Anda di halaman 1dari 15

A.

Zakat
1. Pengertian zakat
Secara bahasa zakat bererti an-numuu wa az-ziyadah (tumbuh dan
bertambah). Kadang-kadang dipakaian dengan makna at-thaharah (suci). Al-
barakah (berkah). Zakat dalam pengertian suci adalah membersihkan diri, jiwa,
dan harta. Seseorang yang mengeluarkan zakat berarti ia telah membersihkan diri
dan jiwanya dari penyakit kikir, membersihkan hartanya dari hak orang lain.
Sementara itu, zakatt dalam pengertian berkah adalah sisa harta yang sudah
dikeluarkan zakatnya secara kualitatif akan mendapat berkah dan akan
berkembang walaupun secara kuantitatif jumlahnya berkurang. Dalam Al-Qur’an
dijelaskan dalam surah at-Taubah : 103
Surat at-Tubah ayat 103:




Artinya: “ Ambillah zakat dari sebahagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu akan membersihkan dan menyucikan, dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha mengetahui”.1

Zakat merupakan mengeluarkan bagian tertentu dari harta tertentu yang telah
sampai nisabnya untuk orang-orang yang berhak menerimanya. Pada defenisi lain
zakat juga berarti pemindahan kepemilikan harta tertentu untuk orang yang berhak
menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Zakat sebagai rukun Islam yang ketiga
setelah shalat, dipandang sebagai bentuk kewajiban agama terpenting yang
dibebankan kepada umat Islam. Zakat adalah ibadah yang tidak dapat dignanti dengan
model apapun. Karena itulah Abu Bakar Shidiq, khalifah setelah Nabi Muhammad
wafat memerangi orang-orang yang enggan mebayar zakat.
Selain suatu kewajiban bagi umat Islam, melalui zakat Al-Qur’an menjadikan
suatu tanggung jawab bagi umat Islam untuk tolong-menolong antar sesama. Dalam
kewajiban zakat, terkandung unsur moral, sosial, dan ekonomi. Dalam bidang moral,
zakat mengkikis habis ketamakan dan keserakahan orang kaya, menyucikan jiwa

1
Rozalinda, Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 247
orang yang menunaikannya dari sifat kikir, menyucikan dan mengembangkan harta
miliknya. Walaupun secara zahir harta muzzakki berkurang jumlahnya. Namun,
secara hakikatnya harta tersebut berkembang dan akan bertambah keberkahannya.
Zakat merupakan manifestasi rasa syukur kepada Allah SWT. Allah dalam firmannya
menjanjikan akan melipat gandakan nikmatnya bagi siapa saja yang menyerahkan
sebahagian hartanya kepada orang lain dengan penuh keimanan dan keikhlasan.

2. Syarat-Syarat Zakat
Syarat-syarat yang harsu dipenuhi meliputi dua aspek, yaitu syarat muzakki
dan syarat harta yang akan dizakatkan:
a. Syarat-syarat muzakki ( orang yang wajib zakat )
 Merdeka : menurut kesepakatan para ulama, zakat wajib bagi
hamba sahaya atau budak karena hamba sahaya tidak memiliki hak
milik.
 Islam : zakat merupakan ibadah yang diwajibkan bagi setiap
muslim.
 Baliq Berakahl : menurut ulama mazhab hanafi, orang yang wajib
zakat adalah orang yang sudah baliqh dan berakal sehingga harta
anak kecil dan orang gila tidak wajib dikeluarkan.
b. Syarat-syarat Harta2
 Milik sempurna
Harta yang dizakatkan adalah harta milik penuh atau milik
sempurna, yakni berada di bawah kekuasaan dan dibawah kontrol
orang yang berzakat.
 Cukup senisab
Nisab merupakan minimal jumlah harta yang wajib dikeluarkan
zakatnya berdasarkan ketentuan syara’.
 Melebihi kebutuhan pokok
Pada dasarnya kebutuhan hidup manusia itu banyak dan beragam,
selalu berubah sesuai dengan perubahan ekonomi, pendidikan,
lingkungan sosial, dan peradabannya.
 Bebas dari hutang

2
Ibid, hlm. 248
Bebas dari hutang yang dimaksudkan adlah dengan melunasi utang
jumlah harta tidak akan mengurangi nisab yang ditentukan.
 Haul
Haul merupaka batas waktu kewajiban untuk mengeluarkan zakat.
3. Syarat harta yang wajib dizakatkan:
a. Emas, perak dan uang.
b. Harta perniagaan.
c. Hasil pertanian.
d. Binatang ternak.
e. Rikaz ( harta terpendam ).
f. Barang tambang.
g. Zakat profesi.3

4. Mustahiq Zakat
Dalam surat at-Taubah: 60 dijeskan bahwa yang menjadikan mustahiq zakat
adalah fakir, miskin, amil, para muallaf, riqab, gharimin, fi sabilillah, ibn sabil.






Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, miskin,


pengurus-pengurus zakat, orang-orang yang dibujuk hatinya, untuk
( memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan
orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebaga salah satu ketetapan yang
diwajibkan Allah dan Allah Maha mengetahui lagi Maha bijaksana”.
Berikut ini akan diuraikan bagaimana batasan dari masing-masing mustahik
zakat tersebut, dan bagaimana penditribusian zakat kepada masing-masing
mustahik:4
a. Fakir

3
Ibid, hlm. 249
4
Ibid, hlm. 262-265
Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta dan tidak memiliki pekerjaan
dan penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan pokok diri dan
keluarganyanberupa pangan, pakaian, dan perumahan.
b. Miskin
Miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan atau usaha tapi
penghasilannya hanya mampu menutupi sebagian kebutuhan hidup diri
maupun keluarganya.
c. Amil
Amil adalah orang-orang lembaga yang melaksanakan segala kegiatan
yang urusan zakat, mulai dari mengumpulkan, mencatat, dan
mendistribusikannya.
d. Golongan Muallaf
Muallaf adalah mereka yang diharapkan kecendrungan hatinya atau
keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam, terhalangnya niat jahat
mereka atas kaum muslimin, atau harapan akan adanya manfaat mereka
dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh.
e. Riqab
Riqab adalah hamba mukatab ( hamba yang dijanjikan akan dimerdekakan
tuannya dengan membayar sejumlh uang ) yag muslim tidak mempunyai
uang untuk menebus kemerdekaannya.
f. Gharimin
Gharimin adalah orang yang berhutang dan tidak mampu untuk
melunasinya.
g. Fi sabiillah
Para sukarelawan yang tidak mendapat tunjangan tetap dari pemerintah.
h. Ibn sabil
Ibn sabil adalah orang yang menempuh perjalanan jauh yang sudah tidak
punya harta lagi.
5. Hikmah Zakat
Kesenjagan penghasilan rezeki dan mata pencarian di kalangan manusia
merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Hal ini, dalam penyelesaiannya,
memerlukan campur tangan Allah SWT. Dia berfirman dalam Al-Qur’an:5

5
Wahbah Al- Zuhayly, Zakat, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 86


Artinya : “Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang


lain dalam hal rezki”.

Maksud ayat ini ialah bahwa Allah SWT melebihkan sebagian kita dari
sebagian yang lain dalam hal rezki. Dia mewajibkan orang kaya untuk
memberikan hak yang wajib atau fardhu kepada orang fakir. Bukan hak yang
tathawwu’ atau sekedar pemberian kepadanya.

Adapun Hikmah dari Zakat itu adalah sebagai berikut:

a. Zakat menjaga dan memelihara harta dari incaran mata dan tangan para
pendosa dan pencuri.
b. Zakat merupakan pertolongan bagi orang-orang fakir dan orang-orang
yang sangat memerlukan bantuan. Zakat bisa mendorong mereka untuk
bekerja dengan semangat ketika mereka mampu melakukannya dan bisa
mendorong mereka untuk meraih kehidupan yang layak. Dengan tindakan
ini, masyarakat akan terlindung dari penyakit kemiskinan, dan negara akan
terpelihara dari penganiayaan da kelemahan. Setiap golongan bertanggung
jawab untuk mencukupi kehidupan orang-orang fakir.
c. Zakat menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil. Ia juga melatih
seorang mukmin untuk bersifat pemberi dan dermawan. Mereka dilatih
untuk menahan diri dari mengeluarkan zakat, melainkan mereka dilatih
untuk ikut andil dalam menunaikan kewajiban sosial, yakni kewajiban
untuk mengangkat (kemakmuran) negara dengan cara memberikan harta
kepada fakir miskin, ketika dibutuhkan atau dengan mempersiapkan
tentara, membendung musuh, atau menolong fakir miskin dengan kadar
yang cukup. Seorang mukmin diwajibkan demikian karena dia juga
berkewajiban untuk menunaikan nazar dan kafarat harta benda yang
disebabkan oleh pelanggaran terhadap sumpah ( yamin), zhihar,
pembunuhan yang terjadi karena kesalahan, dan perusakan atas
kehormatan bulan Ramadhan.6
d. Zakat diwajibkan sebagai ungkapan syukur atas nikmat harta yang telah
dititipkan kepada seseorang. Dengan demikian zakat ini dinamakan
6
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm 86-87
sebagai zakat mal (harta). Zakat ini diwajibkan karena adanya sebab yakni
karena adanya harta seperti halnya salat zuhur diwajibkan karena
datangnya waktu zuhur, begitu juga puasa bulan ramadhan dan
menunaikan ibadah haji.7

6. Peran Zakat dalam Mengentaskan kemiskinan


Peran zakat dalam mengentaskan kemiskinan adalah peran yang tidak bisa
dimungkiri keberadaannya. Zakat menjadi instrumen keuangan Islam yang sangat
handal pada masa keberhasilan Islam. Sejarah mencatat bahwa ketika khalifah
Umar Bin Abdul Aziz menjadi khalifah pada masa itu sangat sulit sekali mencari
mustahik atau penerima zakat, pada masa tersebut masyarakat yang semula
menjadi mustahik namun setelah adanya pemberdayaan zakat yang merata dan
adil pada tahun berikutnya status mereka berubah menjadi muzakki atau pembayar
zakat. Menurut Qardhawi (2005) zakat dalam pandangan Islam bukanlah satu-
satunya cara untuk dapat mengentaskan kemiskinan, masih banyak cara lain yang
bisa diupayakan secara individu ataupun pemimpin masyarakat untuk dapat
memenuhi dan menutupi kebutuhan seorang fakir dan keluarganya hingga ia tidak
perlu bergantung kepada orang lain seperti infak, sedekah dan wakaf.8 Hal ini juga
bisa meningkatkan pendapatan masyarakat lemah dan mengurangi kemiskinan
sehingga terciptanya pembangunan yang merata. (Mannan, 1997). Zakat bisa
mengatasi masalah-masalah kemasyarakatn lainnya seperti dapat membantu
negara muslim lainnya dalam menyatukan hati para warganya untuk dapat loyal
kepada Islam dan juga membantu segala permasalahan yang ada di dalamnya,
seperti masalah sosial, politik, dan hukum. Jadi zakat harta tersebut selain untuk
menutupi kebutuhan fakir miskin selama satu tahun, dan menurut Imam Syafi’i
untuk seumur hidup. Zakat tersebut dapat pula digunakan sebagai modal kerja
atau untuk modal berproduksi sesuai keahlian dan keterampilan masing-masing
yang ditopang oleh peningkatan kualitas. (Setipu,2005). Di Indonesia salah satu
gerakan sosial yang melakukan perana penting dalam pengembangan potensi
masyarakat baik dalam penerimaan, penyaluran, dan pemberdayaan zakat adalah
Rumah Zakat, BAZNAS, BAZ, dan sebagainya. Hal ini diharapkan lembaga-

7
Ibid, hlm. 87
8
Nurul Huda, Ekonomi Pembangunan Islam, (Jakarta: Kencana, 2015), hlm. 135
lembaga menjalankan tugas dan fungsinya sehingga angka kemiskinan bisa
menurun dan pembangunan ekonomi bisa tercapai dengan baik.9
B. WAKAF
1. Defenisi Wakaf
Dalam peristilahan shara’ secara umum, wakaf adalah sejenis pemberian yang
pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan) asal (tahbis al asli), lalu
menjadikan manfaatnya berlaku umum. Yang dimaksud tahbis al asli ialah menahan
barang yang diwakafkan itu agar tidak diwariskan, dijual, dihibahkan, digadaikan,
disewakan dan sejenisnya. Sedangkan cara pemanfaatannya adalah menggunakan
sesuai dengan kehendak waqif tanpa imbalan. Menurut Imam Syafi’i dan Ahmad bin
Hambal bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikian
waqif, setelah sempurna prosedur perwakafan. Waqif tidak boleh melakukan apa saja
terhadap harta yang diwakafkan, seperti perlakuan pemilik dengan cara memindahkan
kepemilikannya kepada yang lain, baik dengan tukar menukar atau tidak. Jika waqif
wafat, harta yang diwakafkan tersebut tidak dapat diwariskan.
Wakaf didefinisikan sebagai perbuatan hukum waqif untuk memisahkan
dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya
atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan
ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Terdapat beberapa di antara Dalil mengenai amalan ibadah wakaf di dalam al-
Qur’an maupun Hadits nabi, yaitu:
Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 92 (3-92):

Artinya: kamu tidak sekali-kali akan mencapai (hakikat) kebijakan (yang sempurna)
sebelum kamu dermakan sebagian harta dari apa yang kamu sayangi.
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam putusan fatwanya tentang
wakaf tunai memberikan pengertian bahwa ‚wakaf adalah perbuatan hukum seseorang
atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda
miliknya guna kepentingan ibadat atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran
Islam‛ dan ‚benda wakaf adalah segala benda, baik bergerak atau tidak bergerak, yang
memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali pakai dan bernilai menurut ajaran Islam.
Wakaf telah menjadi salah satu instrument fiskal Islam yang telah ada
semenjak awal kedatangan Islam. Fakta sejarah memperlihatkan bahwa wakaf telah
9
Ibid, hlm. 136
menunjukkan berbagai peran penting dalam mengembangkan berbagai kegiatan
sosial, ekonomi, pendidikan dan kebudayaan. Wakaf harus mampu berperan efektif
dalam membangun umat, agar mampu mengurangi ketergantungan pendanaan dari
pemerintah. Wakaf terbukti mampu menjadi instrumen jaminan sosial dalam
pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan definisi wakaf yang terdapat dalam Undang-undang, wakaf pada
masa sekarang ini mengakomodir berbagai macam harta benda wakaf termasuk
adalah wakaf uang. Secara spesifik, undang-undang tersebut memuat bagian tentang
wakaf uang, dimana dalam pasal 28 sampai pasal 31 ialah wakaf uang harus disetor
melalui Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang telah ditetapkan oleh Menteri
Agama RI. Wakaf uang harus dibuktikan dengan sertifikat.10
2. Unsur-Unsur Wakaf
Wakaf dilaksanakan dengan memenuhi unsur wakaf sebagai berikut.
a. Wakif ialah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya, wakif dapat
berupa perorangan, organisasi, dan badan hukum.
b. Nazhir ialah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk
dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
c. Harta benda hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai secara
penuh dan sah oleh wakif.
d. Ikrar wakaf yang dibuktikan dengan pembuatan akta ikrar wakaf sebagai
bukti pernyataan kehendak wakif untuk mewakafkan harta benda miliknya
guna dikelola oleh nazhir sesuai dengan peruntukkan harta benda wakaf
yang dituangkan dalam bentuk akta.
e. Peruntukan harta benda wakaf, dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi
wakaf, harta benda wakaf hanya dapat diperuntukkan bagi: sarana dan
kegiatan ibadah; sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan; anak
telantar, yatim piatu, beasiswa; kemajuan dan peningkatan ekonomi umat;
dan/atau kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan
dengan syariah dan peraturan perundang-undangan.
f. Jangka waktu wakaf. Saat ini wakaf dapat diberikan jangka waktu, yaitu
pada instrumen wakaf uang.11
10
M. Nur Rianto al Arif, “Wakaf Uang dan Pengaruhnya Terhadap Program Pengentasan Kemiskinan di
Indonesia”, jurnal INDO-ISLAMIKA, Vol 2, No 1, (2012): 1433.
11
M. Nur Rianto al Arif, ”Efek multiplier Wakaf Uang dan Pengaruhnya Terhadap Program
Pengentasan Kemiskinan”, dalam jurnal Asy-Syariah. Vol 46, No 1, Januari-Juni 2012.
3. Mengarungi Konsep Kemiskinan
Konsepsi kemiskinan bersifat multidimensional sehingga sangat berguna
untuk digunakan sebagai pisau analisis dala mendefinisikan kemiskinan dan
merumuskan kebijakan pengentasan kemiskinan. Dimensi kemiskinan
menyangkut aspek ekonomi, politik dan sosial-psikologis. Secara ekonomi,
kemiskinan dapat didefinisikan sebagi kekurangan sumberdaya yang dapat
digunaka untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan
sekelompok orang. Secara politik, kemiskinan dapat dilihat daritingkat akses
terhadap kekuasaan (power). Kemiskinan secara sosialpsikologis menunjuk pada
kekrangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan
kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas.
Terdapat banyak sekali teori dan pendekatan dalam memahami kemiskinan.
Namun bila disederhanakan, setidaknya terdapat dua paradigma atau teori besar
(grand theory) mengenai kemiskinan, yakni paradigma neo-liberal dan sosial
demokrat yang memandang kemiskinan dari kacamata struktural dan individual.
Pandangan ini kemudian menjadi basis dalam menganalisis kemiskinan maupun
merumuskan kebijakan dan program-program anti kemiskinan.
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik dan Departemen Sosial RI mendefinisikan
kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar
minimal untuk hidup layak. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada
di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non
makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan
(poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan
oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo
kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari
perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan
jasa lainnya.
Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan dalam bentuk
uang ditambah dengan keuntungankeuntungan non-material yang diterima oleh
seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki
pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak
mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi
kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak
memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan.
Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan
basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi:
a. Modal produktif atau asset (tanah, perumahan, alat produksi, kesehatan).
b. Sumber keuangan (pekerjaan, kredit).
c. Organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai
kepentingan bersama (koperasi, partai politik, organisasi sosial).
d. Jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa.
e. Pengetahuan dan keterampilan.
f. Informasi yang berguna untuk kemajuan hidup.
4. Wakaf Tunai sebagai Solusi Pengentasan Kemiskinan
Sebuah kondisi dimana daya tarik wakaf sudah mulai dilirik untuk
pemberdayaan secara professional-produktif. Keprofesionalan yang dilakukan
meliputi aspek: manajemen, SDM ke-Nazhir-an, pola kemitraan usaha, bentuk
benda wakaf yang tidak hanya berupa harta tidak bergerak seperti uang, saham,
dan surat berharga lainnya, dukungan political will secara penuh seperti lahirnya
UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf.
Cast waqf yang diterjemahkan dengan wakaf tunai, namun kalau menilik
objek wakafnya, yaitu uang, lebih tepat kiranya kalau cast waqf diterjemahkan
sebagai wakaf uang. Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan sesorang,
kelompok orang, dan lembaga atau badan hokum dalam bentuk uang tunai.
Kebolehan wakaf tunai sudah diatur dalam UU No 41 tahun 2004 yang
disahkan oleh DPR RI serta berdasarkan fatwa MUI Indonesia tanggal 11 Mei
2002 yang berbunyi :
a. Wakaf uang (cash wakaf) adalah wakaf yang dilakukan seseorang,
kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.
b. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
c. Waqaf uang hukumnya jawaz (boleh)
d. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang
dibolehkan secara syar’i. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin
kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan dan atau diwariskan.
Dengan diundangkannya UU No. 41 Tahun 2004, maka kedudukan
wakaf menjadi sangat jelas dalam tatanan hukum nasional, tidak saja dari sisi
hukum Islam (fiqh). Dengan krisis yang dialami oleh Indonesia, maka wakaf
tunai ini dapat menjadi salah satu instrumen dalam program pengentasan
kemiskinan. Karena dengan wakaf tunai arahnya adalah wakaf menjadi
produktif dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk membantu masyarakat yang
membutuhkan dan di bawah garis kemiskinan. Seseorang yang memiliki uang
atau dana yang terbatas pun dapat melaksanakan wakaf tunai ini dengan
kemampuannya.

Nah dengan demikian, wakaf tunai bisa dilakukan oleh siapapun meski
dana yang dimiliki cukup terbatas. Karena wakaf tunai ini memberi jalan
kepada kaum Muslim yang ingin berwakaf, meskipun ia bukan dari golongan
aghniyâ’ (orang kaya).

Dalam redaksi Undang-Undang Wakaf No. 41 tahun 2004,


menyebutkan sebagai berikut: ”Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang
atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari
benda miliknya dan melembagakannya untuk selamalamanya guna
kepentingan ibadat atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran
agama Islam.
Urgensi wakaf tunai (cash waqf ) adalah dengan cara menjadikan uang
tersebut sebagai modal usaha kemudia menyalurkan keuntungannya
sebagai wakaf. Adapun manfaat utama wakaf tunai adalah:
a. Seseorang yang memiliki dana terbatas sudah bisa mulai
memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu menjadi tuan
tanah terlebih dahulu.
b. Melalui wakaf uang, aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah
kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau
diolah untuk lahan pertanian.
c. Dana wakaf tunai juga bisa membantu sebagian lembaga-lembaga
pendidikan Islam.
d. Umat Islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan dunia
pendidikan tanpa harus terlalu tergantung pada anggaran
pendidikan negara yang memang semakin lama semakin terbatas.
Dalam hal pengelolaan wakaf, perlu ada standar pengelolaan yang
yang dibakukan agar dana yang dkumpulkan dapat diberdayakan secara
maksimal. Dalam hal ini peran perbankan atau Lembaga keuangan Syarî’ah
sangat di perlukan. LKS dapat berperan sebagi nazhir yang mengumpulkan,
meyalurkan dan mengelola dana wakaf. Dalam rangka mendukung
keberhasilan pengembangan aspek produktif dari dana wakaf tunai, perlu
diarahkan model pengelolaan dana tersebut kepada sector usaha yang
produktif dengan lembaga usaha yang memiliki reputasi yang baik. Seperti
menjalin kerjasama (networking) dengan perusahan modal ventura. Kerjasama
ini juga dimaksudkan untuk mengaplikasikan model pembiayaan mudlarabah
maupun musyarakah.

Hasil pengelolaan dana wakaf tunai dapat dimanfaatkan secara lebih


luas dalam rangka kesejahteraan masyarakat banyak. Adapun variable
kesejahteraan masyarakat itu sendiri sangat luas. Variable-variabel tersebut
meliputi pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, dan pengembangan ekonomi
melalui pemberdayaan usaha kecil dan menengah.12

DAFTAR PUSTAKA

Rozalinda. “Ekonomi Islam”. Jakarta: Rajawali Pers, 2015

Al-Zuhayly Wahbah. “Zakat”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008

Huda Nurul. “Ekonomi Pembangunan Islam”. Jakarta: Kencana, 2015

Al Arif, M. Nur Rianto. “Wakaf Uang dan Pengaruhnya Terhadap Program

Pengentasan Kemiskinan di Indonesia”. Jurnal INDO ISLAMIKA, Vol.


2, No I, 2012
12
Rudy Haryanto, “pengentasan Kemiskinan Melalui Pendekatan Wakaf Tunai”, jurnal al-ahkam, Vol
7, No 1. Juni 2012
Al Arif, M. Nur Rianto. “Efek Multiplier Wakaf Uang dan Pengaruhnya

Terhadap Program Pengentasan Kemiskinan”. Jurnal asy-Syariah. Vol


46, No I, 2012

Haryanto Rudy. ”Pengentasan Kemiskinan Melalui Pendekatan Wakaf Tunai”.

Jurnal al-Ahkam, Vol 7, No I, 2012

TUGAS EKONOMI ZAKAT DAN WAKAF

TENTANG

ZAKAT DAN WAKAF TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN


DISUSUN OLEH :

DESI NOVA RISA : 1613060136

RICI SEPTIA RAHMASARI : 1613060137

LENI NOVIA PUTRI : 1613060138

DOSEN PENGAMPU

HARI CANDRA. MA

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

2019 / 1440 H

Anda mungkin juga menyukai