Anda di halaman 1dari 3

Nama : Isro irfansyah

Nim : A02019035

RESUM PENGKAJIAN PERSYARIKATAN

Istilah tajdid berasal dari bahasa Arab yaitu jaddada, yang berarti memperbaharui atau
menjadikan baru. Kata ini pula bentukan dari kata jadda, yajiddu, jiddan/jiddatan, artinya sesuatu
yang ternama, yang besar, nasib baik dan baru. Bisa juga berarti membangkitkan, menjadikan,
(muda, tangkas, kuat). Dapat pula berarti memperbaharui, memperpanjang izin, dispensasi,
kontrak. Dalam kamus Bahasa Indonesia tajdid berarti pembaruan, modernisasi atau restorasi.
Orang yang melakukan pembaruan disebut mujaddid.

Prof.dr. Quraisy Shihab, mengartikan tajdid sebagai pencerahan dan pembaruan. Tajdid dalam
makna pencerahan mencakup penjelasan ulang dalam bentuk kemasan yang lebih baik dan sesuai
menyangkut ajaran-ajaran agama yang pernah diungkap oleh para pendahulu. Adapun tajdid
dalam arti pembaruan adalah mempersembahkan sesuatu yang benar-benar baru yang belum
pernah diungkap oleh siapapun sebelumnya

Persyarikatan Muhammadiyah adalah merupakan organisasi Islam modern yang bergerak


dalam bidang dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid yang diwujudkan dalam usaha
disegala bidang kehidupan. Sebagai bagian dari organisasi kemasyarakatan keagamaan
Muhammadiyah mengembangkan sayap dakwahnya melalui bidang ekonomi kerakyatan
dengan mendirikan diantaranya Baitul Mal wa Tamwil (BMT), Swalayan, Bank Perkreditan
Rakyat (BPR), Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) dan lembaga penyiaran publik atau
Radio. Dari usaha ekonomi tersebut sebagian berbadan badan hukum Perseroan Terbatas (PT).
Dari aspek hukum terdapat perbedaan regulasi. Keberadaan ormas diatur dalam Undang-
undang nomor 17 tahun 2013, sedangkan kegiatan usaha dalam bentuk PT diatur undang-
undang nomor 40 tahun 2007. Dengan demikian maka kepemilikan modal seperti
Muhammadiyah pada dasarnya tidak diperbolehkan. Untuk mensiasati perbedaan tersebut dari
penelitian ini diketahui penyertaan modal organisasi diatur dengan beberapa mekanisme,
yaitu : pertama, modal/saham perseorangan yaitu saham yang dimiliki anggota
Muhammadiyah dengan hak dan kewajiban yang melekat secara personal. Kedua,
Modal/Saham Amal Usaha Muhammadiyah adalah pembelian saham yang sumber
keuangannya dikeluarkan secara resmi oleh badan/amal usaha atau pegawainya, meskipun
secara administrasi perseroan pencatatan sahamnya tetap atas nama pribadi. Ketiga, Saham
organisasi yaitu kepemilikan saham yang sumber dananya diperoleh dari kas organisasi yaitu
Muhammadiyah, ‘Aisyiyah dan organisasi otonom (ortom). Kaitan langsung antara penyertaan
modal dan kewenangan pengangkatan Direksi serta Dewan Komisaris secara normatif tidak ada
kecuali pada awal pendirian. Mekanisme pengangkatan dan pemberhentian telah diatur melalui
undang-undang yang sepenuhnya harus melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Secara
organisatoris Muhammadiyah tidak memiliki kewenangan dalam mengatur struktur organisasi,
kepentingan organisasi hanya dapat di dukung melalui komitmen pribadi. Kata Kunci :
Penyertaan Modal Muhammadiyah, Badan Hukum Perseroan Terbatas.

Tarjih dan Tajdid Ekonomi Islam di Muhammadiyah

Maka Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muammadiyah memutuskan fatwa:
a.Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang berbasiskan nilai-nilai syariah antara lain berupa
keadilan, kejujuran, bebas bunga, dan memiliki komitmen terhadap peningkatan kesejahteraan
bersama.

b.Untuk tegaknya ekonomi Islam, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam amar makruf
nahi munkar dan tajdid, perlu terlibat secara aktif dalam mengembangkan dan mangadvokasi
ekonomi Islam dalam kerangka kesejahteraan bersama. c.Bunga (interest) adalah riba karena
merupakan tambahan atas pokok modal yang dipinjamkan, padahal Allah berfirman,”Dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu”. Tambahan itu bersifat
mengikat dan diperjanjikan sedangkan yang bersifat suka rela dan tidak diperjanjikan tidak
termasuk riba. d.Lembaga Keuangan Syariah diminta untuk terus meningkatkan kesesuaian
operasionalisasinya dengan prinsip-prinsip syariah. e.Mengimbau kepada seluruh jajaran dan
warga Muhammadiyah serta umat Islam secara umum agar bermuamalat sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah, dan bilamana menemui kesukaran dapat berpedoman kepada kaidah “Suatu hal
bilamana mengalami kesulitan diberi kelapangan dan kesukaran membawa kemudahan”. f.Umat
Islam pada umumnya dan warga Muhammadiyah padakhususnya agar meningkatkan apresiasi
terhadap ekonomi berbasis prinsip syariah dan mengambangkan budaya ekonomi berlandaskan
nilai-nilai syariah. g.Agar fatwa ini disebarluaskan untuk dimaklumi adanya. Difatwakan di
Yogyakarta 27 Juni 20

Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah

a.Visi : Berkembangnya kapasitas dan bangkitnya kembali etos ekonomi Muhammadiyah untuk
meningkatkan pemberdayaan ekonomi dan kesejahteraan umat.

b.Misi

1)Mengembangkan Amal Usaha Muhammadiyah Komersial (AUMK) yang sudah ada;


2)Mendirikan Amal Usaha Muhammadiyah Komersial (AUMK) yang baru;

3)Melakukan pelatihan SDM dengan muatan kewirausahaan yang kental untuk memfasilitasi
pendirian AUMK dan mengembangkan AUMK yang sudah ada;
4)Memanfaatkan asset lahan dan Wakaf menjadi asset produktif yang dapat menimbulkan nilai
ekonomi;

5)Mengembangkan dan meningkatkan modul-modul kegiatan usaha mikro dengan


memanfaatkan dana dan instrumen ZIS;16c.Sasaran

1)Penguatan peran dan fungsi Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PP Muhammadiyah
sebagai institusi fasilitator, motivator, dan pengayom dalam pengembangan kapasitas dan
peningkatan etos ekonomi Muhammadiyah dalam rangka peningkatan pemberdayaan ekonomi
dan kesejahteraan ummat.

2)Menjadikan MEK di tingkat PWM sebagai fasilitator dan penggerak dalam pengembangan
etos ekonomi Muhammadiyah dalam rangka peningkatan pemberdayaan ekonomi dan
kesejahteraan umat.

Anda mungkin juga menyukai