Anda di halaman 1dari 8

TINGGINYA TINGKAT KORUPSI DI MASA PANDEMI

Claudia Natasha

I. Pendahuluan
Akhir tahun 2019, dunia dikejutkan oleh munculnya virus corona yang
berasal dari kota Wuhan, Cina. Virus itu mulai masuk ke Indonesia
pada 2 Maret 2020. Virus corona banyak memberi dampak negatif
seperti banyaknya pemutusan hubungan kerja, rendahnya gaji
karyawan, bangkrutnya perusahaan-perusahaan, pelajar tidak bisa
melakukan sekolah tatap muka, dan masih banyak lagi. Pandemi juga
mengakibatkan kejahatan, salah satunya adalah korupsi.
II. Pembahasan
1. Munculnya Korupsi di Indonesia
Zaman kerajaan
Ada yang mengatakan bahwa praktik korupsi di Indonesia sudah marak
sejak zaman kerajaan. Karena banyak rakyat yang masih buta huruf
dan belum berpendidikan, mereka ditipu oleh para pejabat kerajaan.
Mereka dikenakan pajak lebih tinggi dan pajaknya dinikmati oleh para
pejabat kerajaan

Korupsi pada zaman penjajahan

Pada zaman penjajahan, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC)


yang merupakan serikat dagang Belanda dibentuk untuk memonopoli
perdagangan di Asia. VOC bangkrut akibat para pejabatnya melakukan
korupsi.

Selain itu, korupsi juga dilakukan oleh para pejabat pemerintahan


Hindia-Belanda dalam proses pengadaan kebutuhan sosial, politik,
maupun militer dan penarikan pajak kepada pribumi.
Korupsi setelah Indonesia merdeka

Emmanuel Subangun, seorang pengamat sosial budaya, membagi


korupsi di Indonesia menjadi tiga tahap.

Tahap awal merupakan tahap legal dan politik.

Dalam tulisannya, Emmanuel mengatakan korupsi di tahap ini berkutat


soal hukum, pelanggaran hukum, dan etika politik, seperti terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran aturan oleh
penyelenggara kekuasaan.

Tahap kedua merupakan tahap orde baru.

Dalam tahap ini, korupsi yang terjadi mayoritas berbentuk


penyalahgunaan kekuasaan untuk mendapatkan manfaat finansial
secara tak wajar. Kekuasaan digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan-tujuan individu.

Sedangkan tahap terakhir, merupakan tahap komodifikasi politik.

Pada tahap ini, politik menjadi sebuah komoditas memiliki daya jual.
Tindakan korupsi dalam tahap ini disebut dalam istilah KKN yang
merupakan akronim dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Korupsi berarti penyelewengan atau penyalahgunaan uang suatu


institusi atau perkumpulan untuk keuntungan pribadi dan orang lain.

Kolusi berarti kerja sama melawan hukum antarpenyelenggara negara


dan pihak lain.

Nepotisme berarti memilih saudara atau teman dekat berdasarkan


hubungan bukan kemampuan.
2. Korupsi di Masa Pandemi
Sejak awal pandemi melanda di bulan Maret 2020, Ketua KPK, Firli
Bahuri menegaskan bahwa pihaknya tetap bekerja untuk mengendus
dan menemukan tindak pidana korupsi. Firli pun mengingatkan semua
pihak agar tidak melakukan praktik korupsi di tengah pandemi, terlebih
ada ancaman hukuman mati bagi pelakunya. "Masa sih, ada oknum
yang masih melakukan korupsi karena tidak memiliki empati kepada
NKRI. Ingat korupsi pada saat bencana ancaman hukumannya pidana
mati," tegas Firli.
Akibat gaji yang rendah, akhirnya banyak pihak yang melakukan
korupsi. Sayangnya hal ini tidak hanya terjadi di masyarakat tetapi juga
di lingkup pemerintahan seperti Menteri Sosial, Juliari Batubara yang
melakukan korupsi dana bantuan sosial dan Menteri Kelautan dan
Perikanan, Edhy Prabowo yang melakukan korupsi untuk ekspor benih
lobster. Bukankah pemimpin seharusnya memberikan contoh yang baik
kepada rakyat? Jika pemimpin saja melakukan korupsi, bagaimana
cara rakyat menghilangkan korupsi?
Edhy ditangkap di Bandara Soekarno-Hatta ketika kembali dari Amerika
Serikat. Dalam kasus ini, Edhy juga diduga menerima suap dari
sejumlah perusahaan yang mendapat izin ekspor benih lobster. Edhy
diduga menggunakan perusahaan forwarder, uangnya kemudian
ditampung dalam satu rekening hingga mencapai Rp 9,8 miliar. Selain
itu, Edhy juga diduga menerima uang 100.000 dollar Amerika Serikat
dari Suharjito melalui Safri dan Amiril.
Kasus Juliari berhubungan langsung dengan pandemi, yakni dugaan
suap bantuan sosial Covid-19 untuk wilayah Jabodetabek di tahun
2020. Juliari diduga menerima biaya dari rekan Kemensos sebesar Rp
10.000 per paket bansos. Total uang yang diduga diterima Juliari
sebesar Rp 17 miliar yang kemudian digunakan untuk keperluan
pribadinya.
Menurut Wakil Menteri Hukum dan HAM, Eddy Hiariej, kedua menteri
tersebut layak dituntut dengan ketentuan Pasal 2 Ayat 2 Undang-
Undang Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). Menurut beliau, ada dua
alasan yang membuat kedua mantan menteri layak dituntut pidana
hukuman mati. Pertama, mereka melakukan tindak pidana korupsi
dalam keadaan darurat, yakni darurat Covid-19. Kedua, mereka
melakukan kejahatan dalam jabatan. "Jadi dua hal yang memberatkan
itu sudah lebih dari cukup untuk diancam dengan Pasal 2 Ayat 2
Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi," kata Eddy Hiariej.
3. Cara Menghilangkan Budaya Korupsi
Lakukan hal-hal ini untuk menghilangkan korupsi :
1) Membiasakan diri untuk tidak korupsi waktu
Ternyata dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering melakukan
korupsi, yaitu korupsi waktu seperti terlambat datang ke sekolah,
terlambat datang jika ingin bertemu seseorang. Jika kita merasa
tidak bisa tepat waktu, seharusnya kita mempersiapkan diri lebih
awal.
2) Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya
korupsi
Langkah awal yang bisa kita lakukan adalah memngadakan
sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya korupsi. Jika kita
sudah memulai dari lingkup kecil, kita pasti bisa memulai dalam
lingkup yang besar.
3) Menutup celah internasional
Salah satu penyebab korupsi susah untuk dilacak adalah pejabat
publik melakukan pencucian uang dan menyembunyikannya di
negara lain.
III. Penutup
1. Kesimpulan
Tidak ada yang bisa menghilangkan korupsi seorang diri, oleh karena
itu diperlukan kesadaran masyarakat untuk menyadari akan bahaya
korupsi.
2. Saran
Sebaiknya, hukuman bagi para koruptor jangan hanya sekadar penjara
atau denda tetapi lebih diberatkan lagi seperti hukuman mati atau
penjara seumur hidup.
DAFTAR PUSTAKA
https://gensindo.sindonews.com/read/262534/700/sejarah-korupsi-di-
indonesia-sudah-ada-sejak-zaman-kerajaan-1607515926
https://nasional.kompas.com/read/2021/03/03/12515101/kasus-korupsi-di-
tengah-pandemi-covid-19-yang-berujung-pada-wacana-hukuman?
page=all
https://greatdayhr.com/id/blog/cara-mengatasi-korupsi/
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama lengkap : Claudia Natasha
Tempat, tanggal lahir : Semarang, 5 Januari 2003
Nomor KTP : 3374024501030001
Asal universitas : Universitas Dian Nuswantoro
Alamat rumah : Jalan Kuala Mas V/213, Kel. Panggung
Lor, Kec. Semarang Utara, Semarang,
Jawa Tengah
Nomor HP : 0895377655720
Email : claudia.natasha03@gmail.com
Dengan ini menyatakan bahwa artikel berjudul "Tingginya Tingkat Korupsi
di Masa Pandemi" merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya. Jika
ditemukan ketidakbenaran informasi, saya bersedia untuk didiskualifikasi.

Semarang
Peserta

Claudia Natasha
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai