Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RADANG


PANGGUL”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

1. Dian Andriani 1932311006


2. Audya Febriani 1932311012
3. Adila Indah Kirana 1932311022
4. Siti Haniva Destriani 1932311028
5. Putri Exa Lorenza 1932311034

S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

Jl. R. Syamsudin, S.H, No.50 Tlp. (0266) 218345 Fax: (0266) 218342 Sukabumi
43113
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat kesehatan yang

diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini bertujuan untuk memenuhi

salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II “Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Radang Panggul”. Tak lupa sholawat serta salah tetap kami curahkan kepada

junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam

kebodohan menuju alam yang penuh barakah.

Kami sadar bahwa tugas ini masih belum sempurna dan masih banyak

kekurangan dalam penyusunan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang

dapat membangun dari para pembaca agar makalah ini dapat lebih baik dari

sebelumnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Semoga

penugasan ini dapat membawa manfaat bagi kita semua. Aamiin ya Rabbal’alamin.

Sukabumi, April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 7
C. Tujuan .................................................................................................................. 7

BAB II LANDASSASN TEORI


A. Definsi ................................................................................................................. 8
B. Etiologi ................................................................................................................ 9
C. Jenis-jenis PID ..................................................................................................... 9
D. Klasifikasi PID ....................................................................................................10
E. Faktor resiko........................................................................................................10
F. Patofisiologi.........................................................................................................11
G. Tanda dan gejala .................................................................................................14
H. Pencegahan .........................................................................................................16

BAB III PEMBAHASAN


A. Asuhan keperawatan ...........................................................................................18
1. Pengkajian ......................................................................................................18
2. Diagnosa keperawatan.....................................................................................22
3. Intervensi ........................................................................................................22
4. Implementasi ...................................................................................................26
5. Evaluasi ..........................................................................................................27

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................................28
B. Saran ...................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................30

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital

yang telah menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat

reproduksi wanita seperti rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang

amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan jiwa.

Infeksi tersebut juga sangat umum. Satu dari 7 wanita Amerika telah menjalani

perawatan karena infeksi ini dan kurang lebih satu juta kasus baru terjadi setiap

tahun, demikian menurut Gay Benrubi, M.D., profesor pada Division of

Gynegology Oncology, University of Florida di Jacksonville.

Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan

untuk memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada pula

kekhawatiran lainnya: Serangan infeksi ini diketahui sangat meningkatkan

resiko seorang wanita untuk menjadi mandul. Ketika bakteri-bakteri yang

menyerang menembus tuba falopi, mereka dapat menimbulkan luka di

sepanjang lapisan dalam yang lunak, menyebabkan sukarnya (atau tidak

memungkinkannya) sebuah telur masuk ke dalam rahim, demikian Dr. Benrubi

menerangkan. Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan sukarnya sperma

yang sedang bergerak melakukan kontak dengan sel telur yang turun.

4
Akibatnya adalah perkiraan yang mengkhawatirkan berikut ini: Setelah satu

episode infeksi ini, resiko seorang wanita untuk menjadi mandul adalah 10%.

PID (pelvic inflammatory disease) atau penyakit radang panggul adalah

infeksi dan radang pada saluran genitalia bagian atas (uterus, tuba falopi,

ovarium, dan struktur-struktur sekitar panggul). Infeksi dan inflamasi dapat

menyebar ke abdomen (peritonitis) termasuk struktur perihepatik

(perihepatitis/Sindrom Fitz-Hugh – Curtis). Perempuan yang memiliki risiko

tinggi terkena PID adalah perempuan muda usia reproduktif (khususnya di

bawah 25 tahun) yang memiliki partner seksual lebih dari satu, melakukan

hubungan seksual yang tidak aman (tidak menggunakan kontrasepsi), dan

tinggal di area dengan prevalensi infeksi menular seksual (IMS) yang tinggi.

Gambar 1.1 Pelvic inflammatory desease

PID biasanya diawali dengan infeksi di vagina dan serviks yang

kemudian naik ke saluran genitalia bagian atas. Chlamydia trachomatis dan

Neisseria gonorrhoeae gonorrhoeae adalah dua bakteri penyebab penyakit

5
menular seksual yang paling sering berkaitan dengan PID. Selain kedua bakteri

tersebut, bakteri yang juga dapat berperan pada patogenesis PID adalah flora

vaginalis seperti Gardnerella vaginalis, Haemophilus influenzae, dan bakteri

anaerob. Namun, tidak hanya bakteri, beberapa kasus PID juga berkaitan

dengan infeksi virus yakni CMV dan HSV-2. Sebanyak 30-40% kasus PID

adalah kasus polimikrobial. Oleh karena itu, terapi dengan antibiotik spektrum

luas dibutuhkan untuk mengobati PID.

Diagnosis PID umumnya ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan

temuan klinis. Namun, tanda dan gejala klinis PID sebetulnya sangat beragam.

Beberapa pasien tidak atau sedikit sekali menunjukkan gejala sementara

beberapa pasien lainnya menunjukan gejala akut yang cukup serius. Keluhan

tersering yang biasanya dialami oleh pasien pasien adalah nyeri perut bagian

bawah dan keputihan keputihan yang abnormal. PID dapat menyebabkan

komplikasi jangka panjang seperti infertilitas, kehamilan ektopik, dan

nyeri pelvis kronik.

Kekhawatiran besar lainnya mengenai infeksi ini adalah bahwa

gangguan medis ini dapat meningkatkan resiko seorang wanita mengalami

kehamilan di luar kandungan sebesar enam kali lipat. Alasannya: karena tuba

falopi sering mendapatkan parut (bekas luka) yang timbul karena infeksi ini,

telur yang turun mungkin akan macet dan hanya tertanam di dinding tuba.

Kurang lebih 30.000 kehamilan di luar kandungan per tahun dapat dipastikan

disebabkan oleh infeksi seperti ini, demikian kata Dr. Benrubi. Itu masalah

yang serius: Kehamilan di luar kandungan, demikian katanya, "dewasa ini

6
menjadi penyebab kematian ibu dengan prosentase sebesar 15% dan dengan

segera akan menjadi penyebab kematian ibu yang paling sering terjadi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian penyakit infeksi panggul ?

2. Bagaimana Etiologi penyakit infeksi panggul ?

3. Apa Faktor risiko penyakit infeksi panggul ?

4. Bagaimana Patofisiologi penyakit infeksi panggul ?

5. Apa Tanda dan gejala penyakit infeksi panggul ?

6. Bagaimana Asuhan Keperawatan infeksi pada panggul ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit infeksi panggul

2. Untuk mengetahui etiologi penyakit infeksi panggul

3. Untuk mengetahui faktor risiko dari penyakit infeksi panggul

4. Untuk mengetahui proses perjalanan penyakit infeksi panggul

5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari penyakit infeksi panggul

6. Untuk mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi panggul

7
BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEFINISI

Penyakit radang panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah

infeksi pada alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium,

tuba fallopi, ovarium, myometrium, parametria, dan peritoneum panggul. PID

adalah infeksi yang paling penting dan merupakan komplikasi infeksi menular

seksual yang paling biasa. (Sarwono, 2011; h. 227)

Menurut (Yani, 2009; h. 45) Pelvic Inflammatory Disease adalah suatu

kumpulan radang pada saluran genital bagian atas oleh berbagai organisme,

yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi, ovarium maupun

myometrium secara perkontinuitatum maupun secara hematogen ataupun

sebagai akibat hubungan seksual.

Sedangkan menurut (Marmi, 2013; h. 198) Pelvic Inflammatory

Disease (PID) adalah infeksi alat kandungan tinggi dari uterus, tuba, ovarium,

parametrium, yang tidak berkaitan dengan pembedahan dan kehamilan. PID

mencakup spectrum luas kelainan inflamasi alat kandungan tinggi termasuk

kombinasi endometritis, salphingitis, abses tuba ovarian dan peritoritis pelvis.

Biasanya mempunyai morbiditas yang tinggi. Batas antara infeksi rendah dan

tinggi ialah ostium uteri internum.

8
B. ETIOLOGI

Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran

genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu

dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit

radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan

Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan

sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina

menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS.

Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya

lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim,

serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah

menstruasi).

C. JENIS - JENIS PID

1. Salfingitis

Mikroorganisme yang menyebabkan salfingitis adalah N. Gonorhea

dan C. Trachomatis, salfingitis timbul pada remaja yang memiliki pasangan

seksual yang multiple dan tidak menggunakan kontrasepsi.

2. Abses tuba ovarium

Abses ini sering muncul setelah salfingitis namun lebih sering

karena infeksi adnexa yang berulang, pasien dalam keadaan asimtomatik

atau dalam keadaan septic syok, ditemukan 2 minggu setelah menstruasi

9
sengan nyeri pelvis dan abdomen, mual, muntah, demam dan takikardi.

Seluruh abdomen tegang dan nyeri.

D. KLASIFIKASI PID

Berdasarkan rekomendasi “Infectious Disease Society For Obstetrics &

Gynecology”, USA, Hager membagi derajat radang panggul menjadi:

1. Derajat I : radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba dan

ovarium), dengan atau tanpa pelvio-peritonitis.

2. Derajat II : Radang panggul dengan penyulit (didapatkan masa radang,

atau abses pada kedua tuba ovarium) dengan atau tanpa pelvio-peritonitis.

3. Derajat III : Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-organ pelvik,

misal adanya abses tubo ovarial.

E. FAKTOR RESIKO

Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi

untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda

berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan

hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya

yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal

yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti

gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis

sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. Faktor risiko lainnya

adalah:

10
1. Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya

2. Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30

hari

3. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS

4. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam

sebulan

5. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul.

Risiko tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah

pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran

reproduksi sebelumnya.

F. PATOFISIOLOGI

Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran

genital atas endometrium (endometritis), dinding uterus (miositis), tuba uterina

(salpingitis), ovarium (ooforitis), ligamentum latum dan serosa uterina

(parametritis) dan peritoneum pelvis (peritonitis). Organisme dapat menyebar

ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari lima cara.

1. Interlumen

Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu (kira-kira

99%) terjadi akibat masuknya kuman patogen melalui serviks ke dalam

kavum uteri. Infeksi kemudian menyebar ke tuba uterina, akhirnya pus dari

ostium masuk ke ruang peritoneum. Organisme yang diketahui menyebar

11
dengan mekanisme ini adalah N. gonorrhoeae, C. Tracomatis,

Streptococcus agalatiae, sitomegalovirus dan virus herpes simpleks.

2. Limfatik

Infeksi purpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang

berhubungan denngan IUD menyebar melalui sistem limfatik seperti infeksi

Myoplasma non purpuralis.

3. Hematogen

Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada penyakit

tertentu (misalnya tuberkulosis) dan jarang terjadi di Amerika Serikat.

4. Intraperitoneum

Infeksi intraabdomen (misalnya apndisitis, divertikulitis) dan

kecelakaan intra abdomen (misalnya virkus atau ulkus denganperforasi)

dapat menyebabkan infeksi yang mengenai sistem genetalia interna.

5. Kontak langsung

Infeksi pasca pembedahan ginekologi terjadi akibat penyebaran infeksi

setempat dari daerah infeksi dan nekrosis jaringan.

Terjadinya radang panggul di pengaruhi beberapa faktor yang

memegang peranan, yaitu;

1. Terganggunya barier fisiologi

Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia

eksterna, akan mengalami hambatan.

a. Diostium uteri internum

12
b. Di kornu tuba

c. Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman-

kuman pada endometrium turut terbuang.

Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman - kuman dihambat

secara: mekanik, biokemik dan imunologik.

Pada keadaan tertentu, barier fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada

saat persalinan, abortus, instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi

alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

2. Adanya organisme yang berperang sebagai vector

Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan

bergerak sampai tuba fallopi. Beberapa kuman pathogen misalnya E coli

dapat melekat pada trikomonas vaginalis yang berfungsi sebagai vektor dan

terbawa sampai tuba fallopi dan menimbulkan peradangan di tempat

tersebut. Spermatozoa juga terbukti berperan sebagai vektor untuk kuman-

kuman N. gonerea, ureaplasma ureolitik, C trakomatis dan banyak kuman-

kuman aerobik dan anaerobik lainnya.

3. Aktivitas seksual

Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi

utrerus yang dapat menarik spermatozoa dan kuman - kuman memasuki

kanalis servikalis.

13
4. Peristiwa Haid

Radang panggul akibat N gonorea mempunyai hubungan dengan

siklus haid. Peristiwa haid yang siklik, berperan pentig dalam terjadinya

radang panggul gonore.

Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada

minggu pertama setelah haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik merupakan

media yang sangat baik untuk tumbuhnya kuman-kuman N. gonore. Pada saat

itu penderita akan mengalami gejala - gejala salpingitis akut disertai panas

badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai ”Febril Menses”.

G. TANDA DAN GEJALA

Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul. Nyeri

ini umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah

menstruasi terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama.

Nyeri karena radang panggul biasanya kurang dari 7 hari. Beberapa wanita

dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami gejala sama sekali. Keluhan

lain adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina, demam,

nyeri saat sanggama, menggigil, demam tinggi, sakit kepala, malaise, nafsu

makan berkurang, nyeri perut bagian bawah dan daerah panggul, dan sekret

vagina yang purulen.

14
Biasanya infeksi akan menyambut tuba fallopi. Tuba yang tersumbat

biasa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri

menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan. Infeksi

bisa menyebar ke strukstur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan

perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ perut serta

menyebabkan nyeri menahun. Di dalam tuba, ovarium – ovarium panggul bisa

terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke

rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami

syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga

terjadi sepsis.

Kriteria minimum untuk diagnosis klinis adalah sebagai berikut : (ketiga

tiganya harus ada)

1. Nyeri gerak serviks

2. Nyeri tekan uterus

3. Nyeri tekan adneksa

Kriteria tambahan seperti berikut adalah dapat di pakai untuk

menambah spesifisitas kriteria minimum dan mendukung diagnosis PID.

1. Suhu oral < 38,30C

2. Cairan serviks atau vagina tidak normal mukokurulen.

3. Leukosit dalam jumlah banyak pada pemeriksaan mikroskop sekter vagina

dengan salin

4. Kenaikan laju endap darah

5. Protein reaktif – C meningkat

15
6. Dokumentasi laboraturium infeksi serviks oleh N. gonorrhoeae atau C.

trachomatis

Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai:

1. Tegang di bagian bawah

2. Nyeri serta nyeri gerak pada serviks

3. Dapat teraba tumor karena pembentukan abses

4. Di bagian belakang Rahim terjadi penimbunan nanah

5. Dalam bentuk menahun mungkin teraba tumor, perasaan tidak enak

(Discomfort) di bagain bawah abdomen (Manuaba, 2010).

H. PENCEGAHAN

Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pencegahan dapat di lakukan dengan mencegah terjadi infeksi yang di

sebabkan oleh kuman penyebab penyakit menular seksual. Terutama

chalamidya. Peningkatan edukasi masyarakat, penapisan rutin, diagnosis

dini, serta penanganan yang tepat terhadap infeksi chlamidya berpengaruh

besar dalam menurunkan angka PID. Edukasi hendaknya fokus pada

metode pencegahan penyakit menular seksual, termasuk setiap terhadap

satu pasangan, menghindari aktifitas seksual yang tidak aman, dan

menggunakan pengamanan secara rutin.

16
2. Adanya progam penapisan penyakit menular seksual dapat mencegah

terjadinya PID pada wamita. Mengadakan penapisan terhadap pria perlu di

lakukan untuk mencegah penularan kepada wanita.

3. Pasien yang telah di diagnosa dengan PID atau penyakit menular seksual

harus di terapi hingga tuntas, dan terapi juga di lkukan terhadap

pasangannya untuk mencegah penularan kembali.

4. Wanita usia remaja harus menghindari aktivitas seksual hingga usia 16

tahun atau lebih.

5. Kontrasepsi oral dilakukan dapat mengurangi resiko PID

6. Semua wanita berusia 25 tahun ke atas harus di lakukan penapisan terhadap

chlamidya tanpa memandang faktor resiko.

17
BAB III

PEMBAHASAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Data Subyektif

1) Biodata

a) Umur : biasanya terjadi pada usia produktif yaitu pada

usia dibawah 16 tahun.

b) Pekerjaan : sering terjadi pada wanita yang berganti-ganti

pasangan (PSK).

2) Keluhan Utama: Demam, mual muntah, perdarahan menstruasi

yang tidak teratur, kram karena menstruasi, nyeri BAK, nyeri saat

hubungan, sakit pada perut bagian bawah, lelah, nyeri punggung

bagian bawah, nafsu makan berkurang.

3) Riwayat penyakit sekarang: Metroragia, Menoragia.Menderita

penyakit kelamin, keputihan, menggunakan alat kontrasepsi spiral.

4) Riwayat penyakit dahulu: KET, Abortus Septikus,

Endometriosis.Pernah menderita penyakit kelamin, abortus,

pernah kuret, aktivitas seksual pada masa remaja, berganti-ganti

pasangan seksual, pernah mengunakan AKDR.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

18
6) Riwayat menstruasi: Perdarahan menstruasi yang tidak teratur,

Disminore, Fluor albus.

7) Riwayat obstetric dan KB: Pernah abortus, kuretase,

keguguran,Pernah atau sedang menggunakan AKDR.

8) Riwayat menstruasi :Kaji menarche, siklus haid, jumlah darah

yang keluar, dismenorea,dan HPHT.

9) Riwayat Ginekologi: Kaji keluhan yang pernah dirasakan

berkaitan dengan organ reproduksi, berapa lama keluhan ibu

rasakan, ada tidaknya upaya yang dilakukan untuk mengatasi

keluhan itu. Seperti menanyakan apakah ibu pernah mengalami

keputihan yang berbau dan gatal, operasi yang dialami.

10) Riwayat kesehatan: Kaji penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu,

suami, dan keluarga baik dari ibu maupun suami seperti : penyakit

jantung, hipertensi, DM, TBC, asma dll. Kaji apakah ibu pernah

kontak dengan penderita HIV/AIDS, TBC, hepatitis.

b. Pemeriksaan fisik

1) Suhu tinggi disertai takikardia

2) Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol daripada nyeri di

kuadran atas abdomen. Rasa nyeri biasanya bilateral. Bila terasa

nyeri hanya uniteral, diagnosis radang panggul akan sulit

dirtegakkan.

3) Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi reburn

tenderness”, nyeri tekan dan kekakuan otot sebelah bawah.

19
4) Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul

dapat pula disertai gejala ileus paralitik.

5) Dapat disetai Manoragia, Metroragia.

6) Nyeri tekan dan nyeri goyang genitalia eksterna ( unilateral dan

bilateral)

7) Daerah adneksa teraba kaku

8) Teraba massa dengan fluktuasi

c. Data Obyektif

Pemeriksaan sistematis dan Ginekologis:

Didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh

pemeriksa dan hasil pemeriksaan dengan tehnik palpasi, inspeksi,

auskultasi, dan perkusi . Pemeriksaan sistematis ini meliputi:

1) Pemeriksaan Kepala dan Wajah

Kaji keadaan mata, hidung, mulut dan bibir ibu

2) Pemeriksaan pada leher

Periksa apakah ada pembesaran kelenjar pada leher seperti

kelenjar limfe, tiroin atau pelebaran pembluh vena.

3) Pemeriksaan Dada dan Payudara

Inspeksi: lihat berntuk payudara (simetris/ asimetris), warna

(kemerahan atau normal), pengeluaran, puting susu (menonjol,

datar, masuk), retraksi.

20
4) Pemeriksaan Abdomen

Kaji adaya masa atau benjolan dan nyeri tekan pada

abdomen, jaringan parut, bekas luka operasi.

5) Pemeriksaan Anogenital

Kaji pengeluaran pervaginam: jumlah, warna, konsistensi

dan bau kaji adanya tanda-tanda infeksi pada daerah genital,

perhatikan ada tidaknya varises dan oedema pada genetalia,

inspikulo, dinding vagina (rugae vagina less), karsinoma.

Portio.Lakukan pemeriksaan adneksa dengan menekan daerah

shympisis , apakah terasa nyeri atau tidak .

6) Pemeriksaan Genitalia

a) Ada cairan flour albus yang berbau, dan berwarna kehijauan

b) Nyeri pada servik, uterus dan kedua adnexa saat pemeriksaan

bimanual.

c) Terdapat masa iflamatoris daerah pelvis

d. Pemeriksaan penunjang

1) Periksa darah lengkap: Hb, Ht, dan jenisnya, LED.

2) Urinalisis

3) USG panggul

21
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada

hipotalamus, perubahan pada reagulasi temperatur.

b. angguan perfusi jaringan berhubungan dengan sepsis akibat infeksi.

c. Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.

d. Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis.

e. Resiko terhadap infeksi (sepsis) b/d kontak dengan mikroorganisme.

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

3. INTERVENSI

a. Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada

hipotalamus, perubahan pada reagulasi temperature.

Kriteria hasil: Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas

dari kedinginan. Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.

Intervensi:

1) Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan

menggigil/diaforesis Suhu 38,9° - 41,1° C.

2) Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur,

sesuai indikasi. Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk

mempertahankan suhu mendekati normal. Berikan kompres mandi

hangat, hindari penggunaan alkohol.

22
3) Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen

(Tylenol).

b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sepsis akibat infeksi.

Kriteria hasil: Menunjukkan perfusi adekuat yang dibuktikan dengan

tanda-tanda vital stabil, nadi perifer jelas, kulit hangat dan kering,

tingkat kesadaran umum, haluaran urinarius individu yang sesuai dan

bising usus aktif.

Intervensi:

1) Pertahankan tirah baring, bantu dengan aktivitas perawatan

2) Pantau kecenderungan pada tekanan darah, mencatat perkembangan

hipotensi,dan perubahan pada tekanan denyut.

3) Pantau frekuensi dan irama jantung.

4) Perhatikan kualitas/kekuatan dari denyut perifer Pada awal nadi

cepat/kuat karena peningkatan curah jantung.

5) Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, dan kualitas.

6) Evaluasi kaki dan tangan bagian bawah untuk pembengkakan

jaringan lokal, eritema.

7) Catat efek obat-obatan, dan pantau tanda-tanda keracunan Dosis

antibiotik masif sering dipesankan.

8) Kolaborasi

9) Pantau pemeriksaan laboratorium.

23
c. Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.

Kriteria hasil: Menceritakan masalah mengenai fungsi seksual,

mengekspresikan peningkatan kepuasan dengan pola seksual.

Melaporkan keinginan untuk melanjutkan aktivitas seksual.

Intervensi:

1) Kaji riwayat seksual mengenai pola seksual, kepuasan, pengetahuan

seksual, masalah seksual Mengetahui masalah-masalah seksual

yang dialami.

2) Identifikasi masalah penghambat untuk memuaskan seksual.

3) Berikan dorongan bertanya tentang seksual atau fungsi seksual.

d. Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis

Kriteria hasil: Mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan dan

menurunkan nyeri dapat mengidentifikasi dan menurunan sumber-

sumber nyeri.

Intervensi:

1) Berikan pengurang rasa nyeri yang optimal.

2) Ajarkan teknik relaksasi.

3) Bicarakan mengenai ketakutan, marah dan rasa frustasi klien.

4) Berikan privasi selama prosedur tindakan.

24
e. Resiko terhadap infeksi (sepsis) b/d kontak dengan mikroorganisme.

Kriteria hasil: Klien mampu memperlihatkan teknik cuci tangan yang

benar, bebas dari proses infeksi nasokomial selama perawatan dan

memperlihatkan pengetahuan tentang fakor resiko yang berkaitan

dengan infeksi dan melakukan pencegahan yang tepat.

Intervensi:

1) Teknik antiseptik untuk membersihan alat genetalia.

2) Amati terhadap manefestasi kliniks infeksi Mengetahui tanda-tanda

komplikasi yang terjadi.

3) Infomasikan kepada klien dan keluarga mengenai penyebab, resiko-

resiko pada kekuatan penularan dari infeksi.

4) Terapi antimikroba sesuai order dokter.

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Kriteria hasil: Menunjukan pemahaman akan proses penyakit dan

prognosis, mampu menunjukan prosedur yang diperlukan dan

menjelaskan rasional dari tindakan dan pasien ikut serta dalam program

pengobatan.

Intervensi:

1) Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.

2) Berikan informasi mengenai terapi obat-obatan, interaksi, efek

samping dan pentingnya pada program.

25
3) Klien bisa mengerti dan mau melakukan sesuai dengan anjuran demi

keberhasilan pengobatan.

4) Tinjau faktor-faktor resiko individual dan bentuk penularan/tempat

masuk infeksi.

5) Tinjau perlunya pribadi dan kebersihan lingkungan.

4. IMPLEMENTASI

a. Memanatau kecenderungan pada tekanan darah, mencatat

perkembangan hipotensi, dan perkembangan pada denyut.

b. Memantau frekuensi & irama jantung perhatikan disritmia.

c. Memperhatikan kualias / kekuatan dari denyut perifer.

d. Memberikan isolasi / pantau pengnjung sesuai indikasi.

e. Mencuci tangan dan sesudah melakukan aktivitas walaupun

menggunkan sarung tangan steril.

f. Menginspeksi rongga mulut terhadap plak putih (sariawan) selidiki ras

gatal / peradangan vaginal / perineal.

g. Mengkaji proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang

akan datang.

h. Mendiskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, makanan dan

pemasukan cairan yang adekuat.

26
5. EVALUASI

1. Klien dapat meningkatkan kesehatan di buktikan dengan bertambahnya

kemampuan dan pemahaman klien dalam berperilaku hidup bersih dan

sehat.

2. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.

3. Klien memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam meningkatkan

kemampuannya dalam memelihara kesehatan.

27
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah

infeksi pada alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium,

tubafalopi, ovarium, miometrium, parametria, dan peritonium panggul. PID

adalah infeksi yang paling peting dan merupakan komplikasi infeksi menular

seksual yang paling biasa. (Sarwono,2011; h.227).

Terdapat beberapa faktor resiko PID , namun yang utama adalah

aktivitas seksual. PID yang timbul setelah periode menstruasi pada wanita

dengan aktivitas seksual berjumlah sekitar 85% sedangkan 15% di sebabkan

karena luka pada mukosa misalnya AKDR atau kuretase

Resiko juga meningkat berkaitan dengan jumlah pasangan seksual.

Wanita dengan lebih banyak dari 10 pasangan seksual cenderung memiliki

pningkatan resiko sebesar 3 kali lipat.

Keluhan atau gejala yang paling sering di kemukakan adalah nyeri

abdominopelvik. Keluhan lain berfariasi, antar alin keluarnya cairan vagina,

atau perdarahan, demam, menggigil, serta mual dan dysuria. Demam terlihat

pada 60% – 80% kasus. Daignosis PID sulit karena kaluhan dan gejala-gejala

yang di kemukanan sangat berfariasi.Pada pasien dengan nyeri tekan serviks,

uterus, dan adneksa, PID di diagnosis dengan akurat hanya 65%. Karena kaibat

28
buruk PID terutama infertilitas dan nyeri panggul kronik, maka PID harus di

curigai pada perempuan beresiko dan diterapi secara agresif. Kriteria diagnosis

diagnostic dari CDC dapat membantu akurasi diagnosis dan ketepatan terapi.

Terapi PID harus ditujukan untuk mencegah kerusakan tuba yang

menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik, serta pencegahan ektopik

infeksi kronik.Banyak pasien yang berhasil di terapi dengan rawat jalan dan

terapi rawat jalan dini harus menjadi pendekatan terapiotik permulaan.

Pemilihan antibiotika harus ditujuakan pada organisme etiologi utama (N.

Gonorrhoeae atau C. Trachomatis) tetapi juga harus mengarah pada sifat pilimik

krobial PID.

Untuk pasien dengan PID ringan atau sedang terapi oral dan perenteral

mempunyai daya guna klinis yang sama. Sebagian besar klinis menganjurkan

terapi parenteral paling tidak selama 48 jam kemudian dilanjutkan dengan terapi

oral dengan 24 jam setelah ada perbaikan klinis.

B. SARAN

Jauhi seks bebas karena itu sangat berpotensi pada Penyakit Menular

Seksual (PMS). Jadi lindungi diri kita sendiri karena masa depan yang cerah

sedang menanti kita semua. Terapkan perilaku hidup bersih dna sehat untuk

mencegah penyakit PID ini.

29
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/53420488/Pelvic-Inflammatory-Disease

https://etikdwiunipdu.blogspot.com/2017/04/makalahsistem-reproduksi.html?m=1

https://www.academia.edu/35281859/Makalah-radang-panggul

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. PT Bina Pustaka. Jakarta.

2011.

Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta :

EGC

Nugroho, t., & utama, b. i. (2014). masalah kesehatan reproduksi. yogyakarta: nuha

medika.

Taber, b.-z. (1994). kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. jakarta: buku

kedokteran EGC.

30

Anda mungkin juga menyukai