Anda di halaman 1dari 17

JENIS STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Dosen Pengampu : Indayana Febriani Tanjung, M.Pd

Dibuat Oleh :

Tugas Ini Disusun Sebagai Tugas Wajib Untuk Mengikuti Perkuliahan Strategi

Pembelajaran Biologi

Oleh,

Syahro Raihan Tika Nasution (0310193135)

Kelas : Tadris Biologi-4

Semester : IV

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, serta
hidayah dan inayah – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Jenis Strategi Pembelajaran Kooperatif” Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Strategi
Pembelajaran Biologi”. Disamping itu penulis berharap semoga isi dari makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis, khususnya para pembaca serta dapat menambah
wawasan dan pengetahuan dalam materi yang dikaji di dalamnya.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Indayana Febriani
Tanjung, M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Penulis menyadari
masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini, karena
keterbatasan kemampuan yang saya miliki. Oleh karena ini, saya meminta kritik
dan saran yang bersifat membangun agar dapat memperbaiki makalah – makalah
selanjutnya.

Perbaungan, 30 Mei 2021

Syahro Raihan Tika Nasution

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2

BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif........................................... 4


2.2 Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif ......................................... 6
2.3 Karakteristik Dan Prinsip-Prinsip Strategi Pembelajaran
Kooperatif .......................................................................................... 7
2.4 Pandangan Islam Dalam Strategi Pembelajaran Kooperatif .............. 10

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 13


3.2 Saran ................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik
untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan
dengan berbagai metode sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar secara
efektif dan efisien serta dengan hasil optimal (Sugihartono, dkk, 2013: 81). Proses
pembelajaran di kelas dapat berlangsung dengan efektif apabila guru dapat memahami peran
dan kebermanfaatan materi yang diajarkannya kepada peserta didik. Hal ini juga didukung
dengan kemampuan guru dalam mengelola kelas dan penggunakan model pembelajaran yang
sesuai. Mendukung dari pernyataan tersebut menurut Suprijono (2009: 46), kegiatan dalam
proses pembelajaran tersebut dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan dari model
pembelajaran yang bervariasi serta proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan


ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran. Pembentukan sikap,
keterampilan sosial, dan hasil belajar adalah kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh
peserta didik setelah terjadinya proses pembelajaran. Dengan demikian, seorang guru dituntut
memiliki keterampilan mengelola kegiatan pembelajaran secara kreatif dan inovatif sebab,
jika guru berhasil menerapkan suasana iklim pembelajaran yang membuat peserta didik
termotivasi dan aktif dalam belajar, kemungkinan tercapainya tujuan pembelajaran IPA dapat
sesuai dengan apa yang diharapkan. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan
oleh guru ialah pembelajaran model kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama


untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
merupakan bentuk pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai dengan 6
orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Majid, 2013: 174). Maksud
kelompok heterogen yakni dalam kelompok tersebut terdiri dari campuran peserta didik
dengan kemampuan, jenis kelamin, dan suku/ras yang berbeda. Selain itu, yang paling

1
penting dari kelompok yang heterogen adalah kecakapan peserta didik misalnya, terdapat
peserta didik yang menonjol, ada yang rata-rata, dan ada yang lamban. Hal ini diharapkan
dapat melatih peserta didik untuk menerima adanya perbedaan individu dan dapat bekerja
dengan teman yang memiliki latar belakang berbeda satu sama lain. Selain itu, menurut
Suyanto & Jihad (2013: 142) pembelajaran kooperatif juga dapat mendorong kegiatan diskusi
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

Pembelajaran kooperatif terbukti merupakan pembelajaran yang efektif bagi bermacam


karakteristik dan latar belakang sosial peserta didik karena mampu meningkatkan prestasi
akademis peserta didik, baik bagi peserta didik yang berbakat, peserta didik yang
kecakapannya rata-rata maupun mereka yang tergolong lambat belajar (Warsono &
Hariyanto, 2013: 164).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun dari kutipan diatas dan pembahasan yang akan dibahas, dapat kita ketahui yang
menjadi pokok permasalahan dan rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut :

1. Apa Saja Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif?


2. Apa Saja Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif?
3. Apa Saja Karakteristik Dan Prinsip-Prinsip Strategi Pembelajaran Kooperatif?
4. Bagaimana Pandangan Islam Dalam Strategi Pembelajaran Kooperatif?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan diatas dapat kita ketahui bahwa tujuan penulisan makalah ini
adalah :

1. Untuk Mengetahui Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif.


2. Untuk Mengetahui Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif.
3. Untuk Mengetahui Karakteristik Dan Prinsip-Prinsip Strategi Pembelajaran
Kooperatif.
4. Untuk Mengetahui Pandangan Islam Dalam Strategi Pembelajaran Kooperatif.

2
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Strategi pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam


kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Ada empat unsur
penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok;
(2) adanya aturan dalam kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; (4)
adanya tujuan yang harus dicapai. Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi
kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa
sebagai anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota
kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya.1

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa belajar


secara kolompok. Anggota kelompok harus heterogen baik kognitif, jenis kelamin, suku, dan
agama. Belajar dan bekerja secara kolaboratif, dengan struktur kelompok yang heterogen. 2

Lie menyebut bahwa pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong


royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan,
pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim
yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah
ditentukan.3

Kunandar menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang


secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk
menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.4

Senada dengan pendapat di atas Etin Solihatin mengatakan bahwa pada dasarnya
pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau prilaku bersama
dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.5Pembelajaran
kooperatif juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana
kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.

Berkaitan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


dengan model kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan
untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk
mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat
bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

1
Sanjaya, Strategi, h. 241-242.
2
Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori Riset and Praktik. Bandung: Nusa Media. 2010, hlm. 11.
3
Anita Lie. Cooperative Learning. (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007), hlm. 28
4
Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007, hal. 337
5
Etin Solihatin, Cooperative Learning, Jakarta : Bumi Aksara, 2007, hlm. 4

3
2.1 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut H. Karli dan Yuliariatiningsih, M.S. 2002, menyatakan bahwa metode
pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap
atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja
sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi keterlibatan setiap anggata kelompok itu sendiri.

Ada beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif agar lebih
menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, yaitu sebagai berikut:

a) Para siswa yang tergabung dalam kelompok harus merasa bahwa mereka adalah
bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai.
b) Para siswa tergabung dalam suatu kelompok dan harus merasa bahwa masalah yang
mereka hadapi adalah masalah kelompok dan berhasil tidaknya suatu kelompok itu
menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota.
c) Untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok
itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapi.

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebgai berikut:

Lungdren dalam Isjoni (2009: 16) mengemukakan unsur-unsur dalam pembelajaran


kooperatif sebagai berikut.

a) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “ tenggelam atau berenang
bersama”.
b) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain dalam
kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi
yang dihadapi.
c) Para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota
kelompok.
e) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh
terhadap evaluasi kelompok.
f) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan
bekerja sama selama belajar.
g) Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.

Roger dan David (Agus Suprijono, 2009: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar
kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima
unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah
sebagai berikut:

4
1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif)

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggung
jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua,
menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan
tersebut.

2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan


kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok
menjadi pribadi yang kuat. Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin
semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti
kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri–ciri
interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien, saling memberikan
informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif dan
efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan
argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi,
saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

4) Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)

Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan siswa harus


adalah saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak
ambisius, saling menerima dan saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik
secara konstruktif.

5) Group processing (pemrosesan kelompok)

Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat


diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota
kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak
membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam
memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada
dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.

Dalam pembelajaran konvensional juga dikenal belajar kelompok. Meskipun


demikian, ada sejumlah perbedaan prinsip antara belajar kelompok pembeljaran kooperatif
degan kerja kelompok pada pembelajaran konvensional. Untuk lebih jelas, lihat tabel berikut:

5
Perbedan Pembelajaran Kooperatif Dan Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Kooperatif


 Memfokuskan pada prestasi  Memfokuskan pada prestasi
individu. kelompok.
 Setiap siswa akan saling  Setiap anggota kelompok percaya
berkompetensi dan berprinsip, “jika bahwa kesuksesan tidak dapat
aku tidak sukses, aku akan kalah diraih tanpa kesuksesan kelompok,
dan kehilangan.” “jika kamu menang aku menang”.
 Penghargaan berupa prestasi  Penghargaan kelompok sebagai
individu. prestasi masing-masing anggota
kelompok.

 Dalam proses belajar, hanya sedikit  Sesama anggota kelompok akan


terjadi proses diskusi antar siswa. saling membantu mendorong, dan
saling memotivasi dalam proses
belajar.
 Tanggung jawab yang ada berupa  Tanggung jawab yang ada berupa
tanggung jawab individu. tanggung jawab individu dan
 Seorang siswa akan mengomandani tanggung jawab kelompok.
dirinya sendiri dalam  Setiap anggota kelompok akan
menyelesaikan segala tugas. saling bertanggung jawab demi
 Tidak ada proses tentang cara untuk tercapainya kerja kelompok yang
meningkatkan kualitas kerja. optimal.
 Sikap anggota akan mengharapkan
adanya suatu kaloboratif.
 Kepemimpinan menjadi tanggung
jawab semua anggota kelompok
 Prosedur untuk menganalisis cara
terbaik supaya kelompoknya
menjadi lebih baik, menggunakan
kemampuan sosial secara tepat, dan
memperbaiki kualitas kerja
kelompok mereka.

2.2 Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif


Ada empat unsur penting dalam SPK yaitu : (1) adanya peserta dalam kelompok, (2)
Adanya aturan kelompok, (3) Adanya upaya belajar kelompok, (4) Adanya tujuan yang harus
dicapai.

Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok
belajar. Pengelompokkan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan,
diantaranya pengelompokkan yang didasarkan atas minat dan bakat siswa, pengelompokkan
yang didasarkan atas latar belakang kemampuan, pengelompokka yang didasarkan atas
campur baik campuran ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan.
Pendekatan ditujukan untuk mempertimbangkan tujuan dari pembelajaran tersebut.

6
Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat
baik siswa sebagai peserta didik maupun siswa sebagai anggota kelompok. Upaya belajar
adalah segala sesuatu aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki
maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap,
maupun keterampilan. Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.

Salah satu strategi dari model pekbelajaran kelompok adalah strategi pembelajaran
kooperatif (SPK). Dua alasan menurut Slavin (1995) penggunaan SPK adalah beberapa hasil
penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran ini dapat menin gkatkan prestasi
belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, meningkatkan
harga diri dan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain. Alasan kedua adalah dapat
merealisasikan kebutuhan siswa dalam berpikir, memcahkan masalah dan
mengintegerasikan pengetahuan dengan ketrampilan. Pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan tim kecil antar 4 -6 orang
yang berbeda latar belakang.

SPK mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif dan
komponen struktur insentif kooperatif. Jadi hal yang menarik dari SPK adalah harapan selain
memiliki dampak pembelajaran yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik juga
mempunyai dampak pengiring seperti relasi, sosial, penerimaan terhadap peserta yang
dianggap lemah, harga diri dll.

Strategi pembelajaran bisa digunakan manakala :

1. Guru menenkankan pentingnya usaha kolektif disamping usaha individual siswa.


2. Jika guru menghendaki seluruh siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.
3. Jika guru menginginkan bahwa siswa dapat belajar dari lainnya.
4. Jika guru menginginkan meningkatnya motivasi dan partisipasi mereka.
5. Jika guru menginginkan berkembangnya kemampuan siswa memecahkan dan
menemukan solusi pemecahannya.

2.3 Karakteristik Dan Prinsip-Prinsip Strategi Pembelajaran Kooperatif

1. Karakteristik SPK

Perspekif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok


memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Perspektif sosial artinya
bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka
menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Perspektif perkembangan
kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat
mengembangakan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi.

7
Menurut suyanti karakteristik pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai
berikut :

1) Pembelajaran secara tim.

Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu
membuat siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran
ditentukan oleh keberhasilan tim.

2) Didasarkan pada manajemen kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai 4 fungsi pokok yaitu


perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran
kooperatif. Perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran memerlukan perencanaan yang
matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Pelaksanaan menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan melalui langkah-
langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah
disepakati bersama. Fungsi organisasi menujukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok. Oleh sebab itu, perlu diatur tugas dan
tanggungjawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non
tes.

3) Kemauan untuk bekerjasama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok.


Oleh karena itu, prinsip bekerjasama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif.
Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing,
akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu, misalnya siswa yang pintar
membantu siswa yang kurang pintar.

4) Keterampilan bekerjasama

Kemampuan untuk bekerjasama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan
yang tergambar dalam keterampilan bekerjasama. Dengan demikan, siswa perlu didorong
untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu
dibantu mengatasi bebagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap
siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat dan memberi kontribusi kepada
keberhasilan kelompok.

8
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan dibawah ini.

1) Prinsip Ketergatungan Positif (Positive Interdependence)

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat


tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu
didasari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan
ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam
kelompok akan merasa saling ketergantungan.

Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-
masing pelru membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja
disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan
positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota
kelompok yang tak bisa menyelesaiakan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerja sama
yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai
kemampuan lebih, diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan
tugasnya.

2) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena
keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok
harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugansya. Setiap anggota haru memberikan
yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu
memberikan penilaian terhadap indvidu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda
akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

3) Interaksi tatap muka (Face to face promtion interaction)

Pembelajatan kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap
anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling
membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada
setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan
kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok
belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial,
dan kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama
dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.

4) Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication)

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di
masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali
siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai kemampuan

9
berkomunikasi, mislanya kemampuan mendengarkan dan kemampuan bicara, padahal
keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.

Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali dengan
kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Mislanya, cara menyatakan ketidaksetujuan atau
cara menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan cara menyampaikan
gagasan dan ide-ide yang dianggapanya baik dan berguna.

Keterampilan berkomunikasi memang memerlukan waktu. Siswa tak mungkin dapat


menguasainya dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu, guru peru terus melatih dan melatih,
sampai akhirnya setiap siswa memiliki kemampuan untuk menjadi komunikator yang baik.

2.4 Pandangan Islam Dalam Strategi Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokan/tim kecil yaitu antara 4-6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda punyai (heterogen). Sistem penilaian
dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan mendapatkan (reward), jika kelompok
mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota
kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang
selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan ketrampilan
interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu dan
mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok. Sehingga setiap individu
akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan
kelompok.
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang menjadi sumber segala hukum dan menjadi
pedoman dalam kehidupan, termasuk membahas tentang pembelajaran. Dalam al-Qur’an
banyak sekali ayat yang berhubungan dengan pembelajaran dan metode pembelajaran. Salah
satunya adalah pembelajaran kooperatif.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 2, Allah SWT
berfirman:

ِ ‫اَلثْ ِم َو ْالعُ ْد َو‬


َ ‫ان َۖواتَّقُوا ه‬
‫ّٰللا ۗا َِّن‬ َ ‫علَى ْال ِب ِر َوالت َّ ْق ٰو ۖى َو ََل تَ َع َاونُ ْوا‬
ِ ْ ‫علَى‬ َ ‫َوتَ َع َاونُ ْوا‬
ِ ‫ش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ ‫ّٰللا‬
َ‫ه‬

10
“Tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam
perbuatan dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah SWT, sesungguhnya
Allah sangat berat siksa-Nya.” (Q.S. alMaidah: 2).6
Dari ayat tersebut dapat kita simpulkan bahwa Allah menghendaki umat-Nya untuk
saling tolong-menolong dan bekerja sama dalam hal kebaikan. Demikian juga dalam hal
belajar yang merupakan suatu proses untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman dalam interaksi dengan lingkungan. Melalui pembelajaran secara
berkelompok diharapkan siswa dapat memperoleh suatu pengalaman yang baru melalui
interaksi dengan orang lain dalam kelompoknya.
Ketergantungan manusia terhadap sesamanya atau berinterkasi rupanya juga menjadi
salah satu tuntunan dalam ajaran Islam dimana sebenarnya manusia diciptakan oleh Allah di
muka bumi ini tiada lain untuk dapat saling mengenal dan tolong menolong. Hal tersebut
sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut:

‫ارفُ ْوا ۚ اِ َّن‬ ُ ‫اس اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َّوا ُ ْن ٰثى َو َجعَ ْل ٰن ُك ْم‬
َ َ‫شعُ ْوبًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل ِلتَع‬ ُ َّ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الن‬
‫ع ِل ْي ٌم َخ ِبي ٌْر‬ َ ‫ّٰللا اَتْ ٰقى ُك ْم ۗا َِّن ه‬
َ ‫ّٰللا‬ ِ ‫اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ه‬
“Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku,
agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah
adalah orang yang paling bertkawa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Teliti.” (Q.S. al-Hujarat: 13).7
Dalam hal kerjasama, sebenarnya Islam juga memerintahkan umatnya untuk saling
tolong-menolong dan bekerjasama dalam kebaikan dan manfaat. Lebih lagi terhadap sesama
umat Islam. Bahkan Islam mengibaratkan persaudaraan dan pertalian sesama muslim itu
seperti satu bangunan, dimana struktur dan unsur bangunan itu saling membutuhkan dan
melengkapi, sehingga menjadi sebuah bangunan yang kokoh, kuat dan bermanfaat lebih.
Rasulullah bersabda:

6
Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2005), hal. 106
7
Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2005), hal. 517

11
” : ‫عن أبي موسى األشعري ـ رضي هللا عنه ـ عن النبي ـ صلى هللا عليه وسلم ـ قال‬
‫ وكان النبي ـ صلى هللا‬، ‫ ثم شبك بين أصابعه‬، ً ‫ يشد بعضه بعضا‬، ‫المؤمن للمؤمن كالبنيان‬
‫ اشفعوا‬: ‫ فقال‬، ‫ أو طالب حاجة أقبل علينا بوجهه‬، ‫ إذ جاء رجل يسأل‬، ً ‫عليه وسلم ـ جالسا‬
‫ والنسائي‬، ‫ ومسلم‬، ‫ رواه البخاري‬. ” ‫ ويقضي هللا على لسان نبيه ما شاء‬، ‫تؤجروا‬

“Orang mukmin itu bagi mukmin yang lainnya seperti bangunan, sebagiannya menguatkan
sebagian yang lain. Kemudian Nabi Muhammad menggabungkan jari-jari tangannya. Ketika
itu Nabi Muhammad duduk, tibatiba datang seorang laki-laki meminta bantuan. Nabi
hadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda: Tolonglah dia maka kamu akan
mendapatkan pahala. Dan Allah menetapkan lewat lisan Nabi-Nya apa yang dikehendaki.”
(Imam Bukhari, Muslim dan an-Nasa’i).8

8
http://hadits-galihgumelar.blogspot.com/2010/08/kuatkan-kerjasama.html, diakses pada tanggal 27 Maret 2017

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Strategi pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam


kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Ada empat unsur
penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok;
(2) adanya aturan dalam kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; (4)
adanya tujuan yang harus dicapai. Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi
kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa
sebagai anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota
kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya.

Ada beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif agar lebih
menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, yaitu sebagai berikut: a) Para siswa yang
tergabung dalam kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan
mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai; b) Para siswa tergabung dalam suatu
kelompok dan harus merasa bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok
dan berhasil tidaknya suatu kelompok itu menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh
anggota; c) Untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam
kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapi.

Dengan melihat karakteristik model pembelajaran kooperatif yang lebih menekankan


pada aktivitas belajar secara berkelompok, model ini dapat dijadikan salah satu alternatif
metode pembelajaran di kelas. Terlebih lagi terdapat banyak tipe pada model pembelajaran
ini yang dapat disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik serta materi
pembelajaran yang akan dibahas. Dengan melibatkan siswa secara aktif pada proses
pembelajaran di dalam kelas, diharapkan siswa dapat lebih ikut bertanggung jawab terhadap
peningkatan kemampuan belajarnya sendiri. Proses pembelajaran pun akan menjadi lebih
menarik dan tidak membosankan sehingga diharapkan hasil belajar juga akan meningkat.

3.2 Saran

Alhamdulillah pada akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat
waktu. Harapan penulis semoga dengan terselesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun para pembaca. Namun makalah ini tidak lepas dari segala kelemahan-
kelemahan karena keterbatasan yang selalu ada pada diri manusia. Oleh sebab itu kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan guna tercapainya kemaslahatan bersama.
Terimakasih

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya. 2005. Bandung: PT. Syaamil Cipta Media.

Al-Qur’an dan Terjemahnya 2005. Bandung: PT. Syaamil Cipta Media.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo

Hamruni. 2011. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.

Indayana, Febriani Tanjung. 2018. Strategi Pembelajaran Biologi. Medan: CV. Widya
Puspita.

Ismail. 2011. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: RaSAIL
Media Group.

Kunandar. 2007. Guru Profesional, Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Marno dan M.Idris. 2014. Strategi, Metode, dan Teknik Mengajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.

M. Nafiur Rofiq. 2010. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dalam Pengajaran


Pendidikan Agama Islam. Jurnal Falasifa. 1(1): 1-14.

Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning Teori Riset and Praktik. Bandung: Nusa
Media.

Solihatin, Etin. Cooperative Learning. 2007. Jakarta : Bumi Aksara.

14

Anda mungkin juga menyukai