Anda di halaman 1dari 14

Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan

Di

Oleh :

Nama : Adinda Yudistira

Prodi : S1 Kebidanan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH ACEH


PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA
BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah berjudul Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan tepat waktu.
Makalah Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan disusun guna memenuhi tugas dari Dosen
Etikolegal dalam praktek kebidana S1 Kebidanan di Stikes muhammadiyah Aceh.

Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu. Tugas yang


telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

kandang aceh selatan,


03/12/2021 Adinda yudistira

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii

BAB I....................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...................................................................................................................2

BAB II...................................................................................................................................................2

PEMDAHULUAN................................................................................................................................2

A. Definisi dari Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan............................................................2

B. Legislasi, Registrasi, dan Lisensi Pratek Kebidanan..................................................................3

1. Sertifikasi................................................................................................................................5

2. Registrasi................................................................................................................................6

C. Otonomi Bidan dalam Pelayanan...........................................................................................7

BAB III..................................................................................................................................................9

PENUTUP.............................................................................................................................................9

A. Kesimpulan..................................................................................................................................9

C. Saran................................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................9

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar
pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan
pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan tersebut, tujuan akhirnya
adlah kepuasaan pasien yang dilayani oleh bidan.
Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya di suatu institusi mempunyai
batas jelas wewenangnya yang telah disetujui oleh antar profesi dan merupakan daftar
wewenang yang sudah tertulis.
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat harus
memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program pemerintah untuk
pembangunan dalam negri, salah satunya dalam aspek kesehatan. Menurut UU No. 23 Tahun
1992 Tentang Kesehatan menjelaskan bahwa tujuan dari pembangunan kesehatan adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidaup sehat bagi setiap warga negara
indonesiamelalaui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.dengan adanya arus globalisasi salah satu
focus utama agar mampu mempunyai daya saing adalah bagaiamana peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia dibentuk sejak janin didalam kandugan,
masa kelahiran dan masa bayi serta masa tumbuh kembang balita. Hany asumber daya
manusia yang berkualitas, yang memiliki pengetahuan dankemampuan sehingga mampu
survive dan mampu mengantisipasi perubahan serta mampu bersaing.
Bidan erat hubungannya dengan penyiapan sumber daya manusia. Karena pelayanan bidan
meliputi kesehatanreproduksi wanita, sejak remaja, masa calon pengantin,masa hamil, masa
persalinan, masa nifas, periode interval, masa klimakterium dan menoupause serta memantau
tumbuh kembang balita serta anak pra sekolah.
Visi pembangunan kesehatan indonesia sehat 2010 adalah derajat kesehatan yang optimal
dengan strategi: paradigma sehat, profesionlisme, JPKM dan desentralisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari aspek legal dalam pelayanan kebidanan?
2. Jelaskan otonomi dalam pelayanan kebidanan?
3. Jelaskan tahapan legislasi dalam pelayanan kebidanan?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi aspek legal dalam pelayanan kebidanan
2. Untuk mengetahui otonomi dalam pelayanan kebidanan
3. Untuk mengetahui tahapan legislasi dalam pelayanan kebidanan

BAB II
PEMDAHULUAN

A. Definisi dari Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan

Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan membantu melayani
apa yang dibutuhkan oleh seseorang, selanjutnya menurut kamus besar Bahasa Indonesia,
jika dikaitkan dengan masalah kesehatan diartikan pelayanan yang diterima oleh sesorang
dalam hubungannya dengan pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu gangguan
kesehatan tertentu.
Menurut Pasal 1 UU Kesehatan No: 36 Th. 2009, dalam Ketentuan Umum, terdapat
pengertian pelayanan kesehatan yang lebih mengarahkan pada obyek pelayanan yaitu
pelayanan kesehatan yang ditujukan pada jenis upaya, meliputi upaya peningkatan
(promotif) pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).
Menimbang : bahwa sesuai ketentuan Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan dan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019
tentang Kebidanan, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Profesi
Bidan;

Standar Profesi Bidan : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor


HK.01.07/MENKES/320/2020 Kementerian Kesehatan RI, Sekretariat Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia (2020) Standar Profesi Bidan : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.01.07/MENKES/320/2020. Sekretariat Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia, Jakarta.
tentang standart profesi bidan, Pelayanan Kebidanan adalah bagian integral dari sistem
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat
dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
Dari beberapa pengertian tentang pelayanan kebidanan diatas maka dapat disimpulkan
pelayanan kebidanan adalah kegiatan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien,

2
oleh bidan, dalam upaya kesehatan (meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan
pemulihan) yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Sedangkan kata Legal
sendiri berasal dari kata leggal (bahasa Belanda) yang artinya adalah sah menurut undang-
undang atau menurut kamus Bahasa Indonesia, legal diartikan sesuai dengan undang-undang
atau hukum.
Aspek legal didefinisakn sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan suatu
tindakan ditinjau dari segi hukum yang berlaku di indonesia. Tujuan aspek legal dalam
pelayanan kebidanan adalah dijadikan sebagai suatu persyaratan untuk melaksanakan praktik
bidan perorangan dalam memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang sudah ditetapkan dalam perundang-undangan serta memberikan kejelasan
batas-batas kewenangannya dalam menjalankan praktik kebidanan. (Ristica & Julianti, 2014)
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan, pengertian Aspek Legal dalam
Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan norma hukum yang telah disahkan oleh badan yang
ditugasi untuk menjadi sumber hukum yang paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan
kegiatan dan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien/kelompok masyarakat
oleh Bidan dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan.

B. Legislasi, Registrasi, dan Lisensi Pratek Kebidanan


Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat
hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi (pengaturan kompetensi),
registrasi (pengaturan kewenangan), dan lisensi (pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
Ketetapan hukum yang mengantur hak dan kewajiban seseorang yang berhubungan erat
dengan tindakan dan pengabdiannya. (IBI)
Rencana yang sedang dijalankan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sekarang adalah dengan
mengadakan uji kompetensi terhadap para bidan, minimal sekarang para bidan yang
membuka praktek atau memberikan pelayanan kebidanan harus memiliki ijasah setara D3.
Uji kompetensi yang dilakukan merupakan syarat wajib sebelum terjun ke dunia kerja. Uji
kompetensi itu sekaligus merupakan alat ukur apakah tenaga kesehatan tersebut layak bekerja
sesuai dengan keahliannya. Mengingat maraknya sekolah-sekolah ilmu kesehatan yang terus
tumbuh setiap tahunnya.
Jika tidak lulus dalam uji kompetensi, jelas bidan tersebut tidak bisa menjalankan profesinya.
Karena syarat untuk berprofesi adalah memiliki surat izin yang dikeluarkan setelah lulus uji
kompetensi.

3
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan
yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut adalah
1. Mempertahankan kualitas pelayanan
2. Memberi kewenangan
3. Menjamin perlindungan hukum
4. Meningkatkan profisionalisme

Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia


a. UUD 1945
Amanat dan pesan mendasar dan UUD 1945 adalah UUD 1945 upaya pembangunan nasional
yaitu pembangunan disegadan bidang guna kepentingan keselamatan, kebahagiaan dan
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia secara terarah, terpadu dan berkesinambungan.
b. UU No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
Tujuan dan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap warga Negara Indonesia melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia yang
berkualitas.
Dengan adanya arus globalisasi salah satu focus utama agar mampu mempunyai daya saing
adalah bagaimana peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia
dibentuk sejak janin di dalam kandungan, masa kelahiran dan masa bayi serta masa tumbuh
kembang balita. Hanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang memiliki pengetahuan
dan kemampuan sehingga mampu survive dan mampu mengantisipasi perubahan serta
mampu bersaing.
c. Penyiapan Sumber Daya Manusia.
Karena pertayanan bidan meliputi kesehatan wanita selama kurun kesehatan reproduksi
wanita, sejak remaja, masa calon pengantin, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, periode
interval, masa klimakterium dan menopause serta memantau tumbuh kembang balita serta
anak pra sekolah.
d. Sesuai dengan paradigma sehat ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2025 dimana masyarakat
diharapkan memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga
memperoleh jaminan kesehatan, yaitu masyarakat mendapatkan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya.

4
1. Sertifikasi
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu melalui kegiatan
pendidikan formal maupun non formal (Pendidikan berkelanjutan). Lembaga pendidikan non
formal misalnya organisasi profesi, rumah sakit, LSM bidang kesehatan yang akreditasinya
ditentukan oleh profesi. Sedangkan sertifikasi dan lembaga non formal adalah berupa
sertifikat yang terakreditasi sesuai standar nasional.
Ada dua bentuk kelulusan, yaitu:
a. Ijasah merupakan dokumentasi penguasaan kompetensi tertentu, mempunyai kekuatan
hukum atau sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan diperoleh dari pendidikan
formal.

b. Sertifikat adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu, bisa diperoleh dari kegiatan
pendidikan formal atau pendidikan berkelanjutan maupun lembaga pendidikan non formal
yang akreditasinya ditentukan oleh profesi kesehatan.
Tujuan sertifikasi antara lain: (Farelya & Nurrobikha, 2015)

a) Tujuan umum Sertifikasi adalah sebagai berikut:


 Melindungi masyarakat pengguna jasa profesi.
 Meningkatkan mutu pelayanan.
 Pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan.

b) Tujuan khusus Sertifikasi adalah sebagai berikut:


 Menyatakan kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (kompetensi) tenaga
profesi.
 Menetapkan kualifikasi dari lingkup kompetensi.
 Menyatakan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (kompetensi) pendidikan tambahan
tenaga profesi.
 Menetapkan kualifikasi, tingkat dan lingkup pendidikan tambahan tenaga profesi.
 Memenuhi syarat untuk mendapat nomor registrasi.

5
2. Registrasi
Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi harus mendaftarkan
dirinya pada suatu badan tertentu secara periodic guna mendapatkan kewenangan dan hak
untuk melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang
ditetapkan oleh badan tesebut.
Registrasi bidan adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap
bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kopetensi inti atau standar penampilan minimal
yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktik profesinya.
(Registrasi menurut keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor
900/MENKES/SK/VII/2002)
Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan mendapatkan haknya untuk ijin
praktik ( lisensi ) setelah memenuhi beberapa persyaratan administrasi untuk lisensi. Tujuan
dilakukannya registrasi antara lain:
a. Meningkatkan keemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan ilmu pengetahuan
dan tehnologi yang berkembang pesat.
b. Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam penyelesaian kasus mal
praktik.
c. Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
Alur proses regisrtasi dalam praktek kebidanan adalah sebagai berikut, bidan yang baru lulus
mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada kepala Dinas
Kesehatan Propinsi dimana institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB ( surat ijin
bidan ) selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima Ijasah bidan. Kelengkapan registrasi
menurut Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 adalah meliputi: fotokopi ijasah bidan,
fotokopi transkrip nilai akademik, surat keterangan sehat dari dokter, pas foto sebanyak 2
lembar.
SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, serta merupakan dasar untuk penerbitan
lisensi praktik kebidanan atau SIPB (surat ijin praktik bidan). SIB tidak berlaku lagi karena:
dicabut atas dasas ketentuan perundang-undangan yang berlaku, habis masa berlakunya dan
tidak mendaftar ulang, dan atas permintaan sendiri.
3. Lisensi
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang berwenang berupa
surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang teregistrasi untuk pelayanan mandiri.

6
Lisensi adalah pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah
ditetapkan IBI.Tujuan umum lisensi adalah untuk melindungi masyarakat dari pelayan profesi.
Tujuan khusus dari lisensi adalah memberikan kejelasan batas wewenang dan menetapkan sarana
dan prasarana.
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SIPB (Surat Ijan Praktik Biadan).
SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes RI kepada tenaga bidan yang menjalankan
praktik setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Bidan yang menjalankan praktik harus
memiliki SIPB, yang diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten atua Kota setempat dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
fotokopi SIB yang masih berlaku, fotokopi ijasah bidan, surat persetujuan atasan, surat keterangan
sehat dari dokter, rekomendasi dari organisasi profesi, pas foto.
Rekomendasi yang telah diberikan organisasi profesi setelah terlebih dahulu dilakukan
penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta
kesanggupan melakukan praktik bidan. Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan
inilah yang diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya Uji Kompetensi bagi bidan yang
mengurus SIPB atau lisensi. SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dapat
diperbaharui kembali.

C. Otonomi Bidan dalam Pelayanan


Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting dan
dituntun dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia,
adalah pertanggungjawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan yang
dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi
dan didasari suatu evidence based. Akuntabiliti diperkuat dengan satu landasan hukumyang
mengatur batas-batas wewang profesi yang bersangkutan.Dengan adanya legitimasi kewenangan
bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak secara
profesional yang dilandasi kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar
profesi dan etika profesi.

Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya melalui :
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2. Penelitian dalam kebidanan

7
3. pengembangan ilmu dan tehknologi dalam kebidanan
4. Akreditasi
5. Sertifikasi
6. Registrasi
7. Uji Kompetensi
8. Lisensi

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan norma hukum
yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk menjadi sumber hukum yang
paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan dan membantu memenuhi
kebutuhan seseorang atau pasien/kelompok masyarakat oleh Bidan dalam upaya
peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Aspek legal dalam
pelayanan kebidanan meliputi legislasi, registrasi, dan lisensi serta sertifikasi
Setelah mempelajari aspek legal dan legislasi dalam pelayanan kebidanan kami
sebagian penulis menyimpulkan bahwa setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan kode etik bidan Indonesia,
dengan aspek legal dan legislasi dalam pelayanan kebidanan.

C. Saran
Sebagai bidan kita harus memperhatikan ,menghayati dan mengamalkan aspek
legal dalam praktek kebidanan agar nantinya tidak terjadi pelanggaran dan dapat
menjalankan tugas kita sesuai peraturan pemerintah ataupun standar praktek
kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA

Farelya, G., & Nurrobikha. (2015). Etikolegal dalam Pelayanan Kebidanan.


Yogyakarta: Deepublish.
Ristica, O. D., & Julianti, W. (2014). Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan

9
Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish.

10

Anda mungkin juga menyukai