Anda di halaman 1dari 4

HASIL PENELITIAN

Kami melakukan penelitian pada 14 org mahasiswa universitas Kristen maranatha yang
beragama kristen

Dari segi beribadah, seluruh partisipan mengatakan bahwa mereka menyukai ibadah
secara offline.

Sebanyak 64,3% atau 9 partisipan menjawab bahwa mereka merasa semakin jarang dan
tidak mengalami pertumbuhan iman sama sekali, sedangkan 35,7% atau setara 5
partisipan merasa bahwa mereka menjadi lebih dekat dengan Tuhan.

Untuk yang pertama ialah merasakan / memikirkan berkat Tuhan di tengah pandemic
Partisipan banyak yang menjawab bawah mereka hanya kadang2 saja memikirkan berkat
Tuhan.

Lalu untuk frekuensi praise and worship jawaban terbanyak partisipan juga kadang2
yaitu sekitar 42,9 %.

Untuk frekuensi melakukan saat teduh pribadi/membaca alkitab, jawaban dengan


persentase tertinggi juga pada no 3 yaitu kadang2

Sebanyak 71,5 % atau setara dengan 10 partisipan mengaku bahwa mereka menjadi lebih
sering menghabiskan waktu bersama keluarga, bahkan menjadi lebih dekat dengan salah
seorang anggota keluarga yang sebelumnya tidak dekat dengannya. Sebanyak 14,3% atau
setara dengan 2 orang mengatakan bahwa keluarganya semakin dekat dengan Tuhan.
Sebanyak 14,3 % atau setara dengan 2 partisipan mengaku bahwa tidak ada perubahan
dalam keluarganya (segala sesuatu berjalan seperti biasa).

Sebanyak 50% atau setara dengan 7 partisipan merasa lebih bersukacita saat melakukan
ibadah online. Sebanyak 50% atau setara dengan 7 partisipan mengatakan bahwa mereka
merasakan hal yang sama seperti ketika melakukan ibadah offline.

Untuk pertanyaan apakah kalian melakukan ibadah online dengan khusyuk sama seperti
saat beribadah offline sekitar 50 % mengatakan bahwa mereka hanya kadang2 saja

Sebanyak 35,7% atau setara dengan 5 partisipan mengakui bahwa mereka tidak pernah
sama sekali mengikuti aktivitas-aktivitas gereja secara online, sedangkan 57,1%
mengakui bahwa mereka kadang-kadang saja mengikuti aktivitas-aktvitas gereja secara
online dan 7.1% atau setara dengan 1 partisipan dari mereka mengakui bahwa mereka
sering mengikuti aktivitas-aktivitas gereja secara online.
Sebanyak 71,4% atau setara dengan 10 partisipan dari mereka mengakui bahwa mereka
merasa untuk beberapa hal seperti bergereja sebaiknya tidak dilakukan secara online terus
menerus, sedangkan 28,6% merasa biasa-biasa saja ketika segala sesuatu dilakukan
secara online karena mereka juga tidak mengalami perubahan-perubahan yang signifikan.

ANALISIS MASALAH
Sistem ibadah baru yang dilakukan secara online menjadi sarana alternatif untuk umat
kristiani beribadah.

Ibadah yang dilakukan di rumah sebenarnya merupakan kesempatan membangun


kembali konsep ibadah yang sejati.

Namun, sayangnya, itu tidak berlaku bagi generasi Z.

Mayoritas generasi Z yang diteliti memilih jawaban bahwa mereka semakin jarang,
bahkan tidak mengalami pertumbuhan iman sama sekali.

Hal ini karena mereka tidak terbiasa dengan cara ibadah online walaupun hidup
mereka sendiri sangat bergantung pada teknologi.

Kecanggihan teknologi membuat mereka seringkali lebih terfokus kepada sosial media.

Selain itu, kesibukan di tengah perkuliahan online membuat mereka tidak bisa membagi
waktu dengan baik

Pertumbuhan iman para partisipan cenderung ke arah negatif.

Sebagian besar partisipan mengaku bahwa imannya tidak bertumbuh, bahkan


menjauh dari Tuhan.

Mereka mengaku sangat jarang melakukan saat teduh pribadi secara mandiri,
membaca alkitab, melakukan praise dan worship, dan bersyukur.

mereka mengaku bahwa ada sesuatu yang kurang atau, bahkan kosong sehingga tidak
merasa sukacita dan berminat untuk melakukan kegiatan rohaniawan.

namun, mereka masih merindukan bersekutu dengan saudara seiman. Menurut mereka,
bertemu langsung seperti melakukan kegiatan ibadah secara offline lebih meningkatkan
semangat beribadah.
Alasan lain yang membuat mereka menjauh dari Tuhan adalah ketidakmandirian
dalam aspek spiritual dan sikap yang masih bergantung pada orang lain, terutama
orang tua.
Hal ini biasa dikenal dengan istilah dependen, yaitu suatu sifat yang masih
mengandalkan orang lain.

• Sangat dibutuhkan peran orang tua untuk mampu memberikan arahan yang benar
dan tepat agar remaja dapat berkembang menjadi individu yang independen, terutama
dalam aspek spiritual pada kehidupan remaja.
• Peran keluarga memiliki dampak yang besar pada spiritualitas partisipan.

INTERPRETASI

Pertumbuhan spiritualitas generasi Z tentunya sangat dipengaruhi oleh kedalaman


iman yang dimilikinya, semakin kuat iman di dalam dirinya maka pertumbuhan
spiritualitasnya semakin baik.

Dalam hasil penelitian banyak partisipan mengaku bahwa dalam masa pandemi ini sama
sekali tidak mengalami pertumbuhan iman dan bahkan menjauh dari Tuhan.

Adanya faktor depensi yang sudah dibahas dalam deskripsi kasus membuat seseorang
tidak bisa mandiri bahkan dalam imannya.

Karena ketidakmandirian inilah maka banyak dari generasi Z mengaku tidak mengalami
pertumbuhan iman.

Banyak dari generasi z yang imannya masih bergantung pada org lain , salah satunya
pada ortu

Pendidikan akan pertumbuhan iman juga bukan hanya berasal dari orang tua
ataupun keluarga tetapi juga bisa berasal dari gereja, sekolah minggu, lingkungan
sekitar, dan pengalaman yang bersangkutan dengan spiritualitas

Selain berasal dari hal eksternal, pertumbuhan iman juga harus berasal dari dalam
diri sendiri (bersifat internal).

Berdasarkan deskripsi kasus, banyak dari generasi Z yang masih belum memiliki
motivasi dari dalam diri untuk lebih lagi mendekatkan diri kepada Tuhan secara pribadi.

Sebagai  bagian dari Universitas Kristen Maranatha, generasi Z diharapkan dapat


menjadi pribadi yang memiliki integrity (jujur, taat, dan bertanggung jawab), care
(peduli), dan excellence (keprimaan).
Tiga konsep kunci pertumbuhan iman yang disebutkan oleh Perry G. Downs ialah
pelayanan, menjadi orang percaya, dan menuntun orang percaya menuju
kedewasaan dan keprimaan spiritual.

AKSI DAN SOLUSI

1. Agar iman kita tidak lemah dan dapat terus bertumbuh, diperlukan motivasi kuat
dari dalam diri yang juga disertai oleh aksi. Keinginan kita untuk kembali ke jalan
yang benar harus dimulai dari hati kita yang terdalam.
2. Kita sebagai generasi Z perlu belajar untuk mengatur dan membagi waktu
sehingga ada keseimbangan dalam kehidupan rohani dan jasmaninya. Banyak dari
generasi Z yang masih belum bisa membagi waktu dengan baik sehingga menjadikan hal
lain sebagai alasan ia tidak dapat memiliki waktu untuk Tuhan. Memiliki manajemen
waktu yang baik merupakan hal yang diperlukan dari generasi Z.
3. Hal yang dapat dilakukan untuk hal ini ialah dengan belajar untuk dekat dengan
Tuhan secara pribadi dengan konsisten. Konsisten berarti dilakukan secara terus-
menerus, tidak hanya sesekali. Dengan menyediakan waktu pribadi untuk Tuhan, kita
dapat lebih lagi mendekatkan diri dan mengenal Tuhan lebih dalam.
4. Banyak dari generasi Z yang sering merasa kosong. Untuk itu, salah satu hal yang
dapat dilakukan ialah dengan mengikuti kelompok - kelompok kecil ( komsel )
untuk berbagi. Dengan mengikuti kelompok kecil, kita akan mendapatkan teman seiman
yang mungkin mengalami hal yang sama.

Anda mungkin juga menyukai