REFERAT HE - Abortus - Hana Indah Arifint - 19014101024
REFERAT HE - Abortus - Hana Indah Arifint - 19014101024
ABORTUS
Oleh:
19014101024
SUPERVISOR PEMBIMBING
dr. Linda M. Mamengko, SpOG(K)
RESIDEN PEMBIMBING
dr. Hanna Febry Imelda Poluan
“Abotus”
Mengetahui,
RESIDEN PEMBIMBING
SUPERVISOR PEMBIMBING
1
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ 1
DAFTAR ISI...................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 5
A. Definisi................................................................................................... 5
B. Etiologi................................................................................................... 5
C. Patomekanisme Abortus......................................................................... 9
D. Klasifikasi Abortus ................................................................................11
E. Diagnosis................................................................................................14
F. Tatalaksana.............................................................................................17
G. Komplikasi..............................................................................................20
H. Prognosis.................................................................................................21
BAB III PENUTUP............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................23
2
BAB I
PENDAHULUAN
Abortus menjadi salah satu faktor penyumbang angka kematian ibu sehingga
menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia. Abortus yang dalam bahasa
terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan yang terjadi
tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus tidak disengaja atau
abortus spontan kadang – kadang hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga
pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat
haid saja.2
Studi dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 menunjukkan
satu dari setiap empat kehamilan berakhir dengan abortus dan 25 juta abortus
tidak aman (45% dari total kasus abortus) terjadi setiap tahun dari tahun 2010-
2014. Mayoritas abortus tidak aman (97%) terjadi di negara berkembang seperti
Afrika, Asia dan Amerika Latin.3 Estimasi kejadian abortus yang tercatat oleh
WHO sebanyak 40-50 juta, sama halnya dengan 125.000 abortus per hari.
Abortion Incidence and Service Avaibility in United Stated pada tahun 2016
menyatakan tingkat abortus telah menurun secara signifikan sejak tahun 1990 di
3
Wilayah Asia Tenggara sendiri, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi
dilakukan setiap tahun dan sekitar 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia,
diperkirakan mencapai 2,3 juta per tahun dan sekitar 750.000 diantaranya
Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 ialah 228 per 100.000 kelahiran hidup dan dari
jumlah tersebut, kematian akibat abortus tercatat mencapi 30 persen. Angka ini
Development Goals (MDGs) yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Pada
SDKI tahun 2012 angka ini meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup
dan masih belum sesuai dengan kesepatakan MDGs pada tahun 2015 yaitu 115
menerus dan infeksi pada saat melakukan abortus. Selain masalah fisik, abortus
juga berdampak pada kondisi psikologis ibu. Abortus seringkali terjadi pada
wanita hamil dan membawa dampak psikologis yang mendalam seperti trauma,
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin
kurang dari 500 gram. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia abortus
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang
badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang
dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka
B. Etiologi
1. Penyebab genetik
5
kelainan Mendelian) atau mutasi pada beberapa lokus (misalnya gangguan
kariotip.
2. Penyebab anatomik
uterus, kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis atau unikornis serta
3. Penyebab autoimun
yang didapati pada perempuan dengan SLE. Paling sedikit ada 3 bentuk
aPA yang diketahui mempunyai arti klinis yang penting yaitu Lupus
6
4. Penyebab infeksi
- Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat
kematian janin.
- Amnionitis
5. Penyebab lingkungan
Malformasi janin dapat terjadi akibat dari paparan obat, bahan kimia
unsur toksik, antara lain nikotik yang telah diketahui mempunyai efek
7
monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan janiin serta memacu
abortus.
6. Penyebab hematologik
7. Penyebab hormonal
signifikan.
embrio. Support fase luteal punya peran kritis pada kehamilan sekitar 7
8. Faktor psikologis.
mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap
8
terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional dan
C. Patomekanisme Abortus
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih
secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam
dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran
janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta
mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada
9
dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam
yang banyak.1
umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari
meninggalkansisa desidua.
dan desidua.
janin ke luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin
yang dikeluarkan).
- Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.
10
D. Klasifikasi Abortus7
1. Abortus spontan
atau medis untuk mengosongkan uterus. Kata lain yang luas digunakan
subklasifikasi:
pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik
dalam kandungan.
yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah
membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan
c. Abortus Kompletus
kavum uteri pada kehamlan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium
11
d. Abortus Inkompletus
kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Sebagian jaringan hasil
dalam kandungan
peritoneum.
12
2. Abortus provokatus
b. Abortus kriminalis
yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh
13
Gambar . Klasifikasi Abortus
E. Diagnosis7
a. Anamnesis : perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak
14
c. Pemeriksaan penunjang : USG transvaginal atau transabdominal.
rahim.
positif.
masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung
janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal, biasanya
3. Abortus kompletus
4. Abortus inkompletus
15
a. Anamnesis : perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak), nyeri /
kontraksi rahim ada, dan bila perdarahan banyak dapat terjadi syok.
kehamilan.
ragu dengan diagnosis secara klinis. Besar uterus sudah lebih kecil dari
tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda –tanda
protrombin).
16
b. BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada
dan sebagainya.
F. Tatalaksana7,10,11
17
- Abortus insipiens : setelah penanganan hemodinamik, segera
profilaksis.
kanalis servikalis.
18
4. Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan
atau nyeri setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih
berat.
secara mekanis mengerok keluar isi uterus (kuretase tajam), dengan aspirasi
dan evakuasi (D&E). Tindakan ini berupa pembukaan seviks secara lebar
diikuti oleh dekstruksi mekanis dan evakuasi bagian janin. Setelah janin
untuk mengeluarkan plasenta dan jaringan yang tersisa. Dilatasi dan Curretase
(D&C) serupa dengan D&E kecuali pada D&C, bahwa sebagian dari janin
mempermudah tindakan.
19
Gambar : Tindakan dilatasi dan kuretase (D&C)
G. Komplikasi1,12
1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan
uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga
gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama
20
sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah
4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan
tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini
dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak
lokal seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat
menegakkan diagnosis.
6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan
H. Prognosis
sebelumnya.
21
3. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung
janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih
BAB III
PENUTUP
rahim yaitu usia kurang dari 20 minggu usia kehamilan dengan berat janin kurang
dari 500 gram. Abortus diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi besar yaitu
inkomplit, abortus komplit serta abortus provokatus yang terdiri dari therapeutic,
eugenic abortion dan elective abortion. Faktor – faktor yang berhubungan dengan
kejadian abortus yaitu faktor ibu, faktor janin dan faktor eksternal dari
lingkungan. Komplikasi abortus bisa dari segi medis maupun psikologis. Peran
22
sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang
DAFTAR PUSTAKA
23
6. Lumbanraja SN. Kegawatdaruratan obstetri. Medan: USU Press; 2017.
24