Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DHF (Dengue Hemorhagic Fever)

DI RUANG PERAWATAN MERPATI RS. SARI MULIA


BANJARAMASIN

DI SUSUN OLEH :
ASPIANSYAH (17IK509)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : DHF (Dengue Hemorhagic Fever)


TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : Ruang Merpati
NAMA : Aspiansyah

Banjarmasin, Februari 2019

Menyetujui,
Program Studi Sarjana Keperawatan
RSU.Sari Mulia Banjarmasin
Universitas Sari Mulia
Preseptor Akademik
Preseptor Klinik (PK)

Intan Sari Dewi.,S.Kep.,Ns


Rosetia Panjaitan.,AMK
NIK. 1166092018128
NIK. 239.10.02
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : DHF (Dengue Hemorhagic Fever)


TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : Ruang Merpati
NAMA : Aspiansyah

Banjarmasin, Februari 2019

Menyetujui,
Program Studi Sarjana Keperawatan
RSU.Sari Mulia Banjarmasin
Universitas Sari Mulia
Preseptor Akademik
Preseptor Klinik (PK)

Intan Sari Dewi.,S.Kep.,Ns


Rosetia Panjaitan.,AMK
NIK. 1166092018128
NIK. 239.10.02
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian DHF
Dengue Haemorrhagik fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang
dapat menyebabkan kematian dan disebabkan oleh empat serotipe virus dari
genus Falvivirus, virus RNA dari Keluarga Falviviridae (Soedarto 2012).
Dengue Haemorhage fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti yang disertai
manifestasi perdarahan dan cenderung menimbulkan syok dan kematian
(Misnadiarly 2009).
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular mendadak
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus (Kementrian Kesehatan RI 2010).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus
Flavivirus, dan famili Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari
genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus.(Kementrian
Keeharan Republik Indonesia 2015).
Klarifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue
DD/DBD Derajad Tanda derajad Laboratorium
Demam disertai 2 atau lebih Leukopenia, serologi
DD tanda : myalgia, sakit kepala, trombositopenia
nyeri retroorbital, artralgia
Gejala diatas ditambah uji Trombositopenia
DBD I bending positif (<100.000/ul) bukti ada
kebocoran plasma
Gejala diatas di tambah
DBD II perdarahan spontan
Gejala diatas ditambah
DBD III kegagalan sirkulasi (kulit
dingin dan lemah serta
gelisah)
Syok berat disertai dengan
DBD IV tekanan darah dan nadi tidak
teratur
B. Etiologi
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue (DEN), yang
termasuk genus falvivirus. Virus yang ditularkan oleh nyamuk ini
tergolong RNA positive-strand virus dari keluarga Falviviridae.
Terdapat empat serotipe virus DEN yang sifat antigennya berbeda,
yaitu virus dengue-1 (DEN 1), virus dengue-2 (DEN 2), virus dengue-3
(DEN 3) dan virus dengue-4 (DEN 4). Spesifikasi virus dengue yang
dilakukan oleh Albert Sabin pada tahun 1994 menunjukan bahwa
masing-masing serotipe virus dengan memiliki genotipe yang berbeda
antara serotipe-serotipe tersebut (Soedarto 2012).
Di Indonesia, hingga sekarang telah dapat di isolasi 4 serotipe,
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3
merupakan serotipe yang paling banyak sebagai penyebab.
Nimmanitya (1975) di Thailand melaporkan bahwa serotipe DEN-2
yang dominan. Sedangkan Indonesia tertama oleh DEN-3, walaupun
akhir-akhir ini ada kecenderungan dominasi oleh virus DEN-2.
Disamping itu, urutan infeksi serotipe merupakan suatu faktor
resiko karena lebih dari 20% urutan infeksi virus DEN-1 yang disusul
DEN-2 mengakibatkan renjatan, sedangkan faktor resiko terjadinya
renjatan untuk urutan virus DEN-3 yang diikuti oleh DEN-2 adalah 2%.
Viremia berakir 4-5 hari setelah timbulnya panas.

C. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami
keluhan dan gejalan karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri
oto, pegal seluruh badan, hipertermi di tenggorokan, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin munvul pada system retikuloendotelial seperti
pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF
disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologis utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DF dan DHF ialah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
karena pelepasan zat anafilaktosin, histamine dan serotonin serta aktivitas
system kalikream yang berakibatekstravisasi cairan intavaskuler. Hal ini
berakibat berkurangnya volume plasma ke darah ekstravakuler dibuktikan
dengan ditemukannya cairan dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard.
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila
tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosi metabolic dan
kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan yang hebat,
perdarahan pada umumnya dihubungkan dengan trombositopenia dan
kelainan trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran
darah. Kelainan system kaogulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan
hati yang fungsinya memang terbukti terganggu oleh aktivitas koagulasi.
(Suriadi, 2010).
D. Pathway DHF

Virus Dengue

Masuk ke pembuluh darah melalui gigitan


nyamuk

Beredar ke
pembuluh darah

Viremia

Hipertermi Hepatomegali Supresi Premabilitas


sumsum tulang kapiler
belakang meningkat

Dehidrasi Nausea dan Manifestasi


Vomitus pendarahan
Resiko Efusi
Defisit volume perdara pleura
cairan dan Anoreksia Kehilangan han
elektrolit cairan
ekstravaskuler
Nutrisi kurang
dari
kebutuhan hipovalemia

Resiko syok hipovalemia

Syok

Kematian
E. Manifestasi Klinis
1. Demam, penyakit ini didahului oleh demam yang tinggi atau panas
mendadak berlangsung 2-7 hari kemudian turun secara cepat.
2. Ruam biasannya 5-12 jam sebelum naiknya suhu pertama kali, dan
berlangsung selama 3-4 hari.
3. Pembesaran hati yang terjadi pada permulaan demam (sudah dapat
diraba sejak permulaan sakit).
4. Trombisitopenia, nilai tombosit <100.000/ul
5. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80mmHg atau kurang) disertai kulit
yang terasa dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki.

F. Komplikasi
Komplikasi DHF menurut Smeltzer dan Bare (2002) adalah perdarahan,
kegagalan sirkulasi, Hepatomegali, dan Efusi pleura.
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000/ul dan koagulasi.
Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, peteke, purpura,
ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DHF biasanya terjadi sesudah hari ke 2-7, disebabkan peningkatan
permabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, ekusi cairan
serosa kerongga pleura dan peritoneum, hipoprotenemia,
hemokonsentrasi dan hypovolemia yang mengakibatkan berkurangnya
aliran baik vena (venous return),period, miokardium, volume sekuncup
dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan
penurunan sirkulasi jaringan.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemahan yang berhubungan
dengan nekrosis karena perdarahan, yanag terjadi pada lobules yang
lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks
virus antibody
4. Efusi pleura
Terjadi karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel. Hal tersebut dapat dibuktikandengan
adanya cairan dalam rongga pleura, bila terjadi efusi pleura maka akn
terjadi dispnea dan sesak napas.

G. Penatalaksanaan
Terdapat dua cara penatalaksanaan yaitu medis dan keperawatan
1. Medis
Pada dasarnya pengobatan pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)
bersifat sintomatica dan suportif
a. Demam berdarah dengue (DBD) tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu
1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup,
susu, dan bila mau lebih baik oralit.
Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
2) Hematokrit yang cenderung meningkat. Hematokrit
mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya mendahului
munculnya secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi,
penurunan tekanan 23 nadi), sedangkan turunnya nilai trombosit
biasanya mendahului naiknya hematokrit. Karena itu, pada pasien
yang diduga menderita DHF harus diperiksa hemoglobin,
hematokrit dan trombosit setiap hari mulai hari ke-3 sakit sampai
demam telah turun 1-2 hari.
b. Demam berdarah dengue (DBD) disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang
infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran
plasma. Cairan yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Pada
pasien dengan renjatan berat diberikan infus harus diguyur
dengan cara membuka klem infus. Apabila renjatan telah teratasi,
nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar, tekanan sistolik 80
mmHg/ lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10 liter/kgBB/jam.
2. Keperawatan
a. Kegagalan sirkulasi darah
Dengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke dalam
jaringan ekstravaskular, yang puncaknya terjadi pada saat renjatan
akan terlihat pada tubuh pasien menjadi sembab (edema) dan darah
menjadi kental. Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan
pernafasan) perlu dilakukan secara kontinu. Pemeriksaan Ht, Hb dan
trombosit sesuai permintaan dokter setiap 4 jam.
b. Resiko terjadi pendarahan
Menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan utama pada
traktus gastrointestinal. Pendarahan gastrointestinal didahului oleh
adanya rasa sakit perut yang hebat. Bila pasien sebelumnya tidak
dipasang infuse segera dipasang. Formulir permintaan darah
disediakan. Bila terjadi pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat
banyaknya/ warnanya serta waktu terjadinya pendarahan. Pasien
yang mengalami pendarahan gastrointestinal biasanya dipasang NGT
untuk membantu mengeluarkan darah dari lambung.
c. Gangguan suhu tubuh
Biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke-2 sampai ke-7 dan
tidak jarang terjadi, hyperpyrexia yang dapat menyebabkan pasien
kejang. Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka
pengobatannya dengan pemberian antipiretik dan anti konvulsan.
Untuk membantu penurunan suhu dan mencegah agar tidak
meningkat dapat diberikan kompres dingin. Yang perlu diperhatikan,
bila terjadi penurunan suhu yang mendadak disertai berkeringat
banyak sehingga tubuh teraba dingin dan lembab, nadi lembut halus
waspada karena gejala renjatan. Kontrol tekanan darah dan nadi
harus lebih sering dan dicatat secara baik dan memberitahu dokter.
d. Gangguan rasa aman dan nyaman
Dirasakan pasien karena penyakitnya dan akibat tindakan selama
dirawat. Hanya pada pasien DHF menderita lebih karena
pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb secara periodic (setiap 4 jam)
dan mudah terjadi hematom, serta ukurannya mencari vena jika
sudah stadium II. Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja
dengan tenang yakinkan dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika
terjadi hematum segera oleskan trombophub gel / kompres dengan
alkohol. Bila pasien datang sudah kolaps sebaiknya dipasang
venaseksi agar tidak terjadi coba-coba mencari vena dan
meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat. jika sudah musim
banyak pasien Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sebaiknya selalu
tersedia set venaseksi yang telah seteril (Ngastiyah, 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddart.(2002). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8


Vol.2.Jakarta:EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku K\efdokteran EGC.
Depkes RI (2010). Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue.
Jakarta : Dirjen Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan.
Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGVC.

Soedarjo (2012). Demam Berdarah Dengue. Surabaya : Airlangga University


Suriadi (2010) Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue Dan
Kebijaksanaan Penangulangannya Di Indonesia. Jakarta : Depkes R I

Anda mungkin juga menyukai