Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT berkat rahmat serta hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan salah satu tugas pada mata kuliah manajemen keperawatan. Makalah
ini berisikan tentang manajemen keperawatan dalam pengelolaan obat. Penyusunan makalah ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu saran dan masukan yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan
baik dari segi isi materi maupun sistematika penulisannya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Mojokerto ,5 Juni 2021

Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II Isi
2.1 Pengertian Pengelolaan Obat
2.2 Metode Pengelolaan Obat
2.3 Tahapan Pengelolaan Obat
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Klien yang mengalami gangguan kesehatan akut maupun kronis menyembuhkan dan
mempertahankan kesehatan mereka dengan berbagai strategi.Obat adalah substansi yang digunakan
dalam diagnosis,pengobatan,penyembuhan,perbaikan,maupun pencegahan terhadap gangguan
kesehatan.Obat merupakan terapi primer yang berhubungan dengan penyembuhan penyakit.Tidak peduli
dimanapun klien menerima pelayanan kesehatan,rumah sakit,klinik,atau di rumah,perawat memegang
peranan penting dalam persiapan dan pemberian obat,mengajarkan cara menggunakan obat dan
mengevaluasi respons klien terhadap pengobatan.
Pada masa perawatan akut dan penyembuhan,perawat memegang peranan penting dalam memberikan
obat secara tepat waktu kepada klien,serta memastikan klien atau keluarganya telah mengerti dan siap
memberikan obat jika klien dipulangkan ke rumah.Jika klien tidak dapat menggunakan obat sendiri di
rumah,keluarga atau petugas perawat di rumah memegang tanggung jawab dalam pemberian obat.Di
setiap tatanan pelayanan kesehatan,perawat bertanggung jawab mengevaluasi efek obat terhadap
kesehatan klien,mangajari klien tentang obat dan efek sampingnya,memastikan kepatuhan terhadap
regimen obat,serta mengevaluasi kemampuan klien dalam menggunakan obat sendiri.Pada beberapa
kasus,perawat secara langsung mengajarkan dan mengevaluasi anggota keluarga klien yang mampu
memberikan obat.
Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat. Obat adalah
alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah ksehatan.
Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping
yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan. Perawat
bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkkan, memberikan obat dengan
tepat, memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannnya dengan benar serta berdasarkan
pengetahuan.
Selain mengetahui kerja suatu obat tertentu, perawat juga harus memahami masalah kesehatan klien
saat ini dan sebelumnya untuk menentukan apakah obat tertentu aman untuk diberikan. Pertimbangan
perawatt penting dalam pemberian obat yang tepat dan aman.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Pengelolaan Obat?

2. Bagaimana Metode Pengelolaan obat ?


3. Bagaimana tahapan Pengelolaan obat?

1.3 Tujuan

- untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen Keperawatan

- agar pembaca memahami pengertian pengelolaan obat, metode pengelolaan obat dan tahapan
pengelolaan obat
Bab II

Isi

2.1 PENGELOLAAN OBAT


Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan
dengan dukungan kemampuan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem.
Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik, tersedia dalam jenis
dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan.
Secara khusus pengelolaan obat harus dapat menjamin :
a. Tersedianya rencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan kefarmasian di Apotek
b. Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien
c. Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik
d. Terjaminnya pendistribusian / pelayanan obat yang efektif
e. Terpenuhinya kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan kefarmasian sesuai jenis, jumlah dan
waktu yang dibutuhkan
f. Tersedianya sumber daya manusia dengan jumlah dan kualifikasi yang tepat
g. Digunakannya obat secara rasional

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Pengelolaan Obat mempunyai empat kegiatan yaitu :
a. Perumusan kebutuhan (selection)
b. Pengadaan (procurement)
c. Distribusi (distribution)
d. Penggunaan / Pelayanan Obat (Use)
Masing-masing kegiatan di atas, dilaksanakan dengan berpegang pada fungsi manajemen yaitu
Planning, Organizing, Actuating dan Controlling. Ini berarti untuk kegiatan seleksi harus ada tahap
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan pengendalian, begitu juga untuk ketiga
kegiatan yang lain.
Keempat kegiatan pengelolaan obat tersebut didukung oleh sistem manajemen penunjang pengelolaan
yang terdiri dari :
a. Pengelolaan Organisasi
b. Pengelolaan Keuangan untuk menjamin pembiayaan dan kesinambungan
c. Pengelolaan informasi
d. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia
Pelaksanaan keempat kegiatan dan keempat elemen sistem pendukung pengelolaan tersebut di atas
didasarkan pada kebijakan (policy) dan atau peraturan perundangan (legal framework) yang mantap serta
didukung oleh kepedulian masyarakat.
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan/ seleksi,
pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia
seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (metoda dan tatalaksana) dalam upaya mencapai tujuan
yang ditetapkan.
Seleksi : meliputi kegiatan penetapan masalah kesehatan, keadaan sosial ekonimi masyarakat,
pemilihan jenis obat, serta penetapan jenis obat apa yang harus tersedia.
Pengadaan : meliputi perhitungan kebutuhan dan perencanaan pengadaan, pemilihan cara pengadaan,
pelaksanaan pembelian, penerimaan dan pemeriksaan serta melakukan jaminan mutu.
Distribusi : meliputi kegiatan pengendalian persediaan obat, dan penyimpanan
Penggunaan : pelayanan farmasi.

Untuk terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu ditunjang dengan sistem informasi
manajemen obat untuk menggalang keterpaduan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengelolaan obat.
Dengan adanya sistem ini pelaksanaan salah satu kegiatan pengelolaan obat dapat dengan mudah
diselaraskan dengan yang lain. Selain itu, berbagai kendala yang menimbulkan kegagalan atau
keterlambatan salah satu kegiatan dengan cepat dapat diketahui, sehingga segera dapat ditempuh berbagai
tindakan operasional yang diperlukan untuk mengatasinya.

2.2 Metode Pengelolaan Obat

Metode untuk penyusunan perkiraan kebutuhan obat ditiap unit pelayanan kesehatan lazimnya
menggunakan metode konsumsi dan metode epidemiologi.

a. Metode Konsumsi

Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data real konsumsi perbekalan
farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah . perbekalan farmasi yang dibutuhkan adalah:

1) Pengumpulan dan pengolahan data

2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi


3) Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi

4) Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi dana.

Contoh perhitungan:

Total pengadaan Amoxycillin kaplet Januari – Desember 2005 sebanyak 2.500.000 kaplet (ternyata habis
dipakai selama 10 bulan, jadi ada kekosongan 2 bulan) Sisa stok per 31 Desember 2005 sebanyak =
0tablet

a. Pemakaian rata-rata per bulan 2.500.000 tab/10 = 250.000 kaplet

b. Kebutuhan Pemakaian 12 bulan = 250.000 x 12 = 3.000.000 kaplet

c. Stok pengaman (10-20%) = 20% x 3.000.000 kaplet = 600.000 kaplet

d. Lead time (waktu tunggu) 3 bulan = 3 x 250.000 = 750.000 kaplet

e. Kebutuhan amoxycillin kaplet tahun 2006 adalah b + c + d yaitu (3.000.000 + 600.000 + 750.000)
kaplet = 4.350.000 kaplet

f. Jadi pengadaan tahun 3006 adalah hasil perhitungan e sisa stok yaitu (4.350.000) kaplet =4.350.000
kaplet atau sama dengan 4350 kaleng @1000 kaplet.

Kelebihan metode konsumsi adalah metode yang paling mudah, tidak memerlukan data epidemiologi
maupun standar pengobatan, bila data konsumsi lengkap dan kebutuhan dan kebutuhan relatif konstan
maka kemungkinan kekurangan dan obat sangat kecil.

Kekurangan metode konsumsi adalah data obat dan data jumlah kunjungan pasien yang dapat
diandalkan mungkin sulit diperoleh, tidak dapat dijadikan dasar dalam mengkaji penggunaan obat dan
tidak dapat diandalkan jika terjadi kekurangan stok obat lebih dari 3 bulan, obat yang berlebih atau
adanya kehilangan (Depkes RI, 2009)

b. Metode Morbiditas/Epidemiologi

Dinamakan metode morbidotas karena dasar perhitungan adalah jumlah kebutuhan perbekalan farmasi
yang digunakan untuk beban kesakitan (morbidity load) yang harus dilayani. Metode morbiditas adalah
perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan,
dan waktu tunggu (lead time).
Langkah-langkah dalam metode ini adalah:

1) Menentukan jumlah pasien yang dilayani

2) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan prevalensi penyakit.

3) Menyediakan formularium/standar/pedoman perbekalan farmasi.

4) Menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi.

5) Penyesuaian dengan aloksai dana yang tersedia.

Kelebihan metode epidemiologi adalah perkiraan kebutuhan obat yang mendekati kebenaran, dapat
digunakan pada program-program yang baru, standar pengobatan dapat mendukung usaha perbaikan
pola penggunaan obat.

Kekurangan metode epidemiologi adalah membutuhkan waktu dan tenaga yang terampil, data penyakit
sulit diperoleh secara pasti dan kemungkinan terdapat penyakit yang termasuk dalam daftar tidak
melapor, memerlukan sistem pencatatan dan pelaporan dan variasi obat terlalu luas

Contoh perhitungan:

a. Menghitung masing-masing obat yang diperlukan perpenyakit: Berdasarkan pedoman penyakit diare
akut, maka sebagai contoh perhitungan sbb:

- Contoh untuk anak:

Satu siklus pengobatan diare diperlukan 15 bungkus oralit @200 ml. Jumlah kasus 18.000 kasus. Jumlah
oralit yang diperlukan adalah:

= 18.000 kasus x 15 bungkus = 270.000 bungkus @200 ml.

- Contoh untuk dewasa:

Satu siklus pengobatan diare diperlukan 6 bungkus oralit @1 liter. Jumlah kasus 10.800 kasus. Jumlah
oralit yang diperlukan adalah:

= 10.800 kasus x 6 bungkus = 64.800 bungkus @1000ml/1 liter

b. Selain perhitungan diatas, kebutuhan obat yang akan datang harus memperhitungkan: perkiraan
peningkatan kunjungan, lead time dan stok pengaman . Kombinasi metode konsumsi dan metode
morbiditas disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Acuan yang digunakan yaitu:


1) DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit (Standard Treatment Guidelines/STG),
dan kebijakan setempat yang berlaku.

2) Data catatan medik/rekam medik

3) Anggaran yang tersedia

4) Penetapan prioritas

5) Pola penyakit

6) Sisa persediaan

7) Data penggunaan periode yang lalu

8) Rencana pengembangan

Perbandingan metode konsumsi dan metode morbiditas:

2.3 Tahapan Pengelolaan Obat

Kegiatan Pengelolaan Persediaan Obat-obatan

Pengelolaan persediaanobat-obatan habis pakai harus dilaksanakan secara terstruktur serta


menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Pengelolaan
persediaan obat-obatan di apotek meliputi beberapa tahapan diantaranya perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan, dan pelaporan

1. Perencanaan
Perencanaan persediaan obat-obatan di apotek berfungsi untuk memprediksi kebutuhan persediaan
obat untuk jangka waktu tertentu. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.
1121/Menkes/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
untuk Pelayanan Kesehatan Dasar, proses perencanaan persediaan obat meliputi:

Tahap pemilihan obat

Obat dipilih berdasarkan jenis dan memperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, pola budaya, serta
pola kemampuan masyarakat.

Tahap kompilasi pemakaian obat

Kompilasi pemakaian obat adalah rekapitulasi data pemakaian obat di unit pelayanan kesehatan yang
bersumber dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).

Tahap perhitungan kebutuhan obat

Perhitungan kebutuhan obat dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi dengan melakukan
analisis trend pemakaian obat tiga tahun sebelumnya atau lebih, serta menggunakan metode morbiditas
yakni perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.

Tahap proyeksi kebutuhan

Perhitungan kebutuhan obat yang dilakukan secara komprehensif dengan mempertimbangkan data
pemakaian obat dan jumlah sisa stok pada periode yang masih berjalan.

2. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui.
Pengadaan obat-obatan di apotek biasanya dilakukan melalui pembelian/pemesanan yang dilakukan
melalui jalur resmi sesuai dengan peraturan perundang-undangan medis.

3. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk memastikan kesesuaian kedatangan barang dengan surat
pesanan di antaranya kesesuaian jenis obat maupun jumlah yang dipesan. Penerimaan merupakan
kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang
tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.

4. Penyimpanan

Tata cara dan pengelolaan penyimpanan obat secara tepat penting untuk dilakukan karena obat
merupakan salah satu faktor terpenting dalam pelayanan kesehatan. Penyimpanan obat-obatan harus
memperhatikan beberapa hal berikut seperti:
Obat disimpan dalam wadah asli dari pabrik (jika obat dipindahkan ke wadah lain, harus dicegah agar
tidak terkontaminasi dan ditulis informasi yang jelas), wadah obat juga harus memuat nomor batch dan
tanggal kedaluwarsa.

Semua obat-obatan harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan
stabilitasnya.

Sistem penyimpanan dapat dilakukan dengan memperhatikan kelas terapi obat, bentuk sediaan (liquid,
semisolid, dan solid), stabilitas obat (dipengaruhi oleh suhu, cahaya, dan kelembaban), serta disusun
berdasarkan abjad.

Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First in First Out). FEFO yaitu
obat yang sudah mendekati tanggal kedaluwarsa akan dikeluarkan terlebih dahulu, sedangkan FIFO
artinya obat yang datang lebih dulu, akan dikeluarkan pertama.

Obat Narkotika dan Psikotropika harus disimpan di lemari khusus dua pintu dengan ukuran 40×80×100
cm dilengkapi kunci ganda.

Obat Narkotika dan Psikotropika harus disimpan di lemari khusus yang dibuat seluruhnya dari kayu atau
bahan lain yang kuat, tidak mudah dipindahkan dengan ukuran 40x80x100 cm dilengkapi kunci ganda.
Lemari khusus ini diletakkan di tempat yang aman serta tidak terlihat oleh umum dan kunci lemari
dikuasai oleh apoteker penanggung/apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.

5. Pemusnahan

Obat yang kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.
Pemusnahan juga dapat dilakukan terhadap resep obat yang telah disimpan melebihi jangka waktu lima
tahun.

6. Pengendalian

Pengendalian stok obat-obatan dilakukan menggunakan kartu stok yang memuat nama obat, tanggal
kedaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran, dan sisa persediaan. Pengendalian ini bertujuan
untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai pelayanan agar tidak terjadi kelebihan dan
kekosongan stok.

7. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dilakukan untuk mengetahui data obat yang masuk dan keluar dalam periode waktu
tertentu, sedangkan pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi yang
disajikan kepada pihak yang berkepentingan.

Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan
Perawat merupakan tenaga perawatan kesehatan yang paling tepat untuk memberikan obat dan
meluangkan sebagian besar bersama klien.Hal ini membuat perawat berada pada posisi yang ideal untuk
memantau respon klien terhadap pengobatan,memberikan pendidikan untuk klien dan keluarga tentang
pengobatan dan menginformasikan dokter kapan obat efektif,tidak efektif,atau tidak lagi dibutuhkan.Pern
perawat bukan sekedar memberikan obat kepada klien.Perawat harus menentukan apakah seorang klien
harus menerima obat pada waktunya dan mengkaji kemampuan klien untuk menggunakan obat secara
mandiri.Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengintegrasi terapi obat ke dalam perawatan.

3.2 Saran
1. Sebagai perawat harus teliti dalam memberikan obat kepada klien/pasien
2. Ikutilah tata cara pemberian obat secara benar berdasarkan ilmu keperawatan yang kita dapatkan
3. Sebagai perawat,kita tidak boleh menutupi kesalahan dalam pemberian obat
4. Sebagai perawat dalam pengelolaan obat harus dengan teliti dan tepat
5. Sebagai perawat,kita tidak boleh memaksakan pasien untuk meminum obat,kita harus membela dan
menghormati kepentingan pasien.

Daftar Pustaka

https://galihendradita.files.wordpress.com/2015/03/pedoman-pengelolaan-perbekalan-farmasi-
2010.pdf

https://www.academia.edu/6871116/pengelolaan_obat

http://4higea.blogspot.com/2011/02/pengelolaan-obat.html?m=1
https://supplychainindonesia.com/pengelolaan-persediaan-obat-di-apotek/#:~:text=Pengelolaan
%20persediaan%20obat%2Dobatan%20di,http%3A%2F%2Faespesoft.com)

Anda mungkin juga menyukai