Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM Nama : Iwan Jepri

TEKNIK PEMISAHAN NIM : G44190017


Kelompok :A
Hari, tanggal : Kamis, 25 Februari 2021
Asisten : Nivia Laelatul Suswartiny
PJP : Dr. Mohamad Rafi, S.Si, M.Si

EKSTRAKSI CAIR-CAIR DAN EKTRAKSI MASERASI

Pendahuluan

Ekstraksi adalah metode pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan


kelarutan antara dua cairan tidak larut yang berbeda, umumnya air dan pelarut
organik lainnya. Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan
senyawa yang akan diisolasi. Jenis ekstraksi berdasarkan fase nya dapat cair-cair
dan padat cair. Ekstraksi cair-cair (liquid-liquid extraction (LLE)) adalah sistem
pemisahan secara kimia-fisika dimana zat yang akan diekstraksi, dipisahkan dari
fasa airnya dengan menggunakan pelarut organik, yang tidak larut dalam fasa air,
secara kontak langsung baik kontinyu maupun diskontinyu (Putranto 2012).
Ekstraksi padat cair merupakan suatu cara pemisahan yang didasarkan atas
kelarutan zat padat yang ingin diektraksi terhadap fasa cairnya sebagai zat
pengekstrak. Jika ingin mengekstraksi zat padat, maka zat padat tersebut harus
dilarutkan ke dalam pelarut dalam fasa cairnya.
Metode ekstraksi yang dapat digunakan untuk memisahkan analat antara
lain: maserasi, perkolasi, refluks dan lain-lain. Maserasi adalah proses
perendaman sampel untuk menarik komponen yang diinginkan dengan kondisi
dingin diskontinyu. Keuntungannya yakni lebih praktis, pelarut yang digunakan
lebih sedikit, dan tidak memerlukan pemanasan, tetapi waktu yang dibutuhkan
relatif lama (Putra et al. 2014). Praktikum ini bertujuan mengenal radas ekstraksi
cair-cair, melakukan ektraksi cair-cair dan ektraksi padat-cair dengan teknik
maserasi menggunakan alat dan bahan sederhana yang tersedia di rumah.

Data Hasil Pengamatan

Tabel 1 Hasil Percobaan ektraksi cair-cair.


No Sampel Hasil Pengamatan Keterangan
Minyak Terdapat 2
goreng lapisan.
dan Lapisan atas
bubuk adalah minyak.
cabai Lapisan bawah
kering adalah air.

Tabel 2 Hasil Percobaan ektraksi padat-cair berdasarkan pengaruh suhu terhadap


efisiensi ektraksi
No Pelakuan Hasil pengamatan Keterangan
suhu
1 Ruang Warna yang terbentuk
kurang pekat

2 Hangat Warna yang terbentuk pekat

3 Panas Warna yang terbentuk sangat


pekat

Tabel 3 Hasil pengamatan ektraksi padat-cair berdasarkan pengaruh jumlah


pengulangan terhadap efisiensi ektraksi
No Gelas ke- Hasil Pengamatan Keterangan
1 1 Warna yang
terbentuk kurang
pekat

2 2 Warna yang
terbektuk pekat

Tabel 4 Hasil percobaan ektraksi padat-cair berdasarkan pengaruh jenis pelarut


terhadap efisiensi ektraksi
No Pelarut Hasil Pengamatan Keterangan
1 Air Warna yang terbentuk
kurang pekat

2 Alkohol Warna yang terbentuk pekat

Pembahasan
Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan suatu komponen dari fasa cair ke
fasa cair lainnya. Operasi ekstraksi cair-cair terdiri dari beberapa tahap, yaitu
(Laddha & Degaleesan, 1976): Kontak antara pelarut (solvent) dengan fasa cair
yang mengandung zat terlarut (diluent), kemudian zat terlarut akan berpindah dari
fasa diluent ke fasa pelarut, dan Pemisahan fasa yang tidak saling larut yaitu fasa
yang banyak mengandung pelarut disebut fasa ekstrak dan fasa yang banyak
mengandung pelarut asal disebut fasa rafinat. Aplikasi ekstraksi cair-cair telah
digunakan secara luas dalam industri kimia, yaitu industri kimia organik dan
industri kimia anorganik. Saat ini, penelitian-penelitian menggunakan proses
ekstraksi cair-cair ditujukan untuk mengambil senyawa (zat-zat) kimia baru atau
menemukan pelarut baru yang memberikan hasil ekstraksi lebih baik (Martunus dan
Helwani 2005).
Proses ekstraksi yang baik menggunakan pelarut yang mempunyai sifat-sifat :
tidak toksik, tidak bersifat eksplosif, mempunyai interval titik didih yang sempit,
daya melarutkan, mudah dan murah (Guenther, 1990). Faktor penting yang
berpengaruh dalam peningkatan karakteristik hasil dalam ekstraksi cair-cair yaitu
(Martunus & Helwani 2005): perbandingan pelarut-umpan (S/F), Waktu ekstraksi
dan kecepatan pengadukan. Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau
hukum partisi yang menyatakan pada konsentrasi dan tekanan yang konstan, analit
akan terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling
tidak campur. Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2 fase
disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi (KD) (Handayani et al.
2015).
Fungsi dari bubuk cabai kering adalah sebagai pewarna merah sehingga
dapat mudah membedakan dari fasa minyak dan air. Fungsi dari pengocokan adalah
untuk mencapai kesetimbangan antara zat yang terdistribusi. Pengocokan dilakukan
dengan pelan supaya tidak terjadi emulsi. Pada ektraksi corong, fungsi dari
pembukaan cerat berfungsi mengeluarkan gas yang terbentuk sehingga tidak
membuat corong pecah. Hasil pengamatan menunjukan fasa minyak berada di
lapisan atas dna fasa air berada di lapisan bawah. Hal ini karena densitas minyak
lebih rendah daripada densitas air. Densitas minyak adalah 0.8 Kg/L dan densitas
air adalah 1 Kg/L.
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan.
Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri (Agoes 2007). Metode
ini dilakukan dengan memasukkan serbuk dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah
inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika
tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan
konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari
sampel dengan penyaringan (Mukhriani 2014).
Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat
kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Kelebihan dari ekstraksi
dengan metode maserasi adalah alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan
bejana perendam, biaya operasionalnya relatif rendah, dan prosesnya relatif hemat
penyari dan tanpa pemanasan. Kelemahan dari ekstraksi dengan metode maserasi
adalah proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu
terekstraksi sebesar 50% dan membutuhkan waktu yang lama.
Hasil percobaan pengaruh suhu terhadap efisiensi ektraksi adalah suhu
panas berwarna sangat pekat, suhu hangat berwarna pekat dan suhu ruang berwarna
kurang pekat. Hal ini membuktikan semakin tinggi suhu maka akan semakin efisien
ektraksi karena suhu dapat mempercepat senyawa yang diektraks. Hasil percobaan
pengaruh pengulangan terhadap efisiensi menghasilkan warna yang pekat pada 2
kali pengulangan dan warna kurang pekat pada 1 kali pengulangan. Hal ini
membuktikan semakin banyak pengulangan semakin tinggi efisiensi ektraksi. Hasil
percobaan pengaruh pelarut terhadap efisiensi ektraksi adalah ektraksi
menggunakan pelarut alkohol memiliki warna yang lebih pekat dari pelarut air. Hal
ini karena lebih efektif, kapang tidak beracun, netral, dan absorbsinya baik. Etanol
dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan, panas yang diperlakukan
untuk pemekatan lebih sedikit. Etanol juga dapat melarutkan alkaloida basa,
minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, anrakinon, flavanoid, steroid,
dammar dan klorofil (Nurhasnawati dan Sa’adah 2015).
Kesalahan pada percobaan ini adalah kesalahan sistematik dan kesalahan
acak. Kesalahan sitematik yang terjadi antara lain alat ukur yang tidak pasti karena
tidak terkalibrasi, waktu ektraksi yang kurang tepat dan adanya pengotor pada alat
dan bahan. Kesalahan acak yang terjadi antara lain kurang kompetennya praktikan
dan percobaan yang hanya dilakukan sekali.
Simpulan
Ekstraksi cair-cair adalah sistem pemisahan secara kimia-fisika dimana zat
yang akan diekstraksi, dipisahkan dari fasa airnya dengan menggunakan pelarut
organik, yang tidak larut dalam fasa air. Lapisan dalam ektraksi cair-cair ditentukan
oleh densitasnya. zat yang memiliki densitas lebih tinggi akan berada di lapisan
bawah dan zat yang memiliki densitas besar akan berada dilapisan atas. Ektraksi
padat-cair dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, pengulangan dan
pelarut. Semakin tinggi suhu semakin banyak zat yang terektrak. Semakin banyak
pengulangan juga semakin banyak zat yang terekstrak. Pelarut pada ektraksi
menggunakan prinsip like dissolved like.
Daftra Pustaka
Agoes G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung(ID): ITB Press.
Guenther E. 1990. Minyakatsiri Jilid IVB. Ketarendan R, Penerjemah. Jakarta(ID):
Universitas Indonesia.
Hadyani D, Pramita V, Faizah L. 2015. Peningkatan kadar zingiberene dalam
minyak jahe dengan ektraksi cair-cair. Prosiding SNST ke-6 Tahun 2015
Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang. 1(1):44-50
Laddha GS, Degaleesan TE. 1976. Transfort Phenomena in Liquid Extraction. New
York (USA): Mc. Graw-Hill Book. Company.
Martunus&Helwani, Z. 2005. Ekstraksi Senyawa Aromatis dari Heavy GasOil
(HGO) dengan Pelarut Trietilen Glikol (TEG). J. Si. Tek. 4[2]: 34-37.
Mukhriani. 2014. Ektraksi, pemisahan senyawa dan identifikasi senyawa aktif.
Jurnal Kesehatan. 7(2): 361-367.
Nurhasnwati H, Sa’adah H. 2015. Perbandingan pelarut etanol dan air pada
pembuatan ekstrak umbi bawang tiwai (eleutherine americana merr)
menggunakan metode maserasi. Jurnal Ilmiah Manuntung. 1(2): 149-153.
Putra AAB, Bogoriani NW, Diantriani NP, Sumadewi NLU. 2014. Ekstraksi zat
warna alam dari bonggol tanaman pisang (musa paradiasciaca l.) Dengan
metode maserasi, refluks, dan sokletas. Jurnal Kimia.8(1):113-119. Commented [IJ1]:

Putranto AMH. 2012. Metoda ektraksi cair-cair sebagai alternaif untuk pemisahan
lingkungan perairan dari limbah cair industri kelapa sawit. Jurnal
Gradien. 8(1): 746-751.

Anda mungkin juga menyukai