Anda di halaman 1dari 60

PRA PLANNING PEMBENTUKAN KELOMPOK IBU

PENDUKUNG ASI EKSLUSIF (KIPAS)


DI PUSKESMAS TINEWATI
TAHUN 2021

LAPORAN PENDAHULUAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase Permberdayaan Perempuan

Disusun oleh :
FIFI SAFIROH
NIM : P20624820012

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TASIKMALAYA
2021

i
DAFTAR ISI

Lembar Judul.................................................................................................................. i
Daftar Isi......................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................................... 3
Bab II Tinjauan Teori
A. Inisiasi Menyusu Dini....................................................................................... 4
B. Daya Tahan Tubuh Bayi Baru Lahir ............................................................... 10
C. Pentingnya ASI Ekslusif .................................................................................. 12
D. Mitos & Fakta Seputar Menyusui .................................................................... 14
E. Mengenal Payudara.......................................................................................... 17
F. Mekanisme Produksi ASI................................................................................. 18
G. Kapasitas Perut bayi......................................................................................... 20
H. Langkah – Langkah Menyusui......................................................................... 21
I. Perlekatan Bayi Yang Benar Ketika Menyusu................................................. 23
J. ASI Ekslusif Bagi Ibu Yang Berkerja.............................................................. 24
Bab III Perencanaan Kegiatan ....................................................................................... 30
Bab V Kesimpulan dan Saran ........................................................................................ 34
Daftar Pustaka
Lampiran

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat
gizi yang dibutuhkan bayi. ASI merupakan asupan gizi yang terbaik untuk
melindungi dari infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran pencernaan, alergi,
obesitas juga membentuk perkembangan intelegensia dan perkembangan emosional.
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung protein
untuk daya tahan tubuh, pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian
pada bayi.1
Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari
ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin,
protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori
lebih tinggi dengan warna susu lebih putih. Peran protektif ASI nampaknya
konsekuensi dari tindakan sinergis dari berbagai macam komponen pendukung
kesehatan seperti karbohidrat, imunoglobulin, nukleotida, lactoferrin, sitokin, sel
kekebalan tubuh, asam lemak, lysozyme, dan faktor imunomodulator lainnya.2
World Health Organization (WHO), American Academy of Pediatrics (AAP),
American Academy of Family Physicians (AAFP) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan
sampai 2 tahun. Melanjutkan menyusui lebih dari 6 bulan, disertai dengan makanan
bergizi yang sesuai, cukup, aman, dan semi solid memadai, lembut, serta juga
membantu memastikan status gizi yang baik dan melindungi terhadap penyakit.3
Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia pada tahun 2017 yaitu 55,7% dan pada
tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 54,0%. Program yang telah dilakukan
oleh pemerintah untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif yaitu diantaranya
menentapkan beberapa regulasi untuk mendukung pemberian ASI Eksklusif di
Indonesia antara lain: Peraturan pemerintah (PP) nomor 33 tahun 2012 tentang

1
pemberian ASI Eksklusif. Sehingga hal ini membuat sosialisasi mengenai ASI
Eksklusif menjadi lebih gencar dilakukan oleh tenaga Kesehatan. Sosialisasi dan
kampanye tentang ASI eksklusif telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga
swadaya, akan tetapi pemberian ASI Eksklusif masih kurang dari target yang
ditetapkan yaitu 80%. Alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif ada banyak faktor
diantaranya adalah : faktor pengetahuan ibu yang kurang mengenai ASI eksklusif,
faktor nutrisi ibu selama hamil dan menyusui, psikologis, fisiologis dan hormonal ibu
yang mengakibatkan produksi ASI kurang4.
Faktor pelayanan kesehatan juga memiliki peran terhadap praktik pemberian
ASI eksklusif dan kolostrum. Kurangnya edukasi yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan menjadikan ibu kurang memiliki pengetahuan yang baik mengenai ASI
Eksklusif. Konseling laktasi dapat diberikan dan terjadi transfer pengetahuan tentang
ASI eksklusif . Selain perlunya konseling laktasi pada masa nifas, penggunaan
tanaman herbal untuk meningkatkan produksi ASI bisa diberikan sebagai asuhan
komplementer yang dapat diberikan pada saat kunjungan nifas. Hal ini juga dapat
memberikan edukasi kepada ibu nifas mengenai pemanfaatan tanaman herbal yang
bersifat laktagagum yaitu untuk meningkatkan produksi ASI5.
Penyebab yang lain adalah karena ibu bekerja sehingga tidak bisa memberikan
ASI kepada bayinya. Sangat diperlukan pencerahan terkait hal tersebut tentang
teknik-teknik mengelola ASI pada ibu bekerja sehingga tetap bisa memberikan ASI
pada bayi. Alasan terakhir adalah ASI sedikit. Banyak hal penyebab ASI sedikit
antara lain gizi ibu menyusui, kurangnya rangsangan bayi pada putting susu serta
keadaan psikologis. Kegiatan posyandu yang dilakukan meliputi penimbangan,
pencatatan dan KIE. KIE tidak menggunakan alat bantu seperti leaflet atau alat
peraga, sehingga kemungkinan sulit dicerna oleh masyarakat. Kepercayaan diri dan
kepercayaan masyarakat terkait pentingnya ASI eksklusif perlu dikuatkan dan
ditingkatkan. Berdasar uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perlunya
mengoptimalkan peran dan pengetahuan kader dalam konseling dan pendampingan
ibu menyusui.6

2
Berbagai hal yang dilakukan oleh pemerintah untuk lebih meningkatkan
cakupan pemberian ASI secara eksklusif, salah satunya mengadakan Kelompok
Pendukung ASI (KP-ASI). KP-ASI merupakan tempat bagi ibu yang akan menyusui
atau sedang menyusui bayinya untuk saling mendukung satu sama lain dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi dari berbagai pengalaman setiap ibu yang
didampingi motivator ASI.7
Kelompok Pendukung ASI dapat memberikan pengaruh yang lebih efektif
untuk meningkatkan kepercayaan diri ibu hamil agar memberikan ASI kepada
bayinya, ibu menyusui dapat memberi dukungan dan membagikan pengalamannya
kepada ibu hamil, nutrisi terbaik dapat diberikan kepada bayi sejak dini, dan petugas
kesehatan memperoleh dukungan keberlangsungan mempertahankan ditahap
menyusui bayi.8
Adapun salah satu masalah yang dihadapi oleh Puskesmas tineuwati dalam
melaksanakan KP-ASI adalah jumlah motivator ASI yang tidak sebanding dengan
jumlah ibu yang mempunyai bayi. Upaya dapat dilakukan melalui pemberdayaan
kader dalam posyandu. Pendampingan kader terhadap ibu dan keluarga bisa sebagai
solusi dari permasalahan ini karena kader merupakan bagian terdekat dari ibu-ibu
hamil dan menyusui sebelum tenaga kesehatan untuk dapat mengevaluasi
keberhasilan terhadap cakupan ASI eksklusif dengan nama lain KIPAS (Kelompok
Ibu Pendukung ASI ekSlusif).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai bahan referensi dalam melakukan
asuhan kebidanan komunitas serta sebagai acuan dalam melakukan pelayanan
inovasi di bidang Kesehatan Ibu dan Anak.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan identifikasi permasalahan yang ada dalam masyarakat
terkait Kesehatan Ibu dan Anak

3
b. Mampu melakukan asuhan kebidanan komunitas dengan inovasi yang
dilaksanakan pada permasalahan Kesehatan Ibu dan Anak
c. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran para ibu menyusui tentang
pentingnya ASI ekslusif dengan mengefektifkan peran kader sehingga dapat
tercapainya target cakupan ASI ekslusif

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)9


1. Definisi
Inisiasi menyusu dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan,
di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke
puting susu). Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam
keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan
demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah
anak kurang gizi.
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang
merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan ‘penyelamatan
kehidupan’, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22 persen dari
bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. “Menyusui satu jam pertama
kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan
sebagai indikator global.
2. Tahap-tahap dalam Inisiasi Menyusu Dini
a. Dalam proses melahirkan, ibu disarankan untuk mengurangi/tidak
menggunakan obat kimiawi. Jika ibu menggunakan obat kimiawi terlalu
banyak, dikhawatirkan akan terbawa ASI ke bayi yang nantinya akan menyusu
dalam proses inisiasi menyusu dini.
b. Para petugas kesehatan yang membantu Ibu menjalani proses melahirkan, akan
melakukan kegiatan penanganan kelahiran seperti biasanya. Begitu pula jika
ibu harus menjalani operasi caesar.
c. Setelah lahir, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa menghilangkan
vernix (kulit putih). Vernix (kulit putih) menyamankan kulit bayi.

5
d. Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan, kepala bayi dapat
dipakaikan topi. Kemudian, jika perlu, bayi dan ibu diselimuti.
e. Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari
sendiri puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu). Pada
dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting susu ibunya.
f. Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya, Ibu perlu didukung dan
dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu yang
berbaring mungkin tidak dapat mengamati dengan jelas apa yang dilakukan
oleh bayi. Bayi akan merangkak mencari puting susu ibunya. (Dalam 30 menit
pertama istirahat keadaan siaga, sekali-sekali melihat ibunya, menyesuaikan
dengan lingkungan, antara 30 – 40 menit mengeluarkan suara, memasukkan
tangan ke mulut, gerakan menghisap, mengeluarkan air liur, bergerak ke arah
payudara (areola sebagai sasaran) dengan kaki menekan perut ibu, menjilat-
jilat kulit ibu sampai di ujung tulang dada, menghentak-hentakan kepala ke
dada ibu, menoleh ke kanan kiri, menyentuh puting susu dengan tangannya,
menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar dan melekat
dengan baik.
g. Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu sampai
proses menyusu pertama selesai.
h. Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur,
dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.
i. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat-gabung. Rawat-gabung memungkinkan
ibu menyusui bayinya kapan saja si bayi menginginkannya, karena kegiatan
menyusu tidak boleh dijadwal. Rawat-gabung juga akan meningkatkan ikatan
batin antara ibu dengan bayinya, bayi jadi jarang menangis karena selalu
merasa dekat dengan ibu, dan selain itu dapat memudahkan ibu untuk
beristirahat dan menyusui. Ibu yang melahirkan dengan tindakan seperti
operasi (caesar) perlu diberikan kesempatan kontak kulit bayi ke kulit ibu. Jika

6
ibu belum pulih karena pembiusan, ayah dapat melakukan kontak kulit bayi ke
kulit ayah, menunggu sampai ibu pulih.
3. Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu
a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan
suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko
kematian karena hypothermia (kedinginan).
b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak
jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel
sehingga mengurangi pemakaian energi.
c. Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI
ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk
menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
d. Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan
antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk
pertumbuhan usus. Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap
untuk mengolah asupan makanan. Antibodi dalam ASI penting demi ketahanan
terhadap infeksi, sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi.
e. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan,
fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang
bukan protein manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna
dengan baik oleh usus bayi.
f. Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI
eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
g. Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang
keluarnya oksitosin yang penting karena
1) Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan
mengurangi perdarahan ibu.
2) Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan
mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon
meningkatkan ambang nyeri), dan timbul rasa sukacita/bahagia.

7
3) Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang
berwarna putih) dapat lebih cepat keluar.
h. Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu
1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat
2) Ibu dan bayi lebih tenang, pernafasan dan detak jantung lebih stabil. Bayi
kurang menangis.
3) Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya dari ibu, menjadikannya lebih
kebal dari bakteri lain di lingkungan. Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit
Ibu
4) Bayi memperoleh kolostrum, yang penting untuk kelangsungan hidupnya.
5) Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu
pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi.
6) Bayi akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan
menyusui. Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu
7) Bagi Ibu: Membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan
ibu, membuat ibu lebih tenang, rileks, dan mencintai bayi, lebih kuat
menahan rasa sakit, dan timbul rasa sukacita, mempercepat keluarnya ASI
matang.
i. Berikut adalah berbagai mitos seputar menyusui, yang seringkali menyesatkan
dan membuat masyarakat enggan atau tidak mendapat kesempatan menyusui
bayinya yang baru lahir sesegera mungkin.
1) Mitos
a) Setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk dapat meneteki.
b) Bayi baru lahir tidak dapat menyusu sendiri.
c) ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah melahirkan.
d) Tidak ada gunanya meneteki bayi sejak kelahirannya.
e) Bayi harus dibungkus dan dihangatkan di bawah lampu selama dua jam
setelah lahir.
f) ASI pertama/kolostrum sangat sedikit, sehingga bayi lapar dan
menangis.

8
g) Bayi menangis, pasti karena lapar.
h) Bayi menangis karena lapar perlu diberi makanan atau minuman lain.
i) Kolostrum/ASI pertama adalah susu basi/kotor.
j) ASI yang penting hanyalah cairan yang berwarna putih.
k) Bayi kedinginan sehingga perlu dibedong.
l) Kurang tersedia tenaga kesehatan sehingga bayi tidak dapat dibiarkan
menyusu sendiri.
m) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk sehingga bayi perlu segera
dipisah dari ibunya.
n) Ibu harus dijahit sehingga bayi perlu segera dipisah dari ibunya.
o) Bayi perlu diberi suntikan vitamin K dan tetes mata segera setelah lahir.
p) Bayi harus ditimbang dan diukur setelah lahir.
q) . Tenaga kesehatan belum sependapat tentang pentingnya memberi
kesempatan inisiasi menyusu dini pada bayi yang lahir dengan operasi
caesar.
r) Ibu belum bisa duduk/duduk miring untuk memberikan ASI.
2) Fakta
a) Kecuali dalam situasi darurat, ibu yang baru melahirkan mampu
meneteki bayinya segera. Memeluk dan meneteki bayi dapat
menghilangkan rasa sakit dan lelah ibu setelah melahirkan.
b) Kalau belum melihat sendiri, tentu Anda tidak akan percaya bahwa bayi
mampu melakukannya! Bayi memiliki naluri kuat mencari puting
ibunya selama satu jam setelah lahir. Jika tidak segera menyusu, naluri
ini akan terganggu sehingga akan muncul masalah dalam menyusu.
Naluri bayi ini baru akan muncul kembali kurang lebih setelah 40 jam
kemudian.
c) Meskipun tidak terasa, kolostrum (ASI pertama), akan keluar langsung
setelah kelahiran. Jumlahnya sedikit, tapi cukup untuk kebutuhan bayi.
Pada saat belum banyak ASI yang tersedia, posisi perlekatan bayi harus
sempurna sehingga bayi dapat mengeluarkan dan minum ASI dari

9
payudara ibunya. Ketika perlekatan belum sempurna, bayi tidak dapat
minum ASI pertama yang dihasilkan oleh ibunya.
d) Kolostrum adalah cairan yang kaya dengan zat kekebalan tubuh dan zat
penting lain yang harus dimiliki bayi. Dengan menetek segera setelah
lahir, bayi akan mendapat manfaat kolostrum. Selain itu bayi yang
menetek langsung akan merangsang ASI cepat keluar.
e) Bayi bukan anak ayam. Kehangatan terbaik bagi bayi diperoleh melalui
kontak kulit bayi ke kulit ibu, karena kehangatan tubuh ibu dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. Kontak kulit bayi ke kulit ibu,
membuat ASI semakin cepat keluar.
f) ASI pertama memang sedikit, tapi cukup untuk memenuhi perut bayi
yang hanya dapat diisi sebanyak 4 sendok teh. Bayi yang menangis
belum tentu berarti lapar, karena masih banyak penyebab lain yang
menyebabkan bayi menangis.
g) Bayi menangis bisa diakibatkan karena merasa tidak nyaman, merasa
tidak aman, merasa sakit, dan sebagainya. Belum tentu lapar. Itulah
kenapa dalam satu jam pertama, bayi sebaiknya diletakkan dekat ibunya
agar merasa aman dan tenang.
h) Jika bayi lapar, teteki lagi. Semakin sering meneteki tidak akan
membuat bayi lapar, dan akan memperlancar produksi ASI. Makanan
dan minuman selain ASI hanya akan membahayakan kesehatan
pencernaan bayi, karena perut bayi belum siap untuk menerima dan
mengolahnya. Kolostrum/ASI pertama adalah susu basi/kotor.
i) Warna kuning kolostrum adalah tanda-tanda kandungan protein dalam
ASI, bukan berarti kotor atau basi. Selain protein, kolostrum/ASI
pertama juga kaya dengan zat kekebalan tubuh dan zat penting lain
yang harus dimiliki bayi baru lahir.
j) Kolostrum/ASI pertama (kekuningan/tidak berwarna) adalah ASI yang
paling penting untuk memberikan kekebalan kepada bayi. ASI yang

10
berwarna putih, kaya akan lemak, sangat penting untuk kebutuhan
pertumbuhan bayi sampai berusia 6 bulan.
k) Bayi baru lahir memang mudah kedinginan, sehingga perlu dipeluk
kontak kulit ke kulit, diberi topi, lalu ibu bersama bayi diselimuti.
Bedong bayi terlalu ketat, akan membuatnya lebih kedinginan dapat
meningkatkan resiko pneumonia serta infeksi saluran pernafasan akut
lainnya akibat paru-paru bayi tidak dapat mengembang sempurna ketika
ia bernafas.
l) Suami atau anggota keluarga ibu dapat membantu Inisiasi Menyusu
Dini.
m) Sementara sibuk, ibu dapat melaksanakan inisiasi menyusu dini.
Lagipula, proses IMD dapat dibantu oleh suami atau anggota keluarga
ibu
n) Bagi ibu yang melahirkan dengan cara operasi caesar, meskipun
sementara dijahit, ibu tetap dapat melaksanakan inisiasi menyusu dini.
o) Benar, tapi dapat ditunda selama 1 jam hingga bayi selesai menyusu
awal. Bayi harus segera dibersihkan setelah lahir. Bidan akan
membersihkan seperlunya. Memandikan bayi sebaiknya ditunda hingga
6 jam agar tidak membuat bayi kedinginan.
p) Ditunda 1 jam tidak akan mengubah berat dan tinggi bayi
q) Mungkin, tapi adalah tugas orang tua untuk membela hak sang bayi.
Tenaga kesehatan dapat diberi penjelasan, dan suami atau anggota
keluarga dapat membujuk agar bayi dibiarkan untuk inisiasi menyusu
dini.
r) Siapa yang mengharuskan duduk? Sambil ibu berbaring, bayi dapat
menyusu pada saat tengkurap di dada ibu. Posisi ibu menyusui tidak
harus dengan duduk bersandar.

B. Daya Tahan Tubuh Bayi Baru Lahir9

11
Orang dewasa memiliki kemampuan bertahan hidup di alam bebas tanpa
bantuan, selama beberapa waktu. Menurut aturan bertahan hidup yang digunakan
oleh para pendaki gunung, atau para penjelajah alam bebas, orang dewasa hanya
mampu bertahan hidup tanpa bantuan selama:
1. 3 menit tanpa udara (bernafas)
2. 3 jam tanpa tempat berteduh
3. 3 hari tanpa minum
4. 3 minggu tanpa makan
Aturan ini disebut sebagai Aturan Tiga, atau dalam bahasa Inggrisnya “The
Rules of Three”. Meskipun demikian, aturan ini harus dilihat sebagai kemampuan
rata-rata, karena tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama.
Jelas bahwa rata-rata manusia tidak akan mampu menahan nafas lebih dari 3
menit. Jika kita tenggelam, maka lebih dari 3 menit akan sangat berbahaya bagi
keselamatan jiwa kita. Mampu bertahan 3 jam tanpa tempat berteduh, maksudnya
jika kita masih bisa bernafas, tetapi berada di alam bebas di mana kita tidak bisa
berteduh dari hujan, atau dari teriknya sinar matahari. Selain itu tempat berteduh
sangat dibutuhkan agar kita dapat beristirahat, menghilangkan rasa lelah dan
mengumpulkan tenaga untuk kembali beraktivitas.
Mampu bertahan 3 hari tanpa minum, maksudnya jika berada di tempat dengan
suhu yang cukup nyaman, tidak terlalu panas seperti di padang pasir, atau tidak
terlalu dingin seperti di kala musim salju. Juga kita berada pada ketinggian yang
kurang lebih sejajar dengan ketinggian air laut. Jika situasinya lebih buruk daripada
kondisi yang disebutkan di atas, maka kemampuan bertahan hidupnya akan kurang
dari 3 hari, karena normalnya manusia akan kehilangan 2-3 liter air setiap harinya
dalam situasi normal. Kekurangan air akan berakibat dehidrasi, sakit kepala (pusing),
sulit berkonsentrasi, dan dapat berakhir dengan kematian.
Tanpa makanan selama 3 minggu, maksudnya jika kebutuhan air tetap
terpenuhi, punya tempat berlindung, dan tersedia oksigen yang cukup untuk bernafas.
Kekurangan makanan dapat berakibat keputusasaan karena tubuh melemah,

12
menurunnya daya kekebalan tubuh dari penyakit, tidak dapat mempertahankan suhu
tubuh, dan berujung pada kematian.
Aturan Tiga tersebut hanya berlaku pada orang dewasa, dan tidak berlaku
untuk bayi. Meskipun demikian, bayi juga memiliki kemampuan bertahan hidup
tanpa asupan apapun selama 2x24 jam. Pada bayi yang baru lahir, kemampuan
bertahan hidup tanpa asupan apapun selama 2 x 24 jam, karena ketika lahir bayi
masih membawa ‘bekal makanan’ yang didapatnya dari ibu selama masih di dalam
kandungan. Tetapi bayi harus berada dalam ruangan yang nyaman, dengan suhu yang
tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Suhu yang terlalu panas akan mengakibatkan
bayi berkeringat, dan hal ini menyebabkan terjadinya pembakaran berlebihan
terhadap cadangan lemak di tubuhnya.
Demikian juga jika suhu terlalu dingin, akan menyebabkan tubuhnya secara
alamiah ‘membakar’ cadangan lemak untuk mendapatkan suhu tubuh yang sesuai.
Cadangan yang terbatas ini tentu saja tidak akan bertahan lama, sehingga bayi perlu
dihangatkan dengan cara dipeluk oleh ibunya, bersentuhan antara kulit bayi dengan
kulit ibu tanpa pelapis apapun. Suhu tubuh ibu akan menghangatkan bayi, dan
membuatnya lebih tenang.
Selama 2x24 jam ini, jika ibu merasa ASI-nya kurang atau tidak keluar, bayi
harus tetap disusui. Sedini dan sesering mungkin ibu menyusui bayinya, akan
memperlancar produksi ASI-nya. Jika lebih dari 2x24 jam, sebaiknya segera
berkonsultasi kepada konselor laktasi, atau bidan delima, atau petugas kesehatan
setempat.

C. Pentingnya ASI Ekslusif9


ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi
berumur nol sampai enam bulan (6 x 30 hari). Hanya ASI satu-satunya makanan dan
minuman yang diperlukan oleh seorang bayi dalam enam bulan pertama. Tidak ada
makanan atau minuman lain, termasuk air putih, yang diperlukan selama periode ini.
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi Anda. Susu hewan, susu formula
(bahkan yang harganya paling mahal), susu bubuk, teh, minuman yang mengandung

13
gula, air putih, pisang dan padi-padian tidak memiliki kandungan sebaik ASI. ASI
adalah makanan yang bergizi dan berkalori tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI
memiliki kandungan yang membantu penyerapan nutrisi, membantu perkembangan
dan pertumbuhanan, juga mengandung sel-sel darah putih, anti-bodi, anti-peradangan
dan zat-zat biologi aktif yang penting bagi tubuh bayi dan melindungi bayi dari
berbagai penyakit. Kandungan-kandungan tersebut TIDAK terdapat dalam susu
formula, selain itu asupan apapun selain ASI sulit dicerna oleh bayi, sehingga justru
akan membahayakan kesehatannya.
Pada bulan-bulan pertama, saat bayi berada pada kondisi yang sangat rentan,
pemberian makanan atau minuman lain selain ASI akan meningkatkan resiko
terjadinya diare, infeksi telinga, alergi, meningitis, leukemia, Sudden Infant Death
Syndrome/SIDS -sindrom kematian tiba-tiba pada bayi- penyakit infeksi dan
penyakit-penyakit lain yang biasa terjadi pada bayi.
ASI yang diproduksi ibu mempunyai komposisi yang sempurna untuk bayinya.
Tidak ada yang bisa membuat makanan yang sesempurna ini. Antibodi yang
terkandung dalam ASI dibuat khusus untuk virus dan bakteri yang dihadapi ibu dan
bayinya pada saat itu. Komposisi ASI berbeda-beda – dari pagi sampai malam hari,
dari tegukan pertama sampai akhir setiap kali anak menyusui -berubah untuk
memenuhi kebutuhan dan perkembangan bayi dengan rasa yang dipengaruhi oleh
makanan yang dikonsumsi ibu, sehinga setiap teguk ASI berbeda dan sempurna
untuk bayinya. Tidak ada produsen susu formula yang bisa membuat makanan yang
lebih sempurna untuk bayi dibandingkan sang ibu.
Keuntungan Menyusui
1. Membantu ikatan batin antara ibu dengan bayi. Bayi yang sering berada dalam
dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan
merasa aman dan tentram, terutama karena masih mendengar detak jantung sang
ibu yang telah dikenalnya sejak dalam kandungan.
2. Membantu menunda kehamilan baru jika menyusui dilakukan secara rutin. Cara
ini mengandalkan pemberian ASI pada masa menyusui bayi (pascapersalinan).
Selama ibu memberi ASI Eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6

14
bulan pertama setelah melahirkan, dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia
12 bulan.
3. Melindungi kesehatan ibu. Menyusui dapat mengurangi risiko pendarahan setelah
melahirkan, karena pada saat menyusui kadar Oksitosin yang berguna juga untuk
penutupan pembuluh darah sehingga pendarahan lebih cepat berhenti. Selain itu
dapat mengurangi anemia, mengecilkan rahim, lebih cepat langsing, dan
mengurangi risiko menderita kanker payudara & indung telur.
4. Biayanya lebih rendah daripada pemberian asupan buatan, apalagi susu formula.
Dengan memberi ASI Eksklusif, berarti tidak ada pengeluaran untuk membeli
susu formula selama 6 bulan, bahkan sampai 2 tahun. Selain itu karena bayi akan
lebih jarang sakit, maka pengeluaran untuk ke dokter atau ke rumah sakit juga
akan berkurang.
5. Meningkatkan kecerdasan anak. Dengan memberikan ASI Eksklusif selama 6
bulan, akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara
optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal, dengan komposisi yang
tepat, serta disesuaikan dengan dengan kabutuhan bayi. ASI juga mengandung
nutrien khusus yang diperlukan otak.
6. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Bayi yang baru lahir secara alamiah
mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari.
Namun kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Ketika
zat kekebalan menurun dan tubuh bayi belum mampu memproduksi banyak zat
kekebalan, maka ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang
akan melindungi bayi dari berbagai penyakit.
Bahaya Pemberian Susu Formula untuk Bayi
1. Mudah muntah – mencret dan mencret menahun.
2. Meningkatkan keungkinan terkena penyakit gangguan pernafasan akut.
3. Kurang gizi dan kurang vitamin A.
4. Meningkatkan angka kematian.
5. Menurunkan perkembangan kecerdasan (kognitif).
6. Meningkatkan kegemukan.

15
7. Meningkatkan kemungkinan penyakit menahun seperti penyakit usus besar.
8. Lebih mudah alergi dan tidak cocok susu formula.
9. Meningkatkan kemungkinan terkena asma.
10. Meningkatkan penyakit jantung dan pembuluh darah.
11. Meningkatkan kemungkinan infeksi telinga.
12. Meningkatkan terkena infeksi
13. Sakazaki dari bubuk susu yang tercemar.
14. Meningkatkan kemungkinan kanker leukemia dan kanker getah bening pada
anak.
15. Meningkatkan kemungkinan kencing manis.
16. Meningkatkan risiko kekurangan zat-zat gizi, misal: kekurangan vitamin B1
(thiamine) pada bayi dengan susu kedelai.
17. Meningkatkan risiko efek samping pencemaran lingkungan.

D. Mitos & Fakta Seputar Menyusui9


1. Menyusui menyebabkan payudara kendur.
Payudara kendur disebabkan oleh bertambahnya usia dan kehamilan. Kegiatan
menyusui sama sekali tidak mengakibatkan perubahan bentuk payudara ibu.
2. Payudara yang berukuran kecil tidak dapat menghasilkan banyak susu.
Payudara kecil maupun besar sama-sama dapat menghasilkan banyak susu.
Yang terpenting ibu memiliki kepercayaan diri dan motivasi yang tinggi untuk
menyusui bayinya. Semakin sering menyusui, payudara akan semakin banyak
menghasilkan ASI.
3. Payudara dengan puting terbenam tidak dapat menyusui.
Puting terbenam tidak berarti tidak dapat menyusui karena bayi menyusu pada
payudara, bukan pada puting.
4. ASI pertama (yang berwarna kekuningan) adalah susu basi dan tidak baik bagi
bayi.
ASI pertama (kolostrum) adalah zat terpenting bagi bayi. Warna kekuningan
pada kolostrum bukanlah pertanda basi, tetapi menunjukkan tingginya

16
kandungan protein. Susu yang keluar dari payudara ibu tidak pernah ada yang
basi, bahkan setelah disimpan dengan benar selama 8 jam, ASI masih dapat
digunakan.
5. Kandungan atau isi ASI pertama hanyalah air.
ASI pertama atau kolostrum selain mengandung air, juga mengandung protein
dan zat-zat penting lainnya yang penting bagi kekebalan tubuh bayi baru lahir
dari berbagai penyakit.
6. ASI eksklusif berarti tidak boleh memberikan makanan, sedangkan susu formula
& cairan lainnya boleh.
ASI eksklusif artinya hanya memberikan ASI saja, yang lain sama sekali tidak
boleh. Sekali saja mencampurkan ASI dengan yang lain, maka tidak bisa disebut
sebagai ASI Eksklusif lagi. Susu formula belum dapat dicerna oleh perut bayi
dengan baik, karena tidak dilengkapi dengan enzim yang hanya terdapat pada
ASI.
7. ASI eksklusif tidak dapat dilakukan jika ibu bekerja.
Ibu bekerja tetap dapat memberikan ASI eksklusif. Dengan cara memerah ASI
sebelum berangkat kerja dan pada saat bekerja, ibu tetap dapat menjaga
persediaan ASI untuk bayi yang ditinggalkan.
8. Hingga usia 6 bulan, ASI saja tidak cukup bagi bayi.
Semua kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan terpenuhi oleh ASI saja. Selain
karena kapasitas perut bayi masih sangat kecil, bayi 0-6 bulan belum
memerlukan makanan padat seperti orang dewasa yang melakukan banyak
kegiatan fisik. Bayi hanya membutuhkan ASI untuk pertumbuhannya selama 6
bulan pertama sejak lahir, dan melindunginya dari berbagai penyakit.
9. Pisang dapat menyembuhkan diare pada bayi dan membersihkan usus bayi
Pisang tidak membersihkan usus bayi melainkan merusak, karena usus bayi
masih belum sanggup mengolah makanan padat dalam bentuk apapun hingga
usia 6 bulan.
10. Susu formula sama baiknya dengan ASI. Tidak ada cairan lain apapun yang
dapat menggantikan ASI.

17
Hanya jika diberikan ASI eksklusif saja yang membuat bayi lebih sehat.
11. Untuk perkembangan otak, susu formula lebih baik daripada ASI.
ASI mengandung AA/DHA yang sangat penting bagi pertumbuhan otak.
12. Kombinasi ASI dan susu formula adalah yang terbaik bagi bayi.
Yang terbaik bagi bayi hingga usia 6 bulan adalah hanya menerima ASI saja.
13. Jika ASI belum atau tidak lancar dapat digantikan dengan susu formula.
Jika ASI belum atau tidak lancar, bayi masih memiliki daya tahan tubuh (tidak
akan kelaparan) hingga 2x24 jam sejak lahir, yang dibawa sejak dalam
kandungan. Meskipun ASI dirasa belum lancar atau ASI tidak keluar, Ibu harus
tetap terus menyusui si bayi, karena rangsangan dari hisapan bayi akan
mempercepat lancarnya produksi ASI.
14. Agar bayi tidak kuning dan tidak demam, dapat diberi makanan atau minuman
lain sebelum ASI keluar.
Bayi yang kuning harus banyak menerima sinar matahari pagi dan lebih sering
diberi ASI.
15. Jika bayi terus menangis berarti ASI-nya kurang.
Bayi menangis belum tentu berarti lapar. Ada banyak penyebab bayi menangis,
antara lain merasa tidak aman, terkejut, ngompol, dll.
16. Ibu yang banyak minum susu akan menghasilkan banyak ASI.
Susu yang diminum ibu memberikan banyak kalsium bagi ibu, bukan
menghasilkan ASI yang lebih banyak.
17. Agar menghasilkan banyak ASI, Ibu harus banyak makan sayuran.
Banyaknya ASI yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh makanan atau minuman
yang dikonsumsi ibu. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak ASI yang
dihasilkan.
18. Jika ibu sedang sakit, bayi akan tertular melalui ASI.
Ketika sakit, tubuh ibu membuat zat kekebalan tubuh yang juga disalurkan
kepada bayi melalui ASI sehingga bayi tidak akan ikut sakit.
19. Ibu yang kurang vitamin tidak dapat menyusui bayinya.

18
Jika Ibu kurang vitamin, maka vitamin yang sampai ke bayi juga akan ikut
berkurang, tetapi kegiatan menyusui tetap dapat dilakukan. Ibu hanya perlu lebih
banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin lebih tinggi, atau
mengkonsumsi vitamin tambahan.
20. Jika ibu kurang gizi, tidak dapat menyusui bayinya.
Ibu yang kurus sekalipun tetap dapat menghasilkan banyak ASI asalkan sering
menyusui.
21. Menyusui tidak boleh dilakukan sambil berbaring.
Menyusui dapat dilakukan sambil berdiri, duduk ataupun berbaring.
Bayi yang sedang sakit tidak boleh disusui. Bayi yang sedang sakit harus lebih
sering diberi ASI.
22. Pemberian air kepada bayi baru lahir hingga usia 6 bulan tidak akan merugikan.
Pemberian air apapun kepada bayi baru baru lahir hingga usia 6 bulan hanya
akan memenuhi perut bayi sehingga mengurangi ruang untuk ASI yang sangat
dibutuhkan bayi. Bayi yang baru saja dilahirkan hanya boleh diberi ASI.

E. Mengenal Payudara9
Payudara berubah bentuk hanya karena bertambahnya usia dan kehamilan,
bukan karena faktor lainnya. Kehamilan menyebabkan dikeluarkannya hormon-
hormon dan menyebabkan terbentuknya air susu yang mengisi payudara. Payudara
yang sudah terisi air susu tentu akan berbeda bentuknya dengan payudara yang
belulm terisi oleh air susu. Jadi yang menyebabkan perubahan bentuk payudara
adalah kehamilan, bukan menyusuinya. Besarnya perubahan bentuk payudara sangat
tergantung dari turunan, usia dan juga oleh penambahan berat badan pada waktu
kehamilan.
Jadi kalau ada yang tidak menginginkan bentuk payudara berubah, caranya
hanya dengan tidak hamil dan tidak bertambah umur.
Dimana ASI ‘Disimpan’? ASI diproduksi di Sel Pembuat Susu, lalu akan
mengalir menuju puting melalui saluran-saluran ASI. Di antara banyaknya saluran,
kemudian bertemu pada sebuah saluran utama (seperti muara) yang mengalirkan ASI

19
menuju puting. Muara ini terletak di bagian dalam payudara, di bawah bagian yang
berwarna kehitaman di sekitar puting (Areola).
ASI sebenarnya tidak “disimpan”, melainkan mengalir pada saluran ASI ini.
Jika tidak sedang menyusui, maka ASI tidak mengalir, tetapi “diam” pada saluran
ASI. Terkadang ASI bisa menetes dari puting meskipun tidak menyusui, karena ASI
yang berada pada saluran ini sudah terlalu banyak, dan ketika Ibu memikirkan sang
bayi, ada sel otot yang mendorong ASI mengalir secara otomatis ke arah putting

F. Mekanisme Produksi ASI9


1. Hormon Prolaktin
Rangsangan Sensorik (Indera sentuhan dari puting) Hisapan Bayi K-11
Bagaimana ASI Dihasilkan? Mekanisme ASI Ketika bayi menyusu, payudara
mengirimkan rangsangan ke otak. Otak kemudian bereaksi mengeluarkan hormon
Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju kembali ke payudara.
Hormon Prolaktin merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja, memproduksi
susu.
Sel-sel pembuat susu sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika bayi
menyusu. Sebagian besar hormon Prolaktin berada dalam darah selama kurang
lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Jadi setelah proses menyusu selesai,
barulah sebagian besar hormon Prolaktin sampai di payudara dan merangsang sel-
sel pembuat susu untuk bekerja.
Jadi, hormon Prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Susu yang
disedot/dihisap bayi saat ini, sudah tersedia dalam payudara, di saluran ASI.
Sederhananya, mekanisme produksi susu dalam payudara prinsipnya mirip
dengan tanaman teh atau tanaman kembang kertas. Jika kita memetik pucuk teh
atau kembang kertas, maka akan tumbuh dari bawah ketiak daun, dua buah
cabang baru.
Jadi semakin sering dipetik, semakin banyak pucuk mudanya. Jika tidak
dipetik, tidak akan ada cabang baru. Begitu pula dengan ASI, semakin sering
disedot bayi, semakin banyak ASI yang diproduksi. Semakin jarang bayi

20
menyusu, semakin sedikit ASI yang diproduksi. Jika bayi berhenti menyusu,
maka payudara juga akan berhenti memproduksi ASI.
2. Hormon Oksitosin
Setelah menerima rangsangan dari payudara, otak juga mengeluarkan
hormon Oksitosin selain hormon Prolaktin. Hormon Oksitosin diproduksi lebih
cepat daripada Prolaktin. Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju
payudara. Di payudara, hormon Oksitosin ini merangsang sel-sel otot untuk
berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan ASI hasil produksi sel-sel pembuat susu
terdorong mengalir melalui saluran ASI menuju puting. Kadang-kadang, bahkan
ASI mengalir hingga keluar payudara ketika bayi sedang tidak menyusu. Proses
mengalirnya ASI ini disebut sebagai refleks pelepasan ASI
Produksi Hormon Oksitosin bukan hanya dipengaruhi oleh rangsangan dari
payudara. Hormon oksitosin juga dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan ibu. Jadi
ketika ibu mendengar suara bayi, meskipun mungkin bukan bayinya, ASI dapat
menetes keluar. Suara tangis bayi, sentuhan bayi, atau ketika ibu berpikir akan
menyusui bayinya, atau bahkan ketika ibu memikirkan betapa sayangnya kepada
sang bayi, ASI dapat menetes keluar. Itulah kenapa hormon Oksitosin ada yang
menyebut dengan istilah Hormon Cinta.
Jika refleks pelepasan ASI ibu tidak bekerja dengan baik, maka bayi akan
mengalami kesulitan memperoleh ASI karena harus mengandalkan hanya pada
kekuatan sedotan menyusunya. Akibatnya, bayi akan kelelahan dan memperoleh
sedikit ASI. Kadang-kadang hal ini membuatnya frustasi, dan kemudian
menangis. Peristiwa ini kelihatannya seperti seolah-olah payudara berhenti
memproduksi ASI, padahal tidak. Payudara tetap memproduksi ASI, tetapi ASI
tidak mengalir keluar. Jadi perkara refleks pelepasan ASI ini sangat penting bagi
bayi.
Tanda dan Sensasi Refleks Pelepasan ASI yang mungkin akan dirasakan Ibu
1. Sensasi diperah atau gelenyar di dalam payudara sesaat sebelum menyusui atau
pada waktu proses menyusui berlangsung.

21
2. ASI mengalir dari payudara ibu bila memikirkan bayinya, atau mendengar
bayinya menangis.
3. ASI menetes dari payudara sebelah, bila bayi menyusu pada payudara yang
lainnya.
4. ASI memancar halus ketika bayi melepas payudara pada waktu menyusu.
5. Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi keluarnya
darah selama menyusui bayi di minggu pertama setelah melahirkan.
6. Hisapan yang lambat, dalam, dan tegukan bayi menunjukkan bahwa ASI
mengalir ke dalam mulut bayi.
Zat Penghambat Produksi ASI juga dikendalikan di dalam payudara itu
sendiri. Bila dalam satu payudara ada banyak ASI yang tertinggal, maka zat
penghambat akan memerintahkan sel-sel pembuat susu untuk berhenti bekerja.
Penghentian ini diperlukan untuk mencegah payudara yang bersangkutan
mengalami efek kepenuhan.”
Hal ini menjelaskan kepada kita mengapa jika bayi lebih banyak menyusu
pada satu payudara, maka payudara tersebut menghasilkan lebih banyak ASI dan
ukurannya menjadi tampak lebih besar dari payudara lainnya.
Agar satu payudara tetap menghasilkan ASI, maka ASI yang ada di
dalamnya harus dikeluarkan. Jadi, jika bayi tidak menyusu pada salah satu atau
kedua payudara, ASI HARUS DIKELUARKAN DENGAN CARA DIPERAH.

G. Kapasitas Perut Bayi9


Produksi kolostrum hanya sekitar 7,4 sendok teh atau 36, 23 ml per hari. Selain
jumlahnya sangat sedikit, karakteristik kolostrum juga belum seperti ASI matang,
warnanya bening kekuning-kuningan dan agak kental. Karenanya, tak jarang ibu
yang tidak melihat keluarnya kolostrum mengira ASI-nya belum keluar. Ada pula
ibu yang melihat kolostrumnya keluar, tetapi karena jumlahnya yang sedikit itu, si
ibu mengira ASI-nya hanya keluar sedikit. Akhirnya ibu menunda untuk menyusui,
atau bahkan memilih memberikan susu formula kepada bayinya.

22
Sebenarnya, Tuhan telah mengatur agar produksi kolostrum (yang hanya
sedikit itu) sesuai dengan kapasitas perut bayi. Tahukah Anda, bahwa kapasitas perut
bayi usia 1-2 hari hanya sebesar kelereng (5-7 ml)? Itu pun kapasitas maksimalnya.
Lebih dari itu akan segera dimuntahkan karena perut si kecil belum dapat meregang.
Sekali menyusui, rata-rata produksi kolostrum ’hanya’ 1,4 sendok teh (6,86 ml).
Dengan demikian, sekali menyusui, bayi akan mencerna habis semua kolostrum yang
ia konsumsi, tidak ada yang terbuang.
Jika pada hari 1-2 kapasitas perutnya sekitar 5-7 mililiter, maka pada hari-3,
kira-kira akan mencapai 22-27 mililliter. Ini kira-kira sebesar kepalan tangan si bayi,
atau kira-kira sebesar kelereng besar (gundu). Berikutnya, pada hari-10, kapasitasnya
berkembang menjadi sekitar 45-60 mililiter, atau sebesar bola pingpong.
Karena kapasitas perut bayi yang sangat kecil tersebut, mustahil memberi bayi
ASI atau asupan lain dalam jumlah yang besar dalam sekali makan/minum. Bayi
hanya akan mampu mencerna sedikit ASI setiap kali menyusu, dan karenanya ia
akan lebih sering menyusu. Apalagi dalam 6 bulan ia harus tumbuh 2½ kali berat
badannya sewaktu lahir, artinya ia harus mendapat cukup banyak ASI dari ibu.
Karena jumlah ASI yang ia butuhkan cukup banyak, maka ibu harus rela
menyusui bayinya, bahkan mungkin hingga 2-3 jam sehari. Intinya, bayi akan
‘memanggil’ ibunya jika ia merasa lapar, dan pada saat itulah saat yang tepat untuk
menyusui. Jangan jadwalkan kegiatan menyusu, karena mungkin akan menyebabkan
bayi merasa kelaparan, karena harus menunggu jadwal menyusunya ‘datang’. Jika
kita bandingkan, kapasitas atau daya tampung perut orang dewasa adalah sebesar bola
tenis, dengan diameter sekitar 6½ cm, setara dengan 900 mili-liter. Bayi 3 kg H-1 =
5-7 ml = kelereng kecil, H-2 = 12-13 ml, H-3 = 22-27 ml = kelereng besar, H-10 =
45-60 ml = bola pingpong Dewasa = 900 ml = bola tenis lapangan
Pertumbuhan bayi pada usia 0-6 bulan Selama 6 bulan masa ASI eksklusif,
berat badan bayi harus bertambah minimal 500 gram (½ kilogram) setiap bulannya!
Jika kurang dari 500 gram setiap bulannya, berarti sang bayi memiliki masalah
serius! Jika penambahan beratnya tiap bulan mencapai 500 gram, maka penambahan
berat badan setelah 6 bulan adalah kurang lebih 2½ kali berat tubuhnya pada saat

23
lahir. Jika dalam contoh tadi si anak berat lahirnya adalah 3.8 kg, maka beratnya
pada bulan ke enam seharusnya adalah 3.8 x 2½ = 9,5 kg
Setelah 6 bulan, penambahan berat badan bayi akan semakin menurun. Hal ini
seiring dengan aktivitas bayi yang mulai bertambah, seperti semakin banyak gerak
fisik, sehingga tidak semua asupan yang diterimanya digunakan untuk pertumbuhan,
tetapi juga digunakan untuk energi gerak bayi. Setelah 6 bulan bayi sudah boleh
diberi makanan padat tambahan selain ASI, dengan memperhatikan kandungan gizi
dan vitamin dalam makanan tersebut.

H. Langkah - Langkah Menyusui9


1. Cuci tangan dengan benar terlebih dahulu menggunakan sabun dan air bersih.
Tangan ibu yang akan menyentuh bagian-bagian yang dihisap oleh bayi (puting
dan areola), sehingga untuk menghindari perpindahan kuman dari tangan, maka
sebaiknya ibu mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu. Cara mencuci
tangan: basahi kedua tangan dengan air mengalir, gosok dengan sabun hingga ke
sela jari dan kuku, bilaslah dengan air mengalir hingga bersih, lalu keringkan
dengan lap yang bersih.
2. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola sekitarnya. Cara ini
bermanfaat untuk menjaga wilayah areola dan puting tetap steril, karena ASI juga
mampu berfungsi sebagai desinfektan (pencegah infeksi dari kuman penyakit).
Selain itu, dapat menjaga kelembaban areola dan puting payudara.
3. Letakkan bayi menghadap perut ibu/payudara, mulai dari payudara yang terakhir
belum dikosongkan. Posisi bayi sebaiknya menghadap ibu, dengan kepala bayi
menghadap ke arah depan (ke arah payudara), sehingga telinga dan tangannya
berada pada satu garis lurus. Payudara yang akan disusukan ke bayi haruslah
payudara yang belum dikosongkan, agar menjaga kelangsungan produksi ASI.
4. Terutama jika payudara terlalu besar, pegang payudara dengan ibu jari di atas dan
jari lainnya menopang bagian bawah payudara. Payudara yang terlalu besar dapat
mengakibatkan puting tidak menonjol keluar, karenanya perlu dipegang
sedemikian rupa agar bayi dapat dengan mudah melekat pada areola.

24
5. Jika perlu, rangsang bayi untuk membuka mulut dengan menyentuhkan jari ke sisi
mulutnya. Bayi harus melekat pada areola payudara ibu, dan bukan pada
putingnya saja, karenanya mulut bayi harus terbuka lebar.
6. Dekatkan dengan cepat kepala bayi ke payudara ibu, dengan puting dan areola
dimasukkan ke mulut bayi. Ketika mulut bayi sudah terbuka lebar, kepala bayi
segera didekatkan pada payudara ibu sebelum bayi kembali menutup mulutnya.
7. Setelah payudara yang dihisap bayi terasa kosong, lepaskan isapan bayi dengan
menekan dagunya ke bawah atau jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi.
Sebaiknya bayi menghisap hingga susu akhir dari payudara ibu, baru kemudian
dilepaskan. Tetapi dapat juga bayi dibiarkan sampai melepaskan sendiri
hisapannya dari payudara ibu. Jika bayi hanya merasa haus, maka ia tidak lama
menyusu, hanya meminum susu awal saja lalu melepaskan hisapannya. Ibu dapat
merasakan ketika payudaranya sudah terasa benar-benar kosong karena susu akhir
yang lebih kental sudah dihisap bayi. Pada saat inilah bayi dapat dilepaskan atau
melepaskan hisapannya dari payudara ibu.
8. Susui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan. Setelah selesai
dengan salah satu payudara, maka kegiatan menyusu berikutnya dilakukan pada
payudara yang belum dihisap bayi.
9. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola sekitarnya, kemudian
biarkan kering dengan sendirinya (jangan dilap). Cara ini dilakukan untuk
menjaga kelembaban wilayah di sekitar areola dan puting, sehingga tidak kering.
10. Sendawakan bayi. Bayi perlu disendawakan agar tidak memuntahkan ASI yang
sudah diminumnya. Caranya bisa dengan menepuk-nepuk punggungnya secara
perlahan, sambil digendong dengan bersandar pada bahu ibu/ayah, atau
menengkurapkannya di pangkuan.

I. Perlekatan Bayi Yang Benar Ketika Menyusu9


Perlekatan bayi ketika menyusui adalah keadaan menempelnya bayi ke badan
ibu ketika disusui. Perlekatan yang tidak benar akan menyebabkan bayi mengalami
masalah dalam menyusui, seperti kesulitan menghisap susu dengan efisien dan

25
masalah pada ibu seperti puting luka, belah, atau berdarah, dan masalah-masalah
lainnya.
1. Perlekatan yang Salah; Bayi hanya melekat pada puting ibu, dagu tdak menempel,
mulut bayi kurang terbuka, bibir bawah bayi ke arah dalam
2. Perlekatan yang Benar; Sebagian besar areola bagian bawah masuk ke mulut bayi,
dagu bayi menempel pada payudara, bibir bawah ke arah luar
3. Sebelum menyusu, mulut bayi harus terbuka lebar, agar dapat melekat dengan
benar pada areola ibu
4. Telinga dan tangan bayi berada pada satu garis lurus, sehingga badan bayi
menghadap ke ibu, kepala bayi agak menengadah
Tanda-tanda Perlekatan yang benar
1. Bayi tampak tenang dan meneguk berirama (terlihat dari rahangnya)
2. Badan bayi menghadap perut ibu
3. Mulut bayi terbuka lebar
4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
5. Sebagian besar areola bagian bawah masuk ke dalam mulut bayi
6. Bibir bawah bayi ke arah luar
7. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan, sesekali berhenti
menghisap
8. Puting susu ibu tidak terasa nyeri/tidak sakit
9. Telinga dan bahu bayi terletak pada satu garis lurus
10. Kepala bayi agak menengadah
Tanda-tanda Perlekatan yang tidak benar
1. Bayi tampak sibuk menghisap dengan berbunyi
2. Badan bayi tidak menghadap perut ibu
3. Mulut bayi tidak terbuka lebar
4. Dahi bayi menempel pada payudara ibu
5. Sebagian besar areola bagian atas masuk ke dalam mulut bayi
6. Bibir bawah bayi ke arah dalam
7. Bayi nampak menghisap kuat dan cepat

26
8. Puting susu ibu berasa sedikit nyeri/sedikit sakit
9. Hidung dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
10. Kepala bayi agak menunduk
Memudahkan Bayi Menyusu Payudara yang terlalu besar dapat mengakibatkan
puting tidak menonjol keluar, karenanya perlu dipegang sedemikian rupa agar bayi
dapat dengan mudah melekat pada areola. Jika perlu, rangsang bayi untuk membuka
mulut dengan menyentuhkan jari ke sisi mulutnya, dan ketika mulut bayi sudah
terbuka lebar, segera arahkan bagian areola ke mulut bayi. Mulut bayi harus terbuka
lebar, karena bayi harus melekat pada areola payudara ibu, bukan pada putingnya
saja.

J. ASI Ekslusif Bagi Ibu Yang Berkerja9


Terdapat beberapa cara bagi ibu untuk mempertahankan pemberian ASI
eksklusif kepada bayinya. Berikut adalah saran-saran bagi ibu bekerja
1. Jika memungkinkan, bawalah bayi ke tempat bekerja
2. Jika tempat kerja dekat dengan rumah, ketika jam istirahat ibu pulang untuk
meneteki atau seseorang mengantarkan bayi untuk diteteki
3. Jika tempat kerja jauh dari rumah
a. Beri ASI saja sesering mungkin selama cuti
Hal ini akan memberikan manfaat menyusu bagi bayi, dan meningkatkan
persediaan ASI. Dua bulan pertama adalah masa menyusui yang paling
penting.
b. Jangan beri ASI dengan botol susu, gunakan cangkir
c. Bahkan bayi yang sangat mungil pun dapat minum dari cangkir. Kira-kira
seminggu sebelum kembali bekerja, luangkan waktu untuk mengajari pengasuh
bayi dan bayi minum dari cangkir. Botol susu akan memuaskan bayi menyedot,
sehingga tidak akan membuatnya ingin menetek. Bahkan akan membuatnya
malas menetek, sehingga mengurangi persediaan ASI
d. Teteki pada malam hari, pagi hari, dan kapan saja pada saat berada di rumah
Hal ini akan mempertahankan persediaan ASI, sambil tetap memberikan

27
manfaat ASI kepada bayi. Banyak bayi yang menyusu lebih banyak di malam
hari; lebih banyak tidur di siang hari (sehingga lebih sedikit membutuhkan
menyusu di siang hari).
e. Segera berlatih memerah ASI setelah melahirkan
Hal ini akan membuat ibu lebih mudah dan terbiasa melakukannya nanti ketika
diperlukan.
f. Perah ASI sebelum berangkat kerja, dan berikan ASI kepada pengasuh untuk
diberikan kepada bayi
ASI yang diperah di pagi hari atau sebelum berangkat bekerja akan lebih segar
untuk diberikan kepada bayi.
g. Jangan memanaskan ASI
Panas akan merusak zat-zat penting dalam ASI.
h. Teteki bayi setelah memerah ASI
Sedotan bayi menyusu lebih efektif dibandingkan dengan pemerahan ASI,
sehingga bayi akan memperoleh bagian ASI yang tidak dapat/sulit diperah
(termasuk sebagian ASI yang sangat kaya akan lemak dan energi)
i. Ajari pengasuh memberi ASI dengan cangkir secara benar dan cermat
Ajari cara memberi ASI dengan cangkir (bukan botol). Cangkir lebih bersih
dan tidak memuaskan kebutuhan untuk menyedot, sehingga bayi akan sangat
ingin menyusu ketika ibu di rumah. Hal ini akan merangsang persediaan ASI.
Ajari pengasuh memberikan semua ASI yang disediakan untuk satu kali
minum pada satu waktu! Tidak boleh disimpan untuk diberikan nanti dan tidak
boleh memberikan sedikit ASI setiap kalinya.
j. Di tempat kerja, perahlah ASI 2-3 kali (selang 3 jam sekali)
Hal ini akan menjaga persediaan ASI tidak menurun, membuat ibu lebih
nyaman dan mengurangi ‘kebocoran’ ASI. Gunakan wadah yang dapat ditutup
rapat, dan simpan di tempat yang dingin/sejuk! Jika tidak dapat menyimpan
ASI, buanglah! Bayi tidak akan kehilangan apapun, dan persediaan ASI akan
tetap tinggi.

28
Memberi ASI Saat Ibu Bekerja. Pemberian ASI hasil perahan kepada bayi
Jangan menggunakan botol/dot. Pemberian ASI dengan botol/dot akan menyebabkan
bayi ‘bingung puting’. Kebutuhan bayi untuk menyedot akan terpuaskan oleh botol
sehingga bayi tidak berminat lagi menetek. Jika ini terjadi, maka produksi ASI akan
berkurang. Pemberian ASI perahan yang benar adalah dengan menggunakan cangkir.
Bayi yang mungil sekalipun dapat belajar minum dari cangkir. Cara lainnya adalah
menggunakan sendok. Berikan ASI perahan kepada bayi dengan menggunakan
cangkir atau sendok, sehingga bila saatnya ibu menyusui langsung, bayi tidak akan
menolak menyusu. Pemberian ASI dengan sendok biasanya kurang praktis
dibandingkan dengan cangkir, karena membutuhkan waktu yang lebih lama. Namun,
pada keadaan di mana bayi membutuhkan hanya sedikit ASI, atau bayi sering
tersedak/muntah, maka lebih baik bila ASI perahan diberikan dengan menggunakan
sendok.
Cara Pemberian ASI Perahan dengan Menggunakan Cangkir
1. Pengasuh (yang memberi minum bayi), duduk dengan memangku bayi.
2. Punggung bayi dipegang dengan lengan
3. Cangkir diletakkan pada bibir bawah bayi
4. Lidah bayi berada di atas pinggir cangkir dan biarkan bayi menghisap ASI dari
dalam cangkir (saat cangkir dimiringkan)
5. Beri sedikit waktu istirahat setiap kali menelan
Bagaimana ASI perahan Disimpan dan Digunakan Kembali.ASI dapat
disimpan untuk digunakan pada bayi selama ibu bekerja. Wadah untuk menyimpan
ASI sebaiknya terbuat dari kaca/gelas, dan tertutup rapat (udara tidak dapat masuk),
dan usahakan tidak terkena cahaya matahari langsung. Untuk ketahanan ASI yang
disimpan, perhatikan hal-hal berikut
1. ASI dapat bertahan selama ± 6-8 jam jika disimpan pada suhu ruangan (maksimal
250 Celcius). Suhu ruangan lebih dari 250 Celcius tidak aman untuk menyimpan
ASI. Selubungi wadah penyimpan ASI dengan handuk basah/dingin untuk
menghindari suhu yang terlalu panas

29
2. ASI dapat bertahan selama ± 24 jam, jika disimpan pada wadah khusus (tas atau
termos) yang diselubungi es batu atau es balok.
3. ASI dapat bertahan selama ± 5 hari, jika disimpan di dalam kulkas, pada suhu 40
Celcius. Usahakan menyimpan wadah ASI di bagian paling dalam kulkas (dekat
dengan dinding bagian belakang), karena bagian inilah yang paling dingin. Kulkas
yang sering dibuka-tutup akan mempengaruhi suhu di dalam kulkas tersebut,
sehingga menyimpan di bagian terluar tidak menjamin kestabilan suhu.
4. ASI dapat bertahan selama ± 2 minggu, jika disimpan di freezer dalam kulkas,
pada suhu -150 Celcius. Jika menggunakan kulkas yang freezer-nya terpisah
(memiliki pintu tersendiri), dapat bertahan selama ± 3-6 bulan.
5. Setelah disimpan selama beberapa lama, maka untuk menggunakannya kembali
perhatikan panduan menghangatkan ASI berikut ini
a. Hangatkan wadah ASI dengan mengalirinya dengan air hangat, atau merendam
sebagian wadah dalam air hangat. Usahakan agar bagian atas wadah (bagian
yang ditutup rapat) tidak terkena air hangat tersebut
b. Jika dikeluarkan dari freezer (ASI dalam keadaan beku), simpan terlebih
dahulu di kulkas selama beberapa jam hingga tampak mulai mencair sebelum
dihangatkan.
c. Jangan memanaskan ASI pada suhu yang sangat tinggi (direbus pada air
mendidih), karena akan merusak kandungan di dalam ASI
Mengapa Menggunakan Cangkir
1. Cangkir mudah dibersihkan dengan sabun dan air bersih, jika tidak mungkin
merebusnya.
2. Cangkir tidak akan dibawa-bawa kemana-mana dalam waktu cukup lama,
sehingga kurang memberi waktu bagi bakteri untuk berkembang biak.
3. Bayi tidak dapat minum sendiri dari cangkir sehingga pasti akan ada orang yang
memegang bayi, memperhatikan bayi, menatap bayi (kontak mata), dan
berinteraksi dengan bayi. Hal yang dibutuhkan bagi perkembangan kecerdasan
intelegensia (melalui kontak mata) dan kecerdasan emosional bayi.

30
4. Minum dari cangkir tidak menggantikan kegiatan menyedot pada kegiatan
menetek, sehingga bayi tetap akan bersemangat untuk menetek. Ketika ibu
kembali dari bekerja, bayi akan sangat ingin menetek karena kebutuhan untuk
menyedotnya belum terpenuhi. Hal ini akan merangsang produksi ASI, sehingga
ibu tetap dapat menghasilkan ASI dalam jumlah yang banyak.
5. Penggunaan cangkir untuk memberikan ASI perahan kepada bayi akan melatih
bayi mengendalikan seberapa banyak ASI yang diteguknya.
Beberapa kelemahan penggunaan botol susu
1. Lebih sulit dibersihkan. Setelah digunakan, botol susu tidak bisa hanya dicuci
dengan sabun, tetapi selanjutnya harus disterilkan dengan cara merebunya. Karena
sebagian besar botol susu terbuat dari plastik, maka jenis plastik yang digunakan
terkadang dapat bereaksi terhadap panas, ketika direbus dalam air.
2. Lebih rentan terkontaminasi bakteri. Susu yang sudah dimasukkan ke dalam botol,
biasanya digunakan/dibiarkan dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan
berakibat kemungkinan berkembangnya bakteri semakin tinggi. Susu yang dalam
botol merupakan tempat ideal berkembangnya berbagai bakteri.
3. Bayi kurang perhatian. Ketika menggunakan botol, bayi seringkali ditinggal
sendirian, sehingga bayi kemungkinan kekurangan perhatian dari sang ibu,
ayahnya, atau orang lain di sekitarnya. Kurangnya berinteraksi dengan orang lain
dapat menyebabkan terganggunya perkembangan psikologis anak.
4. Dapat mengurangi produksi ASI. Karena lebih sering menggunakan botol, maka
rangsangan sensorik dari mulut bayi ke payudara ibu akan melemahkan produksi
hormon prolaktin, sehingga dapat berakibat menurunnya produksi ASI.
5. Dapat menyebabkan bayi bingung puting. Menyedot dari botol susu akan terasa
lebih mudah bagi bayi, sehingga ketika bayi menyedot dari payudara ibu, bayi
akan merasa lebih sulit, dan akhirnya tidak mau menyusu dari payudara ibu.
Istilah bingung puting seringkali dijelaskan sebagai kebingungan bayi terhadap
proses menyedot ASI dari payudara ibu, karena terlanjur terbiasa dengan
menyedot susu dari botol.

31
32
BAB III
GAMBARAN UPTD PUSKESMAS TINEWATI

A. Letak Geografis
Puskesmas Tinewati merupakan salah satu Puskesmas yang berada di wilayah
Kabupaten Tasikmalaya.UPTD Puskesmas Tinewati terletak di wilayah Desa
Singasari Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Puskesmas ini terletak di
jalan raya dan memiliki jarak yang dekat dengan ibukota kecamatan dan kabupaten.
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Tinewati terdiri dari daratan rendah, memiliki 5
desa binaan yaitu Cikunten, Cipakat, Sukaherang, Sukaasih dan Singasari, dengan
jumlah penduduk 29.074 jiwa. Luas wilayah kerja UPTD Puskesmas Tinewati
seluruhnya adalah 2.482 Ha. Dengan batas-batas sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Kec. Leuwisari dan Kec.Padakembang
 Sebelah Selatan : Kec. Sukarame dan Kec. Mangunreja
 Sebelah Timur : Kota Tasikmalaya
 Sebelah Barat : Kec. Sariwangi dan Kec. Cigalontang
Ke lima Desa dapat ditempuh dengan kendaraan baik roda dua atau roda
empat. Kondisi lingkungan fisik di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tinewati terdiri
dari : sawah 20,25 %, pemukiman 63,4 %, kebun 10,3 % ladang tanah kering
6,05 %

B. Kependudukan
Situasi kependudukan dapat dilihat dari berbagai indikator antara lain tingkat
pertumbuhan, angka kelahiran kasar, angka distribusi penduduk menurut jenis
kelamin dan kelompok umur serta kepadatannya.
Jumlah penduduk di wilayah UPTD Puskesmas Tinewati pada tahun 2020
sebanyak 29.074 jiwa yang terdiri dari penduduk laki laki 14.838 jiwa (51,00%)
penduduk perempuan 14.236 jiwa (49,00 %).

33
Tabel 2.2.1
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Sumber : pendataan Puskesmas Tinewati tahun 2020

Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi masih tetap sama seperti


tahun-tahun yang lalu yaitu Kecamatan Singaparna, hal ini dapat dimaklumi karena
Kecamatan Singaparna telah ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten Tasikmalaya.

Kepadatan penduduk diwilayah kerja UPTD Puskesmas Tinewati tahun 2020


adalah 2.44 jiwa /Km², dengan rata-rata penduduk per rumah 3- 4 jiwa. Kepadatan
penduduk masing-masing desa di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tinewati bisa
dilihat dari tabel 2.2.3 dibawah ini.

34
Tabel 2.2.2
Jumlah dan kepadatan penduduk
JUMLA KEPA
LUAS
H JUMLAH DATA
WILAY
NO DESA PENDUD KK N PDD
AH R
RT UK per
(Km²) W
Km²
CIKUNTE 5473
1 173.100 23 9 1747 3.6
N
7356
2 CIPAKAT 123.300 40 13 2073 3.6
SUKAASI 4811
3 114.000 22 5 1329 3.4
H
SINGASAR 6632
4 120.090 46 16 1980 3.2
I
SUKAHER 4802
5 194.740 25 11 1348 3.3
ANG
15
  JUMLAH 54 29.074 29074 14.48
6
Sumber : pendataan Puskesmas Tinewati tahun 2020

C. Ekonomi
Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tinewati menurut
sumber dari Profil desa adalah seperti tabel di bawah ini :
Tabel 2.3.1
Jenis mata pencaharian penduduk
NO JENIS PEKERJAAN JUMLAH PROSENTASE
1 Petani 1350 4.64
2 Buruh 5940 20.43
3 Pedagang 4610 15.86
4 Peternak 1393 4.79
5 Wiraswasta 3301 11.35
6 PNS, TNI dan POLRI 1105 3.80
7 Pegawai Swasta 6150 21.15
8 Pekerjaan Lainnya 5225 17.97
JUMLAH 29074  
Sumber : Profil desa tahun 2020

35
Angka ketergantungan penduduk yang merupakan perbandingan antara
jumlah penduduk umur 0-14 tahun ditambah penduduk usia diatas 65 tahun dengan
usia antara 15-64 tahun menunjukan besarnya beban yang harus ditanggung oleh
penduduk umur produktif. Angka ketergantungan penduduk untuk tahun 2020
sekitar 51%.

D. Pendidikan
Tingkat Pendidikan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tinewati Tahun 2020
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Grafik. 2.4.1
Tingkat Pendidikan

2857
2708
2474

1863

726
551
412 353

Tidak Tamat SD SD SMP/MTs SMA/MA SMK DI/ DII DIII S1/DIV 43


S2/S3

Sumber : pendataan Puskesmas Tinewati tahun 2020


Salah satu indikator sektor pendidikan yang berperan dalam Indek
Pembangunan Manusia (IPM) adalah angka melek huruf, angka melek huruf yang
didefinisikan menurut Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya adalah jumlah
penduduk yang buta aksara dan telah mengikuti pelatihan/kursus baca tulis baik
huruf latin maupun huruf lainnya.
Angka melek huruf di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tinewati adalah untuk
laki-laki 38.38% dan perempuan 36%, sedangkan data sekolah dapat dilihat di
bawah ini :
Tabel 2.4.2
36
Data sekolah wilayah kerja UPTD Puskesmas Tinewati
NO DESA JUMLAH
PAUD TK/ SD MI SMP MTS SMA SMK
RA
1 CIKUNTEN 3 2 2 1 1 1 1 1

2 CIPAKAT 4 6 1 4 2 2 2 3
3 SUKAASIH 1 3 1 - 1 - - -
4 SINGASARI 3 5 3 1 2 1 1 -
5 SUKAHERANG 4 5 3 1 - 1 - -
Sumber : pendataan Puskesmas Tinewati tahun 2020

E. Akses Transportasi 
Semua desa dapat di jangkau dengan roda 4 maupun roda 2. Jarak ke ibukota
Kabupaten ± 2 Km. Letak Kecamatan Singaparna berdekatan dengan kantor
Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya. Wilayah ini dapat dilalui angkutan umum
dari arah Garut ke Tasikmalaya. Sarana transportasi yang bisa di gunakan warga
antara lain becak, sepeda motor, angkudes, mini bus, dan mobil pribadi.

F. Tugas pokok dan Fungsi


1. Tugas pokok dan Fungsi Puskesmas
Melaksanakan tugas Dinas Kesehatan Kabupaten dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan secara komprehensif kepada masyarakat di wilayah kerjanya., melalui
upaya pembangunan berwawasan kesehatan, kemandirian hidup sehat bagi
perorangan, keluarga dan masyarakat serta upaya pelayanan kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan strata pertama kesehatan sehingga
terwujud masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya.
2. Rincian tugas
a. Menyusun rencana kerja tahunan dan bulanan, penyelenggaraan
upaya komprehensif di wilayah kerja puskesmas.

37
b. Menyelenggarakan pelayanan upaya kesehatan meliputi kegiatan promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan, KIA dan KB, pencegahan dan
pemberantasan penyakit, peningkatan gizi masyarakat, pengobatan dasar
dan upaya program pengembangan sesuai dengan kebutuhan wilayah
puskesmas.
c. Menyelenggarakan pembinaan terhadap puskesmas pembantu, bidan di
desa/poliklinik kesehatan desa dan berbagai upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) lain meliputi posyandu, posbindu, pos
upaya kesehatan kerja, poskestren, warung obat desa, dll.
d. Koordinasi penyelenggaraan upaya di wilayah kerja puskesmas serta
pelaksanaan rujukan medik dan non medik.
3. Tugas Tambahan
Melaksanakan kegiatan pelayanan medis dasar dan tindakan sesuai dengan
keahlian dan kewenangan yang dimiliki serta ketersediaan sarana prasarana
medis puskesmas.

G. Sumber daya kesehatan


Tenaga kesehatan menurut Permenkes Nomor 75 tahu 2014, adalah setiap
orang yang mengabdikan diri dibidang kesehatanserta yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Pada tahun 2020, jumlah tenaga di Puskesmas Tinewati berjumlah 63 orang
terdiri dari 25 orang PNS, 7 orang PTT, 3 orang Kontrak dan 26 orang pengabdi
dengan komposisi sebagai berikut :

Tabel 5.1
Ketenagaan di UPTD Puskesmas Tinewati
No Jenis SDMK Jumlah SDMK Saat Ini SDMK Kesenjangan
Standar
PNS/ PTT TKS Total (9) - (10)
Pegawai  
Tetap
1 Dokter atau dokter 2 0 1 3 2 1 ( Lebih )
38
layanan primer
2 Dokter gigi 1 0 0 1 1 0 ( Sesuai )
3 Perawat 2 0 6 8 8 0 ( Sesuai )
4 Bidan 4 7 9 20 7 13 ( Lebih )
5 Tenaga Kesmas 1 0 1 2 1 1 ( Lebih )
6 Tenaga kesehatan 1 0 1 2 2 0 ( Sesuai )
Lingkungan
7 Ahli Teknologi 1 0 2 3 2 1 ( Lebih )
Laboratorium Medik
8 Tenaga gizi       0    
  a.  Nutrisionis 2 0 0 2 2 0 ( Sesuai )
9 Tenaga kefarmasian       0    
  a.       Apoteker 0 0 1 0 0 ( Sesuai )
  b.       Tenaga Teknis 0 2 2 1 1 ( Lebih )
Kefarmasian
10 Tenaga Administrasi 0 0 2 2 2 0 ( Sesuai )
11 Pekarya 0 0 5 5 1 4 ( Lebih )
.
12 Perawat Pustu 1 0 0 1 1 0 ( Sesuai )
13 Bidan Desa 6 0 0 6 5 1 ( Lebih )
14 Bidan Pustu 0 0 0 0    
15 Keteknisian Medis 1 0        
  a.  Perekam Medis dan 0 0 1 1 - -
Informasi Kesehatan
  b.  Terapis Gigi dan Mulut 1 0 1 2 - -
16 Tenaga Non Kesehatan 0 0 1 1 0  
17 Kepala Puskesmas 1 0 0 1 0  
18 Kepala TU 0 0 0 0 0  
TOTAL 25 7 32 63 35 22 ( Lebih )
H. Fasilitas
UPTD Puskesmas Tinewati merupakan puskesmas PONED dengan tempat
perawatan yang memiliki fasilitas seperti ditunjukan Tabel I sebagai berikut:
Tabel 1. Fasilitas UPTD Puskesmas Tinewati
No Fasilitas Layanan Jumlah Frekuensi Pelayanan
1 Poliklinik Umum 1 Setiap hari, jam kerja
2 Poliklinik Gigi 1 Setiap hari, jam kerja
3 Poliklinik KIA 1 Setiap hari, jam kerja
(Imunisasi, USG, KIA &

39
KB)
4 Poliklinik DOT 1 Setiap hari, jam kerja
5 Poliklinik Konseling 1 Setiap hari, jam kerja
6 Poliklinik MTBS 1 Setiap hari, jam kerja
7 Apotik 1 Setiap hari, jam kerja
8 PONED 1 Setiap hari, 24 jam
9 UGD 1 Setiap hari, 24 jam
10 Perawatan 1 Setiap hari, 24 jam
11 Ambulans 2 unit Setiap hari, 24 jam
1. Sarana Kesehatan Pemerintah
 Puskesmas :2
 Puskesmas Pembantu :1
 Puskesmas Keliling : -
 Ambulance :1
 Polindes :2
2. Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta
Jumlah Dokter praktek swasta 8 buah, Klinik 3 buah dan jumlah bidan
praktek swasta 10 buah.

Tabel. 5.2
Sarana pelayanan swasta di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Tinewati Tahun ahun 2020
DOKTER BIDAN
NO DESA PRAKTEK SWASTA KLINIK PRAKTEK
SWASTA
1 Ds. Cikunten 2 1 2
2 Cipakat 1 2 2
3 Sukaasih 2 0 2
4 Singasari 1 1 1
5 Sukaherang 2 0 3
Jumlah 8 3 10
Sumber : pendataan UPTD Puskesmas Tinewati tahun 2020

40
3. Sarana Pelayanan Kesehatan Lain
Posyandu adalah pos pelayanan terpadu yang merupakan milik
masyarakat, petugas kesehatan pada dasarnya hanya membantu penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di Posyandu. Jumlah Posyandu yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Tinewati 39 buah Posyandu, dengan tingkat perkembangannya 5
Pratama 20 Madya 11 Purnama dan 3 Mandiri dan 5 desa siaga aktif.

I. Status Gizi
1. Status Gizi Balita.
Masalah gizi merupakan faktor risiko terjadinya suatu penyakit, hal ini
berkaitan dengan daya tahan tubuh dan kerentanan seseorang terhadap suatu
penyakit. Asupan makanan dapat memberikan konsekwensi individu, baik status
kesehatan, pertumbuhan, mental dan fungsi lain (kognitif, immunitas, reproduksi
dan lain-lain). Status gizi bayi dan balita salah satunya merupakan hal yang
berperan penting dalam perkembangan tubuh dibanding kelompok usia lain.
Penilaian status gizi ini amat penting untuk mengidentifikasikan bayi dan anak
balita yang terkena Kekurangan Energi Protein (KEP).
Tahun 2020 dari seluruh balita yang ada di wilayah Puskesmas Tinewati
berjumlah 1985 balita dan 1888 balita yang ditimbang naik timbangannya (N/D)
703 (63,2%) dari target 80%. Tahun 2020 dari 1888 sasaran balita dalam Bulan
Penimbangan Balita (BPB) yang ada di wilayah Puskesmas Tinewati, berjumlah
1690 balita yang ditimbang dengan hasil yaitu status gizi sangat kurus 3 balita
(0.18%), dari target 8.1%, kurus 64 (3,8%) dari target 8.1%, stunting 335 balita
(19.8%) dari target 24.1%.
2. Kurang Vitamin A
Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan balita dan bufasa dalah
untuk menurunkan prevalensi xeropthalmia sampai 0,1%. Distribusi vitmin A di
Puskesmas untuk bayi dan balita dilaksanakan 2 kali dalam setahun yaitu bulan
Pebruari dan Agustus, Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A bagi Bayi (6-11
bulan) 99 % dari target 100%. Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Bagi Anak

41
Balita (12-59 bulan) 98,1% dari target 100 %, sedangkan untuk bufas mencapai
89,2 % dari target 90%.
3. Gangguan Akibat Kurang Yodium
Wilayah kerja Puskesmas Tinewati bukan termasuk daerah endemik
gondok, dan selama tahun 2020 belum didapatkan adanya kasus gondok dalam
penjaringan deteksidini anak sekolah. Dari hasil survey 5 Desa menggunakan
garam beryodium.

J. Perilaku Masyarakat
Perilaku masyarakat dapat dilihat dari partisipasi masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat melalui Posyandu, tetapi
belum semua ibu balita memanfaatkan Posyandu sebagai sarana pelayanan
kesehatan terdekat dan milik mereka sendiri. Untuk tahun 2020 jumlah Posyandu di
lima desa 39 Posyandu, semua Posyandu aktif. Tingkat perkembangan Posyandu,
dari 39 Posyandu 5 Pratama (12.82 %) 20 (51.28 %) madya dan 11 (28.20 %)
purnama 3 (7.69 %) mandiri.

K. Pelayanan Kesehatan Dasar


1. Kunjungan Pasien ke Puskesmas
Jumlah kunjungan rawat jalan di UPTD Puskesmas Tinewati tahun 2020
sebanyak 9181 Rata-rata kunjungan per bulan adalah 765 kunjungan atau 25
kunjungan pasien per hari. Sedangkan kunjungan rawat inap adalah 281 pasien
per tahun. Dengan rata rata hari rawat 2-3 hari.
2. Pelayanan Ibu Hamil di Puskesmas
Pelayanan Antenatal atau pelayanan ibu hamil merupakan pelayanan yang
menjadi prioritas karena merupakan prioritas program yang berhubungan
langsung dengan indikator derajat kesehatan. Pelayanan ibu hamil di UPTD
Puskesmas Tinewati tahun 2020 adalah sebagai berikut untuk kunjungan
pertama (K1) dari target 100% tercapai 98,35%, sedangkan untuk kunjungan
berikutnya (K4) dari target 100% sudah bisa mencapai target yaitu 83,82%.

42
3. Pelayanan Persalinan
Jumlah sasaran ibu hamil di UPTD Puskesmas Tinewati adalah sebanyak 544
sedangkan ibu yang melahirkan sebanyak 519 orang, semuanya ditolong oleh
tenaga kesehatan. Cakupan persalinan oleh nakes mencapai 94,80 % dari target
100%.
4. Ibu Hamil Resiko Tinggi Nakes
Dari 109 (100%) ibu hamil yang ada di wilayah UPTD Puskesmas Tinewati,
terdapat 106 (97.25 %) ibu hamil yang memiliki resiko tinggi.
5. Kunjungan Neonatus
Cakupan kunjungan neonatal (KN) adalah presentase neonatal (bayi kurang satu
bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal dua kali oleh tenaga
kesehatan satu kali pada usia 0-7 hari, dan satu kali lagi umur 8-28 hari.
Kunjungan neonatus 1 (KN 1) di UPTD Puskesmas Tinewati mencapai 99,60 %
dari target 100 %, sedangkan cakupan kunjungan neonatus lengkap mencapai
95,76 % dari target 100%. Angka ini menunjukkan kualitas dan jangkauan
pelayanan kesehatan bagi neonatal yang pada masa ini bayi mempunyai resiko
gangguan kesehatan yang paling tinggi, dan juga erat hubungannya dengan AKB
sebagai salah satu indikator derajat kesehatan diharapkan dengan kunjungan
neonatal ini bisa menekan angka Kematian Bayi.

L. Pelayanan Keluarga Berencana


1. Peserta KB Aktif
Cakupan peserta KB aktif tahun 2020 adalah 4276 dengan metoda kontrasepsi
nya: suntik 1504 (51,4 %), pil 456 (15,2%), IUD 620 (20,6 %), implan 168 (4.09
%), kondom 68 (1.65 %), dan MOW 130 (4.3%) MOP 14 (0.5%).
2. Peserta KB Baru
Pencapaian Akseptor baru tahun 2020 adalah sebanyak 404 dengan metoda
kontrasepsi yang digunakan suntik 177 (43,8%), pil 91 (22,5 %), IUD 101
(25%), dan Implan 22 (5,4%).

43
M. Pelayanan Gizi
Upaya penanggulangan masalah gizi di masyarakat tidaklah mudah karena
merupakan masalah yang komplek yang tidak terlepas dari keadaan sosial ekonomi,
pemenuhan zat gizi tidak hanya bertumpu pada meningkatnya pengetahuan dan
perubahan sikap dari masyarakat akan sadar gizi tapi didukung oleh tingkat daya
beli masyarakat akan pemenuhan zat gizi yang terkandung pada berbagai jenis
pangan yang mungkin tidak bisa terjangkau oleh masyarakat karena faktor
kemiskinan.
Untuk mengatasi masalah gizi di masyarakat telah dilakukan upaya upaya
meskipun hasilnya belum optimal.
1. Cakupan Pemberian kapsul Vitamin A
Upaya penanggulangan masalah kekurangan vitamin A masih bertumpu pada
pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi, balita dan ibu nifas.
Distribusi vitamin A di Puskesmas untuk bayi dan balita dilaksanakan 2 kali
dalam setahun yaitu bulan Pebruari dan Agustus, Cakupan Distribusi Kapsul
Vitamin A tahun 2020 bagi Bayi (6-11 bulan) 99 % dari target 100%. Cakupan
Distribusi Kapsul Vitamin A Bagi Anak Balita (12-59 bulan) 98,1% dari target
100%, sedangkan untuk bufas mencapai 89,2% dari target 90%.
2. Cakupan pemberian Tablet Besi (Fe)
Pemberian Fe merupakan salah satu uapaya untuk menekan angka kematian ibu
akibat resiko kehamilan dimana jika ibu hamil dalam keadaan anemia
(kekurangan Zat besi (Fe) maka akan mengakibatkan resiko perdarahan saat
persalinan disamping bisa mengakibatkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR).
Cakupan pemberian Fe pada ibu hamil pada tahun 2020 dari 544 ibu hamil yang
mendapat Fe sebanyak 453 bumil (83,3%) dari target 100%.
3. Gizi Balita
Tahun 2020 dari seluruh balita yang ada di wilayah UPTD Puskesmas Tinewati
berjumlah 1888 balita dan 1690 stunting 292 balita (14.85%), kurus 64 balita
(3,8%), sangat kurus 3 balita (0.16%).
4. TFC (Therapeutic Feeding Centre) atau PPG (Pusat Pemulihan Gizi)

44
UPTD Puskesmas Tinewati merupakan satu-satunya Puskesmas PPG sebagai
rujukan gizi buruk bagi Puskesmas lain. TFC (Therapeutic Feeding Centre) atau
PPG (Pusat Pemulihan Gizi) adalah pusat pemulihan gizi buruk dengan
perawatan serta pemberian makanan anak secara intensif dan adekuat sesuai usia
dan kondisinya, dengan melibatkan peran serta orang tua (ibu) agar dapat
mandiri ketika kembali ke rumah. TFC merupakan tempat pemberian makanan
tambahan disertai dengan terapi diet dan medis pada anak yang menderita gizi
buruk (sangat kurus) yang bertujuan menurunkan angka kematian balita.
Perawatan di TFC dilakukan meliputi 3 aspek, yaitu aspek : medis, nutrisi, dan
keperawatan.
5. Cakupan ASI ekslusif
Target capaian ASI ekslusif bayi 0=6 bulan yang mendapatkan ASI saja 66%.

N. Imunisasi
1. Imunisasi Bayi
Hasil Cakupan Imunisasi di UPTD Puskesmas Tinewati tahun 2020 adalah
sebagai berikut:
Tabel 2
Pencapaian Program Imunisasi Tahun 2020

PENCAPAIAN
JENIS IMUNISASI TARGET %
NO ABSOLUT

1 BCG
98 % 481 97.57
2 DPT Hb1/ Pentabio 1
95 % 489 99.19
3 DPT Hb 3/ Pentabio 3
90 % 471 95.54
4 Polio 4
90 % 471 95.54
5 Campak
95 % 446 90.47

2. Imunisasi Ibu Hamil

45
Cakupan imunisasi TT 2 bagi ibu hamil dari 248 ibu hamil mencapai 64.11 %
atau sejumlah 159 ibu hamil yang mendapat TT2 degan target 90 %.

O. ASI Ekslusif
Hasil Cakupan ASI ekslusif di UPTD Puskesmas Tinewati tahun 2020 adalah
sebagai berikut:
No Desa Bayi ASI Ekslusif Bayi Tidak ASI Ekslusif Jumlah
Jumlah % Jumlah %
Bayi
1 Cikunten 59 63 34 37 93
2 Sukaherang 51 62 31 38 82
3 Sukaasih 56 68 26 32 82
4 Singasari 70 61 43 39 113
5 Cipakat 92 74 33 26 125
Jumlah 328 66 167 34 495

P. Desa Siaga
Desa Siaga di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tinewati termasuk kriteria
purnama 1 desa dan madya 4 desa. Kegiatan desa siaga aktif adalah sebagai berikut.
1. Desa STBM atau desa ODF (Open Defecation Free)
2. Desa mulai dari RT/ RW menjadi Kawasan tidak ada lagi yang merokok di
dalam rumah.
3. Desa dengan cakupan imunisasi 100%.
4. Desa tanpa kematian Ibu dan Bayi dalam 1 tahun.
5. Desa persalinan oleh tenaga Kesehatan 100%.
6. Memiliki ambulan Desa/ mobil jenazah.
7. Memiliki data golongan darah.
8. Memiliki dana social
9. Memiliki kelompok pemakai air
10. Memiliki pusat informasi program-program Kesehatan masyarakat up date
11. Memiliki kesiagaan/ kedaruratan.

46
Dari kegiatan- kegitan tersebut di atas, dari 5 Desa yang ada di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Tinewati baru ada 1 Desa yang sudah mempunyai data golongan
darah dan pendonor.

47
BAB IV
MUTU KIA PUSKESMAS TINEWATI

A. Identifikasi Masalah Baerdasarkan Analisis SWOT


Kekuatan (Strenghts) Kelemahan (Weaknesses) Peluang (Opportunities) Ancaman ( Thearts)
- Jumlah bidan ada 20 bidan dan - Cakupan ASI ekslusif yang - Cakupan kunjungan neonatus - Mitos yang ada di
memiliki kelebihan 13 bidan masih kurang lengkap mencapai 95,76 % masyarakat
- Jumlah Posyandu yang ada di wilayah - Angka melek huruf di dari target 100%. - Perekonomian, informasi
kerja Puskesmas Tinewati 39, dengan wilayah kerja UPTD - Cakupan persalinan oleh nakes dan teknologi yang rendah
tingkat perkembangannya 5 Pratama 20 Puskesmas Tinewati adalah mencapai 94,80 % dari target - Rendahnya kesadaran
Madya 11 Purnama dan 3 Mandiri dan untuk laki-laki 38.38% dan 100%. masyarakat tentang
5 desa siaga aktif. perempuan 36% - Kelas ibu hamil telah berjalan kesehatan ibu hamil dan
- Berada di lokasi yang strategis karena - Angka ketergantungan secara rutin dan balita
memiliki jarak yang dekat dengan penduduk untuk tahun 2020 berkesinambungan
ibukota kecamatan dan kabupaten sekitar 51%. - Adanya keterlibatan kader
- Terdapat tenaga promkes dalam kegiatan posyandu
- Adanya Dana desa yang dapat
digunakan dalam pelaksanaan program
kesehatan di masyarakat

29
B. Masalah
Data sekunder dari PWS KIA Puskesmas Tinewati
No Desa Bayi ASI Ekslusif Bayi Tidak ASI Ekslusif Jumlah
Jumlah % Jumlah %
Bayi
1 Cikunten 59 63 34 37 93
2 Sukaherang 51 62 31 38 82
3 Sukaasih 56 68 26 32 82
4 Singasari 70 61 43 39 113
5 Cipakat 92 74 33 26 125
Jumlah 328 66 167 34 495

A. Perencanaan Kegiatan
Kegiatan ini berupa pemaparan materi mengenai ASI Ekslusif kepada kader,
perwakilan salah satu ibu hamil dan ibu menyusui, keluarga (Suami, ibu kandung,
ibu mertua, atau orang yang tinggal serumah dengan ibu hamil) juga dibuatnya
Kelompok Ibu Pendukung ASI ekSlusif “KIPAS” yang kegiatan implementasi dan
monitoring nya dilakukan oleh kader pada saat posyandu.
Kegiatan ini dilaksanakan pada
Tanggal : 2 juni 2021
Jam : 08.45-10.30
Bertempat di : madrasah kp pabrik
Sasaran : Ibu hamil, ibu menyusui, keluarga i Keluarga (Suami, ibu
kandung, ibu mertua, atau orang yang tinggal serumah dengan
ibu hamil), dan kader kesehatan di wilayah desa singasari
Media :Alat Peraga/Penunjang
Metode : Ceramah, Diskusi, Curah pendapat

B. Konsultasi Kegiatan
Konsultasi dilakukan dengan Pembimbing Lapangan dan Pembimbing Akademik

C. Rancangan Kegiatan
1. Identifikasi Masalah
Tanggal: 06 Mei 2021
2. Memprioritaskan Masalah
Tanggal: 11 Mei 2021

1
3. Pengambilan data ke Desa
Tanggal: 17 Mei 2021
4. Perizinan Inovasi
Tanggal: 18 Mei 2021
5. Sosialisasi Inovasi
Tanggal: 25 Mei 2021
6. Implementasi Inovasi
Tanggal: 04 Juni 2021

D. Perizinan Kegiatan
1. Kepala Puskesmas pada tanggal 18 Mei 2021
2. Kepala Desa Singasari pada tanggal 18 Mei 2021

E. Implementasi Kegiatan
Rincian Kegiatan adalah sebagai berikut :
No Deskripsi Tugas Bahan Metode
1 Registrasi 1. Melakukan registrasi di
2. meja pendaftaran meliputi
3. Nama Ibu, Tempat Tinggal
dan tanda tangan
2 Materi mengenai 1. PPT materi Materi power point
ASI Ekslusif disampaikan kepada
peserta selama 20 menit
dan dilanjutkan ses i tanya
jawab
3 Membuat Form kesepakatan Peserta/kader
kesepakatan menandatangani lembar
kesepakatan dan
mendapatkan lembar
monitoring ASI Ekslusif
4 Dokumentasi 1. Kamera Mendokumentasi seluruh
kegiatan
a. Pembentukan Program Pemberdayaan Masyarakat
Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah :

2
1) Menjelaskan tujuan Program
2) Menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan
3) Meminta komitmen dari anggota
4) Menyusun struktur organisasi / kepengurusan
5) Pembuatan Keputusan dari Bidan Desa terkait program.
b. Pendampingan
Petugas Puskesmas melaksanakan pendampingan pada anggota dalam
melaksanakan tugas-tugasnya. Pendampingan dilaksanakan saat ibu hamil dan
menyusui datang ke pustu, poskesdes, posyandu atau saat kunjungan rumah.
Melakukan home visite kepada ibu hamil yang sudah melaksanakan ASI ekslusif
selama 5 bulan.
c. Memilih motivator
Menunjuk keluarga yang sudah melaksanakan ASI ekslusif agar menjadi contoh,
motivasi dan bahan untuk sumber bertukar fikiran terkait keberhasilan ASI
ekslusif.

F. Evaluasi Kegiatan
a. Tempat pelaksanaan kurang luas mengingat keadaan pandemik saat ini yang
memerlukan jarak diantara setiap pesertanya
b. Perserta mengikuti kegiatan dengan baik dan bersedia tergabung dalam KIPAS
(Kelompok Ibu Pendukung ASI ekSlusif)
c. Masih perlunya monitoring dan evaluasi dari nakes secara berkelanjutan agar
cakupan ASI Ekslusif dapat tercapai dengan baik
Dihadiri:
 Ibu hamil, ibu menyusui, dan kader
 Kepala Puskesmas
 Bidan Koordinator Puskesmas Tinewati
 Bidan desa singasari
 Kader, perwakilan tiap posyandu
 Keluarga (Suami, ibu kandung, ibu mertua, atau orang yang tinggal serumah
dengan ibu hamil)
Acara berjalan lancar, semua menyepakati kegiatan pembentukan KIPAS

3
Pelaksana &
Waktu Acara
Penanggung Jawab
08.45 - 09.00 Registrasi Fifi Safiroh
09.00 – 09.10 Pembukaan Fifi Safiroh
09.10 – 09.30 Materi Fifi Safiroh
09.30 – 10.00 Diskusi Fifi Safiroh
10.00 – 10.20 Membuat kesepakatan Fifi Safiroh
10.20 – 10.30 Penutup Fifi Safiroh

4
G. Perencanaan (POA)
Masalah Tujuan Kegiatan Rencana Tindakan Sasaran Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Kegiatan
Kebidanan
Cakupan Bayi ASI Membentuk Tgl: 2 Juni 2021 Kader - 08.45-09.00 - Adanya nya materi
Ekslusif kurang Kelompok Ibu Tempat: posyandu, registrasi tentang ASI ekslusif
dari target Pendukung ASI madrasah kp ibu hamil, - 09.00-09.10 - Peningkatan
ekSlusif (KIPAS) pabrik ibu pembukaan pengetahuan tentang
Pelaksanaan: menyusui - 09.10-09.30 ASI ekslusif
1. Materi ASI bayi 0-6 materi - Terbentunya
Ekslusif bln, - 09.30-10.00 Kelompok Ibu
2. Pembuatan keluarga diskusi Pendukung ASI
kesepakatan (Suami, ibu - 10.00-10.20 ekSlusif (KIPAS)
kandung, membuat - Adanya kesepakatan
ibu mertua, kesepakatan untuk meningkatkan
atau orang KIPAS cakupan ASI ekslusif
yang tinggal - 10.20-10.30 melalui monitoring
serumah penutup evaluasi oleh kader
dengan ibu kepada ibu menyusi
hamil)

25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi
berumur nol sampai enam bulan (6 x 30 hari). Hanya ASI satu-satunya makanan dan
minuman yang diperlukan oleh seorang bayi dalam enam bulan pertama. Tidak ada
makanan atau minuman lain, termasuk air putih, yang diperlukan selama periode ini.
2. World Health Organization (WHO), American Academy of Pediatrics (AAP),
American Academy of Family Physicians (AAFP) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan
sampai 2 tahun. Melanjutkan menyusui lebih dari 6 bulan, disertai dengan makanan
bergizi yang sesuai, cukup, aman, dan semi solid memadai, lembut, serta juga
membantu memastikan status gizi yang baik dan melindungi terhadap penyakit.
3. Sosialisasi dan kampanye tentang ASI eksklusif telah dilakukan oleh pemerintah dan
lembaga swadaya, akan tetapi pemberian ASI Eksklusif masih kurang dari target
yang ditetapkan yaitu 80%.
4. Alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif ada banyak faktor diantaranya adalah :
faktor pengetahuan ibu yang kurang mengenai ASI eksklusif, faktor nutrisi ibu
selama hamil dan menyusui, psikologis, fisiologis dan hormonal ibu yang
mengakibatkan produksi ASI kurang, dan lain-lain
5. Pendampingan kader terhadap ibu dan keluarga bisa sebagai solusi dari permasalahan
ini karena kader merupakan bagian terdekat dari ibu-ibu hamil dan menyusui sebelum
tenaga kesehatan untuk dapat mengevaluasi keberhasilan terhadap cakupan ASI
eksklusif dengan nama lain KIPAS (Kelompok Ibu Pendukung ASI ekSlusif).

3434
B. Saran
1. Perlu dilakukannya promosi kesehatan yang rutin mengenai ASI Ekslusif dari segi
intervensi spesifik dan intervensi sensitif yang lain
2. Dapat melibatkan kader lebih banyak lagi sebagai upaya pendampingan ibu menyusui
agar lebih mudah mencapai target cakupan ASI ekslusif
3. Dilakukannya evaluasi yang berkelanjutan agar program dapat terus berjalan

35
34
DAFTAR PUSTAKA

1. Giuliani, C. et al. (2020) ‘Breastfeeding during the COVID-19 pandemic: Suggestions


on behalf of woman study group of AMD’, Diabetes Research and Clinical Practice,
165, p. 108239. doi: https://doi.org/10.1016/j.diabres.2020.108239.
2. Kohan, S. and Rahnemaei, F. A. (2020) ‘Delayed umbilical cord clamping and
breastfeeding after childbirth in mothers affected by COVID 19: Recommended or
not?’, European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology, 250, p.
264. doi: https://doi.org/10.1016/j.ejogrb.2020.05.041.
3. Salvatore, C. M. et al. (2020) ‘Neonatal management and outcomes during the COVID-
19 pandemic: an observation cohort study’, The Lancet Child & Adolescent Health,
4(10), pp. 721–727. doi: https://doi.org/10.1016/S2352-4642(20)30235-2.
4. Goyal, M., Singh, P. and Melana, N. (2020) ‘Review of Care and management of
pregnant women during COVID-19 pandemic’, Taiwanese Journal of Obstetrics and
Gynecology. doi: https://doi.org/10.1016/j.tjog.2020.09.001.
5. Green, J. et al. (2020) ‘COVID-19 in babies: Knowledge for neonatal care’, Journal of
Neonatal Nursing, 26(5), pp. 239–246. doi: https://doi.org/10.1016/j.jnn.2020.06.005.
Colti Sistiarani
6. Kadir, N. A. (2014). Menelusuri Akar Masalah Rendahnya Persentase Asi Eksklusif Di
Indonesia. Al-Hikmah Journal for Religious Studies.
7. Mercy Corps Indonesia. (2012). Panduan Pelatihan Pembina Motivator Kelompok
Pendukung Ibu Jakarta. Mercy Corps.
8. Yuniyanti, B. (2017). Efektivitas Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) Eksklusif
terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Ilmiah Bidan, II(1), 48–54.
https://www.neliti.com/id/publications/227220/efektivitas-kelompok-pendukung-asi-
kpasi-eksklusif-terhadap-perilaku-pemberian
9. Depkes RI. (2008). Paket Modul Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI
Ekslusif 6 Bulan-Panduan Kegiatan Bealajar Bersama Masyarakat. Jakarta
LAMPIRAN

LEMBAR PEMANTAUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF

NAMA IBU :
NAMA BAYI :
ALAMAT :
USIA KELUHAN PENANGANAN ASI
BAYI EKSLUSIF

Y TIDAK
A

1 BULAN

2 BULAN

3 BULAN

4 BULAN

5 BULAN

6 BULAN

Anda mungkin juga menyukai