Anda di halaman 1dari 1

Nama : Jessy Novrianti

Kelas : XI-TKJ 2

“PELITA SAHABAT DI ATAS AWAN”

Berbicara soal awan, pasti tak lepas dengan namanya langit. Ya pastilah, awankan adanya di
langit. Namun, cerita ini bukan tentang awan, tetapi kisahku yang layaknya seperti awan di
langit.
“Lukisan besok dikumpul, sekarang kalian boleh pulang” intruksi guru kami disambut riuh seisi
kelas. “Yeay pulang cepat” teriak seorang temanku dengan nada gembira. Aku sih bodo amat,
pulang cepat atau lama sama aja. “Jay, entar sore aku main ke rumahmu yah” tanya Acha. Aku
hanya mengangguk dan meninggalkan kelas menuju ke gerbang.
Oh iya, nama aku Yahya Wijaya, sering dipanggil jay. Yang tadi namanya Acha sefrian, teman
aku sejak kecil. “Jay, hidup ini sulit yah, lebih sulit dari matematika, lebih rumit dari fisika”
pecah acha memulai obrolan yang sedari tadi sudah datang ke rumahku.
“Entahlah cha, saat itu aku lagi proses mengubah hidupku semudah membalikkan telapak
tangan” jawabku dengan helaan nafas panjang. “Cha, kita kan udah lama sahabatan, kalau ada
masalah atau problem hidup kamu. Aku siap dengarin” sambungku. “Iya Ja, aku tau kok, sejauh
ini semuanya baik-baik aja, selagi satria baja hitamku ada di sampingku” jawabnya dengan
senyuman lebar.
“Maksudnya satria baja hitamnya aku Cha” tanyaku penasaran.
“Ha? Pd banget lah kau Ja” jawabnya meninggalkanku di kamar sendiri. Dari luar acha berteriak
“satria baja hitam itu kamu Ja, pelindungku selama ini” teriaknya berlari. Aku hanya
memandangi kelakuan acha dengan senyuman lebar. Tapi, “Cha, awassssss!!!” Teriakku.
Seketika itu dengan mata kepalaku sendiri kusaksikan sahabatku tertabrak, tergeletak di jalan
dengan lumuran darah tak berdaya.
Sontak aku berlari mendekatinya dan memeluknya. “Cha, bertahan” kataku dengan linangan air
mata.
“Ja, aku sayang sama kamu. Kamu sahabat terbaik aku. Lihatlah awan di atas sana, putih ketika
cerah pertanda aku bahagia bersamamu. Ketika awan hitam, bukan karena aku sedih melainkan
aku hendak membasahimu dengan guyuran hujan indahku” kata acha dengan suara terbata-bata
dengan desahan panjang terakhir itu menandakan acha telah meninggalkanku selamanya.
Acha, kata-kata sahabatku terakhir itu kan kuingat selalu kan kujadikan semuanya sebagai Pelita
kehidupanku

Anda mungkin juga menyukai