
4) :
(a) Total debit tersedia (m3/det) – dari blangko (08-O) kolom 9
(b) Debit Pengambilan (m3/det)–dari blangko (08-O) kolom5+7
(c) Debit limpas bending (m3/det)–dari blangko(08-O) kolom 3
(d) Kehilangan air di jaringan utama (m3/det)-dari blangko(06-O)
(e) Debit suplesi (m3/det) – dari blangko (09-O)
(f) Kebutuhan Air (m3/det)–dari blangko (07-O) kolom 7&8
(g) Faktor K rata-rata–dari blangko (09-O)
(h) Debit Rencana (m3/det) –dari blangko (07-O) kolom 12
(i) Curah hujan (mm)–dari blangko (12-O)
(j) Neraca air (m3/det)= (14)+(17)-(16)+(18)-(9)
(k) Debit Pengambilan (m3/det) = 914) :(21)
5) :
(a) Puncak luas tanam (ha)
(b) Data ubin rata-rata dari DIPERTA (ton/m)
(c) Produksi padi (ton)
(d) Jumlah produksi (ton)
5.13 Latihan
Jawablah soal di bawah ini dengan benar!
1. Sebutkan 5 (lima) buah blangko operasi yang anda ketahui dan jelaskan
fungsinya!
2. Blangko apa saja yang merupakan laporan dan rekapitulasi musim
tanam?
3. Blangko apa yang digunakan untuk mencatat perhitungan faktor K?
5.14 Rangkuman
Dalam pelaksanaan operasi jaringan irigasi terdapat beberapa blangko yang
harus diisi. Setiap blangko memiliki fungsi yang berbeda-beda.
1. Blangko (01-O), berguna untuk 2 keperluan yaitu usulan dari IP3A/GP3A
dan Keputusan Komisi Irigasi.
2. Blangko (02-O), berguna untuk 2 keperluan yaitu usulan dari IP3A/GP3A
dan Keputusan Komisi Irigasi Per Musim Tanam (MT).
3. Blangko (04-O), berisi keputusan target areal tanam serta usulan dan
realisasi luas tanam.
58 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 5 PELAKSANAAN OPERASI JARINGAN IRIGASI
5.15 Evaluasi
Jawablah soal di bawah ini dengan memilih jawaban yang paling benar!
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Dari pembelajaran yang telah didapatkan peserta dari masing-masing bab pada
materi ini , diharapkan peserta memiliki gambaran yang lengkap tentang
konsep pelaksanaan operasi jaringan irigasi agar tercapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan bagi peserta diklat. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan
operasi jaringan irigasi telah dijelaskan secara gamblang agar peserta diklat
lebih memahami dalam mencapai kompetensi yang ditetapkan.
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti materi
lanjutan untuk dapat memahami detail tentang pelaksanaan operasi jaringan
irigasi, serta ketentuan pendukung terkait lainnya, sehingga memiliki
pemahaman yang komprehensif mengenai perencanaan dan pelaksanaan
operasi jaringan irigasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kunaifi, A. A. 2010. Pola Penyediaan Air DI. Tibunangka dengan Sumur Renteng
pada Sistem Suplesi Renggung. Tesis tidak dipubikasikan. Universitas
Brawijaya Malang.
Republik Indonesia. 2015. Peraturan Pemerintah No. 121 Tahun 2015 tentang
Pengusahaan Sumber Daya Air. Lembaran Negara RI Tahun 2015, No. 344.
Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. Peraturan Menteri PUPR No. 01/PRT/M/2015 tentang Tata Cara
Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air.
Berita Negara RI Tahun 2015, No. 139. Menkumham. Jakarta.
Republik Indonesia. Surat Edaran Dirjen Sumber Daya Air No.04/SE/D/2012 tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan Neraca air dan Penyelenggaraan Alokasi Air.
Dirjen Sumber Daya Air. Jakarta
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN
b) Pelaksanaan
2. Bagaimana bentuk peran serta P3A/ GP3A/ IP3A dalam operasi jaringan
irigasi? Jelaskan!
Jawab:
a) Kegiatan Pengumpulan Data
Mencatat data luas dan jenis tanaman, luas panen, dan kerusakan
tanaman
b) Perencanaan Operasi
1) Menyampaikan usulan rencana tata tanam
2) Menyampaikan usulan rencana pembagian dan pemberian air irigasi
3) Menyepakati secara tertulis rencana tahunan operasi
4) Menyepakati rencana pembagian dan pemberian air irigasi
c) Pelaksanaan Operasi
1) Menerima alokasi air irigasi, mengusulkan peninjauan kembali apabila
ada alokasi air yang tidak sesuai dengan rencana penyediaan air
2) Melaporkan kondisi kekurangan/kelebihanair setiap periode operasi
3) Membantu melaksanakan pekerjaan operasi seperti membuka,
menutup pintu, dan memberikan pelumasan pintu air.
4) Menyampaikan usulan kebutuhan air irigasi berdasarkan luas dan
jenis tanaman setiap periode operasi.
d) Monitoring Dan Evaluasi Operasi
1) Melaporkan adanya pengambilan air irigasi secara tidak resmi
2) Melaporkan kejadian perusakan bangunan, saluran, dan pintu air
3) Melaporkan konflik air dan mengupayakan penyelesaiannya.
3. Agar operasi jaringan irigasi dapat dilaksanakan dengan baik, harus tersedia
data pendukung apa saja? Jelaskan!
Jawab:
a) Peta Wilayah Kerja Pengelolaan Irigasi sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab (Skala 1 : 25.000 atau disesuaikan), Dengan plotting
sumber air, waduk, bendung, saluran induk, lahan irigasi
b) Peta Daerah Irigasi (Skala1:5.000 atau disesuaikan), Denganbatas
daerah irigasi dan plotting saluran induk & sekunder, bangunan air, lahan
irigasi serta pembagian golongan.
c) Skema Jaringan Irigasi, Menggambarkan saluran induk & sekunder,
bangunan air & bangunan lainnya yang ada disetiap ruas dan panjang
72 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 5 PELAKSANAAN OPERASI JARINGAN IRIGASI
saluran, petak tersier dengan data debit rencana, luas petak, kode
golongan yang masing-masing dilengkapi dengan nomenklatur.
d) Skema Rencana Pembagian dan Pemberian Air, Menggambarkan
skema petak dengan data pembagian dan pemberian air mulai dari petak
tersier, saluran sekunder,saluran induk dan bendung/sumber air.
e) Gambar Purna Konstruksi (asbuilt drawing), Gambar kerja purna
konstruksi untuk saluran maupun bangunan.
f) Dokumen & Data lain Berupa:
1) Manual pengoperasian bendung, bangunan ukur debit atau bangunan
khusus lainnya;
2) Data seri dari catatan curahhujan;
3) Data debit sungai;
4) Data klimatologi;
5) Dan data lainnya.
Dari hasil perhitungan kebutuhan air dan perkiraan debit yang tersedia,
maka diperlukan pembagian air secara golongan. Pembagian air secara
serentak tidak memungkinkan terutama pada musim kemarau dimana debit
puncaknya akan melebihi yang tersedia. Pembuatan aturan golongan ini
perlu disetujui oleh Kepala UPTD dan Kepala Dinas Pengairan dan
b) Sistem Giliran
Apabila suatu saat terjadi, dimana debit yang tersedia lebih kecil dari 70%
debit yang dibutuhkan, maka pemberian air secara giliran perlu diadakan.
Giliran pembagian air hanya dilakukan di jaringan tersier saja, sedangkan di
jaringan utama selalu ada pembagian air secara serentak. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga agar tidak menambah kehilangan air di
jaringan utama.
Dalam kondisi kekurangan air, pintu-pintu pengatur yang ada pada setiap
bangunan sadap diatur kembali untuk menaikkan taraf muka air sehingga
dapat masuk ke petak tersier.
3. Dalam Evaluasi kinerja sistem irigasi, indikator apa saja yang dinilai?
Jawab:
Dalam Evaluasi kinerja sistem irigasi, indikator yang dinilai adalah:
a) Prasarana fisik
b) Produktivitas tanaman
c) Sarana penunjang
d) Organisasi personalia
e) Dokumentasi
f) Kondisi kelembagaanP3A
3. Apa tugas pokok dan fungsi P3A / GP3A dalam pelaksanaan operasi jaringan
irigasi? Jelaskan!
Jawab:
G. Latihan Materi Pokok 3: Tata cara pengisian blangko operasi jaringan irigasi
1. Sebutkan 5 (lima) buah blangko operasi yang anda ketahui dan jelaskan
fungsinya!
Jawab:
5 (lima) buah blangko operasi yang anda ketahui dan jelaskan fungsinya.
a) Blangko (01-O), berguna untuk 2 keperluan yaitu usulan dari IP3A/GP3A
dan Keputusan Komisi Irigasi.
b) Blangko (02-O), berguna untuk 2 keperluan yaitu usulan dari IP3A/GP3A
dan Keputusan Komisi Irigasi Per Musim Tanam (MT).
c) Blangko (04-O), berisi keputusan target areal tanam serta usulan dan
realisasi luas tanam.
d) Blangko (05-O) berisi rencana kebutuhan air di pintu pengambilan.
e) Blangko (06-O) digunakan untuk mencatat debit air setiap hari.
2. Blangko apa saja yang merupakan laporan dan rekapitulasi musim tanam?
Jawab:
Blangko apa saja yang merupakan laporan dan rekapitulasi musim tanam
adalah blangko 11-O dan 12-O