Anda di halaman 1dari 3

Dari bagan alur penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK,ada 3 cara yang dilakukan

dalam menindaklanjuti penyelesaian sengketa konsumen yaitu :

 Pertama, Konsiliasi : dimana bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan, supaya


kedua belah pihak dapat melewati perselisihan tersebut. Karena proses konsiliasi
memperbolehkan kedua belah pihak yang berselisih untuk membicarakan masalah
mereka, maka ini memungkinkan bagi salah satu pihak untuk mendapatkan pengertian
yang lebih baik atas pihak yang lain. Ini dapat membantu menghilangkan salah
pengertian yang dikarenakan prasangka atau informasi yang tidak benar
untuk mencapai perubahan sikap yang nyata. Semua informasi yang didapatkan
dalam proses konsiliasi akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan dibuat sebagai
bagiandari proses peradilan.Pertemuan konsiliasi adalah pertemuan suka rela. Jika
pihak yang bersangkutan mencapai perdamaian, maka perjanjian perdamaian yang
ditandatangani oleh pihak yang bersangkutan merupakan kontrak yang mengikat
secara hukum. Perdamaian dalam pertemuan konsiliasi dapat berupa permintaan
maaf, perubahan kebijaksanaan dan kebiasaan, memeriksa kembali prosedur
kerja,memperkerjakan kembali, ganti rugi uang, dsb. 

 Kedua, Mediasi adalah proses negosiasi penyelesaian masalah (sengketa) dimana ada
suatu pihak luar (penengah), tidak memihak alias netral, tidak bekerja dengan para
pihak yang bersengketa, membantu mereka (yang bersengketa) mencapai suatu
kesepakatan hasil negosiasi yang memuaskan, penyelesaian sengketa melalui proses
ini dibantu oleh yang di sebut sebagai mediator

 Ketiga, Arbitrase merupakan salah satu bentuk lain penyelesaian perkara atau


sengketa diluar Peradilan. Oleh sebab itu dapat dipahami jika Arbitrase dalam
beberapa hal sama-sama mempunyai keuntungan dan kelemahan, selain itu proses
penyelesaian melalui Arbitrase lebih memberikan kebebasan,
alternative penyelesaian, otonomi dan kerahasiaan kepada para pihak. 

1. KONSILIASI

Memanggil konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa


Memanggil saksi ahli bila diperlukan Menyediakan forum bagi konsumen dan pelaku usaha
untuk menyelesaikan sengketa Bersifat pasif dalam memberikan saran atau anjuran tentang
alternatif penyelesaian dalam masalah hukum. MAJELIS BPSK (Bersifat Pasif)
KONSUMEN PELAKU USAHASECARA PASIF MENDAMAIKAN KESEPAKATAN
DITUANGKAN DALAM PUTUSAN

 Konsiliasi: usaha perdamaian antara dua pihak


Konsiliasi: usaha perdamaian antara dua pihak. Metode konsiliasi ditempuh jika
pihak konsumen dan pengusaha bersedia melakukan musyawarah untuk mencari titik
temu dengan disaksikan majelis hakim BPSK. Dalam hal ini, majelis hakim BPSK
bersikap pasif.
2. PROSEDUR PENYELESAIAN MELALUI MEDIASI 

Penyelesaian  Sengketa konsumen melalui mediasi dilakukan sendiri oleh para pihak  yang
bersengketa dengan didampingi majelis yang bertindak aktif sebagai mediator. Jadi dalam hal
ini  Majelis menyerahkan sepenuhnya proses penyelesaian sengketa kepada para pihak baik
mengenai bentuk maupun jumlah ganti rugi, namun bertindak aktif dengan memberikan
nasehat nasehat, petunjuk, saran dan upaya-upaya lain dalam menyelesaikan sengketa.

Dalam mediasi majelis (mediator) mempunyai tugas: memanggil konsumen dan pelaku usaha
yang bersengketa; memanggil saksi dan saksi ahli bila diperlukan; menyediakan forum bagi
konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa; secara aktif mendamaikan konsumen dan
pelaku usaha yang bersengketa dan secara aktif memberikan saran dan anjuran penyelesaian
sengketa konsumen sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan
konsumen. Selain proses penyelesaian sengketa, alat bukti (barang dan/atau jasa; keterangan
para pihak; keterangan saksi dan/atau saksi ahli ; surat dan atau dokuman; bukti-bukti lain
yang mendukung) dapat diajukan oleh majelis atas permintaan pihak yang bersengketa. Hasil
musyawarah yang merupakan kesepakatan antar konsumen dan pelaku usaha yang
bersengketa, selanjutnya diserahkan kepada majelis untuk dibuat sebuah putusan BPSK untuk
menguatkan perjanjian tersebut. 

3. PROSEDUR PENYELESAIAN MELALUI ARBITRASE 

Penyelesaian sengketa konsumen melalui arbitrase dilakukan sepenuhnya dan diputuskan


oleh majelis bertindak sebagai Arbitor. Dalam hal ini para pihak memilih arbitor  dari
anggota BPSK yang berasal dari unsur pelaku usaha dan konsumen sebagai anggota majelis.
Arbitor yang terpilih memilih arbitor ke-tiga dari anggota BPSK yang berasal dari unsur
pemerintah sebagai ketua majelis. Ketua majelis di dalam persidangan wajib memberikan
petunjuk kepad konsumen dan pelaku usaha mengenai upaya hukum yang digunakan oleh
para pihak yang bersengketa. Dengan ijin ketua majelis, para pihak yang bersengketa bisa
mempelajari semua berkas yang berkaitan dengan persidangan dan membuat kutipan
seperlunya Pada persidangan pertama, ketua majelis wajib mendamaikan kedua belah pihak
yang bersengketa. Jika terjadi perdamaian antara kedua belah pihak yang bersengketa, maka
mejelis wajib membuat putusan dalam bentuk penetapan perdamaian. Sebaliknya jika tidak
tercapai perdamaian, maka persidangan dimulai dengan membacakan isi gugatan konsumen
dan surat jawaban pelaku usaha. Dalam hal ini ketua majelis memberikan kesempatan yang
sama kepada kedua belah pihak yang bersengketa untuk menjelaskan hal-hal yang
dipersengketakan. 

Konsumen memiliki hak untuk mencabut gugatannya (dengan surat pernyataan) pada
persidangan pertama sebelum pembacaan surat jawaban dari pelaku usaha. Dalam hal
demikian, makan majelis wajib mengumumkan bahwa gugatan dicabut. Apabila pelaku usaha
dan/atau konsumen tidak hadir dalam persidangan pertama, maka majelis memberikan
kesempatan terakhir pada persidangan ke-dua dengan membawa alat bukti yang disediakan.
Persidangan ke-dua diselenggarakan selambat-lambatnya dalam waktu 5 hari kerja terhitung
sejak persidangan pertama (diberitahukan dengan surat panggilan oleh Sekretariat BPSK).
Bilamana pada persidangan kedua konsumen tidak hadir, maka gugatannya gugur demi
hukum. Sebaliknya jika pelaku usaha yang tidak hadir, maka gugatan konsumen dikabulkan
oleh majelis tanpa kehadiran pelaku usaha. Selama proses penyelesaian sengketa, alat bukti
(barang dan/atau jasa; keterangan para pihak,; keterangan saksi dan saksi ahli; surat dan atau
dokumen; bukti-bukti laian yang mendukung) dapat diajukan oleh majelis atas permintaan
pihak yang bersengketa. Sekalipun dalam proses penyelesaian sengketa konsumen, bebean
pembuktian ada pada pelaku usaha namun pihak konsumenpun berhak mengajukan bukti
untuk mendukung gugatannya

Anda mungkin juga menyukai