Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Studi Keruangan dan Mitigasi
Bencana
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S
Disusun Oleh:
Fauzia Umami Shidiq
NIM. 2002217
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................4
2.1 Banjir.........................................................................................................4
2.2 Pengendalian Banjir..................................................................................7
2.3 Konsep Umum Manajemen Bencana........................................................8
2.3.1 Manajemen Pra Bencana....................................................................9
2.3.2 Mitigasi............................................................................................11
2.3.3 Kesiapsiagaan...................................................................................12
2.3.4 Manajemen Saat Terjadi Bencana....................................................13
2.3.5 Prosedur tanggap darurat.................................................................13
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................14
3.1 Penyebab Terjadinya Banjir di Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek...14
3.2 Dampak Banjir Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat.............16
3.3 Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek
dalam Menghadapi Bencana Banjir...................................................................20
3.3.1 Tata Guna Lahan..............................................................................20
3.3.2 Mitigasi Bencana..............................................................................21
3.3.3 Kesiapsiagaan Masyarakat...............................................................23
3.3.4 Peran Pendidikan dalam Mitigasi Bencana Banjir...........................24
BAB IV PENUTUP...............................................................................................27
4.1 Kesimpulan..............................................................................................27
4.2 Saran........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan dapat merupakan sumberdaya maupun bahaya (hazards). Kondisi
lingkungan mengalami perubahan baik secara cepat maupun perlahan-lahan, oleh
berbagai faktor penyebab, dan beragam dampaknya. Perubahan pada salah satu
atau lebih dari komponen lingkungan akan mempengaruhi komponen lainnya dari
lingkungan tersebut dengan intensitas yang berbeda. Pertumbuhan penduduk di
suatu daerah, misalnya, akan berpengaruh positip maupun negatip terhadap
komponen lingkungan dari daerah tersebut seperti lahan, air, flora dan fauna, dll.
Pertumbuhan penduduk memerlukan pangan, tempat tinggal, air bersih, dll yang
dapat dipenuhi oleh lingkungan. Perubahan guna lahan akan berpengaruh pada
komponen lain termasuk sumberdaya air, tanah, dll.
Dewasa ini, perubahan guna lahan dilaksanakan secara masif di Indonesia.
Disisi lain hal tersebut memberikan dampak buruk bagi lingkungan karena tidak
mengedepankan ekosistem yang ada. Lingkungan alam menjadi rusak dan tidak
dapat dipungkiri mengakibatkan sebuah bencana yang menyengsarakan
masyarakat. Salah satu bencana tersebut adalah banjir. Menurut data BNPB
(2020) sampai dengan bulan Agustus 2020, banjir menjadi bencana alam paling
mematikan dari awal Januari 2020 hingga Agustus 2020. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lebih dari 100 jiwa meninggal akibat
banjir dan 17 lainnya hilang. Dengan adanya data tersebut maka dapat
diidentifikasikan bahwa bencana banjir masih akan terus berpotensi terjadi dan
menjadi ancaman bagi masyarakat di Indonesia.
Banjir merupakan masalah tahunan dan memberikan pengaruh besar
terhadap kondisi masyarakat baik secara sosial, ekonomi, budaya maupun
lingkungan. Banjir bukan merupakan masalah pribadi yang diteliti berdasarkan
disiplin ilmu, tetapi banjir diakibatkan system lingkungan yang rusak dan mata
rantai fisis lingkungan yang terganggu, sehingga untuk mengatasi masalah banjir
perlu dikaji secara terpadu. Banjir merupakan salah satu bentuk fenomena alam
yang terjadi akibat intensitas curah hujan yang tinggi di mana terjadi kelebihan air
yang tidak tertampung oleh suatu sistem (Suripin, 2004).
1
2
bencana banjir di daerah ini dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Mulai dari
intensitas hujan yang cukup tinggi, adanya pendangkalan sungai, pembuangan
limbah industri yang tidak semestinya, sampai dengan aspek tata guna lahan yang
tidak semestinya. Bencana banjir tersebut sangat merugikan masyarakat karena air
bisa menggenang setinggi sekitar 1-2 meter. Hal tersebut pun menimbulkan
berbagai permasalahan yang mengganggu aktifitas sosial ekonomi masyarakat
yang tinggal di desa tersebut.
Sesuai dengan permasalahan yang diuraikan di atas, maka penulis tertarik
untuk mengkaji mengenai “Pengendalian Bencana Banjir di Desa Linggar,
Kecamatan Rancaekek” untuk meminimalisir potensi bencana banjir yang terus
menerus terjadi setiap tahunnya. Hal tersebut pun didorong oleh kekhawatiran
mengenai kelestarian alam yang mulai rusak dan sangat mempengaruhi seluruh
lini kehidupan masyarakat.
4
musim hujan, curah hujan yang tinggi berakibat banjir di sungai dan bila
melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau genangan.
5
6
b. Pengaruh fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan
kemiringan daerah pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai,
geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman,
potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dan lain-lain
merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir.
c. Erosi dan Sedimentasi
Erosi di DPS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas
penampang sungai. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas
saluran sehingga timbul genangan dan banjir di sungai.
d. Kapasitas sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan
oleh pengendapan berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yang
berlebihan. Sedimentasi sungai terjadi karena tidak adanya vegetasi
penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat. Sedimentasi
menyebabkan terjadinya agradasi dan pendangkalan pada sungai, hal ini
dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas tampungan sungai. Efek
langsung dari fenomena ini menyebabkan meluapnya air dari alur sungai
keluar dan menyebabkan banjir.
e. Kapasitas drainasi yang tidak memadai
Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainasi daerah
genanga yang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi
langganan banjir di musim hujan.
f. Pengaruh air pasang
Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu
banjir bersamaan denganair pasang yang tinggi maka tinggi genangan
atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater).
2. Penyebab banjir akibat aktifitas manusia
Yang termasuk sebab-sebab banjir karena tindakan manusia adalah :
7
Pengendalian Banjir
Pengelolaan DAS
Pengaturan Tata Guna
Perbaikan Bangunan Lahan
dan Pengendali Pengendalian erosi
Pengembangan daerah
Pengaturan Banjir banjir
Sistem Pengaturan daerah banjir
Bendungan (dam) Penanganan kondisi
sungai Kolam Retensi darurat
Pembuatan check dam Peramalan banjir
Sistem jaringan sungai
(penangkap sedimen) Peringatan bahaya banjir
Normalisasi sungai
Bangunan pengurang Asuransi
Perlindungan tanggul
Kemiringan sungai Law Enforcement
Tanggul banjir
Ground sill
Sudetan (By Pass)
Pembuatan Polder
Flood way
9
2.3.2 Mitigasi
Umunya bencana terjadi memiliki akibat terhadap penderitaan bagi
masyarakat, baik berupa korban jiwa manusia itu sendiri maupun kerugian
harta benda dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Untuk
mengantisipasi hal demikian, konsep mitigasi berupaya menjelaskan upaya
yang dilakukan terhadap meminimalisir dampak negative yang ditimbulkan.
Secara legalitas atau berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun
2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, mitigasi
didefiniskan sebagai serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancamana bencana.
Selain itu, mitigasi (mitigation) adalah upaya-upaya atau usaha-usaha yang
dilakukan secara sadar untuk mengurangi dampak bencana, baik pengurangan
dampak secara fisik structural dan non fisik-struktural. Pengurangan secara fisik
structural adalah dapat berupa pembuatan bangunan-bangunan fisik yang
mampu meminimalkan dampak bencana. sedangkan non fisik-struktural adalah
dapat berupa penekanan dampak negatif bencana melalui perundang-undangan
dan pelatihan-pelatihan terkait dengan kebencanaan atau dapat berupa edukasi,
pemberian sangsi dan reward, penyuluhan dan penyediaan informasi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2008 menjeaskan bahwa
kegiatan mitigasi bencana harus dilakukan melalui cara-cara seperti; perencanaan
dan pelaksanaan penataan ruang yang berdasarkan pada analisis risiko bencana;
pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, dan tata bangunan dengan
penerapan aturan standar teknis bangunan yang ditetapkan oleh BNPB/BPBD;
penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, baik secara
konvensional maupun modern yang terstandarisasi oleh BNPB/BPBD
13
2.3.3 Kesiapsiagaan
Menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, kesiapsiagaan didefiniskan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna. Lebih lanjut, Undang-undang No. 24 Tahun
2007 tentang Pennggulangan Bencana menjelaskan bahwa kesiapsiagaan
tersebut haruslah dilakukan melalui; penyusunan dan uji coba rencana
penanggulangan kedaruratan bencaca; pengorganisasian, pemasangan, dan
pengujian system peringatan dini; penyediaan dan penyiapan barang pasokan
pemenuhan kebutuhan dasar (basic need); pengorganisasian, penyuluhan,
pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat; penyiapan lokus
evakuasi; penyusunan data yang akurat, informative, dan pemutakhiran
prosedur tetap tanggap darurat bencana; dan penyediaan dan penyiapan bahan,
barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan persamaan dan sarana.
Kesiapsiagaan yang dimaksudkannya adalah kesiapsiagaan sebagai suatu
kondisi yang hendak diacapai. Ia juga menjelaskan secara tegas bahwa
kesiapsiagaan atau kondisi (kesiapsiagaan masyarakat) secara deskripsi dapat
diukur seperti berikut:
a. Kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia (SDM) kunci yang
berperan dalam kesiapsiagaan tersebut (baik secra individu maupun
kelembagaan);
b. Sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang kesiapsiagaan tersebut;
c. Upaya untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan orang yang
terlibat;
d. Legitimasi SDM kunci yang berperan dalam kesiapsiagaan baik di
lembaga pemerintah dan non pemerintah maupun di lingkungan
masyarakat; dan
e. Jejaring sosial yang dimiliki.
14
16
penyempitan sungai untuk keperluan pembangunan pabrik dan perumahan-
perumahan yang meluas
17
18
termasuk kedalam rusak berat. Biasanya ketika aliran banjir sangar deras,
dapat merobohkan rumah dan bahkan menyapu habis isi rumah warga.
Tetapi, sesuai dengan fakta dilapangan yang penulis kaji, kerusakan rumah
yang diderita masyarakat Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek hanya
mengalami rusak sedang. Hal itu dilatarbelakangi oleh keadaan fisik rumah
warga yang sudah dinaikkan lantainya, dan membangun rumah dengan 2
lantai.
Kondisi ekonomi penduduk adalah keadaan yang menggambarkan
kehidupan manusia yang mempunyai nilai ekonomi. Kondisi ekonomi dikaji
melalui tiga variabel yaitu mata pencaharian, pendapatan dan kepemilikan barang
berharga (Imas Karunia, 2012).
a. Mata pencaharian
Mata pencaharian adalah aktivitas melakukan pekerjaan dengan
maksud memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu
jam dalam satu minggu, dilakukan secara berturut-turut dan tidak terputus
termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam usaha atau
kegiatan ekonomi (Imas Karunia, 2012).
Mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa linggar, Kecamatan
Rancaekek adalah buruh pabrik dan petani. Dampak yang dirasakan dari setiap
mata pencaharian dari adanya bencana banjir yaitu terhambatnya mobilisasi
menuju tempat kerja, untuk buruh pabrik yang bekerja pada perusahaan sekitar
pun mengalami hal yang sama karena selain harus menerjang genangan banjir,
arus lalu lintas daerah setempat pun menjadi macet. Hal serupa dan bahkan
lebih buruk adalah menimpa para petani, karena sawah-sawah yang mereka
garap tergenang air banjir dan mengakibatkan gagal panen.
b. Pendapatan
Pendapatan merupakan penghasilan yang diterima baik dari sektor
formal maupun sektor nonformal dan penghasilan subsisten yang terhitung
dalam jangka waktu tertentu yang diterima oleh anggota masyarakat maupun
pemerintah pada jangka waktu tertentu baik berupa uang maupun barang.
Terjadinya bencana banjir di Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek
dapat melumpuhkan semua pendapatan masyarakat. Hal tersebut karena
23
Dapat ditinjau dari peta lokasi Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek di atas
bahwa tata ruang Desa Linggar ini merupakan salah satu lingkungan padat
penduduk dan pula merupakan wilayah yang dekat dengan Kawasan Industri
terbesar di Kabupaten Bandung Timur. Tata guna lahan dalam wilayah cakupan
Desa Linggar pun banyak yang tidak sesuai semestinya, dapat dilihat dari peta
lokasi atas bahwa lahan-lahan hijau yang harusnya diperuntukan untuk lahan
resapan air dijadikan bangunan pabrik dan perumahan-perumahan yang semakin
banyak didirikan. Dengan adanya fakta lokasi di atas bahwa kawasan industri
yang sangat padat berada dilingkungan Kabupaten Sumedang dan Desa Linggar,
Kecamatan Rancaekek, maka aliran sungai Cimande dan Sungai Cikijing
menyempit dan terjadi pendangkalan. Jika dilihat lebih jelas, daerah hulu sungai
Cimande yang berada di Kabupaten Sumedang maka dari Jalan Nasional
Bandung-Garut pun terlihat bahwa pembangunan perumahan-perumahan sangat
masif dilakukan. Hal tersebut mempengaruhi kelestarian alam yang mana dapat
mengurangi lokasi resapan air dan hutan-hutan yang menjadi sarana untuk
penahan air hujan langsung turun ketanah.
daerah rawan bencana sebagai bukti tanggung jawab korporasi dan yang
sangat penting peran pemerintah terkait sehingga penanggulangan bencana
banjir lebih efektif. Lebih dari itu upaya penanggulangan banjir harus
dilakukan secara komprehensif, tidak hanya di bagian hilir saja tetapi
konservasi di bagian hulu dari Sungai Cimande dan Sungai Cikijing sehingga
kerusakan daerah aliran sungai bisa diperbaiki yang pada akhirnya ancaman
bencana banjir bisa ditekan.
30
Disisi lain, dengan adanya dampak dari terjadinya bencana banjir tersebut,
masyarakat setempat dan pemerintah terus mengoptimalkan untuk dapat
meningkatkan mitigasi bencana dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
banjir. Salah satu mitigasi bencana yang sedang dilakukan adalah normalisasi
Sungai Cimande yang dilakukan dengan memperlebar sungai dari 4 meter
menjadi 24 meter sepanjang 6,7 km. Selain itu dilakukan pengerukan sedimen
sehingga kapasitasnya bertambah. Hal tersebut dilakukan karena Sungai Cimande
menyempit akibat sedimentasi dari erosi di bagian hulu dan alih fungsi lahan
menjadi kawasan permukiman, mengadakan konsiliasi dengan perusahaan-
perusahaan mengenai Corporate Social Responsibility (CSR), mengoptimalkan
masyarakat untuk tidak mendirikan bangunan atau rumah di bantaran sungai dan
memberikan edukasi mengenai penrtingnya membuang sampah pada
tempatnya.Dalam aspek kesiapsiagaan masyarakat di Desa Linggar, Kecamatan
Rancaekek termasuk dalam kategori siap dalam menghadapi bencana banjir. Hal
itu karena adanya pos-pos pemantauan dan siaga bencana, pengadaan perahu kayu
dan perahu karet yang berpusat di Kantor Desa Linggar, pelatihan-pelatihan
kebencanaan, sosialisasi bencana dan penyuluhan bencana, menjadikan
masyarakat lebih terarah ketika terjadi bencana, kesiapan masyarakat dengan
menyiapkan tanggul-tanggul di depan rumah, dan adanya poster-poster peduli
lingkungan yang mengingatkan masyarakat akan pentingnya pelestarian
lingkungan.
Maka masyarakat dan pemerintah pun harus bekerja sama dengan baik untuk
dapat menanggulangi dan mengurangi potensi bencana banjir yang terjadi di Desa
Linggar, Kecamatan Rancaekek yang dapat mempengaruhi segala aspek
kehidupan masyarakat.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran
yang diuraikan sebagai berikut:
1. Masyarakat Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek harus mampu mengenali
dan memahami kondisi alam sekitar agar kelangsungan ekosistem tetap terjaga
dan selalu menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah ke sungai
untuk mencegah terjadinya bencana banjir.
31
2. Pihak perusahan-perusahaan Kabupaten Sumedang dan masyarakat Desa
Linggar, Kecamatan Rancaekek harus bekerja sama untuk mengedepankan
konservasi alam khususnya mengenai daerah aliran Sungai Cimande dan
Sungai Cikijing untuk mengurangi potensi bencana banjir dan tidak saling
menyalahkan satu sama lain.
3. Pemerintah harus mengadakan pengawasan secara ketat terhadap perusahaan-
perusahaan yang mengabaikan pelestarian lingkungan dan pembangunan
perumahan-perumahan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi alam.
32
DAFTAR PUSTAKA
Arif Rohman. (2001).Kebijakan Pendidikan dalam Mitigasi Bencana. Ejournal
UNY. Diakses online dari: https://journal.uny.ac.id/
BNPB. (2020). Banjir Menjadi Bencana Alam Paling Mematikan. Diakses online
dari: https://bpbd.go.id/Banjir-menjadi-bencana-mematikan
BPBD Jawa Barat. (2020). Banjir Rendam 9.285 Rumah di Kabupaten Bandung.
Diakses Online dari: https://bpbd.go.id/berita/banjir-rendam-9-285-rumah-di-
kabupaten-bandung
Gilarso, T.(1994). Pengantar Ekonomi Mikro.Jilid 1. Yogyakarta:
Kanisius.
Grigg, Neil. (1996). Water Resources management: Principles, Rgulations, and
Cases. McGraw-Hill.
Google Maps. (2020). Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek. Diakses Online dari:
https://www.google.com/maps/place/Linggar,+Kec.+Rancaekek,+Bandung,
+Jawa+Barat/6.971992,107.775581,5462m/data
Hermon, Dedi. 2015. Geogrfai Bencana Alam. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Imas, Kurnia. (2012). Dampak Bencana Banjir Lahar Dingin Terhadap Kondisi
Sosial Ekonomi Penduduk di Desa Jumoyo Kecamatan Salam Kabupaten
Magelang Tahun 2010-2011. Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Yogyakarta.
Kementerian Dalam Negeri Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa Jumlah
Penduduk dan Kepala Keluarga. (2020). Jumlah Penduduk Desa Linggar.
Diakses Online dari:
http://prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/gjpenduduk_detil/
Kodoatie, R.J. dan Sugiyanto, 2002. Banjir, Beberapa Penyebab dan Metode
Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
PPK Kemenkes RI, 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Akibat
Bencana (mengacu pada standar Internasional). Technical Guidelines For
Health Crisis. Panduan Bagi Petugas Kesehatan yang Bekerja dalam
33
Penanganan Krisis Kesehatan akibat Bencana di Indonesia, Jakarta.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana
Perka BNPB Nomor 14 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pembentukan Pos
Komando Tanggap Darurat Bencana
Rahayu. Dkk. (2009). Banjir dan Upaya Penanggulangannya. Bandung : Pusat
Mitigasi Bencana (PMB-ITB)
Suripin. (2004). Sistem Drainase Yang Berkelanjutan. Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta
Undang-Undang nomer 24 Tahun 2007 tentang Penggolongan bencana
34