ISI
4
5
Jika proses ini berlanjut maka inflamasi terus meluas ke dalam jaringan dan
meyebabkan rusaknya serabut dentogingiva dan puncak tulang alveolar, epitel
junsional migrasi ke apikal dan terbentuk poket periodontal disertai edema jaringan
ikat, dilatasi pembuluh darah, trombosis dan akhirnya inflamasi menyebar ke puncak
tulang alveolar dan menyebabkan resorpsi tulang alveolar. Kondisi inflamasi ini
disebut sebagai periodontitis. Pada kasus yang parah dapat terjadi supurasi dan gigi
menjadi goyang.
Selain faktor bakteri, faktor penyebab lainnya adalah kondisi sistemik antara
lain pengaruh hormonal pada masa pubertas, kehamilan, penuaan atau menopause,
defisiensi vitamin, dan diabetes mellitus. Dalam hal ini dikemukakan bahwa defisiensi
vitamin D berperan penting dalam proses patogenesis penyakit periodontal.
berhubungan dengan penyakit ini. Pasien didukung untuk menjaga level glukosa
darahnya dengan ketat, melalui diet, suplemen oral, dan terapi insulin.
Jika klinisi mendeteksi tanda intraoral dari diabetes yang belum terdiagnosis
atau tidak terkontrol, dibutuhkan pemeriksaan menyeluruh. Tanda klasik dari diabetes
termasuk polidipsi (rasa haus terus-menerus), poliuri (buang air terus-menerus), dan
polifagi (rasa lapar terus-menerus, namun diikuti dengan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan). Jika pasien memiliki tanda dan gejala tersebut, atau jika
kecurigaan klinisi tinggi terhadap diagnosis diabetes pada pasien, dibtuhkan
pemeriksaan lanjutan yang menyeluruh, termasuk pemeriksaan laboratorium dan
konsultasi dengan dokter umum. Terapi periodontal memiliki tingkat kesuksesan yang
terbatas pada keberadaan diabetes yang tidak terdiagnosis atau tidak terkontrol.
Jika pasien dicurigai menderita diabetes yang tidak terdiagnosa, prosedur
berikut harus dilakukan:
1. Konsultasi dengan dokter umum pasien
2. Lakukan pemeriksaan laboratorium terhadap gula darah puasa dan gula darah
sewaktu
3. Hindari kemungkinan terjadinya infeksi orofasial akut atau infeksi gigi berat,
jika ada infeksi, segera lakukan tatalaksana untuk menghilangkan fokus
infeksi.
4. Ciptakan kondisi rongga oral yang baik melalui penghilangan plak dan
kalkulus secara non-bedah. Berikan oral hygiene instruction pada pasien.
Batasi perawatan yang lebih kompleks sebelum diagnosis ditegakkan dan
kontrol glikemi yang baik didapatkan.
Diabetes mellitus dapat didiagnosa melalui salah satu dari tiga metode
pemeriksaan laboratorium. Metode apapun yang dilakukan tetap harus dikonfirmasi
ulang dengan metode lain keesokan harinya menggunakan salah satu metode dibawah
ini.
1. Gejala diabetes disertai gula darah sewaktu sebesar > 200mg/dl. Gula darah
sewaktu dapat dicek kapan saja tanpa memerhatikan waktu terakhir pasien
makan. Gejala klasik diabetes termasuk poliuri, polidipsi, dan kehilangan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan.
7
2. Gula darah puasa > 126mg/dl. “Puasa” didefinisikan sebagai tidak adanya
intake kalori selama minimal 8 jam. (Gula darah puasa normal adalah 70-
100mg/dl)
3. Gula darah 2 jam postpandrial > 200mg/dl saat pemeriksaan toleransi glukosa
oral. Pemeriksaan harus dilakukan menggunakan glucose load yang
mengandung 75gr glukosa anhidrat yang dilarutkan dalam air (gula darah 2
jam postpandrial normal adalah kurang dari 140mg/dl)
dengan level gula darah kurang dari sama dengan batas normal mungkin
mengalami hipoglikemi saat perawatan. Dianjurkan bagi pasien untuk
mengonsumsi karbohidrat sebelum memulai terapi. Contoh: apabila
diperkirakan perawatan akan memakan waktu 2 jam dan kadar gula darah
praperawatan adalah 70mg/dl, maka dianjurkan untuk pasien mengonsumsi 4
oz jus buah untuk mencegah hipoglikemi selama perawatan. Jika glukosa
praperawatan terlalu tinggi, maka dokter gigi perlu menentukan apakah
kontrol glikemi pasien memang buruk belakangan ini. Hal ini daapt dilakukan
melalui anamensis dan menenntukan nilai HbA1c terkini. Jika kontrol glikemi
memang buruk selama beberapa waktu terakhir, prosedur perawatan dapat
ditunda sampai kadar glikemik telah terkontrol. Jika kadar glikemik telah
terkontrol dan hasil pemeriksaan glucometer baik, prosedur bedah periodontal
dapat dilakukan.
2. Jika prosedur berlangsung selama beberapa jam, penting untuk memeriksa
level gula selama prosedur perawatan untuk meyakinkan bahwa pasien tidak
mengalami hipoglikemi
3. Setelah prosedur selesai, gula darah dapat diperiksa Kembali untuk melihat
gambaran fluktuasinya dalam jangka waktu tertentu
4. Setiap pasien merasakan gejala hipoglikemi, dokter harus langsung memeriksa
level gula darah untuk mencegah terjadinya hipoglikemia berat
dengan yang biasa digunakan oleh pasien., jumlahnya, berapa kali per hari, dan waktu
penggunaan terakhir. Perawatan periodontal lebih baik dijadwalkan menjauhi waktu
puncak aktivitas insulin. Memeriksa kadar gula darah pra-perawatan menggunakan
glucometer, memeriksa secara berkala selama prosedur panjang, dan memeriksanya
lagi selesai prosedur memberikan gambaran yang lebih baik bagi dokter gigi dalam
memahami farmakodinamis insulin dan membantu mencegah hipoglikemi.
Jika hipoglikemi terjadi dalam perawatan dental, terapi harus langsung
dihentikan. Segera periksa level gula darah jika ada glucometer. Tatalaksana
perawatannya adalah sebagai berikut:
1. Berikan pada pasien 15gr karbohidrat oral, dapat berupa:
a. 4-6 oz jus atau soda
b. 3 atau 4 sendok gula pasir
c. Permen yang mengandung 15gr gula
2. Jika pasien tidak mampu makan/minum, atau jika pasien dalam pengaruh
sedasi
a. Berikan 25-30 ml dextrose IV 50%, atau
b. Berikan 1 mg glucagon IV (glucagon menghasilkan pelepasan cepat
dari glukosa yang tersimpan dalam liver), atau
c. Berikan 1 mg glucagon intramuscular atau subkutan
dalam kurun waktu tertentu, peneysuaian dosis insulin atau agen oral mungkin
5. Pengaruh nutrisi
- Defisiensi vitamin yang larut dalam lemak (fat soluble)
- Defisiensi vitamin yang larut dalam air (water soluble)
- Defisiensi protein
6. Medikasi/obat-obatan
- Bifosfonat
- Kortikosteroid
7. Kondisi sistemik lain
- Osteoporosis
- Penyakit jantung bawaan
- Hypophosphatasia
- Keracunan logam
Terdapat beberapa jenis radiografi panoramik yang umumnya digunakan antara lain:
Indikasi
1. Mengevaluasi keseluruhan gigi
2. Pemeriksaan patologi intraoseus, seperti kista, tumor, atau infeksi
3. Mengevaluasi sendi temporomandibular
4. Mengevaluasi posisi gigi impaksi
5. Mengevaluasi erupsi gigi permanen
6. Pemeriksaan trauma dentoalveolar
7. Melihat perkembangan maksilofasial
Kontraindikasi
1. Untuk melihat lesi karies yang kecil
2. Untuk melihat lesi periapical
3. Untuk melihat jaringan periodontal
Keuntungan
1. Memiliki cakupan yang luas dari tulang wajah dan gigi
2. Dosis radiasi yang rendah
3. Memiliki kemudahan dalam melakukan teknik radiografi panoramic
4. Dapat digunakan pada pasien dengan trismus atau pasien yang tidak dapat
mentolerir intraoral radiografi
5. Teknik yang dilakukan cepat dan nyaman
6. Bantuan visual yang dapat berguna dalam Pendidikan pasien dan
presentasi kasus
Kerugian
1. Gambar resolusi rendah yang tidak memberikan detail halus yang dapat
diberikan oleh radiografi intraoral
2. Pembesaran di seluruh gambar tidak sama, yang dapat menyulitkan untuk
pengukuran linier
14
B. Radiografi Bitewing:
Indikasi:
1. Deteksi adanya karies
2. Melihat perkembangan karies
3. Pemeriksaan kepadatan restorasi
4. Pemeriksaan jaringan periodontal
Kontraindikasi
1. Untuk menentukan panjang akar
2. Pada pasien yang tidak dapat membuka mulut
Keuntungan:
1. Sederhana
2. Murah
3. Bitewing tab sekali pakai / disposable, sehingga tidak perlu prosedur
tambahan kontrol infeksi silang
4. Dapat digunakan dengan mudah untuk pasien anak
Kerugian:
1. Kepala tabung sinar-x untuk peletakan sudut horizontal dan vertical
bergantung pada operator
2. Radiografi tidak dapat direproduksi, sehingga tidak cocok untuk memantau
perkembangan karies
3. Sering terjadi coning off atau cone cutting pada bagian anterior
4. Lidah dapat dengan mudah memindahkan paket film
15
Kerugian:
1. Posisi holder bergantung pada operator, oleh karena itu tidak 100% dapat
direproduksi, sehingga masih tidak ideal untuk memantau perkembangan
karies
2. Saat memposisikan holder film mungkin tidak nyaman bagi pasien
3. Beberapa holder relative mahal
4. Holder biasanya tidak cocok untuk anak-anak
C. Periapikal
Indikasi
1. Deteksi infeksi / peradangan apical
2. Penilaian status periodontal
3. Setelah trauma pada gigi yang berasosiasi pada tulang alveolar
Keuntungan
1. Posisi paket film cukup nyaman untuk pasien pada semua area mulut.
2. Penentuan posisi relatif sederhana dan cepat.
3. Jika semua angulasi dinilai dengan benar, gambaran gigi akan memiliki
panjang yang sama dengan gigi itu sendiri dan harus memadai (tetapi tidak
ideal) untuk sebagian besar tujuan diagnostik.
Kerugian
1. Banyak variabel yang terlibat dalam teknik ini sehingga sering kali
mengakibatkan gambar terdistorsi dengan buruk.
2. Angulasi vertikal yang salah akan mengakibatkan gambar memendek atau
memanjang.
3. Tingkat tulang periodontal kurang terlihat.
4. Bayangan zygomatic buttress sering kali menutupi akar gigi molar atas.
5. Sudut horizontal dan vertikal harus dinilai untuk setiap pasien dan
diperlukan keterampilan yang cukup.
6. Tidak mungkin mendapatkan tampilan yang dapat direproduksi.
7. Coning off atau cone cutting dapat terjadi jika central ray tidak diarahkan
ke tengah film, terutama jika menggunakan rectangular collimation.
8. Angulasi horizontal yang salah akan menyebabkan tumpang tindih
mahkota dan akar.
9. Mahkota gigi sering terdistorsi, sehingga seringkali terdeteksi seperti
karies proksimal
10. Akar bukal dari gigi premolar dan molar rahang atas memendek
B. Persiapan peralatan
Kaset yang berisi film atau pelat fosfor harus dimasukkan ke dalam alat
rakitan (jika sesuai).
Operator harus mengenakan sarung tangan pelindung yang sesuai (misalnya
lateks atau nitril).
Collimation harus diatur ke ukuran bidang yang dibutuhkan.
Faktor paparan yang tepat harus dipilih sesuai dengan ukuran pasien -
biasanya dalam kisaran 70–90 kV dan 4–12 mA. Pentingnya penentuan posisi
pasien yang akurat
C. Posisi pasien
Pasien harus diposisikan di unit sehingga tulang belakang mereka lurus dan
diinstruksikan untuk memegang penyangga atau pegangan penstabil yang
disediakan.
Pasien harus diinstruksikan untuk menggigit gigi insisivus atas dan bawah
edge-to-edge pada bite-peg dengan dagu menyentuh penyangga dagu dengan
baik.
Kepala harus diimobilisasi dengan menggunakan penyangga pelipis.
Light beam marker harus digunakan sehingga bidang mid-sagital vertikal,
bidang Frankfort horizontal dan cahaya pada kaninus terletak di antara gigi
insisivus lateral atas dan gigi kaninus.
Pasien harus diinstruksikan untuk menutup bibir mereka dan menekan lidah
mereka di langit-langit mulut sehingga menyentuh langit-langit keras dan tidak
bergerak selama siklus eksposur (sekitar 15-18 detik)
18
enam tahun, karena lamanya paparan dan pasien harus tetap diam
E. Setelah paparan
Penyangga pelipis harus terlepas secara otomatis untuk memungkinkan pasien
meninggalkan mesin.
Peralatan harus dibersihkan dengan desinfektan dan bite-peg disterilkan.
Sarung tangan harus dibuang sebagai limbah klinis.
Film atau pelat fosfor harus diproses.
19
Gambar 3. Diagram yang menunjukkan posisi mandibula dalam kaitannya dengan focal
trough jika posisi pasien tidak benar. A Pasien terlalu dekat dengan film dan di depan focal
trough. B Pasien terlalu jauh dari film dan di belakang focal trough. C dan D Pasien
ditempatkan secara asimetris di dalam mesin
20
Gambar 4. Diagram yang menunjukkan dinding vertikal focal trough di regio insisivus dan
posisi relatif gigi dengan kelainan gigi atau rangka yang mendasari berbeda. A Kelas I. B
Gross kelas II divisi 1 maloklusi dengan overjet besar. Dasar kerangka kelas II Angle C.
Dasar kerangka kelas III D Angle. Area berbayang di luar focal trough akan menjadi kabur
dan tidak fokus.
b. Sesuaikan posisi headrest, sehingga midsagital plane pasien tegak lurus lantai
c. Occlusal plane
Pasien diposisikan sehingga ketika mulut terbuka dan film sudah diletakkan
pada mulut, occlusal plane pada rahang yang akan diradiografi harus sejajar dengan
lantai. Untuk proyeksi di rahang bawah posisi pasien sedikit menonggak, sehingga
dapat diperoleh posisi occlusal plane yang sejajar dengan lantai.
2. Sudut horizontal
Sudut yang dibentuk antara tabung dan bidang sagital
- Gigi 11 dan 12 adalah 0o
- Gigi C adalah 45o
- Gigi P1 dan P2 adalah 75o
- Gigi M1, M2 dan M3 adalah 90o
- Rahang bawah
o Tentukan garis khayal pada rahang bawah yaitu 0,5 cm dari batas rahang
bawah
o Proyeksikan titik-titik dari rahang atas pada garis khayal rahang bawah
b. Metode paralel
1. Pasikan semua persiapan sudah terpenuhi
2. Atur posisi film holder, pastikan posisinya tepat
3. Sesuaikan film di film holder di dalam mulut pasien sesuai regio
4. Pastikan posisi film sejajar sumbu gigi, atur gigitan pasien pada bite tab
dengan tepat
5. Arahkan tabung sinar-x sesuai indikator, hingga pusat jatuh sinar-x tegak lurus
sumbu gigi dan film
6. Periksa kembali posisi pasien, instruksikan diam dan jangan bergerak selama
penyinaran dan operator kembali ke ruangan
7. Atur waktu penyinaran sesuai regio dan kasus
8. Tekan tombol penyinaran (expose button), tunggu sampai tanda selesai
9. Setelah penyinaran selesai :
- Keluarkan film dan film holder dari mulut pasien
- Instruksikan pasien untuk menunggu di luar
- Lepaskan film dari film holder
- Bersihkan film dari saliva dengan menggunakan tissue
- Letakkan film yang sudah terpapar sesuai nomor urut di surat konsul
- Cuci dan sterilkan film holder sterilkan dengan menggunakan alkohol 90%
- Kembalikan ke tempatnya semula
- Operator melepaskan sarung tangan, membuangnya di tempat sampah.
Kemudian mencuci tangan dan memakai sarung tangan baru pada
pemeriksaan pasien berikutnya.
24
• Kehilangan tulang di area furkasi. Melihat adanya resorpsi , melihat apakah terdapat
pelebaran membran periodontal yang sudah mencapai ½ atau 1/3 akar
• Lebar ruang ligamen periodontal
- Melihat adanya pelebaran membran periodontal atau tidak
- Gambaran radiolusen, tepat menempel pada akar gigi
- Pada gambaran normal terdapat garis tipis tidak terputus
- Tampak mulai dari batas CEJ sampai dengan apikal
- Pada keadaan inflamasi atau infeksi, gambaran membran periodontal
akan terganggu, bisa melebar atau bahkan menghilang
• Pertimbangan anatomi
- Posisi sinus maksilaris dalam hubungannya dengan deformitas
periodontal
- Gigi hilang, supernumary, impaksi, dan tipping
• Pertimbangan patologis
- Karies
- Lesi periapical
- Resorpsi akar