Anda di halaman 1dari 3

Mimpi Abu-Abu

Aku merasakan ada sesuatu yang mencekik leherku dengan begitu kuat. Entah apa itu. Yang
pasti cengkeramannya ini sangat kuat hingga aku tidak dapat bernafas. Aku mencoba untuk melepaskan
diri, tetapi usahaku gagal. Aku tidak dapat melihat siapa yang melakukan ini, karena mataku tidak mau
terbuka. Ada apa ini? Aku hanya mencoba unuk mengistirahatkan tubuhku sejenak di kasur empukku.
Tetapi mengapa jadi seperti ini? Aku berusaha berteriak, tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutku.
Tenagaku semakin melemah. Kini aku tidak sanggup untuk melepaskan diri lagi. Samar-samar aku
mendengar bisikan seseorang.

“Kita berdiri sejenak di dunia yang begitu asing.

Diriku sebagai satu dari manekin-manekin miliknya.”

Dan seketika semuanya gelap.

-ooo-

Sepi.

Hanya itu yang kurasa ketika aku membuka mata. Kupandangi sekeliling tempat aku terbangun
tadi. Asing. Hanya itu satu kata itu yang ada di dalam kepalaku ketika aku melihat tempat yang
sangatlah asing ini. Kepalaku seketika dipenuhi oleh berbagai pertanyaan. Tempat apa ini? Bagaimana
bisa tiba-tiba aku berada di tempat ini? Di mana orang-orang? Mengapa aku sendirian di sini? Mengapa
tiba-tiba aku merasa ketakutan? Ada apa sebenarnya ini?

Dengan keadaan bingung, aku menyusuri tempat asing ini. Mencoba mencari kehidupan lain
yang kemungkinan ada di tempat asing ini. Sekatika kakiku berhenti meangkah. Aku sudah menemukan
apa yang aku cari. Mataku menangkap sekelompok orang yang sedang berkumpul di suatu tempat, tidak
jauh dari tempat kuberdiri, sedang memperhatikan sesuatu yang erada tepat di depan mereka. Kuhampiri
sekelmpok orang tersebut. Pandanganku dengan seksama menilai penampilan mereka. Penamplan
mereka tidak begitu jauh penampilanku saat ini. Mereka hanya mengenakan sehelai kain, hanya itu,
tanpa memakai alas kaki.

“Bolehkah saya bertanya?” tanyaku memberanikan diri kepada salah satu dari mereka.

Hening. Tidak ada yang menjawab pertanyaanku. Bahkan pandangan mereka tetap lurus ke
depan. Seperti tidak enyadari keberadaanku.

“Tempat apakah ini?” tanyaku lagi. Berusaha membuat mereka menyadari keberadaanku.

Tetap tidak ada satu pun orang yang menjawab pertanyaanku. Pandangan mereka tetap lurus ke
depan fokus terhadap apa yang ada di depan mereka.
“Ada apa dengan orang-orang ini? Kenapa mereka selalu saja diam ketika kutanya?” tanyaku
kesal kepada diri sendiri.

“Mereka itu sedang sibuk.” Tiba-tiba ada suara yang menjawab pertanyaanku. Kucari sumber
suara itu dan menemukan seorang pria yang sedang menatapku sambil terus tersenyum.

Kuperhatikan pria itu dengan seksama. Garis-garis wajahnya yang tegas memperkuat karakter
pria itu. Wajahnya yang besinar dan senyum yang ramah tidak luput dari pandanganku. Pria itu terlihat
sedang menunggu tanggapanku dengan senyum yang masih setia terukir sempurna di wajah tampannya.

“Kau sedang bicara denganku?” tanyaku memastikan.

“Tadi kau meminta jawaban dari pertanyaanmu, bukan?” Aku hanya menganggukan kepala.
Menunggu kelanjutannya.

“Dan saat in yang telah kulakukan adalah menjawab pertanyaanmu.”

“Oke..... baiklah kalau begitu. Ngomong-ngomong tempat apa ini?”

“Ini adalah tempat di mana semua penantianmu berakhir di sini.”

“Maksudnya?” tanyaku bingung.

Senyum yang tadi ia tunjukan masih terukir rapi di wajahnya. Pria itu diam sejenak. Memikirkan
kata-kata yang tepat. “Tepat ini adalah tujuan terakhirmu. Tempat yang akan menjadi rumah abadimu.”

Aku mengangguk paham. “Lalu apa yang dilakukan orang-orrang ini?”

“Mereka sedang menunggu giliran.”

“Giliran untuk apa?”

“Nanti kau juga akan mengetahuinya.” katanya masih tetap dengan senyuman. Wajahnya yang
ramah sangat menenangkan. Benar kata pria itu. Sekelompok orang ini seperti sedang menunggu
sesuatu. Tatapan mereka terkunci pada sesosok bayangan di depan mereka. Aku berusaha untuk mencari
tahu bayangan apa itu. Tetapi usaha yang kulakukan gagal. Pandanganku terhalang oleh orang-orang
yang berlalu-lalang.

“Hei bayangan apa yang ada di depan itu?” tanyaku ada orang tadi.

“Itu adalah Prajurit Pemilik Semesta.”

“Pemilik Semesta?”

“Iya, Pemilik kita semua dan apa yang ada di dunia ini.” Jawabnya santai.

“Kenapa hanya Prajuritnya saja? Di mana Pemilik Semesta?”

“Pemilik Semesta sedang menunggu kita semua di suatu tempat. Di Surga.” Jawabnya sambil
menunjuk ke depan. Di sana terlihat sebuah tempat yang sangat bagus. Sangat berbeda dengan tempat
yang sedang kami singgahi saat ini. Tempat itu terlihat sejuk, selain itu banyak sekali tumbuhan dan
hewan yang hidup di sana, sangat berdanding terbalik dengan tempat ini. Sepertinya ‘Surga‘ itu sangat
diimpikan oleh orang-orang ini.

“Emm..... satu pertanyaan lagi, ada apa dengan mereka? Kenapa mereka seperti sedang
menyesal?”

“Nanti kau akan mengetahui penyebab semua itu. Lebih baik kau bersiap-siap. Karena sebentar
lagi adalah giliranmu.” Katanya tanpa menjawab petanyaanku tadi. Pria itu pun bersiap untuk pergi.

“Giliran untuk apa?” teriakku pada pria itu. Belum sempat mendapat jawaban, tiba-tiba terdengar
seseorang memanggil namaku.

“Alex.” Suara itu begitu dingin. Terdengar sangat menakutkan di telingaku. Kucari sumber suara
itu. Seketika pandanganku terpaku. Sesosok bayangan itulah yang telah memanggiku. Tidak hanya itu,
pandangan semua orang yang berada di tempat ini juga terarah kepadaku. Seakan memintaku untuk
segera maju. Kulangkahkan kakiku pelan-pelan. Aku tidak tahu mengapa tiba-tiba kakiku terasa sangat
berat. Perlahan, sampai akhrinya aku pun tiba di depan ‘Prajurit’ itu.

Aku tidak tahu apa yang Ia lakukan terhadapku. Semuanya berjalan cepat. Yang kurasakan
selanjutnya adalah ketika tiba-tiba Ia medorongku jatuh. Aku mencoba melihat apa yang ada di bawah.
Seketika aku menyesal. Yang sekarang menungguku di bawah adalah genangan lahar api yang sangat
panas. Dari jarak yang lumayan jauh, aku sudah dapat merasakan hawa panasnya. Aku merasakan ada
suara yang terus memanggil-manggil namaku. Kucari sumber suara itu, tetapi tidak ada yang
kutemukan. Otakku tidak bisa berpikir lagi tentang apa yang akan terjadi denganku.

Disaat aku sudah menyentuh lahar panas itu, semuanya berubah menjad gelap

-ooo-

“Hei Alex, bangunlah!!” teriakan itu menyadarkanku. Kuamati sekelilingku. Terlihat kakakku
yang sedang bergumam kesal. Aku menghela nafas lega dan segera bangkit dari tempat tidur.

“Cepatlah ganti bajumu yang basah itu. Kau tidak lupa kan dengan perayaan kelulusanku. Ayah
dan Ibu sudah menunggu kita di mobil. Lain kali jika tidak ingin ikut katakanlah. Jadi aku tidak perlu
lama-lama menunggumu yang tenyata sedang tidur dengan enaknya di kasur empukmu itu.” Katanya
kesal kemudian meninggalkanku di kamar.

Aku menutup pintu dan menatap cermin. Kuperhatikan leherku, tidak ada bekas apa pun di sana.
Tetapi entah mengapa, mimpi yang kurasakan tadi terasa sangat nyata. Baju yang saat ini kupakai terasa
sangat basah akibat keringatku yang bercucuran. Aku tidak tahu maksud mimpi itu. Dan mengapa tiba-
tiba aku bermimpi seperti itu. Apa artinya ini?

“ALEX!!!” teriak kakakku lagi dari lantai bawah

Segera aku berganti baju dan bersiap-siap. Mungkin untuk masalah mimpi ini bisa kupikirkan
lain kali. Setelah merasa semua siap, aku menghampiri kakakku di bawah. Yang tidak kusadari, ketika
aku akan keluar kamar, ada sesosok bayangan yang melambaikan tangan dan menyeingai kepadaku.

-Selesai-

Anda mungkin juga menyukai