http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ulj
Rizqan Naelufar
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
Dispute public information (SIP) is a dispute between public agencies and users of public information relating to the right to
obtain and use information based on legislation (Article 1 paragraph (5) Act No.14 of 2008 on KIP). With the enactment of
Act No.14 of 2008 on KIP then the rising powers in the administrative court judge SIP. Problems were taken in this study is
(1). How does the settlement process SIP Information Commission (2). How SIP Settlement Process in the Administrative
Court (3). Ideal model to resolve SIP. This research Qualitative Deskripsif normative juridical approach to the type and
validity of the data using triangulation techniques. The results showed that the process of finalizing the SIP through the
Commission resolved a lot of information with non-litigation mediation than in adjudication, but related to non-litigation
adjudication in the proposed appeal to the administrative court in the administrative court can be solved by using the Supreme
Court Regulation No.2 of 2011 as procedural law. In connection with the completion of the SIP through both institutions
komparasikan then the next will be to find a model or an ideal policy to resolve SIP and looking for a rule of law relating to
legal ambiguity contained in Act No.14 of 2008 vis-à-vis the Supreme Court Regulation No.2 of 2011.
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6536
Gedung C4 Lantai 1 FH Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: kurniawan.k@gmail.com
64
Kurniawan Akbar / Unnes Law Journal 2 (1) (2013)
Tata Cara Penyelesaian Sengketa Informasi dengan hak memperoleh dan mengunakan
Publik di Pengadilan. informasi berdasarkan perundang-undangan
(Pasal 1 ayat (5) UU No.14 Tahun 2008 tentang
METODE PENELITIAN KIP), maka di dalam pengelolaan informasi
publik sebagaimana terdapat dalam ketentuan
Penelitian ini menggunakan metode Peraturan Komisi Informasi No.1 Tahun 2010
deskriptif kualitatif dengan pendekatan secara tentang Standar Layanan Informasi Publik
yuridis normatif. pengumpulan data (PERKI No.1 Tahun 2010) adalah dilakukan
menggunakan: oleh Pejabat Pengelola Informasi dan
1. Studi Dokumen Hukum Dokumentasi (PPID) yang tugasnya adalah
Penelitian hukum normatif mengunakan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
metode pengumpulan data dengan cara studi mengajukan permohonan informasi publik.
dokumen hukum yaitu UU No.14 Tahun Antara pemohon informasi dan badan
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik publik yang memiliki perbedaan pandangan
dan PERMA No.2 Tahun 2011 tentang Tata terkait dengan permohonan informasi publik
Cara Penyelesaian Sengketa Informasi oleh pemohon informasi akan sangat mungkin
Publik DI Pengadilan. terjadi persengketaan antara keduanya, hal ini
2. Studi Pustaka terjadi karena konstruksi sosial atau cara
Studi Pustaka penelitian ini menggunakan pandang antara pemohon informasi dan badan
bahan huku sekunder seperti Peraturan publik yang diminta memberikan informasi
komisi informasi, hasil penelitian terdalulu, memiliki kepentingan yang berbeda, dan hal
buku literatur, makalah hukum, artikel inilah yang menjadi pemicu adanya sengketa
ilmiah yang semuanya memiliki relevan informasi publik. Untuk itu UU No.14 Tahun
dengan pokok masalah yang menjadi fokus 2008 tentang KIP mengatur model penyelesaian
dalam penelitian. sengketa informasi publik yang terbagi melalui
3. Wawancara Langsung jalur litigasi dan non litigasi, adapun
“Wawancara atau interview adalah pembagiannya sebagai berikut :
percakapan dengan maksud tertentu. a. Penyelesaian melalui jalur non litigasi
Wawancara dilakukan oleh dua pihak, yaitu 1) Penyelesaian sengketa informasi publik
pewawancara (interviewer) yang mengajukan melalui jalur mediasi
pertanyaan dan yang diwawancarai 2) Penyelesaian sengketa informasi publik
(interviewee) yang memberikan jawaban atas melalui ajudikasi non litigasi
pertanyaan tersebut” (Moleong, 2002:135). b. Penyelesaian melalui jalur litigasi
Alasan penggunaan wawancara dalam Penyelesaian sengketa informasi publik
penelitian ini adalah: melalui jalur ajudikasi litigasi (yaitu melalui
a. Merupakan metode yang baik untuk Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata Usaha
mendapatkan data yang bersifat valid Negara (Pasal 47 dan Pasal 48 UU No. 14
b. Tidak dibatasi umur atau tingkat pendidikan Tahun 2008 tentang KIP))
subyek yang akan diteliti
c. Umumnya hampir semua penelitian Dalam proses penyelesaian SIP yang
menggunakan metode ini dilakukan Komisi Informasi adalah merupakan
proses penyelesaian melalui jalur non litigasi,
HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu proses penyelesaian dengan melalui
mediasi namun bila tidak dihasilkan akan
Sengketa Informasi Publik dilanjutkan dengan melalui ajudikasi non
Sengketa informasi publik (SIP) adalah litigasi.
sengketa yang terjadi antara badan publik dan
pengguna informasi publik yang berkaitan Proses Permohonan Informasi
66
Kurniawan Akbar / Unnes Law Journal 2 (1) (2013)
Proses awal proses permohonan informasi diajukan ke Komisi Informasi maka selanjutnya
adalah dengan cara pemohon informasi datang pemohon informasi harus mengajukan berkas
untuk memohon informasi kepada badan publik permohonan penyelesaian SIP sesuai dengan
dengan memberi surat permohonan informasi, ketentuan Komisi Informasi, dan selanjutnya
proses awal tersebut harus memiliki jangka proses penyelesaian SIP akan diproses di Komisi
waktu 30 (tiga puluh) hari oleh badan publik Informasi.
untuk membalas surat kepada pemohon
informasi, tanggapan dari badan publik di sini Proses Penyelesaian SIP melalui Komisi
setidaknya harus memuat segala hal yang diatur Informasi
dalam PERKI No.1 Tahun 2010 pada Pasal 34 Proses penyeleasaian SIP melalui jalur
ayat (2) yaitu : nonlitigasi merupakan penyelesaian yang
a. Tanggal pembuatan surat tanggapan atas dilakukan pada Komisi Informasi, untuk itu
keberatan Berikut proses penyelesaian SIP melalui
b. Nomor surat tanggapan atas keberatan beberapa model pada Komisi Informasi :
c. Tanggapan/ jawaban tertulis PPID atas 1. Proses Penyelesaian SIP melalui Mediasi
keberatan yang diajukan Mediasi adalah penyelesaian sengketa
d. Perintah atasan PPID kepada PPID untuk informasi publik antara para pihak melalui
memberikan sebagian atau seluruh informasi bantuan mediator Komisi Informasi (Pasal 1
publik yang diminyta dalam hal keberatan ayat (6) UU No.14 Tahun 2008 tentang KIP),
diterima,dan maka pada proses penyelesaian sengketa atau
e. Jangka waktu pelaksanaan perintah kasus pada umumnya dalam sengketa informasi
sebagaimana dimaksud pada huruf d publik yang diselesaikan melalui Komisi
Setelah 30 (tiga puluh) hari dan surat Informasi adalah melalui semangat mediasi,
jawaban dari badan publik diterima oleh karena diharapkan dalam mediasi akan
pemohon informasi maka pemohon informasi ditemukan kesepakatan antara dua pihak yang
mempunyai waktu 14 (empat belas) hari untuk bersengketa. Penyelesaian SIP melalui mediasi
mengajukan sengketa informasi publik kepada dilakukan karena salah satu atau beberapa
komisi informasi untuk dapat diselesaikan alasan sebagai berikut sebagaimana termaktub di
permohonan penyelesaian sengketa informasi dalam Pasal 3 ayat (3) Peraturan Komisi
publik apabila jawaban dari badan publik dirasa Informasi No.2 Tahun 2010 tentang Prosedur
kurang puas dan dianggap menciderai hak Penyelesaian Sengketa Informasi Publik, yaitu :
pemohon informasi dalam memperoleh 1. Tidak disediakan informasi berkala yang
informasi publik atau bahkan kalaupun dalam wajib diumumkan badan publik sebagaimana
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari tersebut badan dimaksud dalam Pasal 9 Undang-Undang
publik tidak membalas surat dari pemohon No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
informasi maka pemohon informasi dapat Informasi Publik dan Peraturan Komisi
langsung melaporkan kepada Komisi Informasi Informasi Nomor 1 tahun 2010 tentang
untuk dilakukan proses penyelesaian SIP. Standar Layanan Informasi Publik
Terkait pemohon informasi yang tidak 2. Tidak ditanggapinya permohonan informasi
menerima jawaban badan publik, atau hal lain 3. Permohonan informasi ditanggapi tidak
yang menimbulkan sengketa antar keduanya, sebagaimana yang dimohonan
maka pemohon informasi dapat langsung 4. Tidak dipenuhinya permohonan informasi
melaporkan ke Komisi Informasi untuk segera 5. Pengenaan biaya yang tidak wajar; dan/atau
dimintakan proses penyelesaian SIP, pemohon 6. Penyampaian informasi yang melebihi
informasi dapat melaporkan permohonan jangka waktu berdasarkan ketentuan
penyelesaian SIP dalam jangka waktu 14 (empat peraturan undang-undang yang berlaku.
belas) hari setelah jawaban badan publik Sebagai catatan penting di sini yaitu
diterima oleh pemohon informasi. Setelah perkara SIP yang diselesaikan melalui mediasi
67
Kurniawan Akbar / Unnes Law Journal 2 (1) (2013)
b. Keterangan saksi dibawah sumpah mengenai proses penyelesaian perkara pada umumnya,
fakta yang dilihat, didengar, dan dialaminya oleh karena itu berikut proses penyelesaian SIP
sendiri pada PTUN:
c. Keterangan ahli dibawah sumpah sesuai
dengan keahliannya Proses Masuk Gugatan/ Keberatan
d. Keterangan pemohon, termohon, serta Setelah Putusan dari Komisi Informasi
keterangan pihak yang terkait langsung atas proses penyelesaian SIP secara mediasi/
e. Petunjuk yang diperoleh dari rangkaian data, ajudikasi nonlitigasi diterima oleh para pihak
keterangan, perbuatan, keadaan, dan/ atau yang bersengketa, maka jika ada pihak yang
peristiwa yang sesuai dengan alat-alat bukti tidak menerima putusan tersebut dapat
lain, dan/ atau mengajukan keberatan secara tertulis dalam
f. Alat bukti lain berupa informasi yang jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja ke
diucapkan, dikirimkan diterima atau Pengadilan yang berwenang (Pasal 4 ayat (1)
disimpan secara elektronik dengan alat optik PERMA No. 2 Tahun 2011). Namun dalam
atau yang serupa dengan itu. konteks ini adalah ke PTUN.
Sedangkan khusus alat bukti saksi, maka Setelah pengajuan keberatan oleh pihak
cukup diminta mengucap sumpah sesuai dengan yang bersengketa diterima dan diregister di
agama dan kepercayaannya sebelum kepaniteraan PTUN, maka panitera meminta
menyampaikan kesaksiannya. Komisi Informasi untuk mengirimkan salinan
Sesudah semua proses persidangan resmi putusan dan seluruh berkas perkaranya
dilaksanakan yaitu memeriksa dan mendengar (Pasal 6 ayat (1) PERMA No. 2 Tahun 2011).
permohonan, jawaban, pembuktian dan Komisi Informasi wajib mengirimkan putusan
kesimpulan, maka sebelum majelis komisioner dan segala berkas perkara sebagaimana
Komisi Informasi memutus SIP melakukan dimaksud di atas dalam jangka waktu 14 (empat
musyawarah dengan anggota majelis tersebut belas) hari kerja, setelah putusan dan segala
untuk menentukan putusan. Setelah dihasilkan berkas diterima di kepaniteraan, maka dalam
putusan maka putusan diucapkan dalam sidang jangka waktu 30 (tiga puluh) hari pihak
yang terbuka untuk umum. termohon keberatan dapat mengajukan jawaban
atas keberatan pemohon kepada kepaniteraan
Proses Penyelesaian Sengketa Informasi Publik pengadilan, dan di sini yang harus lebih aktif
Melalui Pengadilan Tata Usaha Negara adalah panitera yang wajib memberitahukan
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik kepada pihak termohon keberatan apakah akan
(SIP) pada Pengadilan Tata Usaha Negara mengajukan jawaban atas keberatan pemohon
(PTUN) merupakan penyelesaian SIP melalui ataukah tidak. Kalau pihak termohon keberatan
jalur litigasi, hal ini ditempuh karena proses mengajukan jawaban maka akan dimasukkan ke
penyelesaian SIP yang sebelumnya dilakukan dalam berkas sebagai tambahan yang akan
melalui Komisi Informasi yang sudah melalui dijadikan pertimbangan hakim dalam memutus,
jalur ajudikasi nonlitigasi telah menghasilkan dan kalau pihak termohon keberatan tidak
putusan yang dirasa kurang memuaskan salah mengajukan jawaban maka berkas yang sudah
satu pihak bahkan kedua pihak yang lengkap akan langsung diserahkan ke ketua
bersengketa. Proses awal masuk gugatan sendiri pengadilan untuk penunjukan majelis hakim.
dilakukan oleh salah satu bahkan kedua pihak
yang tidak menerima putusan ajudikasi Penunjukan Majelis Hakim
nonlitigasi yang di putus melalui Komisi Setelah berkas masuk ke ketua pengadilan
Informasi, tengang waktu mengajukan gugatan maka ketua di sini berhak menunjuk majelis
masuk ke PTUN adalah 14 (empat belas) hari hakim untuk memutus perkara tersebut. Namun
kerja setelah putusan diterima para pihak. Oleh dalam praktik seperti pada Perkara Nomor:
karena itu tentunya akan sangat berbeda dengan 42/G/2012/PTUN-SMG ketua pengadilan juga
69
Kurniawan Akbar / Unnes Law Journal 2 (1) (2013)
mengeluarkan Penetapan Dismissal Proses, maka Majelis Hakim segera Memutus Perkara
beberapa hal yang menjadi alasan ketua tersebut.
pengadilan mengeluarkan Penetapan Dismissal
Proses adalah karena ketentuan Pasal 14 Putusan PTUN dalam Penyelesaian SIP
PERMA No.2 Tahun 2011 yaitu “Ketentuan Setelah melalui beberapa proses di atas
hukum acara perdata dan tata usaha Negara maka Majelis Hakim berhak memutus perkara
tetap berlaku sepanjang tidak ditentukan lain SIP sesuai dengan ketentuan pada Pasal 10 ayat
dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 (2) PERMA No.2 Tahun 2011 j.o Pasal 49 UU
tentang Keterbukaan Informasi Publik dan No.14 Tahun 2008 tentang KIP yang pada
Peraturan Mahkamah Agung ini”. pokoknya adalah menguatkan atau
Namun kembali kepada semangat membatalkan putusan dari Komisi Informasi.
banding dari proses penyelesaian SIP pada
PTUN, maka kalaupun Ketua Pengadilan tidak MODEL IDEAL PENELESAIAN SIP
mengeluarkan Penetapan Dismissal Proses juga DALAM RANGKA MENGISI
tidak akan mengurangi subtansi perkara SIP KEKOSONGAN UU KIP VIS-À-VIS PERMA
yang berhak diputus PTUN. Setelah Penetapan NO. 2 TAHUN 2011
Dismissal Proses dikeluarkan oleh Ketua Terkait dengan beberapa pembasasan di
Pengadilan maka Ketua Pengadilan juga atas maka dapat menjadi sebuah rumusan
mengeluarkan Surat Penetapan Majelis Hakim konkret mengenai model ideal penyelesaian SIP
yang akan memproses perkara SIP terkait. adalah sebagai berikut :
Setelah Majelis Hakim terbentuk berdasarkan 1. Perlu ditegaskan terkait dengan rumusan
Surat Penetapan Majelis Hakim maka berkas putusan PTUN dalam sengketa informasi
perkara diserahkan Majelis Hakim untuk segera publik, dan juga mengenai sistem dan model
diputus. pembuktian di komisi informasi, serta
prosedur dan tata cara pemberkasan di
Pemeriksaan Berkas Perkara oleh Hakim atau Komisi Informasi
Majelis Hakim 2. Komisi Informasi sebagaimana terlampir
Berkas yang sudah diterima Majelis pada penjelasan lampiran I PERKI No.1
Hakim maka selanjutnya akan dipelajari dan tahun 2010 tentang Standar Layanan
dilakukan rapat permusyawaratan hakim untuk Informasi Publik. Adalah marupakan
menentukan putusan dan langsung pada proses executive product oleh karena itu produk dari
pembacan putusan. Setelah Majelis Hakim Komisi Informasi seharusnya adalah
mempelajari berkas perkara SIP maka jika keputusan bukan putusan. UU No.14 Tahun
ditemukan novum atau bukti baru maka sebelum 2008 tentang KIP, bisa dikatakan merupakan
Majelis Hakim memutus akan dilakukan UU payung (umbrella act), peristilahan ini
pemeriksaan dahulu terhadap pembuktian bukti sebenarnya kurang tepat karena dalam sistem
baru dengan memerintahkan panitera pengganti hukum di Indonesia tidak mengenal itu dan
untuk memanggil para pihak. Menurut juga tidak diakui dalam UU No.12 Tahun
ketentuan Pasal 7 ayat (1) PERMA No.2 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
2011 yang berbunyi “Pemeriksaan dilakukan Perundang-undangan. Namun demikian UU
secara sederhana hanya terhadap putusan No.14 Tahun 2008 tentang KIP memiliki
komisi informasi, berkas perkara serta semangat penyelaras sebagai UU yang
permohonan keberatan serta jawaban atas memuat ketentuan umum dalam
keberatan tertulis dari para pihak”, maka keterbukaan informasi yang juga dibekali
ditafsirkan bahwa pemeriksaan yang dilakukan dengan kelembagaan yang dapat meninjau
secara sederhana adalah yang terkait dengan kebijakan terkait dengan pelaksanaan
pembuktian saja, Setelah pemeriksaan yang keterbukaan informasi publik melalui
dipandang perlu oleh Majelis Hakim selesai penyelesaian sengketa informasi. Dengan
70
Kurniawan Akbar / Unnes Law Journal 2 (1) (2013)
demikian, “UU No.14 Tahun 2008 tentang Dari hasil penelitian serta analisis dengan
KIP secara implisit memiliki fungsi sebagai mengunakan teori hukum yang sesuai, maka
perangkat koordinasi dan harmonisasi didapat beberapa simpulan yang dapat ditarik,
peraturan perundang-undangan”(Anotasi yaitu :
UU No.14 tahun 2008 tentang Secara prosedur penyelesaian SIP adalah
KIP.2009:207). melalui:
3. Terkait dengan rumusan di atas maka a. Komisi Informasi : melalui jalur mediasi dan
Komisi Informasi dalam menyelesaikan SIP ajudikasi nonlitigasi
harusnya hanya sebatas dan sebagai lembaga b. Pengadilan (PN dan PTUN) : Melalui
banding administratif (selain melalui ajudikasi Litigasi
ajudikasi nonlitigasi). Hal ini sesuai dengan
ketentuan Pasal 48 UU No.5 Tahun 1986 Namun di dalam praktik proses
tentang Paradilan TUN, yaitu : penyelesaian SIP yang telah melalui keberatan
(1) Dalam hal suatu Badan atau pejabat administrasi yang diajukan pemohon informasi
Tata Usaha Negara diberi wewenang kepada atasan PPID maka jika pemohon
oleh atau berdasarkan peraturan informasi tidak merasa tidak puas terhadap
perundang-undangan untuk jawaban dari PPID adalah diajukan upaya
menyelesaikan secara administratif penyelesaian SIP melalui Komisi Informasi.
sengketa tata usaha Negara tertentu, Penyelesaian di Komisi Informasi adalah
maka batal atau tidak sah, dengan atau melalui jalur mediasi terlebih dahulu (jika
tanpa tuntutan ganti rugi dan/ informasi yang diminta selain apa yang
administratif yang tersedia. ditentukan pada Pasal 17 UU No.14 Tahun
(2) Pengadilan baru berwenang memeriksa, 2008 tentang KIP). Setelah melalui proses
memutus dan menyelesaikan sengketa mediasi namun tidak berhasil, maka akan
tata usaha Negara sebagaimana dilanjutkan dengan ajudikasi nonlitigasi. Namun
dimaksud dalam ayat (1) jika seluruh didalam praktiknya telah banyak SIP yang
upaya administratif yang bersangkutan diselesaikan melalui mediasi.
telah digunakan. Pada prinsipnya proses penyelesaian SIP
yang dilakukan di PTUN adalah sebelumnya
Oleh karena hal tersebut, maka dapat telah diselesaikan di Komisi Informasi baik
diasumsikan bahwa proses penyelesaian di melalui jalur mediasi maupun ajudikasi
Komisi Informasi adalah upaya administratif nonlitigasi. Proses di PTUN adalah
sebagaimana dimaksud Pasal di atas, oleh mengunakan proses pemeriksaan semacam
karena itu jika seluruh upaya itu sudah Peradilan tingkat banding, hal ini karena yang
digunakan dan ternyata memang perkara menjadi objek dari perkara SIP adalah putusan
tersebut layak untuk masuk kepada ranah dari Komisi Informasi.
pengadilan, maka itu yang menjadi wewenang Pola ideal yang dapat disimpulkan untuk
PTUN untuk mengadili perkara tersebut atau merevitalisasi dan mengharmonisasikan antara
dalam hal ini SIP. Jadi produk Komisi Informasi peraturan yang terkait dengan SIP, adapun
adalah putusan yang nanti secara prosedur bila penyelesaiannya adalah dengan
diajukan upaya hukum banding ke PTUN bisa mengkorelasikan antara UU No. 14 Tahun 2008
menjadi jelas kompetensinya sesuai dengan tentang KIP dengan PERMA No. 2 Tahun 2011
pasal di atas. Namun juga harus ada penegasan tentang Tata Cara Penyelesaian SIP di
bahwa komisi Informasi adalah lembaga Peradilan. Adapun yang lebih dipertegas adalah
Banding Administratif. terkait dengan pembuktian dan pemberkasan
pada proses penyelesaian SIP di komisi
SIMPULAN informasi, dan substansi dari putusan PTUN
atas penyelesaian SIP.
71
Kurniawan Akbar / Unnes Law Journal 2 (1) (2013)
72