Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AIK III

MUKADIMAH ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN


RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH

DISUSUN OLEH : VIVID WANTARI

NIM : 14820119040

JURUSAN FARMASI

SEMESTER III

FAKULTAS SAINS DAN TEKHNOLOGI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH (UNIMUDA) SORONG

2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang masih
memberikan nikmat hidup dan nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Anggaran Dasar (ADF) Muhammadiyah dan Anggaran Rumah Tangga(ART)
Muhammadiyah” tepat pada waktunya. salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah berperan besar dalam upaya membawa umat dari masa jahiliyah
menuju masa yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik


dari segi materi yang disajikan maupun dari struktur bahasa yang digunakan, itu semua tidak lain
disebabkan oleh keterbatasan yang penyusun miliki, untuk itu penyusun sangat mengharapkan
kritik, saran dan koreksi yang membangun dari para pembaca.
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B.     Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
C.   Tujuan Penulisan...............................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A.    Sejarah Sebelum Terbentuknya Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah............................5
B.     Sejarah Perumusan Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah...............................................5
C.    Faktor-faktor yang Melatar Belakangi Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah..................6
D.    Hakikat Dan Fungsi Mukadimah Anggaran Dasar  Muhammyadiah...............................................7
E. Keanggotaan Muhammadiyah.............................................................................................................7
F. Keorganisasian Muhammadiyah.........................................................................................................9
BAB III..............................................................................................................................................23
PENUTUP.........................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan yang merupakan “Gerakan Islam”. Maksud
geraknya ialah, “Da’wah Islam & amar ma'ruf nahi munkar” yang ditujukan kepada dua
bidang: perseorangan dan masyarakat. Da’wah dan amar ma'ruf nahi munkar pada bidang
yang pertama terbagi kepada dua golongan: kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan
(tajdid), yaitu mengembalikan kepada ajaran-ajaran Islam yang asli murni; dan yang kedua
kepada yang belum Islam bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam. Adapun
da’wah dan amar ma'ruf nahi munkar yang kedua, ialah kepada masyarakat, bersifat
perbaikan, bimbingan dan peringatan. Kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan
bermusyawarah atas dasar taqwa dan mengharap keridlaan Allah semata.
Dengan melaksanakan da’wah dan amar ma'ruf nahi munkar dengan caranya masing-masing
yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju tujuannya, ialah
“terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Mukaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah pada hakekatnya merupakan ideologi Muhammadiyah yang merupakan
pandangan Muhammadiyah mengenai kehidupan manusia di muka bumi ini, cita-cita yang
ingin diwujudkan dan Cara-cara yang dipergunakan untuk mewujudkan cita-cita tersebut
sebagai ideologi, Muqaddimah Anggaran Dasar menjiwai segala gerak dan usaha
Muhammadiyah dan proses penyusunan sistem kerjasama yang dilakukan untuk
mewujudkan tujuannya
B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Sejarah Sebelum Terbentuknya Mukaddimah Anggaran Dasar


Muhammadiyah?
2.      Bagaimana Sejarah Perumusan Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah?
3.      Apa saja Faktor-Faktor Yang Melatar Belakangi Mukaddimah Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah?
4.      Bagaimana Keanggotaan  Muhammadiyah?
5.      Apa saja Keorganisasian Muhammadiyah ?
6. Bagaiamana penjelasan dan pasal dari Anggaran Rumah Tangga?

C.   Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah
ini adalah:
1.      Untuk Mengetahui Sejarah Sebelum Terbentuknya Mukaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah
2.      Untuk Mengetahui Sejarah Perumusan Mukaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah
3.      Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Melatar Belakangi Mukaddimah Anggaran
Dasar Muhammadiyah
4.      Untuk Mengetahui keanggotaan muhammadiyah
5.      Untuk mengetahui apa saja keorganisasian Muhammadiyah
6. Mengetahui tentang Anggaran Rumah Tangga

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Sejarah Sebelum Terbentuknya Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah


Muhammadiyah berdiri pada tanggal 8 Zulhijjah 1330 H dan mendapatkan status
berbadan hukum. Sebagai suatu organisasi sudah semestinya ketika akan mencatatkan diri
menjadi sebuah badan hukum harus memenuhi berbagai syarat antara lain harus ada
anggaran dasar. Syarat adanya anggaran dasar pada saat itu masih sederhana,yaitu hanya
memuat batang tubuh saja belum ada pembukaan.
Ditinjau dari segi ilmu hukum, mukaddimah anggaran dasar menempati kedudukan
yang lebih tinggi. Mukaddimah anggaran dasar memuat pokok-pokok pikiran yang sangat
fundamental, yang didalamnya tertuang suatu pandangan hidup, tujuan hidup, serta cara dan
alat untuk mencapai suatu tujuan hidup yang di cita-citakan.
Perumusan mukaddimah anggaran dasar muhammadiyah baru terealisasi pada masa
muhammadiyah di bawah kepemimpinan Ki Bagus Hadikusumo
( 1942-1953). Setelah melewati empat periode kepemimpinan.
1.    Periode K.H. Ahmad Dahlan (1912-1923)
2.    Periode K.H. Ahmad Ibrahim (1923-1934)
3.    Periode K.H. Hisyam (1934-1936)
4.    Periode K.H. Mas Mansur (1936-1942)
B.     Sejarah Perumusan Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah di susun secara formal setelah
muhammadiyah melancarkan aktivitas dan usaha selama 38 tahun. Tetapi bukan berarti
sebelum itu muhammadiyah belum memiliki jiwa semangat, dan nafsu perjuangan secara
pasti. Sebab K.H. Ahmad Dahlan dalam mendirikan Muhammadiyah mengacu kepada Al-
Qur’an meskipun belum tertuang dalam tulisan. Hal seperti di atas tidak dapat dipertahankan
sebab kepemimpinan akan terus berganti di tambah lagi adanya tuntutan kepastian terhadap
cita-cita Muhammadiyah. Hal itu yang mendorong Ki Bagus Hadikusumo untuk
merumuskan secara tertulis Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.
Hasil rumusan Ki Bagus pertama kali di perkenalkan dalam Muktamar Darurat tahun
1946 di Yogyakarta. Selanjutnya dalam Muktamar Muhammadiyah ke-31 tahun 1950 di
Yogyakarta Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah kembali diajukan dan disahkan
secara resmi. Akan tetapi muncul konsep lain yang di buat oleh Prof. Dr. Hamka dkk. Yang
isinya menitikberatkan pada peranan dan sumbangsih Muhammadiyah dalam mengisi
kemerdekaan dan pembangunan negara. Pada sidang tanwir pada tahun 1951, meneliti dan
melihat Muhammadiyah jauh ke depan. Akhirnya di pakailah konsep Ki Bagus Hadikusumo
dengan penyempurnaan susunan redaksi. Tim penyempurna meliputi:
1.  Prof. Dr Hamka
2.  Prof. Mr Kasman Singodimejo
3.  KH Farid Ma’ruf
4.  Zein Jambek
C.    Faktor-faktor yang Melatar Belakangi Mukaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah
Faktor-faktor yang melata belakangi Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
yaitu:
a.      Belum adanya rumusan formal tentang dasar dan cita-cita perjuangan Muhammadiyah.
K.H. Ahmad Dahlan membangun persyarikatan Muhammadiyah bukan didasari pada
suatu materi yang dirumuskan secara rinci , sistematik dan ilmiah. Apa yang beliau temukan
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist langsung beliau amalkan dan ajarkan. Akan tetapi, setelah
Muhammadiyah berkembang luas mengakibatkan mereka semakin jauh dari sumber gagasan
dan ide yang menjadi landasan pijak Muhammadiyah.
b.      Kehidupan rohani warga Muhammadiyah menampakkan gejala menurun akibat pengaruh
kehidupan duniawi.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terus berkembang dengan pesatnya. Banyak hal
yang baru bermunculan mencengangkan semua orang termasuk warga Muhammadiyah,
budaya asing masuk melalui sarana teknologi seperti media cetak ( koran dan majalah) dan
elektronik seperti film , radio ,dan televisi. Perkembangan hidup duniawi menjadi semakin
tak terkendali dan menanamkan pengaruh lebih dominan kepada masyarakat
Muhammadiyah.
c.       Makin kuatnya berbagai pengaruh alam pikiran luar , yang langsung atau tidak langsung
bersinggungan dengan faham dan keyakinan hidup Muhammadiyah
Dari perkembangan zaman maka pengaruh luar masuk berwujud seperti cara pikir,
sikap hidup dan falsafah asing. Disinilah letak pentingnya adanya rumusan resmi dari
Muhammadiyah yang dapat dijadikan pegangan bagi mereka agar tidak terombang-ambing
oleh keadaan.
d.      Dorongan disusunnya Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Ki Bagus Hadikusumo merupakan salah seorang yang terlibat langsung dalam
penyusunan UUD 1945 termasuk pembukaannya. Dari pengalaman itu beliau menyadari
pentingnya Pembukaan UUD. Namun betapa kagetnya beliau ketika menyadari
bahwa  Anggaran Dasar Muhammadiyah baru terdiri dari batang tubuh berupa pasal-pasal,
namun belum memiliki mukaddimah padahal di dalam mukaddimah itulah terdapat fondasi
atau roh muhammadiyah.
D.    Hakikat Dan Fungsi Mukadimah Anggaran Dasar  Muhammyadiah
1.      Hakekat Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah pada hakekatnya merupakan suatu
kesimpulan dari perintah dan ajaran Al-Quran dan As-Sunah tentang pengabdian dan
manusia kepada Allah SWT, amal dan perjuangan bagi setiap umat muslim yang sadar akan
kedudukannya selaku hamba dan Khalifah dimuka bumi.
2.      Fungsi Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah merupakan jiwa,nafas dan semangat
pengabdian dan perjuangan ke dalam tubuh dan segala gerak organisasinya, yang harus
dijadikan asas dan pusat tujuan perjuangan Muhammadiyah.

E. Keanggotaan Muhammadiyah

(1) Anggota Biasa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Warga Negara Indonesia beragama Islam


b. Laki-laki atau perempuan berumur 17 tahun atau sudah menikah
c. Menyetujui maksud dan tujuan Muhammadiyah
d. Bersedia mendukung dan melaksanakan usaha-usaha Muhammadiyah
e. Mendaftarkan diri dan membayar uang pangkal.

(2) Anggota Luar Biasa ialah seseorang bukan warga negara Indonesia, beragama Islam, setuju
dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah serta bersedia mendukung amal usahanya.

(3) Anggota Kehormatan ialah seseorang beragama Islam, berjasa terhadap Muhammadiyah dan
atau karena kewibawaan dan keahliannya diperlukan atau bersedia membantu Muhammadiyah.

(4) Tatacara menjadi anggota diatur sebagai berikut:

a. Anggota Biasa

1. Mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pimpinan Pusat dengan mengisi


formulir disertai kelengkapan syarat-syaratnya melalui Pimpinan Ranting atau Pimpinan
amal usaha di tempat yang belum ada Ranting, kemudian diteruskan kepada Pimpinan
Cabang.
2. Pimpinan Cabang meneruskan permintaan tersebut kepada Pimpinan Pusat dengan
disertai pertimbangan.
3. Pimpinan Cabang dapat memberi tanda anggota sementara kepada calon anggota,
sebelum yang bersangkutan menerima kartu tanda anggota dari Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. Bentuk tanda anggota sementara ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
4. Pimpinan Pusat memberi kartu tanda anggota Muhammadiyah kepada calon anggota
biasa yang telah disetujui melalui Pimpinan Cabang yang bersangkutan

b. Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan


Tata cara menjadi Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan diatur oleh Pimpinan
Pusat

(5) Pimpinan Pusat dapat melimpahkan wewenang penerimaan permintaan menjadi Anggota
Biasa dan memberikan kartu tanda anggota Muhammadiyah kepada Pimpinan Wilayah.
Pelimpahan wewenang tersebut dan ketentuan pelaksanaannya diatur dengan keputusan
Pimpinan Pusat.

(6) Hak Anggota

a. Anggota biasa:

1. Menyatakan pendapat di dalam maupun di luar permusyawaratan.


2. Memilih dan dipilih dalam permusyawaratan.

b. Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan mempunyai hak menyatakan pendapat.

(7) Kewajiban Anggota Biasa, Luar Biasa, dan Kehormatan:

a. Taat menjalankan ajaran Islam


b. Menjaga nama baik dan setia kepada Muhammadiyah serta perjuangannya
c. Berpegang teguh kepada Kepribadian serta Keyakinan dan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah
d. Taat pada peraturan Muhammadiyah, keputusan musyawarah, dan kebijakan Pimpinan
Pusat
e. Mendukung dan mengindahkan kepentingan Muhammadiyah serta melaksanakan
usahanya
f. Membayar iuran anggota
g. Membayar infaq

(8) Anggota Biasa, Luar Biasa, dan Kehormatan berhenti karena:

a. Meninggal dunia
b. Mengundurkan diri
c. Diberhentikan oleh Pimpinan Pusat

(9) Tata cara pemberhentian anggota.

a. Anggota Biasa:
1. Pimpinan Cabang mengusulkan pemberhentian anggota kepada Pimpinan Daerah
berdasarkan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.

2. Pimpinan Daerah meneruskan kepada Pimpinan Wilayah usulan pemberhentian


anggota dengan disertai pertimbangan.

3. Pimpinan Wilayah meneruskan atau tidak meneruskan usulan pemberhentian anggota


kepada Pimpinan Pusat setelah melakukan penelitian dan penilaian.

4. Pimpinan Wilayah dapat melakukan pemberhentian sementara (skorsing) yang berlaku


paling lama 6 (enam) bulan selama menunggu proses pemberhentian anggota dari
Pimpinan Pusat,

5. Pimpinan Pusat, setelah menerima usulan pemberhentian anggota, memutuskan


memberhentikan atau tidak memberhentikan paling lama 6 (enam) bulan sejak diusulkan
oleh Pimpinan Wilayah.

6. Anggota yang diusulkan pemberhentian keanggotaannya, selama proses pengusulan


berlangsung, dapat mengajukan keberatan kepada Pimpinan Cabang, Pimpinan Daerah,
Pimpinan Wilayah, dan Pimpinan Pusat. Setelah keputusan pemberhentian dikeluarkan,
yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan kepada Pimpinan Pusat.

7. Pimpinan Pusat membentuk tim yang diserahi tugas mempelajari keberatan yang
diajukan oleh anggota yang diberhentikan. Pimpinan Pusat menetapkan keputusan akhir
setelah mendengar pertimbangan tim.

8. Keputusan pemberhentian anggota diumumkan dalam Berita Resmi Muhammadiyah.

b. Anggota Luar Biasa dan Kehormatan diberhentikan atas keputusan Pimpinan Pusat.

F. Keorganisasian Muhammadiyah

Struktur Organisasi Muhammadiyah


            Perkembangan organisasi gerakan Islam di Indonesia tumbuh dan berkembang
sejak dari negeri ini belum mencapai kemerdekaan secara fisik sampai pada masa
reformasi sekarang ini.Perkembangannya, bahkan, kian pesat dengan dilakukannya
tajdid (pembaharuan) di masing-masing gerakan Islam tersebut.Salah satu organisasi
gerakan Islam itu adalah Muhammadiyah.Muhammadiyah adalah sebuah organisasi
Islam yang besar di Indonesia. Bahkan merupakan gerakan kemanusiaan terbesar di
dunia di luar gerakan kemanusiaan yang dilaksanakan oleh gereja, sebagaimana
disinyalir oleh seorang James L. Peacock . Di sebahagian negara di dunia,
Muhammadiyah memiliki kantor cabang internasional (PCIM) seperti PCIM Kairo-Mesir,
PCIM Republik Islam Iran, PCIM Khartoum–Sudan, PCIM Belanda, PCIM Jerman,
PCIM Inggris, PCIM Libya, PCIM Kuala Lumpur, PCIM Perancis, PCIM Amerika
Serikat, dan PCIM Jepang. PCIM-PCIM tersebut didirikan dengan berdasarkan pada
SK PP Muhammadiyah . Di tanah air, Muhammadiyah tidak hanya berada di kota-kota
besar, tapi telah merambah sampai ke tingkat kecamatan di seluruh Indonesia, dari
mulai tingkat pusat sampai ke tingkat ranting.

            Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, yang berarti
bahwa Warga Muhammadiyah menjadikan segala bentuk tindakan, pemikiran dan
prilakunya didasarkan pada sosok seorang Rasulullah, Nabi Muhammad SAW. Nabi
dijadikannya model (uswah al hasanah), yang sebenarnya tidak hanya bagi warga
Muhammadiyah tetapi juga seluruh umat Islam bahkan bagi warga non-muslim—kaum
yang tidak mempercayainya sebagai rasul—sekalipun. 

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam memiliki cita-cita ideal yang dengan sungguh-
sungguh ingin diraih, yaitu mewujudkan “masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya”.Dengan cita-cita yang ingin diwujudkan itu, Muhammadiyah memiliki arah
yang jelas dalam gerakannya, sebagaimana dikemukakan oleh DR. Haedar Nashir .

Organisasi Islam Muhammadiyah  tumbuh makin dewasa bersama organisasi Islam


besar lainnya sekelas Nahdlatul Ulama (NU), merambah ke segala bentuk kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tetap mengedepankan kepentingan umat dari
segi sosial-budaya, ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Namun demikian,
Muhammadiyah tetap selalu melakukan tajdid dalam aspek ruh al Islam (jiwa
keislamannya).

Kantor pengurus pusat Muhammadiyah awalnya berada di Yogyakarta. Namun


pada tahun 1970, komite-komite pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan kesejahteraan
bewa3srpindah ke kantor di ibukota Jakarta.
Struktur Pimpinan Pusat Muhammadiyah terdiri dari lima orang Penasehat,
seorang Ketua Umum yang dibantu tujuh orang Ketua lainnya, seorang Sekretaris
Umum dengan dua anggota, seorang Bendahara Umum dengan seorang anggotanya.

Daftar Pimpinan Muhammadiyah Indonesia sejak berdirinya sampai sekarang,


yang dapat penulis susun adalah:
• KH Ahmad Dahlan 1912-1922
• KH Ibrahim 1923-1934
• KH Hisyam 1935 - 1936
• KH Mas Mansur 1937 - 1941
• Ki Bagus Hadikusuma 1942 - 1953
• Buya AR Sutan Mansur 1956
• H.M. Yunus Anis 1959
• KH. Ahmad Badawi 1962 - 1965
• KH.Faqih Usman 1968
• KH.AR Fachruddin 1971 - 1985
• KHA. Azhar Basyir, M.A. 1990
• Prof. Dr. H. M. Amien Rais 1995
• Prof. Dr. H.A. Syafii Ma'arif 1998 - 2005
• Prof. Dr. HM Din Syamsuddin 2005 – 2010
Muhammadiyah sebagai  organisasi yang memiliki cita-cita ideal yaitu
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Hal itu sesuai dengan apa
yang termaktub dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah, Pasal 6 Maksud dan Tujuan:
"Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama
Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya". Dengan cita-cita
yang ingin diwujudkan itu, Muhammadiyah memiliki arah yang jelas dalam gerakannya
(yakni dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatannya).
Untuk mewujudakn cita – cita tersebut, Muhammadiyah membentuk majelis –
majelis, lembaga – lembaga dan beberapa ortom – ortom Muhammadiyah, agar dapat
melaksanakan Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam
usaha di segala bidang kehidupan.

    Majelis dan Lembaga Muhammadiyah


1.       Pengertian Majelis dan Lembaga
Setelah Muktamar Muhammadiyah ke-43 di Aceh tahun 1995, terjadi perubahan beberapa
majelis menjadi lembaga. Kemudian hasil muktamar tersebut mengalami proses
pembahasan lebih lanjut di muktamar berikutnya. Sampai muktamar ke-45 di Malang pada
tanggal 3-8 Juli 2005 menghasilkan keputusan terbaru.Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga yang telah ditanfidzkan mencantumkan perbedaan majelis dan lembaga
Muhammadiyah. Adapun masing-masing pengertiannya sebagai berikut:

A.     Majelis
Pengertian majelis telah diatur dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah, Bab VII Unsur
Pembantu Pimpinan, Pasal 20 ayat 2.Majelis adalah unsur pembantu pimpinan yang
menjalankan sebagian tugas pokok Muhammadiyah.
B.      Lembaga
Pengertian lembaga telah diatur dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah, Bab VII
Unsur Pembantu Pimpinan, Pasal 20 ayat 3.Lembaga adalah unsur pembantu
pimpinan yang menjalankan sebagian tugas pendukung Muhammadiyah.
2.       Macam-Macam Majelis dan Lembaga
Dari Muktamar Muhammadiyah ke-43 di Aceh pembentukan majelis dan lembaga terus
berkembang.
a. Macam-Macam Majelis:
1) Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus
Tugas pokok majelis ini adalah memimpin pelaksanaan dakwah Islamiyah di bidang
tabligh secara terencana dan dalam program yang jelas, sedangkan dakwah khusus
maksudnya adalah berdakwah di tempat-tempat terpencil dan memerlukan stratefi
khusus.
Langkah-langkah upaya revitalisasi fungsi tabligh (pendidikan Muhammadiyah antara
lain sebagai berikut:
  Percepatan penelitian dakwah untuk menyusun data base dan peta dakwah.
  Mengatasi kekurangan mubaligh dengan cara:
(a) penggalakan pelatihan mubaligh, dan
(b) meningkatkan kualitas anggota.
  Pelatihan peningkatan kualitas mubaligh, refresing dan up garding berkelanjutan.
  Memfungsikan amal usaha Muhammadiyah sebagai sarana dan media dakwah.
  Menciptakan sumber-sumber dana.
  Membangun jaringan mubaligh dengan penerbitan berkala.
  Melengkapi sarana dan prasarana yang memadai secara bertahap.
  Melakukan pelatihan keorganisasian, administrasi kepemimpinan, dan manajemen
dakwah.
2) Majelis Tarjih dan Tajdid.
Tugas pokoknya:
  Mempergiat dan memperdalam pengkajian ajaran Islam untuk mendapatkan kemurnian
dan kebenarannya.
  Menyampaikan fatwa dan pertimbangan kepada pimpinan persyarikatan guna
penentuan kebijaksanaan dalam menjalankan kepemimpinan serta membina umat,
khususnya anggota dan keluarga Muhammadiyah.
  Mendampingi dan membantu pimpinan persyarikatan dalam membimbing anggota
melaksanakan ajaran Islam.
  Membantu pimpinan persyarikatan dalam mempersiapkan dan meningkatkan kualitas
ulama.
  Mengarahkan perbedaan pendapat/paham dalam bidang keagamaan ke arah yang lebih
maslahat.
3) Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan
Majelis ini bertugas:
  Memajukan dan memperbarui pendidikan tinggi, mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta mempergiat penelitian sesuai ajaran Islam.
  Meningkatkan dan membuat standardisasi kesejahteraan pengelola perguruan tinggi.
  Merealisasikan perguruan tinggi sebagai sarana dakwah dan pengkaderan.
4) Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
Tugas pokoknya adalah:
  Memajukan dan memperbarui pendidikan dasar dan menengah.
  Merealisasikan amal usaha pendidikan sebagai sarana dakwah dan pengkaderan.
  Mengusahakan peningkatan dan standardisasi kesejahteraan pengelola amal usaha
pendidikan dasar dan menengah.
5) Majelis Pengembangan Kader dan Sumber Daya Insani
Tugas pokoknya adalah:
  Mengembangkan sistem dan melaksanakan perkaderan di semua tingkatan.
  Membina dan menggerakkan angkatan muda Muhammadiyah sehingga menjadi muslim
yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
  Mengkoordinasi transformasi kader baik intern dan ekstern.
  Mengembangkan data base kader sesuai dengan keahliannya.
6) Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat
Tugas pokoknya :
  Menggerakkan dan menghidupkan amal, tolong menolong dalam kebajikan, taqwa
dalam bidang kesehatan, sosial, masyarakat dan keluarga sejahtera.
  Mengembangkan amal usaha dalam bidang kesehatan, sosial dan masyarakat.
  Merealisasikan amal usaha sebagai sarana dakwah dan pengkaderan.
7) Majelis Wakaf dan Zakat, Infaq dan Shadaqah
Tugas pokoknya :
  Menggembirakan dan membimbing masyarakat untuk berwakaf, membangun dan
memelihara tempat ibadah.
  Membimbing masyarakat dalam menunaikan zakat, infaq, shadaqah, hibah dan wakaf.
  Membuat tuntunan dan mengkoordinasikan pelaksanaan pemanfaatan hibah dan wakaf
tidak bergerak.
8) Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
Tugas pokoknya adalah membimbing masyarakat ke arah kehidupan dan penghidupan
ekonomi sesuai dengan ajaran Islam dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya.
b. Macam-macam Lembaga :
  Lembaga Hikmah dan Hubungan Luar Negeri
  Lembaga Pemberdayaan Supremasi Hukum dan Hak Asasi Manusia
  Lembaga Pengembangan Tenaga Profesi
  Lembaga Seni Budaya
  Lembaga Pemberdayaan Buruh, Tani dan Nelayan
  Lembaga Studi dan Pemberdayaan Lingkungan Hidup
  Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah
  Lembaga Pustaka dan Informasi
  Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan
Adapun fungsi dari lembaga - lembaga diatas yaitu sebagai unsur pembantu pimpinan
yang menjalankan tugas pendukung persyarikatan, sesuai Anggaran Rumah Tangga
Muhammadiyah pasal 19 ayat 1 menerangkan sebagai berikut:
  Lembaga bertugas melaksanakan program dan kegiatan pendukung yang bersifat
khusus.
  Lembaga dibentuk oleh pimpinan pusat di tingkat pusat.
  Pimpinan wilayah dan pimpinan daerah apabila dipandang perlu, dapat membentuk
lembaga tertentu di tingkat masing-masing dengan persetujuan pimpinanm
Muhammadiyah di atasnya.
Sebagai contohnya, Fungsi Lembaga Pustaka dan Informasi, dasar dan tugas
pokoknya melaksanakan dakwah Islam di bidang kepustakaan, yaitu
Menyelenggarakan fasilitas perpustakaan, penerbitan, publikasi, dokumentasi, dan
sejarah di kalangan masyarakat, khususnya anggota dan pimpinan persyarikatan.
     Ortom – Ortom Muhammadiyah
Pengertian Oranisasi Otonom
 

Ortom Muhammadiyah ialah organisasi atau badan yang dibentuk oleh Persyarikatan
Muhammadiyah yang dengan bimbingan dan pengawasannya diberi hak dan kewajiban
untuk mengatur rumah tangga sendiri, membina warga Persyarikatan Muhammadiyah
tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu pula dalam rangka mencapai maksud dan tujuan
Persyarikatan Muhammadiyah.
 Struktur dan Kedudukan
Organisasi Otonom Muhammadiyah sebagai badan yang mempunyai otonomi dalam
mengatur rumah tangga sendiri mempunyai jaringan struktur sebagaimana halnya dengan
Muhammadiyah, mulai dari tingkat pusat, tingkat propinsi, tingkat kabupaten, tingkat keca-
matan, tingkat desa, dan kelompok-kelompok atau jama’ah-jama’ah.
Tujuan Pembentukan Organisasi Otonom
  Efisiensi dan efektifitas Persyarikatan Muhammadiyah.
  Pengembangan Persyarikatan Muhammadiyah.
  Dinamika persyarikatan Muhammadiyah.Kaderisasi Persyarikatan Muhammadiyah.
Hak dan Kewajiban
Dalam kedudukannya sebagai organisasi otonom yang mempunyai kewenangan
mengatur rumah tangga sendiri, Organisasi Otonom Muhammadiyah mempunyai hak dan
kewajiban dalam Persyarikatan Muhammadiyah.

a.  Kewajiban Organisasi Otonom


  Melaksanakan Keputusan Persyarikatan Muhammadiyah.
   Menjaga nama baik Persyarikatan Muhammadiyah.
   Membina anggota-anggotanya menjadi warga dan anggota Persyarikatan Muhammadiyah
yang baik.
   Membina hubungan dan kerjasama yang baik dengan sesama organisasi otonom.
   Melaporkan kegiatan-kegiatannya kepada Pim-pinan Persyarikatan Muhammadiyah.
   Menyalurkan anggota-anggotanya dalam kegiatan gerak dan amal usaha Persyarikatan
Muham-madiyah sesuai dengan bakat, minat dan kemam-puannya
b.  Hak yang Dimiliki oleh Organisasi Otonom Muhammadiyah :
  Mengelola urusan kepentingan, aktivitas, dan amal usaha yang dilakukan organisasi
otonomnya.
   Berhubungan dengan organisasi/Badan lain di luar Persyarikatan Muhammadiyah.
   Memberi saran kepada Persyarikatan Muham-madiyah baik diminta atau atas kemauan
sendiri.
  Mengusahakan dan mengelola keuangan sendiri.
Organisasi otonom dalam Persyarikatan Muham-madiyah mempunyai karakteristik dan
spesifikasi bidang tertentu. Adapun Organisasi otonom dalam Persya-
rikatanMuhammadiyah yang sudah ada ialah sebagai berikut :
1.  Aisyiyah (bergerak di kalangan wanita dan ibu-ibu)
Tugas dan peran ‘Aisyiah adalah sebagai berikut;
  Membimbing kaum wanita kearah kesadaran beragama dan berorganisasi. 
   Menghimpun anggota-anggota Muhammadiyah wanita, menyalurkan serta menggembirakan
amalan-amalannya

2.  Pemuda Muhammadiyah
  Tugas dan perannya
  Menanamkan kesadaran dan pentingnya peranan putra putri Muhammdiyah sebagi
pelangsung gerakan Muhammdiyah serta kesadaran organisasi.
  Mendorong terbentuknya organisasi/gerakan pemuda sebagai tempat bagi putra putri
muammdiyah yang berdiri dalam pengayoaman muhammdiyah yag berbentuk pengkhusan.
(pemuda,pelajar,mahasiswa, olah raga , kebudayaan,dan sebagainya.)
  memberi bantuan bimbingan dan pengayoman kepada oraganisasi-organisasi tersebut serta
menjadi penghubung aktif timbal balik.
3.    Nasyiatul ‘Aisyiyah
Naisyiatul ‘Aisyiyah adalah Organisas Otonom dan kader Muhammadiyah, yang
merupakan gerakan putri Islam, bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan dan
keputria. Maksud gerakan putri islam adalah mengerakkan putrid-putri islam untuk
memahami dan mengamalkan ajaran islam, serta megajak dan mengarahkan orang lain
sesuai dengan tuntunan al-qur’an dan sunah, menuju terbentuknya putrid islam yang
berahklak mulia.
4.   Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
      Peresmian berdirinya IMM resepsinya di adakn di gedung Dinoto Yogyakarta dengan
diadakan penandatanganan”lima Penegasan IMM” oleh KH Ahmad Badawi yang berbunyi:
  Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan mahasiswa islam. 
   Menegaskan bahwa kepribadian muhammadiyah adalah landasan perjuangan IMM
   Fungsi IMM adalah organisasi mahasiswa yang sah dengan mengindahkan segala hukum,
undang-undang, peraturan.
  Ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah.
  Amal IMM adalah lillahi ta’la dan senantiasa diabdikan untuk kepentingan rakyat    

5.    Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Definisi Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah gerakan Islam amar ma’ruf nahi munkar
di kalangan pelajar yang ditujukan kepada dua bidang :
1)      Kepada perorangan yang terbagi kepada dua golongan :
  Kepada yang telah Islam, bersifat pembaharuan (tajdid) berdasarkan pada nilai-nilai ajaran
Islam.
   Kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk mengikuti nilai-nilai ajaran
Islam.

2)      Kepada masyarakat, bersifat perbaikan, bimbingan, dan peringatan. 


Kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan bermusyawarah atas dasar taqwa dan
mengharap keridhaan Allah semata. Dengan ini diharapkan dapat membentuk pelajar
muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya di kalangan pelajar.
6.       Tapak Suci
Tujuan organisasi ini adalah mendidik serta membina ketangkasan dan keterampilan pencak
silat sebagai seni beladiri Indonesia, memelihara kemurnian pencak silat sebagai seni beladiri
Indonesia yang sesuai dan tidak menyimpang dari ajaran Islam sebagai budaya bangsa yang
luhur dan bermoral, serta mendidik dan membina anggota untuk menjadi kader Muhammadiyah.
Melalui seni beladiri, tapak suci mengamalkan dakwah amar ma'ruf nahi munkar dalam usaha
mempertinggi ketahanan nasional.
7.      Hizbul Wathon
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan berasaskan Islam. Sedangkan maksud dan tujuannya
adalah menyiapkan dan membina anak, remaja, dann pemuda menjadi manumur muslim yang
sebenar-benarnya dan siap menjadi kader Persyarikatan, Umat, dan Bangsa.Kepanduan Hizbul
Wathan adalah sistem pendidikan di luar keluarga dan sekolah untuk anak, remaja dan
pemuda.Dilakukan di alam terbuka dengan metode yang menarik, menyenangkan dan
menantang, dalam rangka membentuk warga negara yang berguna dan mandiri.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah Kepanduan Islami, artinya dalam upaya
menanamkan aqidah Islamiyah dan membentuk akhlaq mulia kepada peserta didik dilakukan
dengan metode kepanduan.

G. Anggaran Rumah Tangga

Pasal 39 anggaran rumah tangga

1.      Anggaran Rumah Tangga menjelaskan dan mengatur hal-hal yang tidak diatur
dalam Anggaran Dasar.

2.      Anggaran Rumah Tangga dibuat oleh pimpinan pusat berdasarkan Anggaran dasar
dan disahkan oleh Tanwir.

3.      Dalam keadaan yang sangat memerlukan perubahan, pimpinan pusat dapat


mengubah Anggaran Rumah Tangga dan berlaku sampai disahkan oleh Tanwir.

Pasal 41 Perubahan Anggaran Dasar

1.      Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Muktamar.

2.      Rencana perubahan Anggaran Dasar diusulkan oleh Tanwir dan harus sudah
tercantum dalam acara Muktamar.

3.      Perubahan Anggaran dinyatakan sah apabila diputuskan oleh sekurang-kurangnya


dua pertiga dari jumlah anggota Muktamar yang hadir.

Pasal Tentang Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah


Pasal 1 Kedudukan

1.      Muhammadiyah berkedudukan ditempat didirikannya, yaitu yogyakarta.

2.      Pimpinan pusat sebagai himoinan tertinggi memimpin muhammadiyah secara


keseluruhan dan menyelenggarakan aktivitasnya di dua kantor, Yogyakarta.

Pasal 2 Lambang dan bendera

1.      Lambang Muhammadiyah dalam anggaran dasar pasal 5

2.      Bendera Muhammadiyah berbentuk persegi panjang berukuran 2 berbanding 3


bergambar lambang muhammadiyah ditengah dan tulisan muhammadiyah dibawahnya,
berwarna dasar hijau denagn tulisan dan gambar berwarna putih.

Pasal 3 usaha

Usaha muhammadiyah yang diwujudkan dalam bentuk amal usaha dan kegiatan
meliputi :

1.      Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pengalaman serta


menyebar luaskan ajaran islam dalam berbagai aspek kehidupan .

2.      Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran islam dalam berbagai aspek


kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya.

3.      Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infaq, wakaf, sadaqah, dan amal
shalih lainnya.

Pasal 4 keanggotaan

1.      Anggota  biasa harus memenuhi pesyaratan sebagai berikut:

A.    Warga negara Indonesia beragama islam

B.     Laki-laki atau perempuan berumur 17 tahun atau sudah menikah

C.     Menyetujui maksud dan tujuan muhammadiyah

D.    Bersedia mendukung dan melakukan usaha-usaha muhammadiyah

E.     Mendaftarkan diri dan membayar uang pangkal

2.      Anggota luar biasa ialah seorang yang bukan warga negara Indonesia, beragama
islam, setuju dengan maksud tujuan muhammadiyah serta bersedia mendukung amal
usahanya.

3.      Anggota kehormatan
4.      Tatacara menjadi anggota diatur sebagai berikut :

A.    Anggota Biasa

1.      Mengisi formulir dan mengisi persyaratannya

2.  Pimpinan cabang meneruskan permintaan tersebut kepada pimpinan pusat denagn


disertai pertimbangan

3.      Diberi kartu tanda anggota

B.     Anggota Luar biasa dan anggota kehormatan tatacaranya diatur oleh pimpinan pusat

5.   Pimpinan pusat dapat melimpahkan wewenang penerimaan permintaan menjadi


anggota biasa dan memberikan kartu tanda anggota muhammadiyah pada pimpinan
wilayah

6.      Hak anggota

7.      Kewajiban anggota biasa, luar biasa dan kehormatan

8.      Anggota biasa, luar biasa dan kehormatan berhenti karena hal-hal tertentu

9.      Tata cara pemberhentian anggota

Pasal 5 ranting

Ranting adalah kesatuan anggota disuatu tempat atau kawasan yang terdiri atas sekurang-
kurangnya 15 orang yang berfungsi melakukan pembinaan dan pemberdayaan anggota

Pasal 6 cabang

            Cabang adalah kesatuan ranting disuatu tempat yang terdiri atas sekurang-kurangnya 3
ranting.

Pasal 7 daerah

            Daerah adalah kesatuan cabang dikabupaten atau kota ayng terdiri atas sekurang-
kurangnya 3 cabang.

Pasal 8 Wilayah

            Wilayah adalah kesatuan daerah provinsi yang terdiri atas sekurang-kurangnya 3 daerah.

Pasal 9 Pusat
            Pusat adalah kesatuan wilayah dalam negara republik Indonesia

Pasal 10 pemimpin pusat

Pimpinan pusat bertugas :

v  Menetapkan kebijakan Muhammadiyah berdasarkan keputusan Muktamar dan Tanwir,


serta memimpin dan mengendalikan pelaksaannya.

v  Membuat pedoman kerja dan pembagian wewenang bagi para anggotanya.

v  Membimbing dan meningkatkan amal usaha serta kegiatan wilayah,

v  Membina, membimbing, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan kegiatan unsur


pembantu pimpinan dan organisasi otonom tingkat pusat.

Anggota pimpinan pusat dapat terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Anggota pimpinan pusat harus berdomisili di kota tempat kantor pimpinan pusat atau di
sekitarnya.

Pasal 11 : Pimpinan Wilayah

Pimpinan wilayah bertugas menetapkan kebijakan Muhammadiyah dalam wilayahnya


berdasarkan kebijakan pimpinan pusat, keputusan Musyawarah wilayah, Musyawarah
pimpinan tingkat wilayah, dan rapat pimpinan tingkat wilayah.

Pimpinan wilayah berkantor di ibu kota propinsi.

Anggota pimpinan wilayah dapat terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Anggota pimpinan wilayah harus berdomisili di kota tempat kantor pimpinan wilayah
atau disekitarnya.

Pasal 12 pimpinan daerah

Pimpinan daerah berkantor di ibu kota kabupaten/kota.

Anggota pimpinan daerah dapat terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Anggota pimpinan daerah harus berdomisili di kabupaten/ kotanya.

Pasal 13 pimpinan cabang

Anggota pimpinan cabang dapat terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Anggota pimpinan cabang harus berdomisi dicabangnya.


Pimpinan cabang menunjuk salah seorang wakil ketua pimpinan cabangnya tidak dapat
menunaikan tuagsnya sebagai anggota musyawarah pimpinan tingkat daerah.

Pasal 14 pimpinan ranting

Anggota pimpinan ranting terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Anggota pimpinan cabang harus berdomisili di rantingnya.

Pasal 15 pemilihan pimpinan

Pasal 16 Masa jabatan pimpinan

Pasal 17 ketentuan luar biasa

Pasal 18 penasehat

Pasal 19 Unsur pembantu pimpinan

Pasal 20 Organisasi otonom

Pasal 21 muktamar

Pasal 22 mukramar luar biasa

Pasal 23 tanwir

Pasal 24 musyawarah wilayah

Pasal 25 musyawarah daerah

Pasal 26 musyawarah cabang

Pasal 27 musyawarah ranting

Pasal 28 musyawarah pimpinan

Pasal 29 keabsahan musyawarah

Pasal 30 keputusan musyawarah

Pasal 31 kepemimpinan

Pasal 32 rapat kerja pimpinan

Pasal 33 rapat kerja unsur pembantu pimpinan

Pasal 34 pengelolahan keuangan dan kekayaan


Pasal 35 pengawasan keuangan dan kekayaan

Pasal 36 laporan

Pasal 37 ketentuan lain-lain

Pasal 38 penutup
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah didirikan tahun oleh ketua pengurus besar
Muhammadiyah 1942 sampai 1953 yaitu Ki Bagus H Hadikusuma dengan bantuan
beberapa sahabatnya.

2.      Latarbelakang didirikanya Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah yaitu adanya


kekeburan dalam Muhammadiyah sebagai akibat dari proses kehidupnya sesudah lebih dari
30 tahun yang ditandai oleh:
a.       Terdesaknya pertumbuhan dan perkembangan jiwa/roh Muhammadiyah oleh
perkembangan lahiriah
b.      Masuknya pengaruh dari luar yang tidak seuai yang sudah menjadi lebih kuat
DAFTAR PUSTAKA

Mustafa, Kamal Pasha. 2000. Muhammadiyah sebagai Gerakan islam. PT.


Persatuan.    Yoyakarta
www.google.anggarandasarmuhammadiyah.com
http://ukhtyan.blogspot.com/2013/09/mukadimah-anggaran-dasar-muhammadiyah.html
Http :// ukhtyan. Blogspot.com/2013/09/Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.html

Amini Rahmanur, dkk, Kemuhammadiyahan, 2014. Umsu press. Medan

Hidayat Samsul, dkk, Studi Kemuhammadiyahan,2009. Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar (LPID),
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Edi Sarwo, dkk, Konstitusi dan pedoman bermuhammadiyah, 1427 hijriyah.Umsu. Medan

Anda mungkin juga menyukai