Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

B DENGAN MASALAH SISTEM


DIGESTIVUS : DIARE AKUT DI RUANG ANAK
RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

DISUSUN OLEH

KURNIANINGSIH
A02019040

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN AKADEMIK 2020
DIARE

A. DEFINISI
Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air
besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare
merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3
kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lender
(Riskesdas, 2013).
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses.
Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, dan bila
buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak
berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB)
dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare
akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama ≥ 14 hari.
B. KLASIFIKASI DIARE
Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Uniersitas Airlangga
dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
1. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5
hari.
2. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
3. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan suatu
kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan patogenesisnya
multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan penyakit yang dapat
mengakibatkan diare kronik dan banyaknya pemeriksaan yang harus dikerjakan
maka dibuat tinjauan pustaka ini untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih
terarah.
Sedangkan menurut Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan, sebagai berikut:
1. Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut
didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi yang sering
disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus Gastroenteritis Infeksiosa (GI).
Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atau (ISPA) atau infeksi
saluran kemih (ISK). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang
dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak
terjadi.
2. Diare kronis
Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Kerap
kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi,
penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa
atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare
akut yang tidak memadai.
3. Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada bayi dalam
usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya
mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya dan bersifat resisten atau
membandel terhadap terapi. Penyebabnyayang paling sering adalah diare infeksius
akut yang tidak ditangani secara memadai.
4. Diare kronis nonspesifik
Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau diare todler,
merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada anak-anak yang
berusia 6 hingga 54 minggu. Feses pada anak lembek dan sering disertai dengan
partikel makanan yang tidak tercerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu.
Anakanak yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal
dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya serta tidak
tampak infeksi enterik.
C. ETIOLOGI
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi,
selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu
gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran
pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan
sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit
diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat
membawa bencana bisa terlambat.
Faktor penyebab diare, antara lain :
a. Faktor Infeksi
1. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adeno-
virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lainlain.
c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides);
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis);
jamur (Candida albicans)
2. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis
media akut (OMA) , tonsilitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di
bawah 2 tahun
b. Faktor malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa);
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan
anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2. Malabsorbsi lemak.
3. Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar).
Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatan resiko
terjadinya diare, yaitu :
a) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan.
b) Menggunakan botol susu.
c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.
d) Air minum tercemar dengan bakteri tinja.
e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja,
atau sebelum menjamaah makanan.
Menurut Wong (2008), penyebab infeksius dari diare akut yaitu :
1. Agens virus
a. Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami demam
(38ºC atau lebih tinggi), nausea atau vomitus, nyeri abdomen, disertai
infeksi saluran pernapasan atas dan diare dapat berlangsung lebih dari
1 minggu. Biasanya terjadi pada bayi usia 6-12 bulan, sedangkan pada
anak terjadi di usia lebih dari 3 tahun.
b. Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu
makan terganggu, malaise. Sumber infeksi bisa didapatdari air minum,
air di tempat rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat
menjangkit segala usia dan dapat sembuh sendiri dalam waktu 2-3 hari.
2. Agens bakteri
a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi bergantung pada
strainnya. Biasanya anak akan mengalami distensi abdomen, demam,
vomitus, BAB berupa cairan berwarna hijau dengan darah atau mukus
bersifat menyembur. Dapat ditularkan antar individu, disebabkan
karena daging yang kurang matang, pemberian ASI tidak eksklusif.
b. Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam untuk
gastroenteritis. Gejalanya bervariasi, anak bisa mengalami nausea atau
vomitus, nyeri abdomen, demam, BAB kadang berdarah dan ada
lendir, peristaltik hiperaktif, nyeri tekan ringan pada abdomen, sakit
kepala, kejang. Dapat disebabkan oleh makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh binatang seperti kucing, burung, dan
lainnya.
3. Keracunan makanan
a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan kram
yang hebat pada abdomen, syok. Disebabkan oleh makanan yang
kurang matang atau makanan yang disimpan di lemari es seperti
puding, mayones, makanan yang berlapis krim.
b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak akan
mengalami nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan intensitas
yang sedang hingga berat. Penularan bisa lewat produk makanan
komersial yang paling sering adalah daging dan unggas.
c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan
mengalami nausea, vomitus, mulut kering, dan disfagia. Ditularkan
lewat makanan yang terkntaminasi. Intensitasnya bervariasi mulai dari
gejala ringan hingga yang dapatmenimbulkan kematian dengan cepat
dalam waktu beberapa jam.
D. PATOFISIOLOGI
Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh
berbagai kemungkinan faktor diantaranya :
a. Faktor infeksi
1. Virus Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi rotavirus.
Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh
bersama dengan makanan dan minuman yang masuk ke dalam saluran
pencernaan yang kemudian melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel
mukosa usus menjadi rusak yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang
berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi
sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vili usus halus
mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik.
Selanjutnya, terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga
dikatakan adanya toksin bakteri atau virus akan menyebabkan sistem transpor
aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian
sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
2. Bakteri Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam
mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini
dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti demam
tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang. Selain itu, mukosa usus yang telah
dirusak mengakibatkan mencret berdarah berlendir. Penyebab utama
pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella sp, E.coli. diare ini bersifat
self-limiting dalam waktu kurang lebih limahari tanpa pengobatan, setelah sel-
sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru (Wijoyo, 2013).
b. Faktor malabsorpsi,
1. Gangguan osmotik Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan
terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus
Akibatnya akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat.
Gangguan osmotik meningkat menyebabkan terjadinya pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke
dalam lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus.
Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui
anus dan terjadilah diare (Nursalam, 2008).
2. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus
dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus
(Nursalam, 2008).
3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya
bisa peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya timbul diare pula. Akibat dari diare yaitu kehilangan air dan
elektrolit yang dapat menyebabkan cairan ekstraseluler secara tiba-tiba cepat
hilang, terjadi ketidakseimbangan elektrolit yang mengakibatkan syok
hipovolemik dan berakhir pada kematian jika tidak segera diobati (Nursalam,
2008).
c. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan
diare (Hidayat, 2008). Diare akut berulang dapat menjurus ke malnutrisi energi
protein, yang mengakibatkan usus halus mengalami perubahanyang disebabkan
oleh PEM tersebut menjurus ke defisiensi enzim yang menyebabkan absorpsi
yang tidak adekuat dan terjadilah diare berulang yang kronik. Anak dengan PEM
terjadi perubahan respons imun, menyebabkan reaksi hipersensitivitas kulit
terlambat, berkurangnya jumlah limfosit dan jumlah sel T yang beredar.
Setelah mengalami gastroenteritis yang berat anak mengalami malabsorpsi.
Malabsorpsi juga terdapat pada anak yang mengalami malnutrisi, keadaan
malnutrisi menyebabkan atrofi mukosa usus, faktor infeksi silang usus yang
berulang menyebabkan malabsorpsi, enteropati dengan kehilangan protein.
Enteropati ini menyebabkan hilangnya albumin dan imunogobulin yang
mengakibatkan kwashiorkor dan infeksi jalan nafas yang berat (Suharyono, 2008).
d. Faktor psikologis, faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang
dapat menyebabkan diare. Proses penyerapan terganggu (Hidayat, 2008).
E. MANIFESTASI KLINIS
Anak yang mengalami diare akibat infeksi bakteri mengalami kram perut,
muntah, demam, mual, dan diare cair akut. Diare karena infeksi bakteri invasif akan
mengalami demam tinggi, nyeri kepala, kejangkejang, mencret berdarah dan berlendir
(Wijoyo, 2013). Ngastiyah (2014), mengatakan anak yang mengalami diare mula-
mula akan cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang. BAB
cair, mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan
karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya akan lecet karena
sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam
laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Jika anak telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, serta mengalami
gangguan asam basa dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan
hipokalemia, hipovolemia. Gejala dari dehidrasi yang tampak yaitu berat badan turun,
turgor kulit kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung,
mukosa bibir kering.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati
dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi
isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut
derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau
dehidrasi berat (Juffrie, 2010). Untuk mengetahui keadaan dehidrasi dapat dilakukan
penilaian sebagai berikut:
Penilaian Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
ringan/sedang
1. Lihat :
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai, tidak
Mata Normal Cekung sadar
Air mata Ada Tidak ada Sangat cekung dan
Mulut dan lidah Basah Kering kering
Rasa haus Minum biasa Haus, ingin Tidak ada
tidak haus minum banyak Sangat kering
Malas minum atau
tidak bisa minum
2. Periksa :
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
lambat
3. Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat,
ringan/sedang, kriteria bila ada 1
kriteria tanda*
Bila ada 1 tanda
ditambah 1 atau Ditambah 1 atau
lebih tanda lain lebih tanda lain
4. Terapi Rencana terapi Rencana terapi Rencana terapi C
A B
*Tanda-tanda yang juga dapat diperiksa: timbang berat badan, ubun-ubun
besar, urine, nadi, dan pernapasan atau tekanan darah.
F. KOMPLIKASI
Menurut Suharyono dalam Nursalam (2008), komplikasi yang dapat terjadi
dari diare akut maupun kronis, yaitu:
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) Kondisi ini dapat mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), karena:
a. Kehilangan narium bicarbonat bersama tinja.
b. Adanya ketosis kelaparan dan metabolisme lemak yang tidak sempurna,
sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguri dan anuria).
e. Pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
Secara klinis, bila pH turun oleh karena akumulasi beberapa asam nonvolatil,
maka akan terjadi hiperventilasi yang akan menurunkan pCO2 menyebabkan
pernafasan bersifat cepat, teratur, dan dalam (pernapasan kusmaul)
(Suharyono, 2008).
2. Hipoglikemia
Hypoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare dan
lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita kekurangan
kalori protein (KKP), karena :
a. Penyimpanan persediaan glycogen dalam hati terganggu.
b. Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi. Gejala
hypoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40%
pada bayi dan 50% pada anak-anak. Hal tersebut dapat berupa lemas, apatis,
peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
3. Gangguan gizi Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi
sehingga terjadi penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena:
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntahnya
akan bertambah hebat, sehingga orang tua hanya sering memberikan air teh
saja.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dalam waktu
yang terlalu lama.
c. Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
4. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syok hipovolemik. Akibat perfusi
jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia, asidosis bertambah berat sehingga
dapat mengakibatkanperdarahan di dalam otak, kesadaran menurun, dan bila tidak
segera ditolong maka penderita dapat meninggal.
5. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na< 130 mol/L).
Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi
berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari hampir semua
anaka dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan
dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai Ringer Laktat atau Normal Saline
(Juffrie, 2010).
KASUS
An. Budi ( anak laki-laki) usia 23 bulan dirawat di RS PKU Muhammadiyah
Gombong dengan keluhan mencret sejak malam, dalam semalam frekuensi BAB 8 kali,
konsistensi cair tidak berampas, tidak ada lendir, dan tidak ada darah. Hasil pemeriksaan
fisik, anak sadar, jika diberi minum anak haus, minum dengan lahap, BB 12 kg, kata ibunya 2
minggu yang lalu BB 12,6 kg, mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat, suhu 38,2 0C.
Ibu bertanya kepada perawat sebagaimana perawatan anaknya dan bagaimana cara mencegah
supaya anak-anak tidak sakit diare lagi. Ibu pasien berlatar belakang D3 dan guru SD.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas
1. Identitas klien
Nama : An. B
Tanggal Lahir :
Umur : 23 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB saat ini : 12 Kg
BB sebelum sakit : 12,6 kg
TB : 85 cm
Alamat : Gombong, Kebumen
Agama : Islam
Status Bangsa : Suku jawa
Tanggal Masuk RS : 11 April 2020
No RM : 00-17-xx-xx
Diagnosa Medik : Diare akut ( ringan sedang )

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. C
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Guru SD
Hubungan dengan pasien : Ibu

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Mencret
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien masuk IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong pada tanggal pukul
08:30 WIB. Lalu dipindah ke Bangsal Husna. Perawat melakukan pengkajian pada
pukul 09:00 WIB. Ibu pasien mengatakan pasien mencret sejak malam, dalam semalam
frekuensi BAB 8 kali, konsistensi cair tidak berampas, tidak ada lendir, dan tidak ada
darah, anak tidak nafsu makan, tidak muntah, pasien minta di elus-elus perutnya karena
sakit. Hasil pemeriksaan fisik, anak sadar sepenuhnya, wajah pucat, mata cekung,
mukosa bibir kering, jika diberi minum anak haus, minum dengan lahap, tampak
gelisah. Saat sakit anak jadi rewel, menangis lemah dan sulit tidur. Ibu mengatakan
sudah diberi larutan oralit namun anak tidak mau menelannya. BB pasien sekarang 12
kg, ibunya mengatakan 2 minggu yang lalu BB 12,6 kg, cubitan kulit perut kembali
lambat, suhu 38,20C. Pemeriksaan TTV : TD : 85/50 MmHg, RR : 35x/menit, N :
135x/menit, S : 38,20C.
3. Riwayat penyakit dahulu
Ibu pasien mengatakan dulu saat umur pasien 1 tahun pernah diare tapi tidak sampai
dirawat di rumah sakit.
4. Riwayat Kehamilan
a. Gravida : Gravida ke-2
b. Paritas : Merupakan anak ke-2
c. Kesehatan selama hamil : Ibu sempat di diagnose placenta previa (letak rendah) dan
sempat keluar flek darah tidak banyak, namun ibu terus mengkonsumsi suplemen zat
besi dan bed rest sehingga Hb tidak pernah dibawah 10mg/dl.
d. Obat-Obatan : Ibu mengatakan mengkonsumsi suplemen besi
5. Riwayat Persalinan
a. Durasi persalinan : 2 tahun (Anak pertama lahir tahun 2016 dan An. B lahir tahun
2018)
b. Tipe melahirkan : Spontan pervagina
c. Tempat melahirkan : RS PKU Muhammadiyah Gombong
d. Obat-obatan : Post partus ibu masih mengkonsumsi suplemen besi
6. Riwayat kelahiran
a. BB sebelum sakit : 12 kg
b. BB saat ini : 12,6 kg
c. PB : 85 cm
d. Kondisi Kesehatan : baik
e. Anomali Kongenital :-
f. Tanggal keluar dari perawatan :
7. Riwayat imunisasi
a. Hepatitis : 0, 1, 3 bulan (0,5 cc)
b. BCG : 2 bulan (0,5 cc)
c. Polio : 2, 4, 6, 18 bulan (v2 tetes)
d. DPT : 2, 4, 6, 18 bulan (v0,5cc)
e. Campak : 9 bulan (0,5 cc)
f. Alergi : tidak ada riwayat alergi imunisasi
8. Riwayat tukem (Tumbuh Kembang)
a. BB saat sakit : 12 kg
b. BB sebelum sakit : 12,6 kg
c. TB : 85 cm
d. KPSP (18 bulan) : Score : 9
No Pemeriksaan Ya Tidak
1 Tanpa bantuan, apakah anak dapat V
bertepuk tangan atau melambai- Type equation here .
lambai ? Jawab TIDAK, bila ia
membutuhkan bantuan.
2 Apakah anak dapat mengatakan V
“papa” ketika ia memanggil,/ melihat
ayahnya, atau mengatakan “mama”
jika memanggil/melihat ibunya?
3 Apakah anak dapat berdiri sendiri V
tanpa berpegangan selama kira-kira 5
detik.
4 Apakah anak dapat berdiri sendiri V
tanpaberpegangan selama 30 detik
atau lebih
5 Tanpa berpeganggan atau menyentuh V
lantai, apakah anak dapat
membungkuk untuk memungut
mainan dilantai clan kemudian
berdiri kembali.
6 Apakah anak dapat menunjukan apa V
yang diinginkanya tandpa menangis
atau merengek? Jawab YA bila iya
menunjuk, menatik atau
mengeluarkan suara yang
menyenangkan.
7 Apakah anak dapat berjalan V
disepanjang ruangan tanpa jatuh atau
terhuyung-huyung.
8 Apakah anak-anak dapat mengambil V
benda kecil seperti kacang, kismis,
atau potongan biscuit dengan
menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk seperti pada gambar.
9 Jika anda mengglindingkan nola V
keanak apakah iya mengglindingkan
atau melemparkan kembali bola pada
anda?
10 Apakah anak dapat memegang V
sendiri cangkir atau gelas dan minum
dari tempat tersebut tanpa tumpah?

TDD : Normal ( tes pada umur 1 tahun)


Autis : Normal ( tes pada usia 18 bulan)
9. Riwayat alergi : Tidak ada
10. Kebutuhan cairan
Sesuai BB anak, maka kebutuhan cairan pada An.B yaitu :
1000 + 3 x 50 cc = 1150 cc
Karna anak mengalami kenaikan suhu sebesar 0,7℃ maka kebutuhan cairan
meningkat sebesar :
Meningkat 8,4% atau 8,4% x 1150cc = 9,66 cc , jadi kebutuhan saat demam
11. Kebutuhan kalori
1.000 + ( 100 x 1,8)
1.000 + 180 = 1.180 kal/hari, atau
Laki-laki 1-3 tahun
100 kkal/kg BB
100 x 13 =1.300 kkal
12. Genogram

X
--------------------------------------------------------------------------------------------------

An. B

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Keterangan : meninggal X

perempuan

laki-laki

An. B
pasien

C. Pola Fungsional Menurut Gordon


1. Pola persepsi kesehatan
a. Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan paham tentang diare namun belum tahu cara
merawat yang baik dan benar karena selama ini hanya mengerti lewat browsing.
b. Saat sakit : Ibu pasien mengatakan paham tentang diare namun belum tahu cara
merawat yang baik dan benar karena selama ini hanya mengerti lewat browsing. Ibu
mengatakan ingin tau cara merawat anaknya dan cara mencegah agar anak-anaknya
tidak diare lagi.
2. Pola nutrisi/metabolik
a. Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan anak makan 3x sehari, 1 cangkir setiap
pemberian menu, tekstur sama dengan makanan keluarga kadang juga diselingi
biscuit dan buah. Pasien sudah disapi. Pasien minum susu formula 3x sehari dengan
botol 300 cc terisi ¾. Juga minum air putih 2-3 gelas sehari (gelas kecil). Pasien
menelan dengan baik kadang lama menelan hanya dimulut saja (dikemu). Pasien
sangat suka biscuit. BB terakhir 12,6 kg (saat posyandu 2 minggu yang lalu).
b. Saat sakit : Ibu pasien mengatakan pasien sulit makan hanya masuk sekitar ½
cangkir dalam sehari. Pasien lahap minum air putih. BB : 12 kg.
3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan pasien BAB 1x sehari dengan konsistensi
feses padat, warna kekuningan. BAK 4-5 x sehari urin berwarna jernih.
b. Saat sakit : Ibu pasien mengatakan pasien BAB 8 kali sehari dengan konsistensi
feses cair, tidak berampas, tidak berlendir dan tidak ada darah. BAK tidak tahu
karena memakai pempers. Dalam 24 jam pempers hanya diganti 3 kali.
4. Pola aktivitas/latihan
a. Sebelum sakit ; Ibu pasien mengatakan pasien dapat beraktivitas, aktif selincah anak
seumurannya, suka bermain dengan saudara.
b. Saat sakit : Ibu pasien mengatakan pasien jarang beraktifitas, tidak lincah, seringnya
berbaring ditempat tidur, sering menagis pelan, rewel, dan tampak lemah.
5. Pola kognitif perseptual
a. Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien sering bertanya sesuatu yang ia belum
ketahui
b. Saat sakit : pasien banyak diam, tidak terlalu suka bertanya seperti biasanya
6. Pola istirahat dan tidur
a. Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien tidur 8-10 jam sehari dengan nyenyak
b. Saat sakit : ibu pasien mengatakan pasien tidur selama 5-6 jam sering terbangun,
sulit memulai tidur, rewel, dan sering menangis.
7. Pola konsep diri- persepsi diri
a. Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien biasa berinteraksi dengan orang
lain,pasien aktif beraktifitas. Ibu pasien mengatakan pasien saat sehat sangat ceria,
dan fisiknya kuat, suka berkomunikasi.
b. Saat sakit : ibu pasien mengatakan pasien jadi murung, tidak aktif, tidak mau
berinteraksi dengan orang lain, tubuhnya semakin lemas, BB turun, muka pucat,
rambut rontok, mata cekung. Ibu pasien merasa khawatir dengan keadaan anaknya .
8. Pola peran dan hubungan
a. Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien mudah kenal dengan orang baru
,suka meniru kegiatan dirumah.
b. Saat sakit : ibu pasien mengatakan pasien tidak mau dengan orang lain selain
ibunya .
9. Pola reprokdusi atau seksual
a. Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan alat reprokdusi luar tampak normal dan
dapat ereksi seperti anak umumnya.
b. Saat sakit : ibu pasien mengatakan alat reprokdusi luar tampak normal dan dapat
ereksi seperti anak umumnya.
10. Pola pertahanan diri ( koping)
a. Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan anak jarang menangis, jika tidak dituruti
biasanya akan ngambek dengan menghentak-hentakan kaki, kadang sambil
menangis jika menangis mudah didiamkan atau ditenangkan.
b. Saat sakit : Ibu pasien mengatakan pasien menangis pelan, meminta pulang, selalu
meminta untuk di gendong.
11. Pola keyakinan dan nilai
a. Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan pasien suka diajari doa, suka mengajak ke
pengajian.
b. Saat sakit : Ibu pasien mengatakan pasien sedang berikhtiar dan yakin bahwa
kesembuhan dari Allah SWT.

D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Buruk (Lemas, Kurus)
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV :
TD : 85/50 Mmhg
N : 135x/menit
S : 38,20C
RR : 35x/menit
4. Antopometrik
a. TB : 85Cm
b. BB sebelum sakit :12,6 Kg
c. BB saat ini : 12 kg
d. Lingkar kepala : 50 Cm
e. Lingkar dada : 50 Cm
f. Lingkar lengan : 12,5 Cm
5. Kepala
a. Inspeksi : muka tampak pucat, kuyu, dan kurus, muka banyak berkeringat, fontanel
anterior-posterior sudah menutup sempurna, kulit kepala bersih, rambut bersih
tampak jarang dan mudah rontok
b. Palpasi : Kulit kepala lembab, berkeringat, rambut kering.
6. Mata
a. Inspeksi : Kedua mata sejajar, kantus dalam kurang lebih 3 cm, konjungtiva agak
pucat, sclera anikterik, kelopak mata cekung kehitaman.
b. Palpasi : Kelopak mata teraba lunak.
7. Hidung
a. Inspeksi : Septum normal, tidak ada secret
8. Mulut
a. Inspeksi : Mukosa kering, gusi pucat, gigi putih bersih, lidak agak putih dan kotor

9. Telinga
a. Inspeksi : telinga sejajar, bersih, tidak tampak serumen
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan sekitar telinga dan mastoid
10. Leher
a. Inspeksi : Leher normal, ukuran normal.
b. Palpasi : Tidak ada deviasi trakhea, tidak ada bendungan vena juguralis, tidak ada
pembesaran arteri carotis, tidak ada nyeri tekan
11. Thorax
a. Inspeksi : Bentuk dada simetris
b. Palpasi : Puting di IC 4
1) Paru-paru
a) Inspeksi : RR : 35x/menit, tidak terdapat tarikan kulit perut kedalam
b) Palpasi : Ekspansi dada/paru simetris, taktil fremitus simetris
c) Perkusi : Bunyi paru sonor
d) Auskultasi : Vesikuler diselurruh lapang paru
2) Jantung
a) Inspeksi : dinding dada simetris, tidak tampak ictus cordis.
b) Palpasi : Ictus cordis teraba di IC 4.
c) Pekusi : Bunyi pekak, batas jantung normal.
d) Auskultasi : S1 S2
12. Abdomen
a. Inspeksi : Kulit perut pucat, perut cembung, tidak ada hernia umbilikus
b. Auskultasi : Bising usus 36x/menit
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan daerah dibawah margin costal dekstra, tidak ada
nyeri tekan dibawah margin costal sinistra, perut lembek sekali,tidak teraba massa,
cubitan kulit perut membekas sebentar lalu hilang 2 detik, tidak ada hernia
inguinalis. Tidak ada nyeri tekan di daerah umbilical.
d. Perkusi : Hipertimpani diseluruh region abdomen
13. Genetalia dan anus
a. Inspeksi : Organ reproduksi luar normal, meatus uretra ditengah, anus kemerahan,
tidak ada benjolan, prepsium norma, anus tampak iritasi dan kemerahan
b. Palpasi : Reflek anal normal

14. Ekstremitas dan kulit


a. Inspeksi : Kulit pucat, kering, tangan kanan terpasang infus, sama anatomis, kuku
putih pucat, tampak seperti keriput.
b. Palpasi : Akral dingin, CRT lambat, nadi sulit diraba, sangat lemah, kulit hangat
Kekuatan otot
3 3

3 3
15. Nodus limfe
a. Palpasi : Tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan kelenjar limfe inguinalis
deksttra sinistra

E. Pengkajian Nutrisi
1. Antropometri : TB : 85cm, BB : 12 kg, LK : 50 cm, LD: 50 cm, LL : 12,5 cm.
2. Biocemikal : Hb : 13mg/dL, Ht : 40%.
3. Clinicl sign : kelopak mata cekung kehitaman, kulit kering, rambut mudah rontok,
perut lembek, tidak teraba massa.
4. Diet : Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat diet, pasien tidak pilih-pilih makanan.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hb : 13mg/dL
2. Ht : 40%.
3. Uji feses :
G. Terapi
1. Infus RL 20 tpm set micro
2. Infus RL 364 tpm set micro ( rehidrasi 2,5 jam )
3. Dexa 1 mg
4. Micobalamin 1,25 mg
5. Zink oral 3 x 1 10 mg
H. Analisa Data

Waktu Data Fokus Etiologi Problem

14 juni Ds: Deficit pengetahuan Kurang pengetahuan


2021 - Ibu pasien mengatakan tentang (spesifikasi)
belum mengetahui tentang
penyakit anaknya
Do :
- Ibu pasien terlihat cemas
dengan kondisi anaknya

14 juni Ds : Kehilangan cairan Kekurangan volume


2021 aktif cairan
- Ibu pasien mengatakan
pasien BB pasien 2
minggu yang lalu 12,6 kg.
- Ibu pasien mengatakan
pasien lahap saat diberi
minum/ kehausan.
- Ibu pasien mengatakan
pasien menjadi lemah
sejak diare, tidak aktif.

Do :

- Pasien tampak lemah,


kulit kering, mukosa bibir
kering, frekuensi nadi
meningkat 135x/menit.
- Pasien mengalami
penurunan TD menjadi
85/50 mmHg.
- BB pasien menjadi 12 kg
(penurunan 0,6 gr)
- Turgor kulit kembali
lambat 2 detik.
- Nadi sulit diraba.
- Peningkatan suhu tubuh
38,2 0C

PRIORITAS DIAGNOSE KEPERAWATAN :


1. Kekurangan volume cairan b.d Kehilangan cairan aktif
2. Deficit pengetahuan tentang (spesifkasi) b.d kurang pegetahuan

I. INTERVENSI
Hari/
NO Dx Kriteria hasil Intervensi
tanggal
1 14 Juni 1 Tujuan : Setelah dilakukan - Manajemen elektolit/
2021 tindakan keperawatan 3x24 jam cairan (2080) :
diharapkan masalah Kekurangan
volume cairan b.d Kehilangan a. Tingkatkan intake
cairan aktif dapat teratasi dengan atau asupan cairan
kriteria hasil:
peroral yang sesuai.
Indikator A T b. Monitor respon
Turgor kulit 2 4 paisen terhadap terapi
elektrolit yang
Membran mukosa 2 4 berkesinambungn
lembab c. Amati membrane
Intake cairan 2 4
bakal pasien, sclera
Haus 2 4
dan kulit terhadap
Diare 2 4 indikasi perubahan
cairan dan
keseimbangan
elektrolit.
d. Monitor kehilangan
cairan.
e. Anjurkan keluarga
untuk meningkatkan
intake cairan.
- Manajemen hipovolemi
a. Rehidrasi cairan
parenteral 70 cc/kg
BB selama 2,5 jam
( 364 tpm)
b. Monitor TTV
2 14 Juni 2 Tujuan : Setelah dilakukan - Edukasi orang tua: fase
2021 tindakan keperawatan 3x24 jam anak
diharapkan masalah deficit
a. Identifikasi
pengetahuan (spesifikasi) b.d
kurang pengetahuan dapat teratasi pemahaman orang
dengan kriteria hasil: tua/keluarga tentang

Indikator A T membesarkan anak


b. Fasilitasi orang tua
Kemampuan 2 4
untuk bertanya
menjelaskan
c. Ajarkan
pengetahuan tentang mengidentifikasi
satu topik sumber dukungan
Pertanyaan tentang 2 4
keluarga
masalah
Persepsi yang keliru 2 4
terhadap masalah

Anda mungkin juga menyukai