Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN GERONTIK

TENTANG KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Dosen Pembimbing :
Ns.Dian Eka Putri, M.kep

Disusun Oleh :

Fitri hayati (1701011011)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
TAHUN AJARAN 2020/2021

DAFTAR ISI

Daftar isi
Kata pengantar
BAB I Pendahuluan

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II pembahasan
A. Pengertian keperawatan gerontik
B. Ttujuan dari keperawatan gerontik
C. Fungsi dari perawat gerontik
D. Peran dari perawat gerontik
E. Apa fokusan dari perawat gerontik
F. Trend dan issue dalam keperawatan gerontik
G. Mitos-mitos yang ada didalam keperawatan gerontik
H. Pendekatan yang dapat digunakan
I. Model konseptual gerontik menurut para ahli
BAB III Penutup
A. KESIMPULAN
B. SARAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang
telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu dan proses alami yang disertai dengan adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial serta saling berinteraksi satu sama
lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga
tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations),
ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami
bersamaan dengan proses kemunduran.
 Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pelayanan lansia, yaitu pelayanan
konsultasi, pelayanan mediasi, dan pelayanan advokasi. Pelayanan ini tidak lain untuk
meningkatkan taraf  kesejahteraan lansia, mewuujudkan kemandirian usaha  sosial
ekonomi lansia.   
 Mengingat proyeksi penduduk lansia pada tahun 2020 akan meningkat menjadi
11,37 % penduduk Indonesia, maka keperawatan gerontik memiliki potensi kerja yang
cukup besar di masa mendatang. Perawat perlu membudayakan kegiatan penelitian dan
pemanfaatan hasil-hasilnya dalam praktik klinik keperawatan untuk mempersiapkan
pelayanan yang prima. Praktik yang bersifat evidence-based harus dibuat sebagai bagian
integral dari kebijakan organisatoris pelayanan kesehatan pada semua tingkatan agar
langkah-langkah tersebut dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja pelayanan
kesehatan tersebut. Budaya ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas
publik, justifikasi tindakan keperawatan, dan bahan pengambilan keputusan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keperawatan gerontik?
2. Apa tujuan dari keperawatan gerontik?
3. Apa fungsi dari perawat gerontik?
4. Apa peran dari perawat gerontik?
5. Apa fokusan dari perawat gerontik?
6. Apa saja trend dan issue dalam keperawatan gerontik?
7. Apa mitos-mitos yang ada didalam keperawatan gerontik?
8. Apa saja pendekatan yang dapat digunakan?
9. Apa saja model konseptual gerontik menurut para ahli?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi gerontik
2. Untuk mengetahui tujuan dari keperawatan gerontik
3. Untuk mengetahui fungsi dari perawat gerontik
4. Untuk mengetahui peran dari perawat gerontik
5. Untuk mengetahui fokusan daro perawat gerontik
6. Untuk kengetahui trend dan issue yang sedanf berkembang di dalam keperawatan
gerontik
7. Untuk mengetahui mitos-mitos yang sedang berkembang didalam keperawatan
kegontik
8. Untuk mengetahui pendekatan apa saja yang di terapkan dalam keperawatan gerontik
9. Untuk mengetahui model konseptual dalam keperawatan gerontik menurut para ahli

D. Manfaat
1. Pembaca dapat mengetahui informasi tentang keperawatan gerontik
2. Perawat dapat mengetahui cara atau langkah yang dapat dilakukan dalam memberikan
asuhan keperawatan bagi lansia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keperawatan Gerontik


Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama untuk pertama
kalinya sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al, 2005). Namun, pada tahun 1976,
nama tersebut diganti dengan gerontological. Gerontologi berasal dari kata geros yang
berarti lanjut usia dan logos berarti ilmu. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang lanjut usia dengan masalah-masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek
biologis, sosiologis, psikologis, dan ekonomi. Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah
(scientific approach) terhadap berbagai aspek dalam proses penuaan
(Tamher&Noorkasiani, 2009). Menurut Miller (2004), gerontologi merupakan cabang
ilmu yg mempelajari proses manuan dan masalah yg mungkin terjadi pada lansia.
Geriatrik adalah salah satu cabang dari gerontologi dan medis yang mempelajari khusus
aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari segi promotof, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang mencakup kesehatan badan, jiwa, dan sosial, serta penyakit
cacat (Tamher&Noorkasiani, 2009).
Sedangkan keperawatan gerontik adalah istilah yang diciptakan oleh Laurie Gunter
dan Carmen Estes pada tahun 1979 untuk menggambarkan bidang ini. Namun istilah
keperawatan gerontik sudah jarang ditemukan di literature (Ebersole et al, 2005).
Gerontic nursing berorientasi pada lansia, meliputi seni, merawat, dan menghibur. Istilah
ini belum diterima secara luas, tetapi beberapa orang memandang hal ini lebih spesifik.
Menurut Nugroho (2006), gerontik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
lanjut usia dengan segala permasalahannya, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
Menurut para ahli, istilah yang paling menggambarkan keperawatan pada lansai adalah
gerontological nursing  karena lebih menekankan kepeada kesehatan ketimbang
penyakit. Menurut Kozier (1987), keperawatan gerontik adalah praktek perawatan yang
berkaitan dengan penyakit pada proses menua. Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan
gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus
pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta
evaluasi.
B. Tujuan Keperawatan Gerontik
Adapun tujuan dari gerontologi adalah (Maryam, 2008):
1. Membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada dirinya berkaitan
dengan proses penuaan
2. Mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia baik
jasmani, rohani, maupun social secara optimal
3. Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
lanjut usia
4. Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari
5. Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
6. Mempercepat pemulihan atau penyembuhan penyakit
7. Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan keberadaannya dalam
masyarakat
Tujuan dari geriatrik menurut Maryam (2008) adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia pada taraf yang setinggi-tingginya
sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan akticitas fisik dan mental
3. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosis
yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan tertentu
4. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita suatu
penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal
tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)
5. Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka sudah sampai
pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberi bantuan yang
simpatik dan perawatan dengan penuh pengertian (dalam akhir hidupnya, memberi
bantuan moral dan perhatian yang maksimal sehingga kematiannya berlangsung
dengan tenang).
Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia,
mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian dengan
tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik (Maryam, 2008).
C. Fungsi Perawat Gerontik
Perawat memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan prima dalam bidang
gerontik. Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat gerontologi adalah :
1. Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang pada
segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat)
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak
orang yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama)
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong
kualitas pelayanan)
5. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta menguragi
resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan
kesehatan)
7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk pertumbuhan
selanjutnya)
8. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan)
9. Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat, dukungan, dan
harapan)
10. Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan, mendukung,
menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
11. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan restorative
dan rehabilitative)
12. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan)
13. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic maner
(mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan individu dan
perawatan secara menyeluruh)
14. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (membangun
masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya)
16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each other
(saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan spiritual)
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern
(mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja)
18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan
kenyamanan dalam menghadapi proses kematian)
19. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal)

D. Peran Perawat Gerontik


Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam,
yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu pada berbagai
setting, seperti rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas, dengan menyediakan
perawatan kepada individu dan keluarganya (Hess, Touhy, & Jett, 2005). Perawat
bekerja di berbagai macam bentuk pelayanan dan bekerja sama dengan para ahli dalam
perawatan klien mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Peran secara spesialis terbagi
menjadi dua macam yaitu perawat gerontik spesialis klinis/gerontological clinical nurse
specialist (CNS) dan perawat gerontik pelaksana/geriatric nurse practitioner (GNP).
Peran CNS yaitu perawat klinis secara langsung, pendidik, manajer perawat, advokat,
manajemen kasus, dan peneliti dalam perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas
perawatan bagi klien lansia dan keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan
jangka panjang, outreach programs, dan independent consultant. Sedangkan peran GNP
yaitu memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi untuk
promosi kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status kesehatan klien;
manajemen kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang,
dan independent practice. Hal ini sedikit berbeda dengan peran perawat gerontik
spesialis klinis. Perawat gerontik spesialis klinis memiliki peran, diantaranya:
a) Provider of care
Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di rumah sakit
dengan kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas perawatan jangka panjang.
Lansia biasanya memiliki gejala yang tidak lazim yang membuat rumit diagnose dan
perawatannya. Maka perawat klinis perlu memahami tentang proses penyakit dan
sindrom yang biasanya muncul di usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan
gejala, terapi medikasi, rehabilitasi, dan perawatan di akhir hidup.
b) Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau
baccalaureate level. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan klien
dengan metode evidence based practice. Penelitian dilakukan dengan mengikuti
literature terbaru, membacanya, dan mempraktekkan penelitian yang dapat dipercaya
dan valid. Sedangkan perawat yang berada pada level undergraduate degrees dapat
ikut serta dalam penelitian seperti membantu melakukan pengumpulan data.
c) Manajer Perawat
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan, manajemen
waktu, membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi perubahan. Sebagai
konsultan dan sebagai role model bagi staf perawat dan memiliki jiwa
kepemimpinan dalam mengembangkan dan melaksanakan program perawatan
khusus dan protokol untuk orang tua di rumah sakit. Perawat gerontik berfokus pada
peningkatan kualitas perawatan dan kualitas hidup yang mendorong perawat
menerapkan perubahan inovatif dalam pemberian asuhan keperawatan di panti
jompo dan setting perawatan jangka panjang lainnya.
d) Advokat
Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang sering terjadi di
masyarakat. Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan tidak adil berdasarkan umur
seseorang. Seringkali para lansia mendapat perlakuan yang tidak adil atau tidak
adanya kesetaraan terhadap berbagai layanan masyarakat termasuk pada layanan
kesehatan. Namun, perawat gerontology harus ingat bahwa menjadi advokat tidak
berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi member kekuatan mereka untuk tetap
mandiri dan menjaga martabat, meskipun di dalam situasi yang sulit.
e) Edukator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama sehubungan
dengan modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi konsekuensi dari gejala
atipikal yang menyertai usia tua. Perawat harus mengajari para lansia tentang
pentingnya pemeliharaan berat badan, keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik
seperti latihan dan manajemen stres untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan
dan kebahagiaan. Perawat juga harus mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk
mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes, alzheimer,
dementia, bahkan kanker.
f) Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan
optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga berperan
sebagai inovator  yakni dengan mengembangkan strategi untuk mempromosikan
keperawatan gerontik serta melakukan riset/ penelitian untuk mengembangkan
praktik keperawatan gerontik.

g) Manajer kasus
Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi
penurunan fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Umumnya,
manajemen kasus disediakan bagi klien yang mendapatkan berbagai perawatan yang
berbeda.

E. Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


Keperawatan lanjut usia berfokus pada :
a.       Peningkatan kesehatan (helth promotion)
b.      Pencegahan penyakit (preventif)
c.       Mengoptimalkan fungsi mental
d.      Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

F. Trend dan Issue Perawat gerontik

1. Fenomena Lansia

 Fenomena Demografi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif
terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu :
 AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun
 AHH di Indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun
 Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the Erderly:
Di Indonesia akan diperkirakan beranjak dari peringkat ke sepuluh pada
tahun 1980 ke peringkat enam pada tahun 2020, di atas Brazil yang
menduduki peringkat ke sebelas tahun 1980.
 Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10
juta jiwa/ 5.5% dari total populasi penduduk.
 Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3x,menjadi kurang lebih 29 juta
jiwa/11,4% dari total populasi penduduk (lembaga Demografi FE-UI-1993).
Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil yang mengejutkan yaitu:
 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri.
 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.
 53% lansia masih menanggung bebean kehidupan keluarga.
 Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.
2. Fenomena Permasalahan Pada Lansia

 Permasalahan Umum

 Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.


 Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati.
 Lahirnya kelompok masyarakat industry.
 Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut
usia.
 Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan
lansia.

 Permasalahan Khusus

 Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik


fisik,mental maupun sosial.
 Berkurangnya integrasi sosial usila.
 Rendahnya produktifitas kerja lansia.
 Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.
 Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistic.
 Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia.
 Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia

 Penurunan fisik
 Perubahan mental
 Perubahan-perubahan Psikososial

3. Karakteristik Penyakit pada Lansia:

 Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.


 Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
 Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
 Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
 Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
 Sering terjadi penyakit iatrogenik.

Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota (Padang,Bandung,Denpasar


dan Makassar) sbb:

 Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%),daya ingat


(69,39%),seksual (58,04%),kelenturan(53,23%),gigi dan mulut (51,12%).
 Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi
(69,39%),sakit kepala (51,15%),daya ingat menurun (38,51%),selera makan
menurun (30,08%),mual/perut perih (26,66%),sulit tidur (24,88%),dan
sesak nafas (21,28%).
 Penyakit kronis : rematik (33,14%),darah tinggi (20,66%),gastritis
(11,34%),dan jantung (6,45%).
G. Mitos Pada Lansia
1. Mitos kedamaian dan ketenangan
Kenyataan :
a. Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan
karena penyakit
b. Depresi
c. Kekhawatiran
d. Paranoid
e. Masalah psikotik
2. Mitos konservatisme dan kemunduran
a. Konservatif
b. Tidak kreatif
c. Menolak inovasi
d. Berorientasi ke masa silam
e. Merindukan masa lalu
f. Kembali ke masa kanak-kanak
g. Susah berubah
h. Keras kepala
i. Cerewet
3. Mitos berpenyakitan
Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai
penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses manua.
4. Mitos semilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak.
5. Mitos tidak jatuh cinta
Lansia tidak lagi jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis tidak ada atau sudah
berkurang
6. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, hubungan seksual itu menurun, minat, dorongan,
gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang
7. Mitos ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif
H. Pendekatan pada Lansia
1. Pendekatan fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik melalui
perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadianyang dialami klien lanjut usia
semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih
bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakitnya yang dapat dicegah atau
progresivitasnya. Perawatan fisik umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua
bagian, yaitu:
a. Klien lanjut usia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari ia
masih mampu melakukannya sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. Perawat  harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut
usia ini, terutama tentang hal yang terhubung dengan kebersihan perseorangan
untuk mempertahankan kesehatannya.
2. Pendekatan psikis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif
pada klien lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung dan interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat yang
akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi
kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bdentuk
keluhan agar lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip triple
S yaitu sabar, simpatik dan service.
Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap. Perawat ahrus mendukung
mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang
dilaluinya tidak menambah beban. Bila perlu, usahakan agar mereka merasa puas
dan bahagia di masa lanjut usianya.
3. Pendekatan social
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya perawat
dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul
bersama sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi,
pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa orang yang
dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial, baik antara lanjut usia
maupun lanjut usia dengan perawat.
Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lanjut usia untuk
mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi. Lansia prlu dirangsang untuk
membaca surat kabar dan majalah.
Dengan demikian, perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi, baik
dengan sesama mereka maupun petugas yang secara lansung berkaitan dengan
pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, termasuk asuhan keperawatan lansia
dipanti sosial tresna wherda.

I. Tempat Pemberian Pelayanan Bagi Lansia


1. Pelayanan social di keluarga sendiri
Home care service merupakan bentuk pelayanan sosial bagi lanjut usia
yangdlakukan di rumah sendiri atau dalam lingkungan keluarga lanjut usia. Tujuan
pelayanan yang diberikan adalah membantu keluarga dalam mengatasi dan
memecahkan masalah lansia sekaligus memberikan kesempatan kepada lansia untuk
tetap tinggal di lingkungan keluarganya.
Pelayanan ini dapat diberikan oleh:
a. Perseorangan : perawat, pemberi asuhan
b. Keluarga
c. Kelompok
d. Lembaga / organisasi sosial
e. Dunia usaha dan pemerintah
Jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa bantuan makanan, bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari, bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan,
penyuluhan gizi. Pelayanan diberikan secara kontinu setiap hari, minggu, bulan dan
selama lansia atau keluarganya membutuhkan.
2. Foster Care Service
Pelayanan sosial lansia melalui keluarga pengganti adalah pelayanan sosial yang
diberikan kepada lansia di luar keluarga sendiri dan di luar lembaga. Lansia tinggal
bersama keluarga lain karena keluarganya tidak dapat memberi pelayanan yang
dibutuhkannya atau berada dalm kondisi terlantar.
Tujuan pelayanan ini adalah membantu memenuhi kebutuhan dan mengatasi
masalah yang dihadapi lansia dan keluarganya. Sasaran pelayanannya adalah lansia
terlantar, tidak dapat dilayani oleh keluarganya sendiri.
Jenis-jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa
a. Bantuan makanan, misalnya menyiapkan dan memberi makanan
b. Peningkatan gizi
c. Bantuan aktivitas
d. Bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan
e. Pendampingan rekreasi
f. Olah raga dsb
3. Pusat santunan keluarga (pusaka)
Pelayanan kepada warga lansia ini diberikan di tempat yang tidak jauh
daritempat tinggal lansia. Tujuan pelayanan ini adalah membantu keluarga/lanjut
usia dalam mengatasi permasalahan, memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah
lansia sekaligus member kesempatan kepada lansia untuk tetap tinggal di lingkungan
keluarga.
Sasaran pelayanan adalah lansia yang tinggal/berada dalam lingkungan keluarga
sendiri atau keluarga pengganti. Lansia masih sehat, mandiri tetapi mengalami
keterbatasan ekonomi.
4. Panti social Tresna Wherda
Institusi yang member pelayanan dan perawatan jasmani, rohani, sosial dan
perlindungan untuk memenuhi kebutuhan lansia agar dapat memiliki kehidupan
secara wajar.
Pelayanan yang diberikan dalam bentuk kegiatan, antara lain:
Ø  Kegiatan rutin
a. Pemenuhan makan 3x/hari
b. Senam lansia (senam pernafasan, senam jantung, senam gerak latih otak dsb)
c. Bimbingan rohani/keagamaan sesuai dengan agama
d. Kerajinan tangan (menjahit, menyulam, merenda)
e. Menyalurkan hobi (bermain angklung, menyanyi, karaoke, berkebun)

Ø  Kegiatan waktu luang


a. Bermain (catur, pingpong)
b. Berpantun/baca puisi
c. Menonton film
d. Membaca Koran

J. Model Keperawatan Gerontik Menurut Ahli


1. Model Konseptual Adaptasi Callista Roy
Model adaptasi Roy merupakan salah satu teori keperawatan yang berfokus
pada kemampuan adaptasi klien terhadap stressor yang dihadapinya. Dalam
penerapannya Roy menegaskan bahwa individu  adalah makhluk  biopsikososial
sebagai satu kesatuan  utuh yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan. Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua
yang ada di sekeliling kita dan berpengaruh pada perkembangan manusia. Sehat
adalah suatu keadaan atau proses dalam menjaga integritas diri, respon yang
menyebabkan penurunan integritas tubuh menimbulkan adanya suatu kebutuhan dan
menyebabkan individu berespon terhadap kebutuhan tersebut melalui upaya atau
prilaku tertentu. Menurutnya peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi
terhadap perubahan yang ada.
2. Model Konseptual Human Being Rogers
Marta Rogers (1992) mengungkapkan metaparadigma lansia. Dia menyajikan
lima asumsi tentang manusia. Setiap manusia diasumsikan sebagai kesatuan yang
dengan individualitas. Manusia secara kontinyu mengalami pertukaran energi
dengan lingkungan. Manusia mampu abstraksi, citra, bahasa, pikiran, sensasi, dan
emosi. Manusia diidentifikasi dengan pola dan mewujudkan karakteristik dan
perilaku yang berbeda dari bagian dan yang tidak dapat diprediksi dengan
pengetahuan tentang bagian - bagiannya.
1) Lingkungan terdiri dari semua pola yang ada di luar individu. Keduanya,
individu dan lingkungan dianggap sistem terbuka. Lingkungan merupakan,
tereduksi terpisahkan, energi lapangan pandimensional diidentifikasi dengan
pola dan integral dengan bidang manusia (Rogers, 1992).
2) Perawatan utamanya adalah seni dan ilmu dan humanistik kemanusiaan.
Ditujukan terhadap semua manusia dan berkaitan dengan sifat dan arah
pembangunan manusia. Tujuannya untuk berpartisipasi dalam proses perubahan
sehingga orang dapat mengambil manfaat (Rogers, 1992).
3) Kesehatan tidak secara khusus diatur, Malinski (1986) dikutip dari komunikasi
pribadi dengan Rogers di mana di negara bagian Rogers bahwa ia memandang
kesehatan sebagai sebuah nilai. Komunikasi ini menegaskan kesimpulan
sebelumnya bahwa penyakit, patologi dan kesehatan adalah sebuah nilai.
3. Model Konseptual Keperawatan Neuman
Neuman menyatakan bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh
dan keperawatan adalah sebuah profesi yang unik yang mempertahankan semua
variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap stressor. Melalui penggunaan
model keperawatan dapat membantu individu, keluarga dan kelompok untuk
mencapai dan mempertahankan level maksimum dari total wellness. Keunikan
keperawatan adalah berhubungan dengan integrasi dari semua variabel yang mana
mendapat perhatian dari keperawatan . Neuman (1981) menyatakan bahwa dia
memandang model sebagai sesuatu yang berguna untuk semua profesi kesehatan
dimana mereka dan keperawatan mungkin berbagi bahasa umum dari suatu
pengertian. Neuman juga percaya bahwa keperawatan dengan perspektif yang luas
dapat dan seharusnya mengkoordinasi pelayanan kesehatan untuk pasien supaya
fragmentasi pelayanan dapat dicegah.
4. Model Konseptual Keperawatan Henderson
Fokus keperawatan pada teori Henderson adalah klien yang memiliki
keterikatan hidup secar individual selama daur kehidupan, dari fase ketergantungan
hingga kemandirian sesuai dengan usia, keadaan, dan lingkungan. Perawat
merupakan penolong utama klien dalam melaksanakan aktivitas penting guna
memelihara dan memulihkan kesehatan klien atau mencapai kematian yang damai.
Bantuan ini diberikan oleh perawat karena kurangnya pengetahuan kekeuatan, atau
kemauan klien dalam melaksanakan 14 komponen kebutuhan dasar.
5. Model Konseptual Budaya Leininger
Model konseptual Leininger sering disebut sebagai Trancultural Nursing
Theory atau teori perawatan transkultural.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya
culture shock atau culture imposition. Culture shock terjadi saat pihak luar (perawat)
mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya
tertentu (klien). Klien akan merasakan perasaan tidak nyaman, gelisah dan
disorientasi karena perbedaan nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan. Sedangkan
culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara
diam-diam maupun terang-terangan, memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan
kebiasaan/perilaku yang dimilikinya kepada individu, keluarga, atau kelompok dari
budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi daripada budaya
kelompok lain.
6. Model Konseptual Perilaku Johnson
Teori Dorothy Johnson tentang keperawatan (1968) berfokus pada bagaimana
klien beradaptasi terhadap kondisi sakitnya dan bagaimana stress actual atau
potensial dapat mempengaruhi kemampuan beradaptasi. Tujuan dari keperawatan
adalah menurunkan stress sehingga klien dapat bergerak lebih mudah melewati masa
penyembuhannya (Johnson, 1968). Teori Johnson berfokus pada kebutuhan dasar
yang mengacu pada pengelompokkan perilaku berikut:
1) Perilaku mencari keamanan
2) Perilaku mencari perawatan
3) Menguasai diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar internalisasi
prestasi
4) Mengakomodasi diet dengan cara yang diterima secar sosial dan cultural
5) Mengeluarkan sampah tubuh dengan cara yang diterima secara sosial dan
cultural
6) Perilaku seksual dan identitas peran
7) Perilaku melindungi diri sendiri
Menurut Johnson, perawat mengkaji kebutuhan klien berdasarkan kategori
perilaku diatas, yang disebut subsistem perilaku. Dalam kondisi normal klien
berfungsi secara efektif didalam lingkungannya.Akan tetapi ketika stres
mengganggu adaptasi normal, perilaku klien menjadi tidak dapat diduga dan tidak
jelas.Perawat mengidentikasi ketidakmampuan beradaptasi seperti ini dan
memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah dalam memenuhi
kebutuhan tersebut.
7. Model Konseptual Self Care Orem
Konsep keperawatan Orem mendasari peran perawat dalam memenuhi
kebutuhan klien untuk mencapai kemandirian dan kesehatan yang optimal.
a. Teori Self care deficit
Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima perawatan yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan memiliki berbagai
keterbatasan-keterbatasan dalam mencapai taraf kesehatannya.

b. Teori Self care


Ketika klien tidak mampu melakukan perawatan dirinya sendiri maka deficit
perawatan diri terjadi dan perawat akan membantu klien untuk melakukan tugas
perawatan dirinya
c. Teori nursing system
Perawat menentukan, mendesain, dan menyediakan perawatan yang mengatur
kemampuan individu dan memberikannya secara terapeutik sesuai dengan tiga
tingkatan
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada
lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan,
implementasi serta evaluasi.
Keperawatan gerontik bertujuan memberikan asuhan keperawatan yang efektif
terhadap klien yaitu lanjut usia. Asuhan diberikan agar klien mendapatkan kenyamanan
dalam hidup.
Peran perawat dalam gerontik adalah memberikan asuhan keperawatan dan
membantu klien dalam mengahadapi masalahnya dan membantu memenuhi kebutuhan
yang tidak bias dipenuhi sendiri oleh klien.

B. SARAN
Dalam keperawatan gerontik, seorang perawat hendaklah mengetahui asuhan
keperawatan yang akan diberikan terhadap klien yaitu para lansia sehingga lansia merasa
tercukupi kebutuhannya secara lebih efektif.
Bagi keluarga klien juga hendaklah mengetahui tentang cara-cara asuhan pada
lansia sehingga lansia dapat menjalani masa tuanya dengan lebih baik dan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Konsep Dasar Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 23 Oktober
2012 dari http://ebookbrowse.com/konsep-dasar-keperawatan-gerontik-doc-
d189511678
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi SKM. (1995). Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC
Potter & Perry. (2005). Fundamental of Nursing. Jakarta : EGC
Samsun, Ahmad. (2011). Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2012 dari
http://id.scribd.com/doc/57506594/Makalah-Keperawatan-Gerontik-i
Sri, Nina. (2010). Keperawatan Dasar. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2012 dari
http://cheezabluesecret.multiply.com/journal
https://www.slideshare.net/tumiursormin/keperawatan-gerontik-41834502
http://makalahlistavanny.blogspot.com/2017/08/makalah-gerontik-landasan-teori-askep.html

Anda mungkin juga menyukai