Anda di halaman 1dari 7

Chapter 12 Metode Thermal

Sistem insinerasi dirancang untuk menghancurkan komponen organik dari limbah;

namun, limbah yang paling berbahaya adalah tidak eksklusif dan karena itu akan baik organik

yang dapat dibakar maupun yang tidak dapat dihancurkan. Insinerasi adalah proses kimia

sederhana, jika dilihat secara sederhana. Pembakaran yang baik adalah oksidasi yang baik dari

senyawa organik-karbon dan hidrogen. Untuk mencapai hal ini, udara yang hanya mengandung

21% oksigen berdasarkan volume, harus dicampur secara menyeluruh dengan karbon dan

hidrogen dari bahan bakar untuk menghasilkan produk. Desain dan evaluasi sistem insinerasi,

seperti kebanyakan aspek pengelolaan limbah berbahaya, dijamin oleh peraturan dan perundang-

undangan

Pembakaran limbah berbahaya tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan pembakaran

bahan bakar konvensional, bahwa limbah dapat memiliki banyak senyawa organik yang berbeda.

Limbah organik sering memiliki nilai pencucian yang cukup tinggi sehingga mendukung

pembakaran. Dalam sistem seperti itu bahan bakar anxiliary diperlukan hanya untuk pengapian

limbah. Bahan bakar yang digunakan dalam sistem insinerasi untuk menyediakan panas

tambahan mungkin berupa bahan bakar yang tersedia secara komersial seperti gas alam, propana,

bahan bakar ringan, atau mungkin bahan bakar limbah seperti campuran pelarut yang

dikeluarkan.

Pembakaran hidrokarbon menghasilkan CO2 dan uap air dan beberapa CO. Pembakaran

limbah yang mengandung belerang menghasilkan SO2 dan mungkin SO2-. Halogen yang

mengandung limbah, menghasilkan gas asam halogen dari tangkapan dalam reaksi pembakaran.

Senyawa nitrogen dalam bahan bakar menimbulkan komplikasi karena mereka membentuk
berbagai oksida nitrogen selama pembakaran, terutama ketika ada oksigen berlebih. Komponen

anorganik dari limbah yang diumpankan ke insinerator tidak dapat dihancurkan, hanya

teroksidasi. Sebagian besar bahan anorganik secara kimiawi diklasifikasikan sebagai logam dan

masuk ke dalam proses pembakaran sebagai komponen limbah. Jika logam memasuki proses

sebagai garam logam yang memiliki titik didih lebih rendah dari suhu insinerator, Logam dapat

menguap dan tidak mengoksidasi dan karena itu ada dalam gas buang.

Untuk melakukan perhitungan pembakaran dasar, penting untuk menerapkan reaksi

kimia. pembakaran yang baik membutuhkan udara berlebih. Persen udara berlebih mungkin

sama rendahnya 5% dalam pembakaran atau pembakar yang baik dan setinggi 100% dalam

insinerator pembakaran klin untuk menghasilkan pencampuran yang baik. Perhitungan kalkulasi

sering didasarkan pada perubahan jumlah kandungan panas antara reaktan dan produk

pembakaran.

Gas dan Uap; Limbah gas biasanya mengandung hidrokarbon atau campuran hidrokarbon pada

udara. Dapat berupa konsentrasi tinggi sehingga pembakaran bisa tidak terjadi hingga udara

ditambahkan, dimana melebihi Higher Explosive Limit (HEL). Campuran hidrokarbon menguap

pada udara dan dapat menyebabkan pembakaran. Ketika VOC terlepas ke atmosfir, VOC dapat

menjadi masalah akibat toksisitas, bau atau pembentukan kabut asap fotokimia. Emisi tersebut

mudah larut. VOC bercampur pada udara atau dengan nitrogen. Senyawa dapat dihasilkan dari

pengecatan, ventilasi dari gudang penyimpanan atau kebocoran pada pipa. Emisi VOC atau

aliran emisi pada udara dengan konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan pembakaran yang dapat

digunakan pada pembakar atau boiler. Konsentrasi VOC yang rendah dapat dipulihkan dengan

kondensasi atau adsorpsi karbon atau dibakar pada insinerator VOC. Sedangkan, lidah api

digunakan untuk limbah gas yang memiliki konsentrasi di atas HEL dan dapat dicampurkan
dengan udara dan dibakar. Lidah api dapat digunakan untuk membuang gas yang mudah

terbakar ketika kondisi proses.

Insinerator COC katalis; Konsentrasi VOC rendah pada udara dapat secara efektif dihilangkan

oleh insinerasi katalis. VOC dipanaskan atau dibakar dari sebuah pemanas pada suhu dimana

VOC dapat terbakar pada permukaan katalis. Katalis meningkatkan reaksi pembakaran dan

menyebabkan oksidasi pada permukaan katalis. sehingga, insinerasi katalis pada VOC timbul

pada suhu rendah daripada insinerasi termal. Katalis yang digunakan untuk pembakaran VOC

yaitu seperti platinum. Alumina juga merupakan katalis yang sering digunakan karena dapat

bertahan pada suhu tinggi dan dapat dengan mudah dibentuk.. Insinerator VOC termal;

Preheater harus memanaskan campuran yang masuk hingga meraih suhu dimana VOC menjadi

teroksidasi. VOC akan dihilangkan menjadi tingkat yang diinginkan pada suhu gas 815 C.

Insinerator termal terdiri dari pembakaran pada ruang dimana VOC dapat bercampur dengan

pembakaran burner. Sistem termal regenerasi; Menawarkan efisiensi bahan bakar tinggi

daripada sistem termal maupun katalis, akan tetapi sistem ini lebih besar dan memiliki biaya beli

yang tinggi. Unit ini terdapat heat sink yaitu ruang yang berisikan bahan keramik yang menyerap

panas dan menahan panas Unit regenerasi ini dapat memperoleh 90% pemulihan panas.

Insinerasi Injeksi Cairan; Tipe insinerator ini dapat membakar limbah cair yang bervariasi

seperti padatan maupun lumpur. Limbah secara langsung dibakar oleh burner atau diinjeksikan

ke dalam zona bakar atau furnace. Nilai pembakaran pada limbah menjadi faktor yang

menentukan lokasi titik injeksi. Insinerator cairan beroperasi pada tingkat suhu dari 1000 oC

hingga 1700oC. Waktu tinggal dari produk pembakaran dapat bervariasi dari milisekon hingga

2,5 detik. Viskositas dari limbah menentukan apakah atomisasi pada cairan dapat terjadi.
Penentuan Sifat Limbah; Sebelum limbah B3 dilakukan pengelolaan atau pengolahan, pihak

pengelola akan meminta sampel dari limbah sebelum menentukan biaya pengolahan yang akan

ditetapkan untuk penghasil limbah. Sampel akan dianalisa untuk beberapa parameter, pengolahan

dan penanganan, harga pengolahan dan wadah yang dibutuhkan untuk penghasil limbah.

Informasi mengenai limbah yang diperlukan untuk mendesain dalam pengelolaan yaitu

komposisi kimia, panas pembakaran, viskositas, korosifitas, reaktivitas,potensi polimerisasi,

kadar abu dan suhu fusi abu. Metode untuk menginjeksi cairan ke dalam burner diinjeksikan

dalam bentuk semprotan halus dikarenakan untuk membentuk cairan menjadi tetesan halus/kecil,

untuk mengembangkan pola yang diinginkan pada zona pembakaran dengan penetrasi yang

cukup dan energi kinetik serta untuk mengontrol laju aliran cairan. Sistem pembakaran udara;

Pada saat cairan menguap dan dipanaskan pada suhu pembakaran, oksigen bereaksi dengan uap

hidrokarbon untuk memproduksi pembakaran. Jika cairan yang menguap mengandung padatan,

desain insinerator harus dapat membawa partikel ke dalam aliran gas tanpa aglomerasi.

Kandungan oksigen pada permukaan dibutuhkan agar oksidasi dapat timbul. Combuster

(Burner); Desain burner yang baik yaitu memiliki nilai pemanasan dari 2500 kcal/kg dan dapat

dipanaskan tanpa penggunaan bahan bakar auxiliary. Limbah organik dapat digunakan sebagai

sumber bahan bakar pada boiler, proses pada furnace, dan kiln semen, kapur dan agregat. Udara

yang cukup harus terpenuhi pada insinerator untuk mengoksidasi aliran limbah yang

mengandung organik. Larutan aqueous tidak mudah terbakar ketika kandungan air nya mencapai

75%. Gas Asam Memproduksi Limbah Cair; Bila limbah mengandung sulfur, fosfor, klorin

dan halogen lainnya maka akan terbentuk gas asam pada saat pembakaran. Suhu menjadi salah

satu hal yang mempengaruhi pembentukan gas asam.

Insenerasi Limbah Padat


Insenerasi untuk limbah berbahaya dapat menggunakan insenerasi biasa, namun

kebanyakan menggunakan sistem suspensi dan sistem tipe perapian. Insenerator Tipe Grate;

Insenerasi tipe stationary grate, membakar limbah pada grate berbahan metal dan terdapat ruang

sirkulasi udara di bagian bawah, atas dan melalui limbah. Insenerator tipe ini tidak terlalu cocok

untuk limbah berbahaya karena suhu pada saat pembakaran pada ruang primer dapat

menghancurkan grate. Insenerator Tipe Hearth; Kebanyakan limbah berbahaya dibakar di tipe

hearth, dimana terdiri dari beberapa tiper seperti tanur putar, sistem pengontrolan udara dan dua

ruangan perapian, insenarasi multi perapian, dan perapian tunggal. Sistem tanur putar terdiri dari

silinder yang dilapisi refraktori yang duduk di atas trunnion dan berputar perlahan. Limbah akan

bergerak secara horizontal secara radial pada silinder. Saaat abu dikeluarkan pada bagian

terendah, flue gases dari tanur akan lewat ke ruang combustion dan dipanaskan dengan suhu

yang lebih tinggi untuk penghancuran total. Insenerator Tipe Fluidized-Bed; mengandung pasir

atau alumina dimana digunakan untuk pembakaran. Jika aliran udara dari bawah memiliki

tekanan yang cukup, itu akan "fluidisasi" tempat tidur pasir, atau menahannya dalam suspensi,

selama kecepatan udara tidak begitu besar sehingga mengangkut pasir keluar dari sistem.

Limbah disuntikkan ke dalam fluidized bed, baik sebagai liquid, lumpur, atau padatan. Udara

terfluidisasi dipanaskan, dan limbah mulai teroksidasi. Sebagian besar abu tetap di bed, dan

beberapa keluar dari insinerator ke dalam peralatan pengendalian polusi udara.

Oksidasi vs. Pirolisis; Oksidasi dan pirolisis berada pada tahap pembakaran pertama saja,

karena pada oksidasi semburna flue gases dibutuhkan untuk dapat gas dapat diterima oleh udara

atmosfer. Pada insenerator tipe hearth yang memiliki dua ruang, biasanya sering menggunakan

mode pirolisis. Sistem oksidasi, yang menggunakan atmosfer pengoksidasi di kedua ruang bakar

primer dan sekunder, lebih sering digunakan untuk insinerasi limbah berbahaya. Kiln berada di
bawah tekanan negatif dan segel yang memadai belum dirancang untuk mencegah kebocoran

udara, hampir selalu dalam mode oksidasi. Ruang Pembakaran Sekunder; Ruang pembakaran

sekunder (SCC) dibutuhkan, karena pada saat di pembakaran primer tidak terjadi pembakaran

dengan waktu, suhu dan turbulensi yang cukup untuk menghilangkan komponen organik. Fungsi

ruang pembakaran primer adalah menguapkan fraksi organik dari limbah. Fungsi ruang

pembakaran sekunder adalah memanaskan organik yang telah usang ke suhu di mana mereka

akan teroksidasi sepenuhnya. Lubang Pengering Termal; Lubang pengering termal atau TRV

biasa dipasang diatas SCC atau diantar SCC dengan boiler limbah. TRV berupa tumpukan

rendah yang terbuka secara otomatis ketika kondisi darurat terjadi. Ini menyediakan ruang yang

cukup untuk mempertahankan kondisi tekanan negatif dalam kiln dan mencegah aliran ke sistem

pengendalian pencemaran udara.

Tempat Penyimpanan dan Sistem Pakan

Desain fisik yang lebih disukai untuk tangki penyimpanan limbah cair dan lumpur

berbahaya adalah bejana vertikal yang didukung oleh kaki dan dengan kapasitas campuran

20.000 galon. Ada tiga alasan penting untuk memilih parameter tangki ini antara lain deteksi

kebocoran dari tangki yang didukung oleh kaki lebih mudah, 20.000 galon tangki vertikal adalah

sekitar ukuran terbesar yang dapat cukup dicampur dengan metode normal, volume penahanan

limbah tangki berbahaya harus sama dengan tangki terbesar di dalam wadah.

Reduksi Suhu Gas Buang

Pemulihan panas menjadi salah satu perhatian untuk sisi ekonomi, karena peralatan

pemulihan panas cukup mahal. Pilihan untuk pemulihan panas adalah penggunaan boiler untuk

menghasilkan uap atau air panas, recuperators untuk memanaskan udara pembakaran dengan gas
buang insinerator atau memanaskan ulang gas-gas tumpukan dengan gas buang untuk

menghilangkan uap air tumpukan uap setelah scrubber basah. Pilihan lain untuk mendinginkan

gas buang adalah dengan menggunakan injeksi langsung udara atau air. Injeksi air lebih efisien

karena panas spesifiknya lebih tinggi jika dibandingkan dengan udara.

Kontrol Polusi Udara

Sistem kontrol polusi udara pas limbah berbahaya dapat berupa crubbers, baghouses,

cyclone, dll. Sistem kontrol polusi udara harus mampu menjalankan fungsinya, yaitu

menghilangkan partikulat pada aliran flue gases, dan menghilangkan gas asam.

Anda mungkin juga menyukai