Anda di halaman 1dari 89

BAB I

Mengukur Diri Sendiri

A. Psikologi kepribadian
Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu
psikologi. Psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu
dasar yang penting guna memahami ilmu psikologi. Manusia
sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu
memiliki kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Watak digunakan untuk memberikan penafsiran kepada
benda-benda maupun manusia.

Secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian


(personality) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang
mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup pola -
pola pemikiran dan perasaan, konsep diri, dan mentalitas yang
umumnya sejalan dengan kebiasaan umum. Dari situ lah timbul
yang namanya pengetahuan, Pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui yang tersusun secara logis dan sistematis
dengan memperhitungkan sebab –akibat dan dapat untuk
menerangkan gejala – gejala tertentu. Unsur - unsur yang
mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara
nyata terkandung dalam otaknya.

Seiring dengan perkembangan zaman dan berkembangnya rasa


keingintahuan dalam memahami manusia. Salah satu teori yang
dijadikan pembelajaran dalam memahami kepribadian dan
watak manusia.

Kepribadian sangat mmencerminkan perilaku seseorang. Kita


bisa tahu apa yang sedang diperbuat seseorang dalam situasi
tertentu berdasarkan dpengalamn diri kita sendiri. Hal ini

1
karena dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Oleh
karena itu kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk
memahami dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang
lain.

B. Manfaat Melakukan Tes Ukur Diri


Dalam melakukan tes psikologi, ada beberapa jenis beserta
tujuan utama mengapa dilakukannya tes psikologi. Tujuan tes
psikologi tersebut mulai dari tes intelegensi, tes bakat, tes
kepribadian dan tes minat, beikut ini adalah penjabaran
mengenai jenis beserta tujuan tes psikologi.

1. Tes Psikologi Untuk Mengetahui Tingkat Intelegensi


Dalam tes psikologi intelegensi ini bertujuan untuk mengetahui
sebarap besar kemampuan seseorang. Kemampuan ini memiliki
beberapa aspek penting dalam tes intelegensi dianataranya
tingkat fokus, adaptasi, dan mengahadapi sebuah masalah.
Kemampuan yang pertama adalah kemampuan untuk berfokus
dalam menyelesaikan satu-persatu masalah yang dihadapinya.
Dalam penarikan kesimpulan tes psikologi, jika seseorang
mampu berfokus dan terpusat pada satu masalah dahulu maka
bisa dipastikan tingkat intelegensinya terbilang tinggi. Namun
jika intelegensi rendah atau rata-rata, maka akan cenderung
mudah berpindah ke masalah yang lainnya.

2. Tes Psikologi Untuk Mengetahui Bakat Seseorang


Setiap orang diciptakan dengan bakat mereka masing-masing,
ada yang ahli bahasa, ahli matematika, musik atau sejenisnya.
Bakat itu sendiri merupakan kemampuan khusus seseorang
yang kemudian tumbuh menjadi potensi, prestasi dengan diasah
melalui latihan-latihan tertentu. Mengetahu bakat yang ada
dalam diri ini sangatlah penting, karena dengan mengetahui

2
bakat kita bisa menentukan pilihan terbaik serta sesuai denga
kemampuan yang kita punya. Mengetahui bakat dan
kemampuan diri ini diperoleh dari tes psikologi.

3. Tes Psikologi Untuk Mengetahui Minat Seseorang


Salah satu jenis dan tujuan dilakukannya tes psikologi adalah
untuk mengetahui minat seseorang. Minat nantinya akan
menunjukkan keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Dari minat inilah nantinya akan ditemukan potensi apa yang ada
dalam diri seseorang. Tes psikologi yang digunakan untuk
mengetahui minat seseorang biasanya diterapkan dalam seleksi
keperluan dunia kerja, pemilihan jurusan atau sejenisnya,
karena nantinya akan menentukan bidang pekerjaan seseorang.

3
BAB II
KEPRIBADIAN

1. PENGERTIAN KEPRIBADIAN DAN CIRI-CIRI KEPRIBADIAN


Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu
bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian
paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa
diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.

Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam


memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu
penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W.
Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005)
menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang
berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya,
akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian
yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa
kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu
sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang
unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata
kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri.
Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai
“suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral
maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-
kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi
dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara
pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma)
lingkungan.

Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas


perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu

4
satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung
oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi
dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan
afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh,
sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku
individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.

Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu,


terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak
dikenal, diantaranya: teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud,
teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis
dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi
dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi
Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari
Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan
sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003)
mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di
dalamnya mencakup:

a. Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam


mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam
memegang pendirian atau pendapat.
b. Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau
cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-
rangsangan yang datang dari lingkungan.
c. Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat
positif, negatif atau ambivalen.
d. Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi
emosional terhadap rangsangan dari lingkungan.
Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih,
atau putus asa

5
e. Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan
untuk menerima risiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima
risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri
dari risiko yang dihadapi.
f. Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan
dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat
pribadi yang terbuka atau tertutup dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri,


mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau
justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu
Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat
dan tidak sehat, sebagai berikut:

a. Kepribadian yang sehat


1. Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu
menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan
kekurangannya, secara fisik, pengetahuan,
keterampilan dan sebagainya.
2. Mampu menilai situasi secara realistik; dapat
menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang
dialaminya secara realistik dan mau menerima
secara wajar, tidak mengharapkan kondisi
kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara
realistik; dapat menilai keberhasilan yang
diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak
menjadi sombong, angkuh atau mengalami
superiority complex, apabila memperoleh prestasi
yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami

6
kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi,
tetapi dengan sikap optimistik.
4. Menerima tanggung jawab; dia mempunyai
keyakinan terhadap kemampuannya untuk
mengatasi masalah-masalah kehidupan yang
dihadapinya.
5. Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara
berfikir, dan bertindak, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri
serta menyesuaikan diri dengan norma yang
berlaku di lingkungannya.
6. Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan
emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi,
depresi, atau stress secara positif atau konstruktif ,
tidak destruktif (merusak)
7. Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-
tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya
berdasarkan pertimbangan secara matang
(rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan
berupaya mencapai tujuan dengan cara
mengembangkan kepribadian (wawasan),
pengetahuan dan keterampilan.
8. Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek,
empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian
terhadap situasi atau masalah-masalah
lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir,
menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya,
merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain,
tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk
menjadi korban orang lain dan mengorbankan
orang lain, karena kekecewaan dirinya.

7
9. Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam
kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat
dalam berhubungan dengan orang lain.
10. Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya
berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari
keyakinan agama yang dianutnya.
11. Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai
kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor
achievement (prestasi), acceptance (penerimaan),
dan affection (kasih sayang).

b. Kepribadian yang tidak sehat


1. Mudah marah (tersinggung)
2. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
3. Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
4. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain
yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
5. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku
menyimpang meskipun sudah diperingati atau
dihukum
6. Kebiasaan berbohong
7. Hiperaktif
8. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
9. Senang mengkritik/mencemooh orang lain
10. Sulit tidur
11. Kurang memiliki rasa tanggung jawab
12. Sering mengalami pusing kepala (meskipun
penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
13. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran
agama
14. Pesimis dalam menghadapi kehidupan

8
15. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam
menjalani kehidupan

2. TEORI KEPRIBADIAN MENURUT PARA AHLI


a. Menurut Roucek dan Warren
Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor
sosiologis, psikologis, dan biologis yang didasari
oleh perilaku individu.
b. Menurut Theodore R Newcombe
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang
dimiliki seseorang sebgai latar belkang terhadap
perilaku.
c. Menurut George Herbert Mead
Kepribadian adalah tingkah laku manusia yang
berkembang melalui perkembangan diri.
Perkembangan kepribadian dalam diri seseorang
berlangsung seumur hidup. Menurutnya, manusia
berkembang secara bertahap melalui interaksi
dengan anggota masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat
Kepribadian merupakan ciri, watak yang
diperhatikan seseorang secara lahir, konsisten dan
kosekuen setiap manusia melakukan proses
sosialisasi. Proses sosialisasi tersebut berlangsung
selama manusia masih hidup. Kepribadian individu
dapat terbentuk dalam tingkah laku, sehingga
individu memiliki identitas khusus yang ebrbeda
dengan orang lain.
d. Menurut Robert Sutherland
Kepribadian adalah abstraksi individu dan
kelakuannya sama terhadap lingkungan masyarakat

9
dan kebudayaan. Karena itulah kepribadian di
gambarkan dapat saling berhubungan
mempengaruhi antara tiga aspek tersebut

3. FAKTOR – FAKTOR PENENTU KEPRIBADIAN


a. Faktor keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetika
seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender,
temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat
energi dan irama biologis adalah karakteristik yang
pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau
secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang
tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis,
psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.
Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda
yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap
argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran
penting dalam menentukan kepribadian seseorang.
Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis
dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar
kedua berfokus pada anak-anak kembar yang
dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti
konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan
dalam berbagai situasi.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan
dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor
keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat
seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat
dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan.
Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat
kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis

10
sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti
tinggi badan dan warna rambut.
Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100
pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak
lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata
peneliti menemukan kesamaan untuk hampir
setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian
variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar
ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian
ini juga memberi kesan bahwa lingkungan
pengasuhan tidak begitu memengaruhi
perkembangan kepribadian atau dengan kata lain,
kepribadian dari seorang kembar identik yang
dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih
mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan
kepribadian seorang kembar identik dengan
saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan
bersama-sama.
b. Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup
besar terhadap pembentukan karakter adalah
lingkungan di mana seseorang tumbuh dan
dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan
kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang
seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini
memiliki peran dalam membentuk kepribadian
seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk
norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan
konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga
ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur
mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada

11
kultur yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika
Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan,
kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan
yang terus tertanam dalam diri mereka melalui
buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman,
sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius
dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang
dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup
bersama individu lain, kerja sama, serta
memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan
karier.

4. SIFAT – SIFAT KEPRIBADIAN


Berbagai penelitian awal mengenai struktur kepribadian
berkisar di seputar upaya untuk mengidentifikasikan dan
menamai karakteristik permanen yang menjelaskan perilaku
individu seseorang. Karakteristik yang umumnya melekat
dalam diri seorang individu adalah malu, agresif, patuh,
malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristik-karakteristik
tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut
sifat-sifat kepribadian. Sifat kepribadian menjadi suatu hal
yang mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti
telah lama meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat
membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang
pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan
pengembangan karier.

5. CARA IDENTIFIKASI KEPRIBADIAN


Terdapat sejumlah upaya awal untuk mengidentifikasi
sifat-sifat utama yang mengatur perilaku. Seringnya, upaya
ini sekadar menghasilkan daftar panjang sifat yang sulit
untuk digeneralisasikan dan hanya memberikan sedikit

12
bimbingan praktis bagi para pembuat keputusan
organisasional. Dua pengecualian adalah Myers-Briggs Type
Indicator dan Model Lima Besar. Selama 20 tahun hingga
saat ini, dua pendekatan ini telah menjadi kerangka kerja
yang dominan untuk mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan sifat-sifat seseorang.

6. MENILAI KEPRIBADIAN
Alasan paling penting mengapa manajer perlu
mengetahui cara menilai kepribadian adalah karena
penelitian menunjukkan bahwa tes-tes kepribadian sangat
berguna dalam membuat keputusan perekrutan. Nilai
dalam tes kepribadian membantu manajer meramalkan
calon terbaik untuk suatu pekerjaan.
Terdapat tiga cara utama untuk menilai kepribadian:
a. Survei mandiri
b. Survei peringkat oleh pengamat
c. Ukuran proyeksi (Rorschach Inkblot test dan
Thematic Apperception Test)

13
BAB III
Intellegent Qoutient (IQ)

1. Teori – Teori IQ
Kecerdasan intelektual adalah kemampuan intelektual,
analisa, logika dan rasio. Ia merupakan kecerdasan untuk
menerima, menyimpan dan mengolah infomasi menjadi
fakta. Kecerdasan yang paling utama dimiliki manusia
adalah Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Intelektual
atau Inteligensi adalah kemampuan potensial seseorang
untuk mempelajari sesuatu dengan menggunakan alat-alat
berpikir. IQ (Intelligence Quotient) adalah kemampuan
atau kecerdasan yang didapat dari hasil pengerjaan soal-
soal atau kemampuan untuk memecahkan sebuah
pertanyaan dan selalu dikaitkan dengan hal akademik
seseorang. Banyak orang berpandangan bahwa IQ
merupakan pokok dari sebuah kecerdasan seseorang
sehingga IQ dianggap menjadi tolak ukur keberhasilan dan
prestasi hidup seseorang. Kecerdasan ini ditemukan pada
tahun 1912 oleh William Stem yang digunakan sebagai
pengukur kualitas seseorang.
Dengan daya pikirnya, manusia berusaha
mensejahterakan diri dan kualitas kehidupannya.
Pentingnya menggunakan akal sangat dianjurkan oleh
Islam.Tidak terhitung banyaknya ayat-ayat Al-Quran dan
Hadist Rasulullah SAW yang mendorong manusia untuk

14
selalu berfikir. Manusia tidak hanya disuruh memikirkan
dirinya, tetapi juga dipanggil untuk memikirkan alam jagad
raya. Dalam konteks Islam, memikirkan alam semesta akan
mengantarkan manusia kepada kesadaran akan
keMahakuasaan Sang Pencipta (Allah SWT).
Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ
merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan
manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd
Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20.
Kemudian Lewis Ternman dari Universitas Stanford
berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh
Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga
selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-
Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ)
merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang
pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari
setiap
Masing-masing individu tersebut. Kecerdasan
intelektual (IQ) diyakini menjadi sebuah ukuran standar
kecerdasan selama bertahun-tahun. Bahkan hingga hari ini
pun masih banyak orangtua yang mengharapkan anak-
anaknya pintar, terlahir dengan IQ (intelligence quotient) di
atas level normal (lebih dari 100). Syukur-syukur kalau bisa
jadi anak superior dengan IQ di atas 130. Harapan ini tentu
sah saja. Dalam paradigma IQ dikenal kategori hampir atau
genius kalau seseorang punya IQ di atas 140. Albert
Einstein adalah ilmuwan yang IQ-nya disebut-sebut lebih
dari 160.
Namun, dalam perjalanan berikutnya orang mengamati,
dan pengalaman memperlihatkan, tidak sedikit orang
dengan IQ tinggi, yang sukses dalam studi, tetapi kurang
berhasil dalam karier dan pekerjaan. Dari realitas itu, lalu

15
ada yang menyimpulkan, IQ penting untuk mendapatkan
pekerjaan, tetapi kemudian jadi kurang penting untuk
menapak tangga karier. Untuk menapak tangga karier, ada
sejumlah unsur lain yang lebih berperan. Misalnya saja
yang mewujud dalam seberapa jauh seseorang bisa
bekerja dalam tim, seberapa bisa ia menenggang
perbedaan, dan seberapa luwes ia berkomunikasi dan
menangkap bahasa tubuh orang lain. Unsur tersebut
memang tidak termasuk dalam tes kemampuan (aptitude
test) yang ia peroleh saat mencari pekerjaan. Pertanyaan
sekitar hal ini kemudian terjawab ketika Daniel Goleman
menerbitkan buku Emotional Intelligence: Why It Can
Matter More Than IQ (1995).
Sebelumnya, para ahli juga telah memahami bahwa
kecerdasan tidak semata-mata ada pada kemampuan
dalam menjawab soal matematika atau fisika. Kecerdasan
bisa ditemukan ketika seseorang mudah sekali
mempelajari musik dan alat-alatnya, bahkan juga pada
seseorang yang pintar sekali memainkan raket atau
menendang bola. Ada juga yang berpendapat kecerdasan
adalah kemampuan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan, dan lainnya beranggapan kecerdasan adalah
kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan seterusnya.
Kemudian dari berbagai hasil penelitian, telah banyak
terbukti bahwa kecerdasan emosi memiliki peran yang
jauh lebih significant disbanding kecerdasan intelektual
(IQ). Kecerdasan otak (IQ) barulah sebatas syarat minimal
meraih keberhasilan, namun kecerdasan emosilah yang
sesungguhnya (hampir seluruhnya terbukti) mengantarkan
seseorang menuju puncak prestasi. Terbukti banyak orang-
orang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi,
terpuruk di tengah persaingan. Sebaliknya banyak orang

16
yang kecerdasan intelektualnya biasa-biasa saja, justru
sukses menjadi bintang-bintang kinerja, pegusaha-
pengusaha sukses, dan pemimpin-pemimpin di berbagai
kelompok. Disinilah kecerdasan emosi atau emotional
quotient (EQ) membuktikan eksistensinya.

2. Teori Multiple Inteligence Hordward Gardner


Gardner menekankan dalam jenis inteligensinya bahwa
inteligensi hanya merupakan konstrak ilmiah yang secara
potensial berguna. Jenis-jenis inteligensi Gardner:
A. Kecerdasan spasial, merupakan kecerdasan seseorang
yang berdasar pada kemampuan menangkap informasi
visual atau spasial, mentransformasidan
meodifikasinya, dan membentuk kembali gambaran
visual tanpa stimulus fisik yang asli. Kecerdasan ini
tidak tergantung sensasi visual. Kemampuan pokoknya
adalah kemampuan untuk membentuk gambaran tiga
dimensi dan untuk menggerakkan atau memutar
gambaran tersebut. Individu yang dominan memiliki
kecerdasan tersebut cenderung berpikir dalam pola-
pola yang berbentuk gambar. Mereka sangat
menyukai bentuk-bentuk peta, bagan, gambar, video
ataupun film sebagai media yang efektif dalam
berbagai kegiatan hidup sehari-hari.
B. Kecerdasan bahasa, merupakan kecerdasan individu
dengan dasar penggunaan kata-kata dan atau bahasa.
Meliputi mekanisme yang berkaitan dengan fonologi,
sintaksis, semantik dan pragmatik. Mereka yang
memiliki kecerdasan tersebut, mempunyai kecakapan
tinggi dalam merespon dan belajar dengan suara dan
makna dari bahasa yang digunakan. Pada umumnya

17
merupakan ahli yang berbicara di depan public.
Mereka lebih bisa berpikir dalam bentuk kata-kata
daripada gambar. Kecerdasan ini merupakan aset
berharga bagi jurnalis, pengacara, pencipta iklan.
C. Kecerdasan logis matematis. Kecerdasan tersebut
mendasarkan diri pada kemampuan penggunaan
penalaran, logika dan angka-angka matematis. Pola
pikir yang berkembang melalui kecerdasan ini adalah
kemampuan konseptual dalam kerangka logika dan
angka yang digunakan untuk membuat hubungan
antara berbagai informasi, secara bermakna.
Kecerdasan ini diperlukan oleh ahli matematika,
pemrogram komputer, analis keuangan, akuntan,
insinyur danilmuwan.
D. Kecerdasan jasmani kinestetik. Kemampuan untuk
mengendalikan gerakan tubuh dan memainkan benda-
benda secara canggih, merupakan bentuk nyata dari
kecerdasan tersebut. Individu akan cenderung
mengekspresikan diri melalui gerak-gerakan tubuh,
memiliki keseimbangan yang baik dan mampu
melakukan berbagai maneuver fisik dengan cerdik.
Melaui gerakan tubuh pula individu dapat berinteraksi
dengan lingkungan sekelilingnya, mengingat dan
memproses setiap informasi yang diterimanya.
Kecerdasan ini dapat terlihat pada koreografer, penari,
pemanjat tebing.
E. Kecerdasan musikal. memungkinkan individu
menciptakan, mengkomunikasikan dan memahami
makna yang dihasilkan oleh suara.. Komponen inti
dalam pemprosesan informasi meliputi pitch, ritme
dan timbre. Terlihat pada komposer, konduktor,

18
teknisi audio, mereka yang kompeten pada musik
instrumentalia dan akustik.
F. Kecerdasan interpersonal, merupakan kecerdasan
dalam berhubungan dan memahami orang lain di luar
dirinya. Kecerdasan tersebut menuntun individu untuk
melihat berbagai fenomena dari sudut pandang orang
lain, agar dapat memahami bagaimana mereka
melihat dan merasakan. Sehingga terbentuk
kemampuan yang bagus dalam mengorganisasikan
orang, menjalin kerjasama dengan orang lain ataupun
menjaga kesatuan suatu kelompok. Kemampuan
tersebut ditunjang dengan bahasa verbal dan non-
verbal untuk membuka saluran komunikasi dengan
orang lain.
G. Kecerdasan intrapersonal, tergantung pada proses
dasar yang memungkinkan individu untuk
mengklasifikasikan dengan tepat perasaan-perasaan
mereka, misalnya membedakan sakit dan senang dan
bertingkah laku tepat sesuai pembedaan tersebut.
Kecerdasan ini memungkinkan individu untuk
membangun model mental mereka yang akurat, dan
menggambarkan beberapa model untuk membuat
keputusan yang baik dalam hidup mereka.

19
BAB IV
Emosional Qoutient (EQ)

A. Pengertian EQ

Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan


EQ (emotional quotient) adalah kemampuan seseorang
untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol
emosi dirinya dan oranglain di sekitarnya. Dalam hal ini,
emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan
suatu hubungan. Sedangkan, kecerdasan (intelijen)
mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang
valid akan suatu hubungan. Kecerdasan emosional adalah
kemampuan mengenali diri sendiri dan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri dan hubungannya dengan
orang lain (Goleman, 2001:512). Seseorang dengan
kecerdasan emosional yang berkembang dengan baik,
kemungkinan besar akan berhasil dalam kehidupannya
karena mampu menguasai kebiasaan berfikir yang
mendorong produktivitas (Widagdo, 2001). Goleman (2001)
membagi kecerdasan emosional yang dapat

20
memperngaruhi keberhasilan seseorang dalam bekerja ke
dalam lima bagian utama yaitu kesadaran diri, pengaturan
diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial.

Menurut Salovey dan Mayer, 1999 (handbook


Emotional Intelligence training, prime consulting, p.11)
kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk merasakan
emosi, menerima dan membangun emosi dengan baik,
memahami emosi dan pengetahuan emosional sehingga
dapat meningkatkan perkembangan emosi dan intelektual.
Salovey juga memberikan definisi dasar tentang kecerdasan
emosi dalam lima wilayah utama yaitu, kemampuan
mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang kain, dan kemampuan
membina hubungan dengan orang lain. Seorang ahli
kecerdasan emosi, Goleman (2000, p.8) mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan kecerdasan emosi di dalamnya
termasuk kemampuan mengontrol diri, memacu, tetap
tekun, serta dapat memotivasi diri sendiri. Kecakapan
tersebut mencakup pengelolaan bentuk emosi baik yang
positif maupun negatif. Purba (1999, p.64) berpendapat
bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan di bidang
emosi yaitu kesanggupan menghadapi frustasi, kemampuan
mengendalikan emosi, semamgat optimisme, dan
kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain atau
empati.

Berikut ini adalah beberapa pendapat tentang kecerdasan


emosional menurut para ahli (Mu’tadin, 2002), yaitu:

1. Salovey dan Mayer (1990)


Salovey dan Mayer (1990) mendefinisikan kecerdasan
emosional sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan,

21
meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu
pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan
mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga dapat
membantu perkembangan emosi dan intelektual.
2. Cooper dan Sawaf (1998)
Cooper dan Sawaf (1998) mendefinisikan kecerdasan
emosional sebagai kemampuan merasakan, memahami,
dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi
sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh
yang manusiawi. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa kecerdasan
emosi menuntut seseorang untuk belajar mengakui,
menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta
menanggapinya dengan tepat dan menerapkan secara
efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

3. Howes dan Herald (1999)


Howes dan Herald (1999) mendefinisikan kecerdasan
emosional sebagai komponen yang membuat seseorang
menjadi pintar menggunakan emosinya. Lebih lanjut
dijelaskan, bahwa emosi manusia berada di wilayah dari
perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi dan sensasi
emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasan
emosional akan menyediakan pemahaman yang lebih
mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang
lain.

4. Goleman (2003)
Goleman (2003) mendefiniskan kecerdasan emosional
sebagai kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam
memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan,
mengendalikan emosi, dan menunda kepuasan serta
mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional

22
tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada
porsi yang tepat, memilah kepuasan, dan mengatur suasana
hati.

Goleman (2003) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional


terbagi ke dalam lima wilayah utama, yaitu kemampuan
mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain, dan kemampuan
membina hubungan dengan orang lain. Secara jelas hal
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kesadaran Diri (Self Awareness)


Self Awareness adalah kemampuan untuk
mengetahui apa yang dirasakan dalam dirinya dan
menggunakannya untuk memandu pengambilan
keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis
atas kemampuan diri sendiri dan kepercayaan diri yang
kuat.

b. Pengaturan Diri (Self Management)


Self Management adalah kemampuan seseorang
dalam mengendalikan dan menangani emosinya sendiri
sedemikian rupa sehingga berdampak positif pada
pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada kata hati,
serta sanggup menunda kenikmatan sebelum
tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih kembali
dari tekanan emosi.

c. Motivasi (Self Motivation)


Self Motivation merupakan hasrat yang paling
dalam untuk menggerakkan dan menuntun diri menuju

23
sasaran, membantu pengambilan inisiatif serta
bertindak sangat efektif, dan mampu untuk bertahan
dan bangkit dari kegagalan dan frustasi.

d. Empati (Empathy/Social awareness)


Empathy merupakan kemampuan merasakan apa
yang dirasakakan orang lain, mampu memahami
perspektif orang lain dan menumbuhkan hubungan
saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri
dengan berbagai tipe hubungan.

e. Ketrampilan Sosial (Relationship Management)


Relationship Management adalah kemampuan
untuk menangani emosi dengan baik ketika
berhubungan sosial dengan orang lain, mampu
membaca situasi dan jaringan sosial secara cermat,
berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampilan
ini untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah,
menyelesaikan perselisihan, serta bekerja sama dalam
tim.

5. Menurut Prati, et al. (2003)


Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk membaca dan
memahami orang lain, dan kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan untuk mempengaruhi orang
lain melalui pengaturan dan penggunaan emosi. Jadi
kecerdasan emosi dapat diartikan tingkat kecemerlangan
seseorang dalam menggunakan perasaannya untuk
merespon keadaan perasaan dari diri sendiri maupun dalam
menghadapi lingkungannya. Sementara itu menurut Bitsch
(2008) indikator yang termasuk dalam variabel kecerdasan

24
emosional ada 7. Tujuh indikator tersebut diukur dengan
”The Yong emotional intelligence Inventory (EQI)”, yakni
kuesioner self-report yang mengukur 7 indikator tersebut
adalah:
a. Intrapersonal skills,
b. Interpesonal skills,
c. Assertive,
d. Contentment in life,
e. Reselience,
f. Self-esteem,
g. Self-actualization.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi


1. Faktor Internal.
Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu
yang mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal
ini memiliki dua sumber yaitu segi jasmani dan segi
psikologis. Segi jasmani adalah faktor fisik dan kesehatan
individu, apabila fisik dan kesehatan seseorang dapat
terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses
kecerdasan emosinya. Segi psikologis mencakup didalamnya
pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi.

2. Faktor Eksternal.
Faktor ekstemal adalah stimulus dan lingkungan dimana
kecerdasan emosi berlangsung. Faktor ekstemal meliputi: 1)
Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang
dalam memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distorsi dan
2) Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi
proses kecerdasan emosi. Objek lingkungan yang

25
melatarbelakangi merupakan kebulatan yang sangat sulit
dipisahkan.

26
BAB V
Spiritual Qoutient (EQ)

A. Pengertian

Kecerdasan spirituasl ini berkaitan dengan keyakinan


kita kepada TUHAN YANG MAHA ESA. Kecerdasan ini muncul
apabila kita benar-benar yakin atas segala ciptaanNya dan
segala kuasanya kepada manusia (bukan atheis). Seputar
kecerdasan spiritual Danah Zohar, penggagas istilah tehnis SW
(kecerdasan Spiritual) dikatakan bahwa kalau IQ bekerja untuk
melihat keluar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang
ada didalam (telinga perasaan), maka SQ (spiritual Quotient)
menunjuk pada kondisi ‘pusat diri’. Kecerdasan ini adalah
kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangakat
internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam
melihat makna yang ada dibalik kenyataan apa adanya.
Kecerdasan spiritual lebih berurusan dnegan pencerahan jiwa,
orang yang ber SQ tinggi mampu memaknai penderitaan
hidup dengan makna positif pada setiap peristiwa, maslah,
bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi
makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya
dan melakukan perbuatan dan tindakan positif.

Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari


Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah
satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk
lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus
menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas
hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan
belajar secara terus menerus.

27
Dalam pandangan psikologi, sesungguhnya hewan pun
diberikan kecerdasan namun dalam kapasitas yang sangat
terbatas. Oleh karena itu untuk mempertahankan
keberlangsungan hidupnya lebih banyak dilakukan secara
instingtif (naluriah). Berdasarkan temuan dalam bidang
antropologi, kita mengetahui bahwa jutaan tahun yang lalu di
muka bumi ini pernah hidup makhluk yang dinamakan
Dinosaurus yaitu sejenis hewan yang secara fisik jauh lebih
besar dan kuat dibandingkan dengan manusia. Namun saat ini
mereka telah punah dan kita hanya dapat mengenali mereka
dari fosil-fosilnya yang disimpan di musium-musium tertentu.
Boleh jadi, secara langsung maupun tidak langsung,
kepunahan mereka salah satunya disebabkan oleh faktor
keterbatasan kecerdasan yang dimilikinya. Dalam hal ini,
sudah sepantasnya manusia bersyukur, meski secara fisik
tidak begitu besar dan kuat, namun berkat kecerdasan yang
dimilikinya hingga saat ini manusia ternyata masih dapat
mempertahankan kelangsungan dan peradaban hidupnya.

Lantas, apa sesungguhnya kecerdasan itu? Sebenarnya


hingga saat ini para ahli pun tampaknya masih mengalami
kesulitan untuk mencari rumusan yang komprehensif tentang
kecerdasan. Dalam hal ini, C.P. Chaplin (1975) memberikan
pengertian kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan
menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan
efektif. Sementara itu, Anita E. Woolfolk (1975) mengemukan
bahwa menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga
pengertian, yaitu: (1) kemampuan untuk belajar; (2)
keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; dan (3)
kemampuan untuk beradaptasi dengan dengan situasi baru
atau lingkungan pada umumnya.

28
Memang, semula kajian tentang kecerdasan hanya
sebatas kemampuan individu yang bertautan dengan aspek
kognitif atau biasa disebut Kecerdasan Intelektual yang
bersifat tunggal, sebagaimana yang dikembangkan oleh
Charles Spearman (1904) dengan teori “Two Factor”-nya, atau
Thurstone (1938) dengan teori “Primary Mental Abilities”-nya.
Dari kajian ini, menghasilkan pengelompokkan kecerdasan
manusia yang dinyatakan dalam bentuk Inteligent Quotient
(IQ), yang dihitung berdasarkan perbandingan antara tingkat
kemampuan mental (mental age) dengan tingkat usia
(chronological age), merentang mulai dari kemampuan
dengan kategori Ideot sampai dengan Genius (Weschler
dalam Nana Syaodih, 2005). Istilah IQ mula-mula
diperkenalkan oleh Alfred Binet, ahli psikologi dari Perancis
pada awal abad ke-20. Kemudian, Lewis Terman dari
Universitas Stanford berusaha membakukan tes IQ yang
dikembangkan oleh Binet dengan mempertimbangkan norma-
norma populasi sehingga selanjutnya dikenal sebagai tes
Stanford-Binet.

Selama bertahun-tahun IQ telah diyakini menjadi


ukuran standar kecerdasan, namun sejalan dengan tantangan
dan suasana kehidupan modern yang serba kompleks, ukuran
standar IQ ini memicu perdebatan sengit dan sekaligus
menggairahkan di kalangan akademisi, pendidik, praktisi
bisnis dan bahkan publik awam, terutama apabila
dihubungkan dengan tingkat kesuksesan atau prestasi hidup
seseorang.

Adalah Daniel Goleman (1999), salah seorang yang


mempopulerkan jenis kecerdasan manusia lainnya yang
dianggap sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi
terhadap prestasi seseorang, yakni Kecerdasan Emosional,

29
yang kemudian kita mengenalnya dengan sebutan Emotional
Quotient (EQ). Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan
emosi merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita
sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri
sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada
diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

Pekembangan berikutnya dalam usaha untuk menguak


rahasia kecerdasan manusia adalah berkaitan dengan fitrah
manusia sebagai makhluk Tuhan. Kecerdasan intelelektual
(IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) dipandang masih
berdimensi horisontal-materialistik belaka (manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial) dan belum menyentuh
persoalan inti kehidupan yang menyangkut fitrah manusia
sebagai makhluk Tuhan (dimensi vertikal-spiritual). Berangkat
dari pandangan bahwa sehebat apapun manusia dengan
kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosionalnya.
pada saat-saat tertentu, melalui pertimbangan fungsi afektif,
kognitif, dan konatifnya manusia akan meyakini dan
menerima tanpa keraguan bahwa di luar dirinya ada sesuatu
kekuatan yang maha Agung yang melebihi apa pun, termasuk
dirinya. Penghayatan seperti itu menurut Zakiah Darajat
(1970) disebut sebagai pengalaman keagamaan (religious
experience).

Brightman (1956) menjelaskan bahwa penghayatan


keagamaan tidak hanya sampai kepada pengakuan atas
kebaradaan-Nya, namun juga mengakui-Nya sebagai sumber
nilai-nilai luhur yang abadi yang mengatur tata kehidupan
alam semesta raya ini. Oleh karena itu, manusia akan tunduk
dan berupaya untuk mematuhinya dengan penuh kesadaran
dan disertai penyerahan diri dalam bentuk ritual tertentu,
baik secara individual maupun kolektif, secara simbolik

30
maupun dalam bentuk nyata kehidupan sehari-hari (Abin
Syamsuddin Makmun, 2003).

Temuan ilmiah yang digagas oleh Danah Zohar dan Ian


Marshall, dan riset yang dilakukan oleh Michael Persinger
pada tahun 1990-an, serta riset yang dikembangkan oleh V.S.
Ramachandran pada tahun 1997 menemukan adanya God
Spot dalam otak manusia, yang sudah secara built-in
merupakan pusat spiritual (spiritual centre), yang terletak
diantara jaringan syaraf dan otak. Begitu juga hasil riset yang
dilakukan oleh Wolf Singer menunjukkan adanya proses syaraf
dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha yang
mempersatukan dan memberi makna dalam pengalaman
hidup kita. Suatu jaringan yang secara literal mengikat
pengalaman kita secara bersama untuk hidup lebih bermakna.
Pada God Spot inilah sebenarnya terdapat fitrah manusia yang
terdalam (Ari Ginanjar, 2001). Kajian tentang God Spot inilah
pada gilirannya melahirkan konsep Kecerdasan Spiritual, yakni
suatu kemampuan manusia yang berkenaan dengan usaha
memberikan penghayatan bagaimana agar hidup ini lebih
bermakna.

B. Ciri Kecerdasan Spiritual (SQ)

1. Kemampuan untuk berpikir diluar materi fisik dan diluar


panca indra.

Orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) memiliki


kemampuan untuk berpikir tentang segala sesuatu diluar materi
fisik dan panca indra manusia. Kecerdasan spiritual (SQ) mampu
berfikir dan percaya bahwa ada kekuatan lain yang melebihi
kekuatan apapun didunia ini. Kecerdasan spiritual (SQ) meyakini
bahwa segala sesuatu yang nampak atau materi bukanlah
segala-galanya. Namun ada sebuah kekuatan yang

31
menggerakkan manusia untuk menjadi orang yang lebih baik
lagi. Ada kekuatan yang menjaga dan memberikan
keseimbangan pada alam.

2. Kemampuan untuk mengungkapkan dan menemukan makna


dari dari suatu hal

Kecerdasan spiritual (SQ) mengajarkan pada Anda bagaimana


harus bersikap dan melihat semua peristiwa dalam kehidupan
Anda dari perspektif yang luas dan dari sudut pandang yang
positif sehingga Anda mampu menemukan makna dibalik setiap
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Anda. Makna hidup
yang bisa Anda temukan adalah terbebasnya rohai Anda dari
unsur duniawi seperti godaan nafsu, keserakahan,
kesombongan, rasa benci, dendam dll.

3. Kemampuan untuk mengabdi pada sesama dan membuat


dunia mejadi lebih baik

Kecerdasan spiritual (SQ) membuat Anda tumbuh menjadi


manusia seutuhnya dan mampu meihat makna dari hubungan
manusia dengan sesama dan alam semesta. Hal ini menjadikan
Anda mampu menjadi orang yang memiliki rasa kepedulian,
simpati, empati, saling berbagi, dan menyatu dengan sesama
maupun alam semesta. Dengan memiliki sifat yang seperti ini
secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap
perkembangan diri Anda sendiri, lingkungan Anda maupun alam
semesta sehingga membuat diri Anda, lingkungan Anda dan
alam semseta menjadi lebih baik.

Kecerdasan spiritual (SQ) memiliki tiga aspek utama yang


dijadikan landasan dalam mengembangkan spiritualitas. Tiga
aspek utama yang menjadi landasan kecerdasan spiritual (SQ)
akan diuraikan seperti dibawah ini:

32
C. Tiga aspek utama kecerdasan spiritual (SQ)

1. Mengidentifikasi bahwa ada kekuatan spiritual yang lebih


tinggi

Aspek yang pertama dari tiga aspek utama kecerdasan spiritual


(SQ) adalah mengindentifikasi bahwa ada kekuatan spiritual
yang lebih tinggi. Artinya bahwa kecerdasan spiritual percaya
bahwa ada kekuatan spiritual yang lebih tinggi dari apapun yang
mengatur alam semesta beserta isinya. Mengatur
keseimbangan hidup antara manusia dengan alam semesta.
Mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia, sesama
makhluk hidup lainnya dan mengatur hubungan manusia
dengan alam semesta. Memiliki kecerdasan spiritual (SQ) yang
tinggi artinya manusia menggunakan jiwa spiritualnya untuk
bisa berbagi dan menyatu dengan sesama manusia, makhluk
hidup maupun alam semesta.

2. Memahami hukum sebab akibat

Aspek yang kedua dari tiga aspek utama kecerdasan spiritual


(SQ) adalah memahami hukum sebab akibat. Kecerdasan
spiritual (SQ) mengajarkan pada Anda untuk bertanggungjawab
terhadap setiap perbuatan yang Anda lakukan. Anda adalah
pencipta dan penanggungjawab kehidupan Anda sendiri. Anda
harus menanggung setiap akibat dari perbuatan Anda. Segala
sesuatu yang berasal dari batin, jiwa, pikiran, perasaan, asumsi
maupun keyakinan Anda yang mempengaruhi tingkah laku Anda
sehari-hari harus dapat Anda pertanggungjawabkan pada diri
Anda sendiri.

33
3. Tidak terikat

Aspek yang terakhir dari tiga aspek utama kecerdasan spiritual


(SQ) adalah kemampuan untuk tidak terikat. Kecerdasan
spiritual (SQ) berasal dan bersumber dari batin dan jiwa
seseorang. Ini akan berbeda dari satu orang dengan orang yang
lain. Kecerdasan spiritual tidak terikat oleh bentuk dan hasil.
Kecerdasan spiritual (SQ) lebih mengutamakan kedamaian dan
kesejahteraan batin.

34
BAB VI
Procrastination

1. Pengertian Prokrastinasi .

Prokrastinasi yang dalam bahasa Inggris disebut


procrastination berasal dari kata bahasa Latin procrastinare.
Kata procrastinare merupakan dua akar kata yang dibentuk dari
awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju,
dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi,
secara harfiah, prokrastinasi berarti menangguhkan atau
menunda sampai hari berikutnya (DeSimone dalam Ferrari dkk.,
1995: 4).

Adapun menurut istilah, dalam bahasa Inggris kata


procrastinate - kata kerja dari procrastination - berarti “to avoid
starting an activity without any reason” (Hornby & Ruse, 1990:
494). Artinya, prokrastinasi adalah menghindari aktivitas tanpa
alasan. Balkis dan Duru (2009: 19) menyatakan: “Procrastination
is defined as a behavior in which an individual leaves a feasible,
important deed planned beforehand to another time without
any sensible reason”. (Prokrastinasi merupakan perilaku
individu yang meninggalkan kegiatan penting yang bisa
dilakukan dan telah direncanakan sebelumnya tanpa alasan
yang masuk akal). Jadi, dalam pandangan Balkis dan Duru,
seseorang dikatakan melakukan prokrastinasi jika ia menunda
pekerjaan penting tanpa alasan yang logis, padahal ia bisa
melakukannya pada waktunya sesuai dengan rencana yang
telah dibuat sebelumnya.

35
Sementara itu, Solomon & Rothblum (1984: 503)
mengatakan: “Procrastination, the act of needlessly delaying
tasks to the point of experiencing subjective discomfort, is an
all-too-familiar problem”. Pernyataan ini menjelaskanbahwa
suatu penundaan dikatakan sebagai prokrastinasi apabila
penundaan itu dilakukan pada tugas yang penting, dilakukan
berulang-ulang secara sengaja, menimbulkan perasaan tidak
nyaman, serta secara subyektif dirasakan oleh seorang
prokrastinator. Dalam kaitannya dengan lingkup akademik,
prokrastinasi dijelaskan sebagai perilaku menunda tugas-tugas
akademis (seperti: mengerjakan PR, mempersiapkan diri untuk
ujian, atau mengerjakan tugas makalah) sampai batas akhir
waktu yang tersedia (Solomon & Rothblum, 1984: 505).

Dengan adanya kemungkinan bahwa tidak semua perilaku


prokrastinasi berdampak negatif, Chu & Choi (2005: 250)
membedakan pelaku prokrastinasi (prokrastinator) menjadi dua
tipe, yaitu prokrastinator aktif dan prokrastionator pasif.
Prokrastinator pasif adalah para pelaku prokrastinasi dalam
pengertian yang umum. Secara kognitif, prokrastinator pasif
tidak mempunyai niat untuk melakukan prokrastinasi, tetapi
mereka tetap menunda tugasnya karena mereka tidak mampu
membuat keputusan secara cepat dan bertindak secara cepat
pula. Sebaliknya, prokrastinator aktif adalah mereka yang
mempunyai kemampuan untuk membuat keputusan dan
melaksanakan tugas pada waktunya. Akan tetapi, mereka
dengan leluasa menunda-nunda tugas tersebut dan berfokus
pada tugas-tugas penting lainnya. Karena itu, prokrastinator
pasif dan prokrastinator aktif mempunyai perbedaan dalam
dimensi kognitif, afektif, dan perilaku.

Secara afektif, ketika tenggang waktu pelaksanaan tugas


hampir habis, prokrastinator pasif merasa sangat tertekan dan

36
memiliki pandangan yang pesimistis, terutama tentang
kemampuannya dalam mencapai hasil prestasi yang
memuaskan (Ferrari, Parker, & Ware, 1992: 500). Keraguan
mereka akan ketidakmampuannya memperbesar peluang
kegagalan dan menimbulkan perasaan bersalah dan depresi
(Steel, Brothen, & Wambach, 2001: 97). Di pihak lain,
prokrastinator aktif senang bekerja di bawa tekanan. Ketika
mereka menyisakan sedikit waktu untuk melaksanakan tugas,
mereka merasa tertantang dan termotivasi. Perasaan tersebut
menjadikan mereka kebal dan mampu bertahan dalam
menghadapi berbagai macam kondisi menyakitkan,
sebagaimana yang dirasakan oleh prokrastinator pasif.

Dalam perspektif tersebut, prokrastinasi bermakna positif


dan fungsional bila dilakukan sebagai upaya konstruktif untuk
menghindari keputusan impulsif dan tanpa pemikiran yang
matang, dan bermakna negatif dan disfungsional bila dilakukan
karena malas atau tanpa tujuan yang pasti.

Dengan demikian, bertolak dari berbagai definisi yang telah


diutarakan di atas, secara umum dapat dipahami bahwa
prokrastinasi adalah penundaan yang dilakukan secara sengaja
dan berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak
diperlukan dalam pengerjaan tugas. Dalam beberapa kasus,
para pelaku prokrastinasi mencoba mengikuti langkah-langkah
tertentu untuk mengatasi masalah prokrastinasi mereka. Di
antaranya adalah dengan membuat tenggang waktu
pelaksanaan tugas, yang dalam istilah Ariely & Wertenbroch
(2002: 220) disebut “self-imposed deadlines”. Menurut Ariely &
Wertenbroch (2002: 221), “self-imposed deadlines can make
performance better”. Dengan self-imposed deadline, seorang
individu dapat menunggu informasi yang dianggapnya penting
untuk membuat keputusan yang baik atau menuntaskan tugas.

37
Menurut Tykocinski & Ruffle (2003: 156), menunggu informasi
merupakan salah satu bentuk prokrastinasi yang bersifat positif
jika informasi tersebut menjadi bahan pertimbangan untuk
membuat keputusan yang lebih baik.

Karena itu, prokrastinasi tersebut dapat dibedakan menjadi


dua jenis berdasarkan tujuan dan manfaat penundaan, yaitu:

a. Prokrastinasi yang disfungsional (disfunctional


procrastination), yang merupakan penundaan yang
tidak bertujuan dan merugikan; dan
b. Prokrastinasi yang fungsional (functional
procrastination), yaitu penundaan yang disertai alasan
yang kuat, mempunyai tujuan pasti sehingga tidak
merugikan, bahkan berguna untuk melakukan suatu
upaya konstruktif agar suatu tugas dapat diselesaikan
dengan baik.

Adapun pengertian prokrastinasi akademik, maka dalam


penelitian ini dibatasi sebagai suatu penundaan yang dilakukan
secara sengaja dan berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas
lain yang tidak diperlukan dalam pengerjaan tugas akademik.
Penundaan tersebut bersifat disfungsional, yaitu penundaan
yang dilakukan pada tugas yang penting, penundaan tersebut
tidak bertujuan, dan bisa menimbulkan akibat yang negatif.

2. Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi sebagai suatu perilaku penundaan mempunyai


karakteristik. Menurut Burka & Yuen (1983: 16), seorang
prokrastinator memiliki karakteristik-karakteristik tertentu, yang
disebut sebagai “kode prokrastinasi”. Kode prokrastinasi ini
merupakan cara berpikir yang dimiliki oleh seorang
prokrastinator, yang dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang tidak

38
realistis sehingga menyebabkannya memperkuat prokrastinasi
yang dilakukannya, meskipun mengakibatkan frustrasi. Kode-
kode prokrastinasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kurang percaya diri

Individu yang menunda biasanya berjuang dengan


perasaannya yang kurang percaya diri dan kurang
menghargai diri sendiri. Individu yang demikian ini
kemungkinan ingin berada pada penampilan yang bagus
sehingga menunda. Prokrastinator merasa tidak sanggup
menghasilkan sesuatu dan terkadang menahan ide-ide yang
dimilikinya karena takut tidak diterima orang lain.

b. Perfeksionis

Prokrastinator merasa bahwa segala sesuatunya itu


harus sempurna. Lebih baik menunda daripada bekerja
keras dan mengambil resiko kemudian dinilai gagal.
Prokrastinator akan menunggu sampai dirasa saat yang
tepat bagi dirinya untuk bertindak agar dapat memperoleh
hasil yang sempurna.

c. Tingkah laku menghindari

Prokrastinator menghindari tantangan. Segala sesuatu


yang dilakukannya, bagi prokrastinator seharusnya terjadi
dengan mudah dan tanpa usaha.

3. Komponen Prokrastinasi Akademik

Ferrari dkk, (1995: 16) mengatakan bahwa sebagai


suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat

39
termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur
dan diamati ciri-cirinya, yaitu:

a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan


kerja pada tugas yang dihadapi. Seseorang yang
melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang
dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna
bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda untuk
mulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk
menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai
mengerjakan sebelumnya.
b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Orang yang
melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih
lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya
dalam mengerjakan suatu tugas. Seorang prokratinator
menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk
mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun
melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam
penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan
keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang
tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak
berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai.
Kelambanan, dalam arti lambannya kerja seseorang
dalam melakukan suatu tugas, dapat menjadi ciri yang
utama dalam prokrastinasi akademik.
c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.
Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang
telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator
sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi
deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain
maupun rencanarencana yang telah dia tentukan

40
sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk
mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ia
tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah
merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada
waktu yang telah ia tentukan sendiri, akan tetapi ketika
saatnya tiba dia tidak juga melakukannya sesuai dengan
apa yang telah direncanakan, sehingga menyebabkan
keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan
tugas secara memadai.
d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan
daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.
Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera
melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu
yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang
dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan
hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau buku
cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan
musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang
dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus
diselesaikannya.

41
BAB VII
Minat Dan Bakat
A. Bakat

Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar


dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan orang lain,
namun hasilnya justru lebih baik. Bakat merupakan potensi yang
dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir.

Jenis-jenis Bakat

1. Bakat Umum

Bakat umum, merupakan kemampuan yang berupa potensi


dasar yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki.

2. Bakat khusus

Bakat khusus, merupakan kemampuan yang berupa potensi


khusus, artinya tidak semua orang memiliki misalnya bakat seni,
pemimpin, penceramah, olahraga. Selain itu bakat khusus yang
lain, yaitu :

a) Bakat verbal

Bakat tentang konsep–konsep yang diungkapkan


dalam bentuk kata–kata.

b) Bakat numerical

Bakat tentang konsep – konsep dalam bentuk angka.

c) Bakat skolastik

42
Kombinasi kata–kata (logika) dan angka–angka.
Kemampuan dalam penalaran, mengurutkan,
berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan
hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola
numerik, pandangan hidupnya umumnya bersifat
rasional.

d) Bakat abstrak

Bakat yang bukan kata maupun angka tetapi


berbentuk pola, rancangan, diagram, ukuran –
ukuran, bentuk – bentuk dan posisi-posisinya.

e) Bakat mekanik

Bakat tentang prinsip – prinsip umum IPA, tata kerja


mesin, perkakas dan alat – alat lainnya.

f) Bakat relasi ruang

Bakat untuk mengamati, menceritakan pola dua


dimensi atau berfikir dalam 3 dimensi.

g) Bakat kecepatan ketelitian klerikal

Bakat tentang tugas tulis menulis, ramu-meramu


untuk laboratorium, kantor dan lain – lainnya.

h) Bakat bahasa (linguistic)

Bakat tentang penalaran analistis bahasa (ahli


sastra)

B. Minat

43
Minat ialah suatu proses pengembangan dalam
mencampurkan seluruh kemampuan yang ada untuk
mengarahkan individu kepada suatu kegiatan yang diminatinya.

Jenis-jenis minat

1. Minat vokasional merujuk pada bidang – bidang


pekerjaan.
a. Minat professional, minat keilmuan, seni dan
kesejahteraan sosial.
b. Minat komersial, minat pada pekerjaan dunia
usaha, jual beli, periklanan, akuntansi,
kesekretariatan dan lain – lain.
c. Minat kegiatan fisik, mekanik, kegiatan luar, dll.
2. Minat avokasional, yaitu minat untuk memperoleh
kepuasan atau hobi. Misalnya petualang, hiburan,
apresiasi, ketelitian dan lain – lain.

C. Persamaan dan Perbedaan Minat dan Bakat

Persamaan diantara bakat dan minat ini yaitu perlu adanya


pengembangan melalui belajar agar kemampuan dan keinginan
yang ada dapat menjadi sesuatu yang nyata. Jadi tidak hanya
sebatas kemampuan dan keinginan saja. Melainkan adanya
kemajuan atau bentuk nyata dari apa yang dimiliki dan apa yang
diminati. Jika hal tersebut diasah, maka akan menjadi sesuatu
yang bermanfaat sekali untuk diri sendiri maupun lingkungan.

Perbedaan Minat dan Bakat

BAKAT

44
a. Inherent
b. Natural
c. Lepas dari aspek suka atau tidak suka
d. Tidak mudah berubah dan permanen
e. Aspek genetik lebih dominan

MINAT

a. 1.Lingkungan
b. 2.Nurtural
c. 3.Orientasi pada hobi/kesukaan semata
d. Mudah berubah sesuai dengan tren

45
BAB VIII
Penilaian Diri

1. Tes Kepribadian
Dari beberapa tes yang telah saya ikuti saya menemukan
bahwa saya adalah seorang yang introvert, Realistik, Rasional,
Perencanaan dan waspada. Atau jika dalam bahasa psikologi
adalah ISTJ-T.

46
Tipe kepribadian Ahli Logistik dianggap paling banyak
jumlahnya, mencapai sekitar 13% dari populasi. Karakteristik
yang menentukan berupa integritas, logika parsial dan dedikasi
tak kenal lelah terhadap tugas menjadikan Ahli Logistik bagian
yang sangat penting bagi keluarga serta organisasi yang
menegakkan tradisi, peraturan dan standar, misalnya kantor
hukum, badan pengatur, dan militer. Orang dengan tipe
kepribadian Ahli Logistik senang mengambil tanggung jawab
atas tindakan mereka dan bangga dalam pekerjaan yang mereka
lakukan – ketika bekerja untuk mencapai tujuan, Ahli Logistik
mengerahkan semua waktu dan energinya untuk menyelesaikan
setiap tugas yang relevan dengan keakuratan dan kesabaran.

Ahli Logistik tidak banyak membuat asumsi, sebaliknya,


lebih suka menganalisis sekeliling mereka, memeriksa fakta dan
mengambil urutan tindakan yang praktis. Kepribadian Ahli
Logistik tidak suka omong kosong, dan ketika mereka sudah
membuat keputusan, mereka akan menyampaikan fakta yang
diperlukan untuk mencapai tujuan mereka, mengharapkan
orang lain untuk segera memahami situasi dan mengambil
tindakan. Ahli Logistik memiliki sedikit toleransi terhadap

47
kebimbangan, tetapi hilang kesabaran lebih cepat jika mereka
arah yang mereka pilih menghadapi tantangan teori tidak
praktis, khususnya jika mereka mengabaikan detail utama – jika
tantangan menjadi debat kusir, orang dengan tipe Ahli Logistik
dapat menjadi sangat marah karena tenggat waktu semakin
dekat.

“BERGAULLAH DENGAN MEREKA YANG MEMILIKI


KUALITAS BAGUS JIKA ANDA MENGHARGAI REPUTASI
ANDA”

Ketika Ahli Logistik mengatakan mereka akan menyelesaikan


sesuatu, mereka melakukannya, memenuhi kewajiban mereka
apa pun akibat pribadinya, dan mereka membuat orang yang
tidak memegang kata mereka dengan rasa hormat yang sama
menjadi heran. Memadukan kemalasan dan ketidakjujuran
adalah cara tercepat untuk mengetahui sisi buruk Ahli Logistik.
Akibatnya, orang dengan tipe kepribadian Ahli Logistik seringkali
lebih suka bekerja sendiri, atau paling tidak memiliki wewenang
jelas yang ditentukan berdasarkan hierarki, di mana mereka
dapat mengatur dan mencapai tujuan mereka tanpa berdebat
atau khawatir terhadap kemampuan orang lain.

Kepribadian Ahli Logistik memiliki pikiran yang tajam dan


berdasar fakta, dan lebih suka mandiri dan memenuhi
kebutuhan sendiri daripada memercayakan kepada orang atau
sesuatu. Ketergantungan terhadap orang lain seringkali dilihat
sebagai kelemahan oleh Ahli Logistik, dan gairah mereka
terhadap tugas, kemandirian dan integritas pribadi yang
sempurna melarangnya jatuh dalam jebakan itu.

Rasa integritas pribadi adalah hal utama bagi Ahli Logistik, dan
jauh melampaui pemikirannya sendiri – kepribadian Ahli Logistik
patuh terhadap peraturan dan pedoman yang sudah disusun

48
tanpa memandang akibatnya, melaporkan kesalahan sendiri dan
menyampaikan kebenaran bahkan walalupun tindakan ini
menimbulkan malapetaka. Bagi Ahli Logistik, kejujuran jauh
lebih penting daripada pertimbangan emosi dan pendekatan
kasar mereka mungkin membuat kesan yang salah pada orang
lain bahwa Ahli Logistik adalah orang yang dingin, atau mirip
robot. Orang dengan tipe kepribadian ini seringkali berusaha
keras mengekspresikan emosi atau pengaruh dipermukaannya
saja, tetapi pernyataan bahwa mereka tidak merasa, atau lebih
buruk tidak memiliki empati sama sekali, terasa sangat
menyakitkan.

KARENA LEBIH BAIK SENDIRI DARIPADA BERSAMA TEMAN


YANG BURUK

Dedikasi Ahli Logistik sangat istimewa, memungkinkan


kepribadian ini menyelesaikan banyak hal, tetapi juga
merupakan kelemahan utama yang dimanfaatkan oleh orang-
orang yang kurang teliti. Ahli Logistik mencari kestabilan dan
keamanan, karena berpendapat tugas mereka adalah menjaga
operasi berjalan lancar, dan mereka mungkin merasa bahwa
rekan kerja atau pasangan mereka mengalihkan tanggung jawab
kepada mereka karena mengetahui mereka akan selalu
mengatasinya. Orang dengan tipe kepribadian Ahli Logistik
cenderung menyimpan pendapat mereka sendiri dan
membiarkan fakta yang membuktikannya, tetapi mungkin akan
perlu banyak waktu sebelum bukti yang dapat dilihat bercerita
tentang semuanya.

Ahli Logistik harus ingat untuk merawat diri – dedikasinya yang


keras terhadap kestabilan dan efisiensi dapat mengganggu
tujuan tersebut pada akhirnya karena orang lain semakin
bersandar pada mereka, menciptakan tekanan emosional yang
dapat tidak terekspresikan bertahun-tahun, dan akhirnya

49
muncul setelah segalanya terlambat untuk diperbaiki. Jika
kepribadian ini dapat menemukan rekan kerja atau pasangan
yang murni mengapresiasi dan memuji kualitas mereka, yang
menikmati kecerahan, kejelasan dan ketepercayaan yang
mereka tawarkan, Ahli Logistik akan mengetahui bahwa peran
penyeimbang mereka sangat memuaskan, karena mengetahui
mereka adalah bagian dari suatu sistem yang berfungsi.

Selanjutnya adalah pembahasan mengenai karakter atau


kepribadian yang ada dalam diri saya,

a. Introversion
Introvert adalah sikap atau karakter seseorang yang
memiliki orientasi subyektif secara mental dalam menjalani
kehidupannya. – C.G Jung –

Dengan kondisi seperti ini, seseorang yang memiliki


kepribadian introvert cenderung menyukai kondisi yang
tenang, senang menyendiri, reflektif terhadap apa yang
mereka lakukan serta memiliki kecenderungan untuk
menjauhi interaksi dengan hal-hal baru.

Seseorang yang introvert sangat senang untuk melakukan


aktivitas yang bersifat soliter (dapat di lakukan sendirian
tanpa bantuan orang lain) seperti membaca, menulis,
mengoperasikan komputer, memancing, menonton film,
dan sebagainya.

Oleh sebab itu, kebanyakan dari seniman, komposer lagu,


penulis novel, atau penemu biasanya memiliki kepribadian
introvert. Mereka lebih menikmati waktu yang di habiskan
sendirian, karena menurut mereka sendirian adalah hal
yang menyenangkan.

50
Selain itu, introvert juga memiliki kemampuan yang sangat
baik dalam melakukan analisa hal-hal yang rumit dan
mudah untuk berkonsentrasi untuk memecahkan masalah.

Beberapa perilaku yang bisa dilakukan atau kegiatan bagi


seorang introvert:
1) Misalnya, menulis, melukis, ngegame atau menata
dekorasi ruang.
2) Mendalami suatu hal hingga kamu menjadi ahli
dalam bidang tersebut.
3) Kamu cukup berpeluang menjadi seorang yang ahli
dalam satu hal yang spesifik.
4) Upayakan untuk melakukan percakapan kecil
dengan beberapa orang.
5) Sedikit-sedikit kamu perlu bejalar bekerja secara
kelompok dan nikmatilah.
6) Lakukan interaksi sederhana.
7) Seperti menyapa orang dengan kontak mata yang
baik.
8) Berbicaralah di depan banyak orang.
9) Hal ini merupakan penyaluran energi yang sangat
efisien bagi seorang introvert.
10) Sesekali luangkan waktu untuk diri sendiri.
11) Kegiatan ini berguna sebagai upaya menyegarkan
diri dari kepenatan.

b. Sensing
Dimensi ini membicarakan jenis informasi yang mudah
ditangkap oleh seseorang. Ada orang yang lebih mudah
menangkap informasi melalui panca inderanya, ada yang
lebih tertarik pada arti, hubungan-hubungan, dan

51
kemungkinan berdasarkan fakta, ketimbang fakta-faktanya
sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan
kedua pendekatan ini terhadap informasi. Akan tetapi
setiap orang cenderung lebih memilih, lebih mudah atau
lebih merasa nyaman menggunakan yang satu daripada
yang lain, secara alamiah lebih mudah menggunakan yang
satu daripadan lainnya, dan lebih sering benar saat
menggunakan satu pendekatan daripada yang lain. Seorang
yang lebih mudah menangkap informasi melalui
pancaindera biasanya cukup cermat dengan fakta-fakta,
namun harus berusaha keras saat menggunakan mencari
makna ‘di belakang’ fakta tersebut.

c. Thinking
Seorang thinking mendasarkan keputusannya
berdasarkan pertimbangan logika dan nalar, tetapi kurang
memedulikan perasaan orang lain. Orang dalam tipe ini
sangat tegas dalam memutuskan dan memilih pekerjaan
dengan alasan-alasan yang rasional. Sifat tegas ini tertanam
karna ia termotivasi oleh kebutuhan prestasi dan
pencapaian sasaran dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
dan dalam menghadapi situasi.
Seorang thinking juga apik dalam melihat dan
menemukan kesalahan.Dalam berdiskusi, sering
menawarkan banyak solusi. Jika ada yang kurang sepakat,
tanpa sungkan ia menginterupsi atau mengkritik langsung
kepada permasalahan. Kritik baginya adalah cara menuju
kemajuan. Dalam membuat kesepakatan, ia pandai
bernegosiasi.Selain itu, ia juga cermat dalam menghitung
logika keuntungan dan kerugian, serta puas dengan hasil
keputusannya sendiri.

52
Seorang thinking juga memiliki hubungan yang baik
dengan teman yang satu ide dengan dirinya. Dalam
mengambil kesimpulan, ia selalu merangkaikan dengan
sebab-akibat, melalui pendekatan objektif: benar atau
salah. Apa yang salah menurut logika, ia katakan
salah.Sebaliknya, jikaia salah, dengan tegas ia mengakuinya.

d. Judging
Akan merasa nyaman ketika hidupnya dipenuhi dengan
sebanyak mungkin hal yang terkontrol, dan terencana! Suka
dengan hal yang terorganisir, Judging tidak terkait dengan
Judging (menghakimi) dalam arti ocusve, sehingga seorang
dominan Judging bukan berarti adalah sosok yang gemar
menghakimi orang lain.
Beberapa pernyataan tentang seorang Judging (J)
dominan:
1) Lebih memutuskan memutuskan daripada
mengikuti sebuah keputusan.
2) Sosok yang berorientasi pada Tugas.
3) Sering menyusun daftar tugas yang harus
dilakukan.
4) Lebih memilih untuk menyelesaikan pekerjaan
terlebih dahulu daripada bersenang-senang.
5) Merencanakan pekerjaan, agar tak terburu-
buru ketika telah mendekati deadline.
6) Terkadang ia memilik terlalu banyak Wocus
tujuan.

Kekuatan dan Kelemahan ISTJ

53
Berikut merupakan beberapa kekuatan yang dimiliki tipe
kepribadian ISTJ antara lain:

a. Berkomitmen kuat

Seorang ISTJ memiliki integritas dan bekerja keras untuk


mencapai tujuan mereka. Jika sudah memiliki komitmen
terhadap suatu hal maka mereka akan teguh pada komitmen
tersebut.

b. Bertanggung jawab pada peran mereka secara serius

Seorang ISTJ sangat bertanggung jawab terhadap peran mereka.


Misalnya saja saat menjadi seorang ayah maka dia akan
berusaha menjadi ayah yang baik dengan memberikan nafkah
yang cukup bagi keluarganya.

c. Jujur dan langsung

Seorang ISTJ selalu berusaha untuk jujur dan menghindari


kebohongan. Mereka memilih untuk bersikap jujur dan
sederhana sesuai dengan apa yang mereka rasakan.

d. Tenang dan praktis

Seorang ISTJ cenderung bersikap tenang dalam menghadapi


sesuatu. ISTJ bekerja untuk menggunakan kualitas terbaik dari
individu. Mereka lebih fokus pada efektivitas daripada empati.

e. Tepat dan cermat

Seorang ISTJ merupakan orang yang tepat waktu misalnya


dalam menyelesaikan tugas. Mereka juga cukup detail dan
cermat dalam mengerjakan sesuatu sehingga cocok dalam
mengolah data.

54
Sedangkan kelemahan yang dimiliki tipe kepribadian ISTJ antara
lain:

a. Keras kepala

Seorang ISTJ cenderung bersikap keras kepala. Misalnya mereka


percaya bahwa mereka selalu benar dalam melakukan sesuatu.
Mereka juga biasanya menolak ide baru yang tidak didukung
oleh mereka.

b. Tidak sensitif

Seorang ISTJ tidak secara natural dapat merasakan perasaan


orang lain. Mereka terlalu fokus pada tugas-tugas dan
efektivitas sehingga kadang melupakan perasaan orang lain.

c. Sikapnya kadang terlalu kaku

Seorang ISTJ cenderung melakukan sesuatu berdasarkan aturan


yang sudah tertulis. Mereka akhirnya terlihat kaku karena tidak
fleksibel dan sulit menerima perubahan.

d. Tidak senang memberikan pujian pada orang yang mereka


sayangi

Meskipun bertanggung jawab, orang ISTJ tidak suka


memberikan pujian sekalipun itu pada orang yang mereka
cintai.

e. Menghakimi orang lain

55
Seorang ISTJ cenderung menghakimi setiap opini orang lain.
Mereka sulit untuk menerima perbedaan dan percaya pada
fakta yang mereka percayai.

2. Tes Minat dan Bakat


A. BAKAT
“RESTU, anda adalah orang yang senang
mengkomunikasikan sesuatu yang sederhana menjadi
menarik, selain memiliki sifat analitis juga banyak idea,
selalu ingin memajukan orang lain dan senang melihat
kemajuan orang, senang mempelajari latar belakang,
senang olah pikir, menyendiri, suka melayani orang lain dan
mendahulukan orang lain, senang menggabung-gabung kan
beberapa teori atau temuan menjadi suatu temuan baru,
senang menghayal tentang apa yang mungkin terjadi jauh
kemasa depan.”

Kalimat diatas adalah hasil yang saya dapatkan setelah


melakukan tes minat dan bakat. Dan berikut adalah hasil
lengkapnya.

56
A. Potensi Kekuatan
1. Communication
(Komunikasi)

Orang yang senang sekali berkomunikasi, senang berbicara


didepan umum baik dengan lisan maupun tulisan. Dirinya
dapat mengungkapkan pikirannya dengan menggunakan
kata ataupun tulisan yang dapat dimengerti banyak orang.
Dapat mengangkat topik yang kering dan mengemasnya
dengan menarik dengan ciri khas bicaranya.

2. Designer

Membuat gambar dari sesuatu yang direncanakan untuk


dibuat (yang diperlihatkan cara membuatnya). Bakat ini
termasuk dalam kelompok cipta yang terkait dengan otak
kanan atas, maupun otak kiri atas. Sifat yang selalu berpikir
“pasti ada jalan dan caara yang lebih baik.

3. Educator

Mengajar, menyampaikan, dan menyampaikan ilmu atau


keterampilan agar bisa dipahami oleh orang lain. Bakat ini
termasuk dalam kelompok Rasa (Interpersonal Relating)
yang terkait dengan kerja sama dengan orang lain. Sifat
yang selalu ingin memajukan orang lain dan senang melihat
kemajuan orang.

4. Explorer

57
Melakukan penelitian terhadap suatu obyek secara metodik
untuk menemukan fakta, memperbaiki atau menemukan
teori. Bakat ini termasuk dalam kelompok Cipta (Individual
Thinking) menggunakan otak kiri bawah. Sifat ini selain
analitis juga senang mempelajari latar belakang, senang
olah piker dan senang menyendiri.

5. Server

Melayani orang lain sebagai pekerjaan, tugas ataupun


keinginan yang tulus. Bakat ini termasuk dalam kelompok
Rasa (Interpersonal Serving) yang terkait dengan melayani /
merawat orang. Sifat ini suka melayani orang lain dan
mendahulukan orang lain

6. Synthesizer

Mengkombinasikan berbagai elemen, ide dan informasi


menjadi sesuatu yang baru. Bakat ini termasuk dalam
kelompok Cipta (Individual Generating Idea) yang terkait
dengan otak kanan atas. Sifat ini senang menggabung-
gabungkan beberapa teori atau temuan menjadi suatu
temuan baru

7. Visionary

Kegiatan mengantisipasi masa depan secara bijak dan


menentukan tujuan jangka panjang yang benar. Bakat ini
terkait dengan kelompok Cipta (Individual Generating Idea)
yang terkait dengan otak kanan atas. Sifat ini senang
menghayal tentang apa yang mungkin terjadi jauh dimasa
depan.

58
A. Potensi Kelemahan
1. Caretaker

Menaruh perhatian / merawat


orang yang memiliki masalah
fisik, mental, medis atau
kesejahteraan umum. BAkat
ini termasuk kelompok Rasa
(Interpersonal Serving) yang terkait dengan
melayani/merawat orang. Mereka yang mempunyai bakat
ini dapat merasakan perasaan orang lain baik sedang
gembra maupun sedih.

2. Journalist
Menulis artikel, ide, dokumen, cerita ataupun alat bantu
pendidikan. Bakat ini termasuk kelompok Karsa (Individual
Striving) untuk didalam ruangan. Sifat ini senang
mengkomunikasi ideanya, suka mengumpulkan berbagai
informasi atau teratur.

3. Mediator
Mengatasi dan menyelesaikan konflik antar dua pihak yang
berseteru. Bakat ini termasuk kelompok Rasa (Interpersonal
Influencing) yang terkait dengan mempengaruhi orang. Sifat
mereka keras menghadapi orang akan tetapi tidak
menyukai konflik.

4. Motivator
Mendorong, memberi semangat pada satu atau
sekumpulan orang agar bisa lebih sukses. Bakat ini
termasuk kelompok Rasa (Interpersonal Relating) yang

59
terkait dengan kerjasama dengan orang. Sifat ini senang
memotivasi dengan berbagai cara ada yang melalui sifat
periangnya ada yang melalui sifat empatinya ada juga
karena selalu ingin memajukan orang lain.

5. Seller
Menjual produk atau layanan dengan berbagai cara agar
orang lain mau membelinya. Bakat ini termasuk kelompok
Rasa (Interpersonal Influencing) yang terkait dengan
mempengaruhi orang. Sifat ini umumnya suka berhubungan
dengan orang lain, baik untuk mempengaruhi, bekerjasama
atau melayani, dan bertanggung jawab.

B. MINAT

Minat ialah suatu proses pengembangan dalam


mencampurkan seluruh kemampuan yang ada untuk
mengarahkan individu kepada suatu kegiatan yang diminatinya.

Dalam melakukan tes minat, saya mendapati bahwa saya


mempunyai minat dalam bidang iptek, musical, dan pelayan
social. Dan berikut adalah beberapa pertanyaan dalam tes minat
karir yang saya jawab ‘sesuai’ dengan diri saya;

• Kegiatan yang membuat saya banyak terpapar sinar


matahari lebih meningkatkan semangat saya.
• Saya menyukai kegiatan yang memiliki mobilitas tinggi.
• Pekerjaan di belakang meja membuat saya cepat bosan.
• Saya menyukai pekerjaan yang melibatkan penggunaan
mesin atau alat.
• Saya senang menciptakan mesin atau alat yang dapat
mempermudah pekerjaan manusia.

60
• Mengutak-atik mesin tidak pernah menjadi sebuah
beban bagi saya.
• Saya suka melihat bagaimana cara suatu mesin bekerja
• Saya senang pekerjaan yang jelas dan bersifat teknis
• Saya menyukai pekerjaan yang berhubungan dengan
angka.
• Saya senang mengerjakan soal-soal hitungan.
• Melakukan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian
berhitung tidak pernah menjadi hambatan bagi saya.
• Pekerjaan yang membutuhkan detil dan ketelitian
menarik bagi saya.
• Pekerjaan yang membuat saya dapat bereksperimen
lebih menarik minat saya.
• Menurut saya, setiap hal pasti ada alasan logisnya dan
saya suka mencari alasan logis tersebut
• Saya merupakan individu yang rasional.
• Saya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terutama
dalam ilmu alam.
• Ilmu alam menarik minat saya.
• Saya adalah individu yang sangat percaya diri.
• Saya dapat menyelesaikan konflik dengan tegas tanpa
ada pihak yang merasa tersinggung.
• Ketika berada dalam lingkungan baru saya mudah untuk
membaur.
• Saya menyukai pekerjaan yang membutuhkan imajinasi
dan kreativitas tinggi.
• Pekerjaan yang membuat saya dapat secara bebas
berkreasi lebih menarik minat saya.
• Saya lebih menyukai hal-hal yang terlihat cantik dan
indah.
• Bagi saya buku adalah jendela dunia.
• Saya senang bermain alat musik.

61
• Saya senang bernyanyi.
• Saya mengerti dan memahami not balok.
• Saya memiliki kepekaan terhadap nada.
• Saya senang bila pekerjaan saya dapat mengurangi
beban atau kesulitan orang lain.
• Saya merupakan seorang pendengar yang baik.
• Saya memiliki rasa empati yang tinggi.
• Melayani orang lain merupakan sesuatu yang
menyenangkan bagi saya.
• Saya lebih senang bila ada orang yang mengarahkan
saya dalam bekerja.
• Saya lebih menyukai pekerjaan yang sudah memiliki
langkah-langkah jelas dan praktis.
• Saya menyukai pekerjaan yang bersifat rutin dan
teknikal.
• Saya menyukai pekerjaan yang hanya membutuhkan
satu keterampilan.

Dan berikut merupakan hasilnya;

1. IPTEK

62
“Individu dengan minat pada area ini tertarik dengan konsep-
konsep sains dan ilmu pengetahuan yang seringkali bersifat
abstrak dan teoritis. Aktivitas kerjanya identic dengan
pendalaman atau aplikasi dari teori terkait dengan
pembelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat
logis dan rasional.”

2. MUSIKAL

“Individu yang memiliki minat tinggi pada area ini menyukai


aktivitas kerja yang erat kaitannya dengan beragam bentuk dan
produk musik, baik sebagai pelaku/artis, produser, maupun
terlibat dalam aktivitas-aktivitas pendukung yang masih
memiliki relevansi dengan area musikal.”

3. PELAYANAN SOSIAL

“Individu dengan minat tinggi pada area ini memiliki


ketertarikan pada aktivitas yangberorientasi pada pelayanan

publik, dimana ia dapat memiliki peluang untukmemberikan


pelayanan, bantuan, ataupun pemecahan masalah sosial secara
langsung dan partisipatif.”

63
3. Tes IQ

Intelegent quotient atau IQ ialah angka yang mana


menjelaskan tingkat kecerdasan seseorang yang dibandingkan
dengan sesamanya dalam satu populasi. Definisi asli dari IQ
adalah mengukur kecerdasan dari anak-anak ketika: IQ adalah
sebuah rasio dari umur secara mental dibagi umur secara fisik
dan dikalikan dengan angka 100. Umur secara mental dihitung
berdasarkan dasar dari rata-rata hasil di dalam sebuah tes yang
dibagi dalam setiap kategori umur.

Terdapat dua jenis dari test IQ:

1) Verbal -> Jenis ini menentukan tingkat kemampuan untuk


menemukan konsep umum dari contoh yang disajikan: "anjing,
kucing, singa = hewan", menentukan konsep yang tidak
berkaitan dengan kelompok: "burung, kelinci, monyet, mobil",
menemukan keteraturan dalam angka-angka: "11, 12, 14, 17,
21", memecahkan deretan angka, dan lain-lain.

2) Non-verbal -> Ini adalah tes yang didesain untuk


mengukur kemampuan dalam membentuk kubus,

64
mengorganisasikan gambar-gambar dari waktu tertentu dan
urutan logika, membangun bentuk-bentuk dari bagian-bagian
tertentu, dan lain-lain. Beberapa tes ini sering kali ditujukan
untuk menjelajahi pikiran abstrak anda, atau yang kompleks
maupun yang mendetail.

Ingatlah bahwa ketika anda menentukan untuk mengambil


sebuah tes IQ, baik secara fisik maupun mental anda haruslah
terasa santai, dan lakukanlah secara serius, yang mana akan
membawa anda menjadi terkonsentrasi secara penuh.

Hasil Tes

Berdasarkan tes IQ, saya termasuk orang yang cerdas.


IQ rata - rata adalah 100. Banyak orang yang memiliki IQ antara

65
90-100. Kami sangat yakin anda termasuk orang yang berbakat
dan termasuk kedalam 10% populasi.

Hasil IQ Verbal

Hasil di bawah ini


menunjukkan bahwa anda
telah menjawab 3 dari total 5
pertanyaan verbal dengan
benar. Meskipun sebagian orang menganggap kecerdasan
verbal dan kecerdasan logis termasuk kategori berbeda, kami
menggabungkan mereka pada test IQ MV2G

Definisi Kecerdasan:

Pertanyaan dalam kategori ini berkaitan dengan kata-


kata, baik lisan maupun tulisan. Orang-orang dengan
kecerdasan verbal-linguistik yang tinggi menunjukkan
kecakapan dalam berbahasa. Mereka cenderung pandai
membaca, menulis, bercerita dan mengingat kata-kata dan
tanggal. Mereka belajar dengan cepat melalui membaca,
menulis, mendengarkan mata pelajaran, berdiskusi dan
berdebat. Mereka juga terlatih dalam menjelaskan,
menerangkan pelajaran dan mempengaruhi seseorang. Mereka
juga mudah dalam mempelajari bahasa luar negeri karena
mereka bisa mengingat kata-kata dengan cepat, dan mampu
memahami, dan memainkan struktur dan syntax dengan baik.
Pekerjaan yang cocok bagi mereka adalah penulis, pengacara,
filsuf, wartawan, politisi, penyair dan guru.

Kecerdasan Logis

Pertanyaan pada kategori ini berkaitan dengan logika,


abstraksi dan pemikiran. Orang-orang yang memiliki kecerdasan

66
logika yang tinggi memiliki kemampuan untuk berfikir dengan
tepat dan logis sekaligus pandai dalam membuat strategi.
Mereka pandai dalam memahami rumus abstrak, ilmiah, dan
investigasi. Kecerdasan ini sangat terkait dengan berbagai
macam bidang
kecerdasan. Karir yang
cocok buat mereka adalah
ilmuwan, insinyur dan
dokter.

Hasil IQ Visual

Hasil berikut ini


menunjukkan bahwa anda
telah menjawab 9 dari 10
pertanyaan visual dengan
tepat.

Area ini berkaitan dengan visi dan dan penilaian visual.


Individu dengan kecerdasan visual-grafis yang tinggi pada
umumnya pandai dalam membayangkan dan me-manipulasi
objek. Sedangkan individu yang memiliki kecerdasan grafis yang
tinggi sering kali pandai dalam menyelesaikan puzzle. Mereka
yang memiliki ingatan visual yang kuat juga cenderung artistik.
Orang-orang dengan kecerdasan ini umumnya juga memiliki
kemampuan tinggi dibidang petunjuk arah dan memiliki
koordinasi tangan dan mata yang baik.

67
Hasil IQ Matematis

Hasil berikut ini


menunjukkan bahwa
anda telah menjawab 4
dari 4 pertanyaan
Matematika dengan
tepat.

Area ini
berkaitan dengan
matematika dan angka-angka. Sering terdapat anggapan bahwa
mereka dengan kecerdasan ini secara alami unggul dalam
bidang matematika, memprogram komputer dan aktifitas yang
berhubungan dengan angka lainnya. Kecerdasan matematika
mempunyai korelasi positif yang kuat dengan kecerdasan
lainnya. Karenanya orang-orang dengan kecerdasan
matematika-angka yang tinggi juga sering kali baik dalam area
lainnya. Mereka biasanya sangat baik dalam mengenali pola-
pola, sangat terencana, seksama dan sering kali menyukai
komputer.

Apa sih yang dimaksud IQ itu?

IQ atau Intelegent Quotient adalah score/nilai yang


menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang berdasarkan
perbandingan dengan sesamanya dalam satu populasi. Cara
mengetahui tingkat IQ seseorang biasanya dilakukan melalui
Psikotest yang terdiri dari berbagai metode.

IQ diklasifikasi berdasarkan metode test yang digunakan.

68
 Stanford-Binet mengklasifikasikan nilai IQ normal yang
berkisar diantara 85 – 115.
 Lewis Terman mengklasifikasikan nilai IQ normal pada
kisaran 90 – 109.
 Wechsler mengklasifikasikan IQ normal pada angka 100
dengan nilai toleransi 15 (berarti 85 – 115).

Untuk klasifikasi umum,


digunakan klasifikasi
berdasarkan hasil kompromi
ketiga metode diatas.

1. 70 – 79: Tingkat IQ
rendah atau
keterbelakangan
mental
2. 80 – 90: Tingkat IQ rendah yang masih dalam kategori
normal (Dull Normal)
3. 91 – 110: Tingkat IQ normal atau rata-rata
4. 111 – 120: Tingkat IQ tinggi dalam kategori normal
(Bright Normal)
5. 120 – 130: Tingkat IQ superior
6. 131: atau lebihTingkat IQ sangat superior atau jenius.

Secara umum tingkatan IQ manusia dapat dijelaskan sebagai


berikut:

1. Idiot IQ (0-29)

Idiot dikelompok kedalam orang yang keterbelakangan


mentalnya paling rendah. Orang seperti ini hanya mampu
mengucapkan beberapa kata saja bahkan tidak dapat berbicara
sekalipun. Biasanya tidak dapat mengurus dirinya sendiri seperti
mandi, berpakaian, makan dan sebagainya, seumur hidupnya

69
hanya tinggal ditempat tidur saja. Perkembangan intelegensinya
dapat disamakan dengan anak normal 2 tahun

2. Imbecile IQ (30-40)

Level Imbecile setingkat lebih tinggi dari pada anak idiot. Ia


hanya bisa belajar berbahasa dan bisa mengurus dirinya. Anak
level ini dapat kita berikan pekerjaan-pekerjaan ringan,
walaupun kesehariannya selalu bergantung, tetapi belum dapat
mandiri. Kecerdasannya setara dengan anak normal berusia 3
sampai 7 tahun. Anak-anak imbecile tidak dapat dididik di
sekolah biasa.

3. Moron atau Debil IQ / Mentally retarted (50-69)

Ditingkat tertentu anak kelompok Debil IQ masih dapat belajar


membaca, menulis, membuat perhitungan sederhana, mampu
merencanakan dan memecahkan permasalahan. Banyak anak-
anak debil ini mendapat pendidikan di sekolah-sekolah luar
biasa.

4. Kelompok bodoh IQ dull/ bordeline (70-79)

Kelompok ini berada diatas kelompok terbelakang dan dibawah


kelompok normal (sebagai batas). Orang tingkat ini sudah
mampu bersekolah pada sekolah lanjutan walaupun akan
mengalami kesulitan saat semester akhir.

5. Normal rendah (below avarage), IQ 80-89

Orang pada level ini memiliki daya nalar lambat dalam


belajarnya tetapi dapat digolongkan kedalam kelompok rata-
rata atau sedang pada tingkat bawah.

70
6. Normal sedang, IQ 90-109

Level ini merupkan kelompok normal atau rata-rata, orang


ditingkat ini adalah kelompok terbesar presentasenya dalam
populasi penduduk dunia.

7. Normal tinggi (above average) IQ 110-119

Kelompok ini merupakan kelompok orang yang normal tetapi


berada pada tingkat daya nalar yang tinggi.

8. Cerdas (superior) ,IQ 120-129

Orang cerdas sangat berhasil dalam pekerjaan dan akademik.


Orang seperti ini ditempatkan pada kelas-kelas biasa, ketua
kelas biasanya dari golongan ini.

9. Sangat cerdas (very superior/ gifted) IQ 130-139

Orang very superior lebih cakap dalam membaca, memiliki daya


ingat yang baik dalam bilangan, perbendaharaan kata yang luas,
lebih cepat memahami pengertian yang abstrak. Pada
umumnya, faktor kesehatan, ketangkasan, dan kekuatan lebih
menonjol dibandingkan anak normal.

10. Genius IQ 140>

Orang seperti ini memiliki kemampuan menyelesaikan masalah


dan mampu menemukan sesuatu yang baru meskipun dia tidak
bersekolah. Kelompok ini berada pada seluruh ras dan bangsa,
dalam semua tingkat ekonomi baik laki-laki maupun
perempuan. Contoh orang-orang genius ini adalah Edison dan
Einstein.

71
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas
intelegensi atau kecerdasan yang tinggi dipandang sebagai
faktor yang mempengaruhi keberhasilan individu dalam belajar
dan meraih kesuksesan.

Namun baru-baru ini telah berkembang pandangan lain


yang menyatakan bahwa faktor yang paling dominan yang
mempengaruhi keberhasilan individu dalam hidupnya bukan
semata-mata ditentukan oleh tingginya kecerdasan intelektual,
tapi oleh faktor kemantapan emosional (Daniel Goleman
disebut Emotional Intelegence). Ia mengemukakan orang yang
gagal dalam hidupnya bukan karena kecerdasan intelektualnya
rendah, namun mereka kurang memiliki kecerdasan emosional
mekipun intelegensinya berada pada tingkatan rata-rata. Tidak
sedikit orang yang sukses dalamnya hidupnya karena memilki
kecerdasan emosional.

Kecerdasan emosional ini semakin perlu di pahami, dimilki


dan diperhatikan dalam pengembangannya karena mengingat
kehidupan dewasa ini semakin kompleks. Kehidupan yang
sangat kompleks ini memberikan dampak yang sangat buruk
terhadap konstelasi kehidupan emosional individu. Dalam hal ini
Daniel Goleman mengemukakan hasil survei terhadap para
orang tua dan guru yang hasilnya bahwa ada kecenderungan
yang sama di seluruh dunia, yaitu generasi sekarang banyak
mengalami kesulitan emosional daripada generasi sebelumnya,
mereka lebih kesepian dan pemurung, lebih bringasan dan
kurang menghargai sopan santun, lebih gugup dan mudah
cemas, lebih impulsif dan agresif.

Persentase IQ manusia berdasarkan jumlah populasi penduduk


dunia

 130+: Sangat superior sekitar 2.2%

72
 120 -129: Superior sekitar 6.7%
 110 -119: Rata-rata plus sekitar16.1%
 90 -109: Rata-rata sekitar 50%
 80 – 89: Rata-rata minus sekitar 16.1%
 70 – 79: Garis batas sekitar 6.7%
 Below 70: Sangat rendah 2.2%

4. Tes EQ
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan emosi diri
sendiri, orang sekitar dan kelompok. Para peneliti EQ
berpandangan bahwa EQ lebih penting daripada sekadar
kecerdasan kognitif. Goleman membagi kemampuan-
kemampuan emosional menjadi lima kemampuan:
1. Kesadaran diri
2. Kontrol diri
3. Kemampuan sosial
4. Empati
5. Motivasi

Goleman berpendapat bahwa tanpa kelima kemampuan ini,


orang yang memiliki IQ tinggi akan terhambat dalam
kegiatan akademik serta pekerjaan.
Walaupun laku keras di kalangan umum, banyak ilmuwan
dan praktisi psikologis yang tetep skeptis pada hasil tes dari
kecerdasan emosional; yang paling mereka kritik adalah
cara pengujiannya. Akan tetapi untuk sekadar mengetahui
seperti apa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam tes
EQ, berikut adalah beberapa pertanyaan yang telah saya
kerjakan;

73
 Anda sedang berada di dalam pesawat dimana tiba tiba
terjadi suatu turbulensi yang sangat parah dan pesawat
mulai berguncang dari kiri ke kanan. Apakah yang akan
anda lakukan?
 Anda sedang membawa sekelompok anak berumur 4
tahun pergi ke taman, dan satu diantara mereka mulai
menangis karena anak-anak yang lain tidak ada yang
mau bermain dengan dia. Apa yang akan anda lakukan?
 Misalnya Anda berharap untuk mendapat nilai A pada
salah satu kelas anda, tetapi anda baru mengetahui
bahwa anda hanya mendapatkan nilai C pada saat UTS.
Apakah yang akan anda lakukan?
 Bayangkan anda seorang sales asuransi yang sedang
menelepon calon klien anda. 15 orang berturut-turut
menutup telepon anda, dimana anda mulai patah
semangat. Apakah yang akan anda lakukan?
 Anda merupakan seorang manager dalam organisasi
yang menghimbau masyarakat untuk menghargai
keberagaman ras dan etnik. Lalu anda mendengar
seseorang bergurau dengan candaan yang rasis. Apakah
yang akan anda lakukan?
 Anda sedang mencoba menenangkan teman anda yang
marah karena seorang pengemudi yang dengan ugal-
ugalan memotong di depan mobil kalian. Apakah yang
akan anda lakukan?
 Anda dan pasangan anda sedang ditengah-tengah suatu
argumen dan itu memuncak, kalian saling membentak
satu sama lain. Dengan tidak disadari, kalian berdua
mengatakan sesuatu yang sensitif tanpa bermaksud
mengatakannya. Apa hal terbaik yang dapat dilakukan?
 Anda ditugaskan untuk memimpin suatu kelompok
kerja yang mencoba mencari solusi kreatif akan

74
problema mengomel di kantor. Apa yang terlebih dulu
akan anda lakukan?
 Bayangkan anda memiliki anak berumur 5 tahun yang
sangat pemalu, hypersensitif dan takut dengan orang
serta tempat baru, hal ini telah dimilikinya sejak lahir.
Apakah yang akan anda lakukan?
 Sudah begitu lama, anda ingin kembali memainkan alat
musik yang dulu anda pernah pelajari waktu kecil.
Akhirnya anda dapat berlatih lagi dan ingin
menggunakan waktu yang ada sebaik mungkin. Apakah
yang akan anda lakukan?

Dan berikut adalah hasil dari tes EQ yang telah saya kerjakan;

75
EQ Kesadaran Diri:

Tingkat kesadaran diri anda adalah: 94

Kesadaran emosi Anda cukup tinggi tetapi anda masih perlu


untuk memperbaikinya.

Pertama, terkadang Anda memiliki emosi negatif tanpa


menyadarinya. Anda juga mungkin tidak menyadari alasan-

76
alasan di balik berbagai situasi dan individu yang memicu emosi
Anda. Namun Anda dapat meningkatkannya. Bagaimana
caranya? Catat situasi atau individu yang menyebabkan emosi
negatif Anda di bulan lalu. Anda dapat mengenalinya di
kemudian hari dan merubahnya sebelum emosi Anda berubah
negatif.

Kedua, Anda menyadari pikiran Anda dan bagaimana untuk


berbicara dengan diri sendiri. Namun, Anda mungkin memiliki
pikiran negatif untuk beberapa waktu tanpa menyadarinya.
Bagaimana cara untuk menyadari pikiran-pikiran negatif dan
menghilangkannya? Catatlah semua pikiran negatif selama satu
hari di penghujung hari. Anda akan segera menyadari pikiran
negatif yang sama pada waktu berikutnya.

Ketiga, Anda cukup menyadari kelebihan dan kekurangan Anda.


Tapi sekali lagi, sangatlah berguna untuk meninjau dan
mencatat setiap kelebihan dan kekurangan. Kesadaran Anda
akan meningkat begitu juga penerapannya dalam pengambilan
keputusan dan tindakan Anda.

EQ Manajemen Diri:

Tingkat Manajemen Diri anda adalah: 102

77
Anda bukanlah budak emosi. Bahkan ketika mengalami emosi
negatif, Anda bisa mengendalikannya.

Untuk beberapa kasus, Anda juga dapat memperbaiki emosi


Anda secara aktif. Ini merupakan keterampilan penting,
karenanya Anda harus lebih mengembangkannya. Anda dapat
mengubah emosi Anda dengan mengubah fokus mental serta
mengubah psikologi Anda.

Ketika dihadapkan pada kesulitan dan kendala, Anda


menunjukkan tingkat optimisme dan kepercayaan diri yang
wajar.

EQ Auto Motivasi:

Tingkat Auto Motivasi anda adalah: 107

78
Anda bisa mengontrol kebutuhan akan kepuasan sesaat untuk
kepentingan jangka panjang. Anda dapat mengorbankan hari ini
dan bertahan dalam kesulitan guna mencapai tujuan jangka
panjang.

Ini menunjukkan bahwa Anda adalah seorang yang bersungguh-


sungguh dan orang lain dapat mengandalkan Anda untuk
menyelesaikan tugas yang telah Anda janjikan.

EQ Kesadaran Sosial:

Tingkat kesadaran sosial anda adalah: 100

79
Keterampilan Anda dalam memahami orang lain termasuk rata-
rata. Terkadang Anda dapat mengetahui apa yang orang lain
pikirkan dan rasakan. Anda juga sering kali mengetahui motivasi
di balik keputusan dan tindakan orang lain.

Anda memiliki sedikit pemahaman akan dinamika dari


kelompok-kelompok dan institusi-institusi sosial.

EQ Manajemen Hubungan:

Tingkat Manajemen Relasi anda adalah: 101

80
Biasanya, Anda dapat mengekspresikan emosi dengan cara yang
sehat, namun terkadang Anda membatasi ekspresi emosional.
Hal ini mungkin yang tepat dalam situasi tertentu dan dapat
menunjukkan bahwa Anda memiliki tingkat kontrol diri yang
tinggi. Namun, untuk jangka panjang, Anda harus berhati-hati
sebab menahan emosi dapat memiliki konsekuensi negatif
terhadap kesehatan Anda.

Ekspresi emosional merupakan dasar bagi segala bentuk


hubungan manusia. Bahkan, ekspresi emosional inilah yang
membuat Anda terlihat seperti “manusia” bagi orang lain. Jika
Anda tidak mengekspresikan emosi Anda, Anda dapat dianggap
sebagai pribadi dingin oleh orang lain.

Tingkat keterampilan komunikasi Anda cukup wajar. Anda


biasanya mampu menyesuaikan komunikasi Anda untuk situasi
yang berbeda dalam cara yang tepat. Dengan keterampilan
komunikasi yang Anda miliki, sering kali Anda berhasil mencapai
tujuan serta membangun ikatan hubungan pada saat sama.

SARAN

Kecerdasan emosional bukan merupakan bawaan dari lahir,


melainkan sesuatu yang dikembangkan dari proses pengalaman

81
dan pendidikan. Lebih mudah meningkatkan EQ daripada
meningkatkan IQ dan kepribadian kita.

Berdasarkan hasil test, kami menyediakan beberapa saran untuk


membantu anda memperbaikinya.

Bagaimana cara anda meningkatkan kecerdasan emosi?

Catatlah situasi dan orang-orang yang memicu emosi negatif


anda pada bulan lalu. Ketika suatu saat anda mengenal bahaya
tersebut, anda bisa mengontrolnya sebelum menjadi emosi
yang negatif.

Bagaimana cara anda mengenali emosi negatif dan cara


menghilangkan-nya?

Di penghujung hari, catatlah pikiran-pikiran negatif yang anda


pikirkan sepanjang hari, anda akan memperhatikan bahwa suatu
saat anda akan memiliki pikiran negatif yang sama dan mungkin
anda tidak menyadarinya.

Bagaimana cara untuk lebih memahami emosi anda?

Buatlah daftar situasi dan individu yang memicu emosi negatif


anda. Tentukan, terlebih dahulu, bagaimana anda bereaksi
terhadap konfrontasi tersebut. Dengan cara ini, anda bisa
mengontrol emosi.

5. Tes Prokrastinasi

82
Penundaan adalah fenomena aneh. Para ahli
mendefinisikannya sebagai niat untuk melakukan sesuatu,
namun bertindak bertentangan dengan niatnya dengan
menunda atau melakukan sesuatu yang lain. Seringkali
tampaknya merupakan solusi yang baik untuk membuat hidup
lebih menyenangkan (dengan menunda tanggung jawab yang
tidak menyenangkan), namun penundaan hampir selalu
membuat keadaan menjadi lebih sulit dan penuh tekanan. Ini
bisa memberi kelegaan sementara, tapi batas waktu yang
menjulang, pound ekstra yang perlu dilepas, atau kunjungan
yang menyebalkan ke Bibi Great Janice Anda, tidak dapat
ditunda selamanya. Banyak orang berjuang bertahun-tahun
untuk melepaskan diri dari rantainya agar bisa maju menuju
kesuksesan akademis, memenuhi hubungan, rumah yang bersih,
atau tubuh yang sehat.

Meskipun kelihatannya seolah menunda sesuatu sampai


nanti bukanlah masalah besar, penelitian telah menunjukkan
bahwa hal itu dapat berubah menjadi kebiasaan yang serius.
Tidak hanya bisa menembus semua bidang kehidupan Anda,
tapi juga bisa mengakibatkan hilangnya kesempatan, masalah
karir, biaya yang tidak perlu (misalnya biaya keterlambatan) dan
bahkan masalah kesehatan. Kecenderungan untuk menunda-
nunda mungkin juga merupakan pertanda adanya masalah yang
lebih dalam, sering dikaitkan dengan Depresi, Attention Deficit
Disorder, dan Anxiety.

Dan berikut adalah hasil yang telah saya dapatkan;

83
“Menurut hasil Anda, Anda memiliki sedikit kecenderungan
menunda-nunda. Jika Anda umumnya senang dengan kualitas
pekerjaan Anda dan hasil yang Anda dapatkan, tidak perlu
berubah. Namun, jika Anda cenderung mengalami kecemasan
atau stres pada saat-saat ketika Anda menunda-nunda, mungkin
ada masalah yang tidak Anda hadapi.”

BAB IX

84
Proyeksi Masa Depan

A. 2 Tahun mendatang

Dengan kondisi saya yang masih kuliah da nada di semester 3,


maka dalam 2 tahun mendatang saya berkeinginan untuk lulus
S1 dari UNY. Dan karena masa kuliah yang saya jalani saya juga
ingin untuk menaikan IP saya agar saya bisa lebih mudah untuk
mencari pekerjaan. Masa 2 tahun mendatang ada beberapa
makul yang penting yaitu PI, PPL, dan KKN. Saya ingin agar
makul penting tersebut dapat terlaksana dengan baik tanpa ada
masalah dalam hasilnya. Dan untuk skripsi mungkin saya akan
mengambil bidang keguruan atau alat untuk mempermudah
pembelajaran. Saya berharap agar masa 2 tahun mendatang
dapat berjalan tanpa masalah dan dapat lulus dari UNY dengan
secepatnya.

B. 3 Tahun mendatang

Jika melihat dari target yang telah saya buat tentang lulus dalam
2 tahun mendatang, maka seharusnya dalam 3 tahun
mendatang saya harus sudah bisa, mendapat suatu pekerjaan.
Saya juga ada keinginan untuk melanjutkan sekolah S2. Saya
berencana kerja sambil kuliah jika memungkinkan waktunya.
Jika waktu tidak mencukupi maka saya akan mengambil
pekerjaan terlebih dahulu.

C. 5 Tahun mendatang

Dalam 5 tahun mendatang jika melihat dari rencana 3 tahun


mendatang berarti saya mempunyai 2 jalan. Yaitu menempuh
S2 atau kerja. Jika yang saya tempuh adalah S2 berarti dalam
watu kuliah S2 saya harus lebih memaksimalkan kuliah saya agar
bisa lebih cepat untuk mendapat pekerjaan. Dan stelah selesai

85
S2 maka saya akan mencari pekerjaan untuk menjadi pengajar
dan saya berharap itu adalah seorang PNS. Dan jika dalam
waktu 3 tahun yang saya tempuh adalah bekerja maka saya
akan menemukan 2 jalan lagi. Bekerja di pabrik atau
perindustrian dan bekerja sebagai pengajar. Jika saya bekerja di
dalam suatu perindustrian maka yang akan saya lakukan adalah
melakukan pekerjaan itu semaksmal mungkin agar diwaktu
pensiun nanti saya tidak mendapat kesulitan dalam mengatur
perekonomian keluarga. Dan jika pekerjaan yang saya tempuh
adalah dalam bidang pengajaran atau menjadi pendidik maka
dalam waktu 5 tahun tersebut saya harus bisa melanjutkan
belajar saya menjadi S2.

D. 7-8 Tahun mendatang

Dalam 7 dan 8 tahun mendatang saya seharusnya sudah


mengambil pekerjaan yang sesuai atau pekerjaan yang harus
saya jalani. Maka dalam 7-8 tahun mendatang saya harus
menjalani pekerjaan itu. Di waktu itu berarti saya adalah
seorang pekerja junior dalam tempat saya bekerja. Menjadi
pekerja junior adalah salah satu bagian tersulit dalam pekerjaan
jika menurut saya. Maka dari itu saya harus bisa beradaptasi
dengan pekerjaan yang saya jalani. Jika membahas junior pasti
tidak akan jauh dari senior, maka dari itu saya juga harus bisa
mengakrabkan diri dengan para senior di tempat saya bekerja.
Dalam waktu ini saya juga seharusnya bisa mempunyai keluarga
sendiri. Jika saya telah mempunyai keluarga sendiri maka saya
juga akan menyempatkan waktu saya untuk keluarga saya.
Dimasa ini para pekerja kebanyakan terlalu mementingkan
pekerjaan mereka sehingga melupakan keluarga mereka sendiri.

E. 10+ Tahun mendatang

86
10 tahun atau lebih di waktu mendatang saya sudah
memantapkan diri dipekerjaan saya. Di masa itu saya juga
berkeinginan untuk membuat suatu pekerjaan sendiri dan
membuat lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Jika melihat
potensi desa saya maka saya seharusnya bisa membuat suatu
lapangan pekerjaan di bidang pertanian. Maka dari itu saya ingin
membuat beberapa pekerjaan untuk membantu perekonomian
keluarga dan masyarakat. Dalam pemanfaatan pertanian yaitu
saya ingin membuat suatu perusahan yang bergerak dalam
bidang distribusi padi. Dalam pendistribusian itu saya akan
memanfaatkan daerah sekitar yang mayoritas persawahan dan
mayoritas penduduknya adalah petani. Jika bisa saya juga ingin
melakukan ekspor padi atau hasil pertanian lain keluar negeri
karena sebenarnya menurut saya Indonesia adalah Negara
agraris yang berarti adalah Negara dengan mayoritas pertanian.
Maka saya harus bisa memanfaatkan hal tersebut untuk
kepentingan perekonomian Indonesia. Karena jika Indonesia
bisa menguasai perdagangan dalam bidang pertanianya maka
saya yakin perekonomian Indonesia akan berkembang ebih jauh
lagi.

F. Masa Tua

Dimasa senja, saya sudah ingin melupakan berbagai


kepentingan duniawi. Benar – benar melupakan kesulitan yang
ada dalam pekerjaan dan semua masalah yang membuat
tertekan. Dimasa tua saya hanya ingin untuk bersantai dengan
istri melakukan berbagai kegiatan yang pernah terlewat di masa
muda. Dimasa ini saya hanya memikirkan tentang akhirat sesuai
kepercayaan saya dan melakukan berbagai kegiatan bersama
keluarga.

87
DAFTAR PUSTAKA

https://www.16personalities.com/id/kepribadian-istj

http://psychologytoday.tests.psychtests.com/bin/transfer

https://www.karir.com/interest-test/result

http://temubakat.com/id/index.php/main/result?
p=612bd2c855be0cf31d7ee41ae80de61c&y=1998&m=07&d
=09

http://luluspsikotes.com/apa-sih-yang-dimaksud-iq-itu-
2.html

http://vittosandro.blogspot.co.id/2010/03/teori-iqeq-n-
sq.html

http://xerma.blogspot.co.id/2013/08/pengertian-dan-
penjelasan-intelegensi.html

https://terimakasihtuhanku.wordpress.com/2015/07/20/min
d-management-kecerdasan-intelektual-iq/

http://desoulstudiomedan.blogspot.co.id/2012/08/8-kriteria-
kecerdasan-manusia.html

http://www.privateexcellent.com/kecerdasan-menuju-
keberhasilan.html

http://lifestyle.kompas.com/read/2017/03/11/104817023/a
nak.tak.bisa.diam.pertanda.punya.kecerdasan.kinestetik.ting
gi

http://www.parentingid.com/2016/01/kecerdasan-
musikal.html

88
https://dunia-blajar.blogspot.co.id/2015/05/cara-
mengembangkan-kecerdasan.html

http://monosidikuma.blogspot.co.id/2015/03/8-kecerdasan-
manusia-selain-iq.html

https://maureenjeanetteelyzabethkohlein.wordpress.com/20
14/03/17/personality-kepribadian-2/

http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepribadian/

https://maureenjeanetteelyzabethkohlein.wordpress.com/20
14/03/17/personality-kepribadian-2/

http://www.maribelajarbk.web.id/2014/12/pengertian-dan-
mengenal-bakat-dan-minat.html

http://vdshared.com/index.php/alam-54/34-dunia-
manusia/229-siapa-saya-sebenarnya

89

Anda mungkin juga menyukai