PSIKODIAGNOSTIKA 1
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014
1. Pengantar
1.1 Pengertian
David Wechsler (1958) mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya
secara efektif. David Wechsler pertama kali memperkenalkan tes intelegensi yang
dirancang khusus digunakan untuk orang dewasa pada tahun 1939, yang dinamai
Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (WBIS), disebut juga skala W-B. Skala
intelegensi Wechsler adalah tes yang diberikan secara individual yang menilai
berbagai bidang kemampuan intelektual dan menciptakan situasi dimana aspek
kepribadian dapat diamati. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa skala intelegensi
Wechsler merupakan alat tes yang dikembangkan untuk melihat individu secara
keseluruhan dan fokus pada proses bukan hanya sekedar hasil skor tes.
David Wechsler mengembangkan tiga alat tes intelegensi, yaitu The Wechsler
Adult Intelligence Scale (WAIS) untuk usia 16-74 tahun, The Wechsler Intelligence
Scale for Children (WISC) untuk usia 6-16 tahun 11 bulan, dan The Wechsler
Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI) untuk usia 3-7 tahun 3 bulan.
Masing-masing skala terdiri dari minimum lima subtes dan maksimum tujuh subtes.
Tiga tes tersebut memiliki kesamaan pola, yaitu dengan lima atau enam subtes
yang menghasilkan skor Verbal (selanjutnya disingkat V) dan skor Performansi
(selanjutnya disingkat P). Kedua skor tersebut akan menghasilkan skor skala total.
Subtes-subtes itu hampir sama namun tidak identik antara satu sama lain (untuk
masing-masing tingkat usia). Skala intelegensi Wechsler ini dianggap sebagai tes
psikologi terbaik karena memiliki sifat psikometrik dan menghasilkan informasi yang
relevan untuk para praktisi. Sebagai hasilnya, skala intelegensi Wechsler menjadi tes
yang paling sering digunakan pada praktik klinis (Camara et al., 2000; Watkins et al.,
1995).
2. Spesifikasi Tes
2.1 Tujuan Tes
Tujuan skala inteligensi Wechsler adalah:
• Untuk mengukur potensi intelegensi subjek
• Menyediakan informasi penting mengenai kekuatan dan kelemahan kognitif
seseorang
3. Sejarah
3.1 Tokoh-tokoh
Tes Weschler pertama kali di buat oleh psikolog Amerika yang terkenal
bernama David Weschler. Dia lahir pada tanggal 12 Januari 1986 di sebuah keluarga
Yahudi di Lespezi, Rumania, dan berimigrasi bersama orang tuanya ke Amerika
Serikat sebagai seorang anak. Weschler mengembangkan skala intelegensi terkenal
seperti Weschler Adult Intelligence Scale ( WAIS ) dan Skala Kecerdasan Weschler
untuk Anak-Anak( WISC ). Dia meninggal pada tanggal 02 Mei 1981.
Masing-masing skala terdiri dari minimum lima subtes dan maksimum tujuh
subtes. Revisi skala WISC yang dinamai WISC-R diterbitkan tahun 1974 dan
dimaksudkan untuk mengukur inteligensi anak-anak usia 6 sampai dengan 16 tahun.
WISC-R terdiri atas 12 subtes yang dua diantaranya digunakan hanya sebagai
persediaan apabila diperlukan penggantian subtes. Kemudian pada tahun 1997 di buat
Intelligence Scale- III (WAIS-III) yang merupakan revisi dari WAIS-R untuk
memperbaharui norma dan memodifikasi item. Dan pada tahun 2008, Wechsler Adult
Intelligence Scale- IV (WAIS-IV) yang merupakan revisi dari WAIS-III.
A. Verbal Scales
Wechsler Verbal Scales menilai kemampuan individu dalam beberapa bidang, yaitu :
• Kemampuan dalam bekerja menggunakan simbol-simbol yang abstrak
• Jumlah dan tingkat manfaat seseorang berdasarkan latar belakang bidang
pendidikannya
• Kemampuan memori verbal Kefasihan dalam kemampuan verbal
a. Subtest 1 : Information
• Pengetahuan umum
• Pembelajaran yang didapat dari sekolah
b. Subtest 2 : Comprehension
• Pengetahuan praktis
• Kematangan sosial
• Pengetahuan mengenai standar perilaku
• Kemampuan untuk mengevaluasi pengalaman masa lalu
• Pemikiran abstrak dan generalisasi
• Penghakiman sosial , akal sehat , atau penilaian dalam situasi sosial Pegang
lingkungan sosial , seperti kode moral, aturan sosial , dan peraturan
Pemahaman , dan kewaspadaan ke dunia sehari- hari .
• Proses recall
• Reversibilitas ; Kemampuan untuk menggeser pola pikir
• Konsentrasi
Digit Span dianggap tes memori jangka pendek dan perhatian . Subjek harus
mengingat dan mengulang informasi pendengaran dalam urutan yang tepat.
Terdapat dua proses yang dilakukan dalam subtes ini, pertama informasi yang
harus diterima secara akurat , yang membutuhkan perhatian dan encoding. Dan hal
yang kedua adalah keakuratan dalam mengingat. Aspek kepribadian yang dapat
terukur dari subtes ini adalah tingkat kecemasan seseorang.
d. Subtest 4 : Arithmetic
• Keterampilan berhitung
• Memori auditori
• Penalaran numerik dan kecepatan manipulasi numerik
• Konsentrasi dan perhatian
• Penalaran logis , abstraksi , dan analisis masalah numerik
Dalam subtes similarities atau kesamaan aspek intelektual yang diukur adalah :
Pada subtes similarities ini diperlukan pembentukan konsep verbal dan kemampuan
penalaran abstrak . Aspek kepribadian yang dapat diukur dari subtes ini adalah
bagaimana cara anak menelaah masalah yang ada. Implisit dalam tes ini adalah
kemampuan individu untuk menggunakan memori jangka panjang dan untuk
menerapkan ekspresi dalam respons mereka .
Pada subtes ini ada beberapa aspek intelektual yang diukur, diantaranya :
• Perkembangan bahasa
• Pengetahuan kosakat
• Kecerdasan verbal secara umum
• Penggunaan bahasa dan kemampuan belajar verbal
• Ukuran Rough efisiensi intelektual yang optimal subjek
• Latar belakang pendidikan
• Rentang ide dan pengalaman
Dalam subtes kosakata ini dapat menunjukan akumulasi dari suatu pembelajaran
verbal, dan dapat dilihat pula kemampuan individu dalam mengekspresikan ideide,
memori jangka panjang, pembentukan konsep, dan perkembangan bahasa. Subtes
ini merupakan subtes verbal yang paling dapat diandalkan. Aspek kepribadian yang
diukur dalam subtes ini adalah pengalaman anak saat ia berada dirumah dan
disekolah.
B. Performance Scales
Merupakan kemampuan untuk bekerja dalam situasi konkret. Skala peforma
mengungkapkan hal – hal tentang :
• Tingkat dan kualitas kontak nonverbal individu dengan lingkungan
• Kemampuan mengintegrasi stimulus perseptual dengan respon motorik yang
relevan
• Kapasitas kerja dalam situasi yang konkrit
• Kemampuan bekerja secara cepat
• Kemampuan mengevaluasi informasi visuo-spatial
Peformance Scales Subtests secara umum lebih tidak dipengaruhi oleh faktor
edukasi bila dibandingkan dengan Verbal Scales Subtests. Bila seorang individu
melakukan peforma yang jauh lebih baik pada peformance scales dibandingkan
dengan verbal scales subtests (P > V), maka akan ada sejumlah penafsiran yang
mungkin muncul, antara lain kemampuan organisasi perseptual, kemampuan untuk
bekerja dalam tekanan waktu (under time pressure), pencapaian akademik yang
cenderung rendah, kemungkinan untuk keluar kenakalan (acting out), individu ini
bisa digambarkan sebagai pelaku daripada seorang pemikir, merupakan orang dari
latar belakang sosial ekonomi yang relatif rendah, adanya defisit bahasa, problem
solving secara mendadak dan mendesak akan lebih sering digunakan (dan lebih
baik pula) daripada problem solving yang berdasarkan akumulasi dari pengetahuan.
Terdapat beberapa subtest yang terdapat dalam performance scale, yaitu :
1. Picture Completion
Dalam subtes pictures completion testee akan diminta untuk melengkapi
bagianbagian gambar yang hilang sehingga gambar dapat menjadi gambar yang
utuh\.
Aspek intelektual yang diukur pada subtes ini yaitu :
• Kemampuan membedakan hal esensial
• Daya konsentrasi visual
• Visual alertness
• Persepsi, kognisi, jugement, penundaan impuls, pengalaman kontak
lingkungan
• Visual organization Visual memory Contoh:
2. Digit-Symbol Coding
Subtes ini termasuk tes performance scale dimana testee diinstruksikan untuk
mengisikan sebuah tanda yang sesuai dengan kotak yang telah ditentukan.
Dalam subtest ini dibutuhkan kemampuan untuk belajar tugas baru, koordinasi
3. Block Design
Tes performance scale dimana testee diinstruksikan untuk menyusun
bagianbagian dari objek sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tes ini
melibatkan kemampuan memecahkan masalah nonverbal. Testee harus
menerapkan logika dan penalaran dengan cara yang akan memecahkan masalah
hubungan spasial.
Aspek intelektual yang diukur pada subtes ini yaitu :
• Analisis keseluruhan bagian-bagian komponen
• Spatial visualization
• Keinginan berprestasi dan kemampuan membedakan
• Abstract reasoning
• Integrasi fungsi visual motorik
• Konsentrasi
Contoh:
4. Picture Arrangement
Tes performance scale dimana testee diinstruksikan untuk menyusun beberapa
gambar menjadi sebuah urutan cerita gambar yang benar. Sehingga dibutuhkan
kemampuan untuk merencanakan, menafsirkan, dan mengantisipasi peristiwa
social dalam konteks budaya tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa budaya dapat mempengaruhi proses dari subtest ini.
Aspek intelektual yang diukur pada subtes ini yaitu :
• Kemampuan perencanaan (memahami dan menilai situasi)
• Kecermatan menangkap isi persoalan
• Kepekaan sosial dan interpersonal content
• Organusasu persepsi dan visual
• Reasoning Contoh:
5. Object Assembly
Tes performance scale dimana testee diinstruksikan untuk menyusun
bagianbagian dari objek sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tes ini
dibutuhkan koordinasi motorik dan kontrol. Aspek intelektual yang diukur pada
subtes ini yaitu :
• Kemampuan pengolahan simultaneous
• Perceptual organization
• Analisa visual
• Kemampuan konstruktif
• Kemampuan untuk menempatkan sesuatu secara bersama-sama dalam satu
konfigurasi Contoh :
5. Administrasi Tes
5.1 Perlengkapan Tes
- Lembar jawaban
- Tabel konversi skor IQ
- Tujuh buah gambar berseri (subtes picture arrangement)
- 15 buah gambar yang memiliki bagian yang hilang (subtes picture completion)
- Pola yang akan dibentuk pada subtes block design
- 16 buah kotak sama sisi berwarna merah, putih, dan separuh merah-separuh putih
pada sisi-sisinya (subtes block design)
- 3 buah papan yang berisi figure tertentu dan bagian-bagiannya terpisah (subtes
object assembly)
- Pensil HB
Mari kita coba yang lebih mudah.”, kemudian pemeriksa memberi contoh lain yang
kiranya dapat dijawab oleh OP.
- Subtes tidak harus diberikan sesuai dengan urutan yang telah diatur dalam buku
petunjuk. OP dewasa biasanya dimulai dengan subtes Information, sementara OP
anak dimulai dari Object Assembly.
- Tiga kekecualian yang perlu diketahui pemeriksa, yaitu:
o Jika OP menderita cacat atau kekurangan jasmaniah, hanya bagian verbal yang
bisa diberikan
o Jika OP tidak mengerti bahasa yang dipakai, maka hanya bagian performance
diberikan
o Jika OP berusia 50 tahun ke atas, kadang kita perlu meniadakan subtes untuk
menghindari kerugian OP.
- Peniadaan subtes tertentu harus ditetapkan sebelum pemeriksaan dilakukan sebelum
pemeriksaan
Instruksi subtes:
1. INFORMATION
“Kepada Saudara akan saya ajukan beberapa pertanyaan.
Silahkan Saudara menjawab pertanyaan itu secara singkat, jelas dan benar.
Apabila Saudara tidak dapat menjawabnya, katakanlah kepada saya Tidak bisa,
sehingga bisa saya lanjutkan dengan pertanyaan lain.
Pertanyaan-pertanyaan yang akan saya ajukan ini mengenai pengetahuan umum.
Apakah ada pertanyaan? (ditunggu sebentar)
Jika tidak ada, marilah kita mulai dengan contoh pertanyaan, silahkan Saudara
menjawabnya:
Siapakah presiden Republik Indonesia sekarang?
(ditunggu jawabannya)
Ya, Benar! (Jika OP menjawab Benar)
Catatan:
Coba Saudara pikirkan lagi jawaban Saudara. (jika OP menjawab salah)
Pertanyaannya adalah:
Siapakah presiden republik indonesia sekarang?
(ditunggu sebentar jawabannya)
Nah, jawaban Saudara sudah benar! (Jika OP sudah menjawab benar)
2. COMPREHENSION
“Marilah kita lanjutkan dengan subtes berikutnya
Catatan:
Jika jawaban OP tidak jelas, katakanlah “ Ya, silahkan Saudara lanjutkan jawaban
Saudara” atau “Coba Saudara jelaskan lebih lanjut”
(pemeriksa melanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan berikutnya)
... (setelah selesai semua pertanyaan)
Ya, Kita telah selesai dengan subtes ini”
3. DIGIT SPAN
“Marilah kita lanjutkan dengan subtes lain”
Deret maju:
Saya akan menyebutkan beberapa buah bilangan, dengarkan baik-baik. Setelah
saya selesai menyebutkannya, silahkan segera Saudara ulangi.
Misalnya:
9 1 7
(pemeriksa menyebutkannya dengan kecepatan 1 detik tiap bilangan dengan suara
datar dan tidak bernada titik pada bilangan terakhir, kemudian dilanjutkan
dengan:)
Silahkan (OP mengulanginya)
Ya benar! (Jika OP menjawab benar)
Catatan:
Jika OP benar dalam menyebutkan kembali deret bialngin itu maka pemeriksa
melanjutkan dengan deret bilangan selanjutnya.
Jika OP salah dalam menyebutkan kemabali deret bilangan itu, maka pemeriksa
menyebutkan deret bilangan yang kedua
Deret Mundur:
Sekarang akan saya sebutkan beberapa buah bilangan lagi, tetapi kali ini Saudara
harus mengulanginya dari belakang
Misalnya: kalau saya menyebutkan: 9 1 7 maka Saudara harus mengulanginya
dengan menyebutkan 7 1 9
Catatan:
Jika OP benar dalam menyebutkan kembali deret bialngin itu secara mundur, maka
pemeriksa melanjutkannya dengan deret bilangan berikutnya.
Jika OP salah dalam menyebutkan kembali deret bialngin itu secara mundur, maka
pemeriksa melanjutkannya dengan deret bilangan yang kedua.
4. ARITHMETIC
“Marilah kita lanjutkan dengan subtes berikutnya”
5. SIMILIARITIES
Marilah kita mulai dengan subtes yang baru
Saya akan menyebutkan 2 nama benda yang ada persamaannya, atau serupa dalam
beberapa hal.
Hendaknya Saudara jelaskan, dalam hal apa kedua benda itu serupa.
Nah, marilah kita mulai (pemeriksa melanjutkan dengan soal-soal yang sebenarnya,
dan mencatat semua jawaban OP)
Catatan:
• Kalau OP menjawab: “kedua-duanya tidak sama “maka pemeriksa
mengatakan: “Cobalah dipikirkan lagi, keduanya ada persamaannya.”
• Jika dalam waktu 10-15 detik belum dapat menjawab dengan benar atau
kurang tepat jawabannya, maka pemeriksa memberitahukan jawaban yang
benar.
• Pembetulan jawaban yang spontan dari OP diperkenankan, namun perlu
ditanyakan: “Jadi mana jawaban yang Saudara maksudkan?”
• Jawaban tambahan yang merusak jawaban OP yang benar, dapat mengurangi
skor, misalnya skor 2 akhirnya dikurangi 1, sehingga skornya menjadi 1. Ya
kita telah selesai dengan subtes ini.”
6. VOCABULARY
“Marilah kita mulai dengan subtes yang baru lagi.
7. DIGIT SYMBOL
“Marilah kita mulai dengan subtes yang lain.
Nah, sekarang tanda apakah yang harus Saudara isikan disini? (sambil pemeriksa
menunjuk kotak kosong yang keenam)
Ya, benar. (kalau OP menjawab benar)
Lalu kotak berikutnya? (pemeriksa menunjuk kotak kosong yang kedelapan)
Ya, Benar. (kalau OP menjawab benar)
Catatan:
Kalau OP menjawab salah pada contoh keenam, Pemeriksa menunjukan jawaban
yang benar: kemuda=ian mengulangi pertanyaannya dengan menggunakan contoh
ketujuh, dst.
8. PICTURE ARRANGEMENT
“Marilah kita mulai dengan subtes yang baru lagi.
Pemeriksa menyajikan Seri Burung sebagai contoh, dengan sususan seperti yang
disusunkan dibalik gambar itu, sambil berkata:
“Gambar-gambar ini mengibaratkan seekor burung yang sedang menyusun
sarangnya”
Seperti Saudara lihat, susunan gambar ini salah.
Cobalah, Saudara susun gambar ini secara benar, seperti yang saya lakukan ini.
(pemeriksa mulai menyusun gambar itu)
Sekarang gambar ini nyata ceritanya. Lihatlah !
Pada gambar ke-1, burung itu sedang membuat sarangnya. Gmabar ke-2,
menunjukkan telur burung, dan gambar ke-3 menunjukkan burung itu sedang
memberi makan anak-anaknya yang telah menetes. (....pemeriksa berhenti
sebentar)
Catatan:
• Pada bagian belakang tiap-tiap gambar tercantum susunan penyajian yang
dipersyaratkan, yaitu menggunakan nomor urut penyajian: 1,2,3,4,5,6, sesuai
dengan jumlah gambar dalam seri gambar itu.
• Susunan seri gambar yang benar sesuai dengan keurutan huruf-huruf yang
ditetapkan, misalnya P-A-T (tidak boleh A-P-T, A-T-P, P-T-A, T-P-A, atau
TA-P)
• Tiap seri gambar diberi batas waktu yang menyusunnya, yaitu:
1 menit bagi Seri Rumah (PAT), Penodongan (ABCD) dan Seri Elevator
(LMNO). 2 menit bagi seri Pacaran (JANET), Seri Memancing (EFGHJ), dan
Seri Taksi (SAMUEL).
• Apabila pemeriksa sulit memastikan apah OP telah sesuai atau belum dengan
susunanya; sebaiknya pemeriksa mengatakan : “katakanlah selesai kalau
Saudara sudah menyelesaikan susunan seri gambar itu”
• Setiap OP selesai menyusun satu seri gambar, tanyakanlah bagaimana jalan
pikirannya dalam menyusun gambar tersebut.
9. PICTURE COMPLETION
“Marilah kita mulai dengan subtes yang baru.
Saya akan memperlihatkan beberapa buah gambar kepada Saudara, Pada setiap
gambar ada bagian penting yang hilang. Perhatikanlah dengan sungguh-sungguh
setiap gambar, dan sebutkanlah bagian penting yang hilang itu.
Catatan:
• Jika OP menjawab salah. Pemeriksa menerangkan: “Lihat disini hidungnya
tidak ada”
• Hal ini dilakukan pula pada gambar 2 dengan mengatakan: “Lihat disini
separo kumisnya tidak ada”
• Pada gambar 3. Pemeriksa tidak boleh menolong OP lagi, tetapi hanya boleh
mengulang pertanyaannya: “jadi, bagian penting manakah yang hilang pada
gambar ini?”
• Jika pada tiap gambar selanjutnya OP menyebut bagian yang kurang penting,
pada saat pertama kali hal itu terjadi. Pemeriksa boleh berkata: “Ya, tetapi
bagian penting manakah yang tidak ada?” pemeriksa tidak boleh mengulang
pertanyaan ini bagi gambar-gambar berikutnya.
• Waktuu meneliti gambar sekitar 15-20 detik. Jika dalam batas waktu itu OP
tidak bisa menyebutkan bagian penting yang hilang, maka dianggap gagal, dan
pemeriksa bisa melanjutkan dengan gambar berikutnya. Nah kita telah selesai
dengan subtes ini”
“Marilah kita coba yang lain. Ini lebih sulit”. (kumpulkan kembali balok-balok tadi
untuk membuat contoh pola 2. Berhentilah sebentar untuk menjelaskan pada OP
bagaimana 2 tengahan pola dapat disatukan, sehingga bisa diperoleh susatu
susunan warna yang utuh). “
“Apakah Saudara sudah benar-benar mengerti?”
Jika OP sudah benar-benar mengerti, maka pemeriksa menyajikan kartu pola 1 dan
berkata “Sekarang saya sajikan 4 buah balok ini kepada Saudara. Silahkan Saudara
menyusunnya sesuai dengan pola pada kartu ini. (setelah OP siap, maka..) Ya,
mulai”
“Ya, Bagus” (Jika Op telah selesai menyusunnya dengan benar, aduklah kembali
balok-balok itu, kemudian sajikan kartu Pola 2 sambil berkata: “Sekarang coba
Saudara susun yang ini”
Setelah selesai dengan kartu Pola 7, berikanlah 7 balok sisanya dan katakanlah:
“sekarang buatlah seperti ini dengan menggunakan 16 buah balok”
Ada 3 macam, yaitu: Benda, Kepala dan Tangan. Penyajiaannya berurutan, sesuai
dengan penyebutan diatas.
Bagian-bagian dari tiap macam itu, yang harus disusun, diatur penyajiaannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Boneka:
Setelah pemeriksa mengatur penyajian bagian-bagian Boneka yang akan disusun
OP, maka katakanlah:
“Kalau semua bagian-bagian ini disatukan, maka akan terbentuk sesuatu benda.
Sialhkan Saudara menyusunnya secepat mungkin”
Batas Waktu: 2 menit.
Kepala:
Setelah pemeriksa mengatur penyajian bagian-bagian kepala yang akan disusun
OP. Katakanlah:
“Susunlah bagian-bagian ini secepat mungkin”
Batas waktu : 3 menit.
Tangan:
Setelah Bagian-bagian Tangan itu disusun sesuai aturan, katakanlah:
“Susunlah bagian-bagian ini secepat mungkin”
Batas waktu: 3 menit.
2. Subtest 2 (Comprehension)
- Skor tiap jawaban bisa 2, 1, atau 0, tergantung pada ketepatannya sesuai dengan
kunci jawaban yang telah ditetapkan - Skor tertinggi adalah 20.
- Jika jawaban salah sebanyak 4 kali secara berturut-turut, berhenti.
3. Subtest 3 (Digit span)
- Skor deret angka, baik yang maju atau yang mundur, adalah sesuai dengan
jumlah bilangan deret angka yang berhasil diulang kembali oleh OP dengan
benar (diberi tanda +).
- Jika dua buah deret bilangan yang serupa gagal diulangi oleh OP, maka
pemeriksa tidak boleh melanjutkan dengan deret bilangan berikutnya.
- Skor tertinggi adalah 17.
- Jika jawaban salah sebanyak 2 kali secara berturut-turut, berhenti.
4. Subtest 4 (Arithmetic)
- Setiap jawaban yang benar akan diberikan skor 1 dalam batas waktu yang
ditentukan, yaitu:
15 detik untuk soal nomor 1-3
30 detik untuk soal nomor 4-6
60 detik untuk soal nomor 7-8
120 detik untuk soal nomor 9-10
- Pada soal nomor 9-10, jika jawabannya benar dalam waktu maksimal 15 detik,
maka akan diberikan skor 2.
- Skor tertinggi pada subtest ini adalah 14
- Jika jawaban salah 3 kali secara berturut-turut, berhenti.
5. Subtest 5 (Similarity)
- Jawaban diberi skor 2, 1, atau 0, tergantung pada ketepatannya sesuai dengan
kunci jawaban.
- Skor tertinggi pada subtest ini adalah 24
- Jika jawaban salah sebanyak 3 kali secara berturut-turut, berhenti.
6. Subtest 6 (Vocabulary)
- Setiap jawaban mendapat skor 1 (abstrak), ½ (konkrit), atau 0 (salah), sesuai
dengan kunci jawaban yang ditetapkan (jawaban benar diberi tanda + atau ½,
sedangkan jawaban yang salah diberi tanda -)
- Skor tertinggi pada subtest ini adalah 42
- Jika jawabannya salah sebanyak 5 kali secara berturut-turut, berhenti.
- Jika tidak berhasil tersusun secara benar atau tersusun secara benar tapi melebihi
batas waktu yang ditetapkan, maka diberi skor 0.
- Skor tertinggi pada subtest ini adalah 42.
- Jika jawabannya salah sebanyak 2 kali secara berturut-turut, berhenti.
10. Subtest 10 (Object Assembly)
- Skor yang akan diberikan berkisar antara 0-6, tergantung pada seberapa
tepatnya susunan yang dibuat (lihat pada tabel penilaian)
- Pada boneka tidak ada skor yang dihubungkan dengan waktu penyelesaiannya.
- Pada kepala dan tangan ada skor tambahan yang dihubungkan dengan waktu
penyelesaian (lihat pada tabe penilaian)
- Skor tertinggi pada subtest ini adalah 26
• Namun, tester juga harus mengobservasi aspek-aspek lain diluar hasil tes, antara
lain:
1. Lingkungan fisik, berupa ruangan, cahaya, suhu, penggunaan meja, kursi, dan
tingkat kebisingan
2. Bahasa nonverbal testee, yaitu berupa raut wajah, gerak tangan, gerak kaki,
posisi tubuh
3. Bahasa verbal testee
• Sementara itu, skor yang diperoleh testee dapat langsung dikategorikan sebagai
berikut :
IQ Kategori
90-109 Average
70-79 Borderline
8. Etika
Agar tes intelegensi tidak disalahgunakan, maka disusunlah kode etik yang mengatur
sebuah penggunaan tes. Beberapa prinsip penting yang perlu diketahui oleh berbagai
pihak, termasuk konselor, antara lain sebagai berikut:
1. Penjualan dan distribusi tes intelegensi terbatas pada pemakai yang dapat
dipertanggungjawabkan. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki wewenang untuk
mengadministrasikan tes itelegensi yang telah dipersiapkan sebelumnya secara
matang untuk dapat melakukan hal tersebut, sehingga tidak semua orang dapat
menjalankan dan mengadministrasikan kegiatan tes intelegensi ini.
2. Skor tes intelegensi hanya boleh disampaikan kepada orang-orang yang mampu
menginterpretasikannya. Individu (testi) yang memperoleh laporan hasil tes
intelegensi selayaknya juga memperoleh penjelasan dari orang yang mengerti dan
mampu menginterpretasikan hasil tes intelegensi tersebut. Hal ini berkaitan dengan
tindakan berikutnya yang akan dilakukan setelah individu (testi) mengerti dan
memahami hasil tes intelegensi yang diperolehnya.
3. Membentuk sikap obyektif testi. Hal ini perlu dilakukan karena bagaimapun
kondisinya, tes intelegensi merupakan alat atau media yang dapat digunakan untuk
memahami diri sendiri dengan lebih baik, hal ini perlu dilakukan karena adanya
kemungkinan testi memiliki prasangka tertentu dalam menginterpretasikan sebuah
hasil tes.
4. Tes yang digunakan telah teruji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Tes intelegensi
yang masih dalam tahap pengembangan tidak boleh digunakan, hal ini dikarenakan
tingkat validitas dan reliabilitasnya belum teruji.
melainkan sebagai sesama manusia yang memiliki harga diri, kebangsaan, dan
keinginan tertentu.
- Aspek Psikomotorik : Mencakup dalam hal praktek dan kecakapan seorang psikolog
Menurut APA
10. Kesimpulan
Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (WBIS) adalah tes yang dibuat oleh David
Wechsler pada tahun 1939.. Skala intelegensi Wechsler adalah tes yang diberikan
secara individual yang menilai berbagai bidang kemampuan intelektual dan
menciptakan situasi dimana aspek kepribadian dapat diamati. Alat tes ini
dikembangkan bukan sekadar melihat hasil skor tes tetapi juga proses tes secara
keseluruhan. Tujuan skala tes inteligensi Wechsler adalah untuk mengukur inteligensi
subjek, mengetahui kekuatan dan kelemahan kognitif seseorang, dan membandingkan
kemampuan seseorang dalam berbagai bidang sesuai anggota usianya,
David Wechsler mengembangkan tiga alat tes intelegensi, yaitu The Wechsler
Adult Intelligence Scale (WAIS) untuk usia 16-74 tahun, The Wechsler Intelligence
Scale for Children (WISC) untuk usia 6-16 tahun 11 bulan, dan The Wechsler
Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI) untuk usia 3-7 tahun 3 bulan.
Terdapat dua skala tes Wechsler yaitu, Skala Verbal dan Skala Performansi. Dalam
skala verbal, terdapat lima sub-tes, yaitu Information, Comprehension, Digit Span,
Arithmetic, Similarities, dan Vocabulary. Dalam skala performansi, terdapat lima
subtes yaitu, Digit Symbol, Picture Arrangement, Picture Completion, Block Design,
dan Object Assembly.
Tes Wechsler ini memiliki beberapa kelebihan yaitu, Skala Wechsler dapat
digunakan dalam diagnosis psikiatri dan konselor memiliki kesempatan untuk
langsung mengobservasi kliennya, sehingga konselor bisa mengamati faktor
emosional dan neurologis klien selama tes berlangsung. Sedangkan keterbatasannya
adalah Skala Wechsler kurang memiliki data yang mendukung validitas ekologi dan
skala Wechsler tidak bisa diaplikasikan untuk etnis yang minoritas atau seseorang
yang berasal dari latar belakang social ekonomi rendah.
Daftar Pustaka
Domino, George. 2006. Psychological Testing an Indruction. New York. Cambridge Univ.
Groth, Marnat. 2003. Handbook of Psychological Assessment. New Jersey. John Wiley &
Sons Inc.
Hood, Albert B., & Johnson, Richard W. (1993). Assessment in Counseling (A Guide to The
Use of Psychological Assessment Procedures). Alexandria, VA: American
Counseling Association.
Weschler, David. 1944. The Measurement of Adult Intelligence. Baltimore: The Williams &
Wilkins Company