Anda di halaman 1dari 5

J. Akad. Kim.

3(4): 178-182, November 2014


ISSN 2302-6030
SINTESIS BIOETANOL DARI JERAMI PADI (Oryza sativa L) MELALUI
FERMENTASI

Synthesis of Bioetanol from Rice Straw (Oryza sativa L) By Fermentation

*Muhammad Said, Anang Wahid M. Diah dan Sri Mulyani Sabang


Pendidikan Kimia/FKIP - Universitas Tadulako, Palu - Indonesia 94118
Recieved 06 Juyl 2014, Revised 04 August 2014, Accepted 06 November 2014

Abstract
Rice straw is an agricultural waste into organic waste further. Rice straw can be utilized as an
alternative energy that is bioethanol. The objective of this research was to determine the optimal
concentration of ethanol by the duration of fermentation. This research applied fermentation to rice
straw using yeast bread in various times of 7, 10, 13, 16, 19, and 22 days. The steps of this research
were sample preparation, delignification, hydrolysis, and fermentation. Bioethanol from fermented rice
straw was analysed using alcoholmeter. The products of fermented ethanol increased and reached the
optimum at day 13, which was 4.83+0.05%, then decrease the ethanol content at day 16, 19, and 22.
Keywords : Bioethanol, Rice Straw, Fermentation

Pendahuluan
Krisis energi dunia merupakan masalah pati (jagung, ubi kayu, sorgun, dan lain-lain),
yang sedang dihadapi banyak negara di dunia sumber gula (molasses, nira tebu, nira kelapa,
termasuk Indonesia. Krisis ini terjadi akibat dan nira dari berbagai tanaman lain), dan
ketergantungan pemenuhan energi bahan sumber selulosa (onggok, jerami padi, ampas
bakar dunia yang berasal dari bahan bakar fosil, tebu, tongkol jagung, dan lain-lain sebagainya)
sedangkan bahan bakar fosil merupakan sumber (Mulyono dkk., 2011).
daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan Berdasarkan yang dikemukakan oleh
ketersediaannya di dunia sangat terbatas. Mulyono dkk. (2011) menyatakan bahan
Oleh karena itu sangat diperlukan usaha- baku bioetanol yang tidak bersaing dengan
usaha pencarian sumber energi alternatif peruntukan pangan dan pakan adalah limbah
untuk mengatasi masalah krisis energi pertanian sumber selulosa termasuk jerami
(Haryono dkk., 2010). Menurut Mulyono padi, dimana bahan ini di Indonesia cukup
dkk. (2011) menyatakan bahwa Indonesia melimpah dan harganya relatif murah dan
saat ini menghadapi permasalahan yang cukup bahkan hanya terbuang percuma. Oleh karena
serius berkaitan bahan bakar minyak (BBM) Indonesian merupakan penghasil padi yang
fosil, termasuk premium. Untuk mengatasi tergolong besar, sehingga keberadaan jerami
hal tersebut Pemerintah Republik Indonesia padi sangat melimpah. Pada tahun 2014
memprogramkan suatu rancangan yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkanbahwa
menggunakan limbah-limbah pertanian sebagai produksi gabah kering giling mencapai
pengganti bahan bakar bioetanol. 69,87 juta ton atau mengalami penurunan
Bioetanol adalah etanol yang dibuat dari dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 1,98
biomassa (tanaman) melalui proses biologi % atau 1,41 juta ton. Penurunan produksi padi
(enzimatik atau fermentasi). Bahan baku ini diperkiranrakan akibat dari berkurangnya
bioetanol dapat berasal dari biomassa sumber luas panen padi. Namun demikian jerami
padi masih banyak melimpah karena beras
*Korespondensi: merupakan makanan pokok masyarakat di
Muhammad Said Indonesia (Pertani, 2014).
Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan Potensi etanol dari jerami padi menurut
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako
email: said_kimia@yahoo.co.id Kim & Dale (2004) adalah sebesar 0,28 liter/
© 2014 - Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Tadulako kg jerami. Berdasarkan data tersebut dapat
178
Muhammad Said Sintesis Bioetanol dari Jerami Padi ................

diperkirakan berapa potensi etanol dari jerami dengan larutan HCl 21% sebanyak 150 mL.
padi di Indonesia. Kim & Dale (2004) telah Selanjutnya dimasukkan kedalam gelas kimia
menghitung bahwa dengan menggunakan dan dipanaskan pada suhu 100oC selama
bahan baku jerami padi sebanyak 54,70 juta 2,5 jam. Kemudian larutan tersebut disaring
ton dapat dihasilkan etanol sebanyak 15,31 juta dengan menggunakan kertas saring.
liter atau sekitar 27,95%. Berdasarkan uraian Tahap Fermentasi
tersebut maka jerami padi berpotensi sebagai Proses fermentasi dilakukan dengan
bahan dasar pembuatan bioetanol. mengambil sebanyak 70 mL filtrat dari hasil
hidrolisis, dan larutan tersebut dimasukan
Metode ke dalam erlemeyer. Kemudian ditambahkan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian larutan NaOH 6 M hingga pH-nya menjadi 5.
ini adalah neraca analitik, erlenmeyer, gelas Masing-masing larutan tersebut ditambahkan
kimia, labu ukur, gelas ukur, pipet tetes, corong, dengan 4,2 gram ammonium sulfat dan 4,2
penangas listrik, pH meter, batang pengaduk, gram urea. Selanjutnya di pasteurisasi pada
aluminium foil, kertas saring, ayakan 40 mesh, suhu 80oC selama 15 menit. Kemudian
magnet stirrer, oven, blender, pompa vakum, ditambahkan dengan ragi roti (saccharomyces
seperangkat alat evaporator dan alkoholmeter. cereviseae) sebanyak 4,9 gram. Setelah itu,
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu jerami menutupnya dengan aluminium foil dan
padi santana, larutan HCl 21%, ammonium dilakukan pendiaman dengan variasi waktu
sulfat, larutan NaOH (2% dan 6 M), urea, ragi yaitu 7, 10, 13, 16, 19, dan 22 hari pada suhu
roti (saccharomyces cereviseae), dan aquades. 27 – 30oC. Kemudian masing-masing larutan
Beberapa tahap yang dilakukan dalam tersebut disaring.
penelitan ini adalah: Tahap Pemisahan
Tahap Pendahuluan Proses evaporasi dilakukan dengan
Jerami padi dipotong kasar menjadi bagian- memasukkan hasil fermentasi kedalam
bagian yang lebih kecil dan menimbangnya erlenmeyer dan dipasang pada rangkaian
sebanyak 2 kg. Selanjutnya mencuci jerami alat evaporator. Pada proses ini dilakukan
dengan air dan kemudian dikeringkan dengan pemanasan pada suhu 80oC. Kemudian masing-
bantuan sinar matahari selama 12 jam. Jerami masing larutan hasil evaporasi ditentukan
yang sudah kering dipotong-potong dengan kadarnya dengan menggunakan alkoholmeter.
ukuran + 1 cm. Setelah itu, menggiling jerami
dengan blender kemudian mengayaknya Hasil dan Pembahasan
dengan menggunakan ayakan 40 mesh. Setelah Hasil yang diperoleh pada penentuan kadar
itu, mengoven jerami hasil penggilingan bioetanol pada penelitian ini disajikan pada
pada suhu 60oC selama 4 jam. Selanjutnya Tabel 1.
mengayaknya kembali dengan menggunakan Tabel : Kadar Bioetanol Hasil Fermentasi
ayakan 40 mesh.
Tahap Delignifikasi
Delignifikasi dilakukan dengan mengambil
sebanyak 100 g serbuk jerami hasil pengayakan
kemudian ditambahkan 1350 mL aquades dan
150 mL NaOH 2% ke dalam erlenmeyer. Setelah
itu, dipanaskan dan diaduk dengan stirrer selama
2,5 jam pada suhu 80oC. Selanjutnya larutan
dipisahkan dengan cara menyaringnya dengan
menggunakan kertas saring. Selanjutnya, residu
tersebut dioven pada suhu 100oC selama 2 jam
kemudian menggerusnya hingga halus dengan
menggunakan lumpang dan alu. Setelah itu,
mengayaknya dengan menggunakan ayakan 40
mesh.
Tahap Hidrolisis
Dari hasil delignifikasi kemudian dilakukan
proses hidrolisis dengan menimbang 15 gram
dari hasil ayakan tersebut. Dimana perlakuan
tersebut dilakukan sebanyak 6 kali. Setelah itu, Gambar 1. Grafik Kadar Etanol Hasil
masing-masing padatan tersebut ditambahkan Fermentasi
179
Volume 3, No. 4, 2014: 178-182 Jurnal Akademika Kimia

Berdasarkan persiapan sampel yang menghasilkan glukosa. Namun, konsentrasi


dilakukan diperoleh serbuk jerami yang suatu larutan penghidrolisis menentukan
berwarna coklat dan memiliki ukuran 40 mesh banyak tidak glukosa yang dihasilkan. Jika
yang berarti ada 40 lubang dalam 1 inci, dimana dilakukan penambahan konsentrasi suatu
sampel tersebut yang akan digunakan untuk laurtan asam terlalu banyak, maka glukosa yang
proses delignifikasi atau proses penghilangan dihasilkan akan berkurang. Hal ini disebabkan
lignin. Proses delignifikasi ini penting banyaknya pembentukan gugus radikal bebas
dilakukan sebelum melakukan proses hidrolisis, serat, akan tetapi penambahan konsentrasi
karena lignin merupakan polimer yang tersebut menyebabkan semakin sedikitnya
memiliki dinding yang kokoh sehingga dapat molekul air dalam larutan hidrolisis. Sehingga
menghambat penetrasi suatu asam atau enzim berkurangnnya kebutuhan gugus OH- sebagai
sebelum proses hidrolisis berlangsung. Selain pengikat gugus radikal bebas serat dan glukosa
itu, dapat pula menghambat pertumbunhan yang dihasilkan pula menjadi sedikit (Hikmiyati
mikroba dalam proses fermentasi (Gunam & Yanie, 2008) . Seperti pada Gambar 3.
dkk., 2010) . C
H 2H
O H
O H 2H
C O O
H
Proses delignifikasi dalam penelitian ini H H
menggunakan larutan NaOH sebagai bahan H
O
O
O
O
O

yang berperan dalam pembebasan lignin. H


O
H
O
O
H
H
O H
O
Karena larutan ini dapat melarutkan lignin O H
O O O
H

dan hemiselulosa, serta dapat menyebabkan H


O H 2H
C O O
H H 2O
C H
SELULOSA
pengembangan struktur selulosa. Sehingga
selulosa dalam jaringan dapat dibebaskan H
O C
H 2H
O C
H 2O
H O
H

(Fitriani dkk., 2013). Akibat proses delignifikasi H


O O H
O
+ H2O
O H
O
ini menyebabkan perubahan warna pada serbuk H
O
H
+
H
O O
H C
H O
H
jerami dari coklat menjadi coklat tua dan O H
O H
O H
O O O
H

massanya mengalami penurunan dari 100 gram H 2H


C O H
O O
H H 2O
C H
menjadi 60 gram. Seperti yang ditunjukan pada GLUKOSA

Gambar 2.
Gambar 3. Mekanisme reaksi hidrolisis
(Xiang dkk., 2003)
Tahap selanjutnya yaitu fermentasi
menggunakan ragi saccharomyces cerevisiae
yang merupakan sumber mikroorganisme
untuk menghasilkan etanol. Namun, sebelum
penambahan ragi pada larutan sampel terlebih
dahulu pH dari sampel tersebut dinetralkan
menjadi pH 5. Hal ini sesuai dengan pendapat
Roukas dalam Azizah dkk. (2012) bahwa
kisaran pertumbuhan mikroba Saccharomyces
cerevisiae yaitu pH 3,5-6,5 dan pada pH 4,5
adalah kondisi pH yang maksimal dapat dicapai.
Jika pada kondisi basa mikroba tersebut tidak
dapat tumbuh. Sedangkan menurut Azizah
dkk. (2012) menyatakan bahwa mikroba
Saccharomyces cerevisiae akan tumbuh optimal
Gambar 2. Reaksi Delignifikasi (Sanchez dalam kisaran suhu 30-35oC dan puncak
dkk., 2011) produksi alkohol dicapai pada suhu 33oC. Hal
Serbuk jerami dari hasil delignifikasi ini menunjukan bahwa apabila pada suhu yang
kemudian dihidrolisis tujuannya untuk terlalu rendah, maka proses fermentasi akan
mendapatkan glukosa. Proses hidrolisis dalam berlangsung secara lambat. Sedangkan pada
penelitian ini menggunakan asam klorida. suhu yang terlalu tinggi menyebabkan mikroba
Dalam proses hidrolisis ini gugus H+ dari Saccharomyces cerevisiae akan mati sehingga
HCl akan mengubah serat dari jerami padi proses fermentasi tidak dapat berlangsung.
menjadi suatu gugus radikal bebas. Sehingga Mikroba Saccharomyces cerevisiae memiliki
gugus radikal bebas tersebut akan berikatan beberapa kelebihan dibandingkan mikroba
dengan gugus OH- dari molekul air dan lain seperti kluyveromy fragilis yang juga dapat
180
Muhammad Said Sintesis Bioetanol dari Jerami Padi ................

memproduksi alkohol. Mikroba saccharomyces Lama fermentasi dipengaruhi oleh beberapa


cerevisiae dapat mengkonversi gula menjadi faktor baik yang secara langsung maupun yang
alkohol lebih cepat dibandingkan mikroba tidak langsung berpengaruh terhadap proses
kluyveromy fragilis. Saccharomyces cerevisiae fermentasi antara lain substrat, suhu, pH,
dapat menghasilkan alkohol hingga 2% dalam oksigen, dan mikroba yang digunakan dalam
72 jam, sedangkan mikroba kluyveromy proses proses fermentasi tersebut (Kunaepah,
fragilis membutuhkan waktu yang cukup lama 2008).
untuk menghasilkan kadar alkohol hingga
2% yaitu selama 1 minggu (O’Leary , dkk., Kesimpulan
2004). Mikroba Saccharomyces cerevisiae Kadar etanol yang diperoleh mengalami
dapat mengkorversi gula menjadi etanol kenaikan dan mencapai kondisi optimal pada
karena adanya enzim invertase dan enzim hari ke-13 yaitu 4,83+0,05%, kemudian
zimase yang dihasilkan oleh mikroba tersebut. hari berikunya (16, 19, dan 22) mengalami
Dengan adanya kedua enzim tersebut mikroba penurunan kadar etanol.
Saccharomyces cerevisiae memiliki kemampuan
untuk mengkonversi gula dari kelompok Ucapan Terima Kasih
monosakarida maupun dari kelompok Penulis mengucapkan terima kasih penulis
disakarida. Jika gula di dalam substrat adalah berikan kepada Ida Kesuma Utami selaku
kelompok disakarida maka enzim invertase pengelola Laboratorium Agroteknologi
akan menghidrolisis disakarida menjadi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako
monosakarida. Setelah itu, enzim zimase akan yang telah banyak membantu penulis dalam
mengkonversi monosakarida tersebut menjadi menyelesaikan penelitian ini.
alkohol dan karbondioksida (Judoamidjojo
dkk., 1992).
Selanjutnya dilakukan proses evaporasi Referensi
bertujuan untuk memisahkan suatu cairan
dari campurannya berdasarkan titik didihnya. Ariyani, E., Kusumo, E., & Supartono. (2013).
Dimana pada proses ini senyawa yang Produksi bioetanol dari jerami padi (Oryza
menguap terlebih dahulu adalah etanol karena sativa L). Journal Chemical Science, 2(2),
memiliki titik didih paling rendah yaitu 78,3 168-172.
o
C. Dibandingkan dengan pelarutnya seperti
air yaitu 100oC (Ariyani dkk., 2013). Hasil Azizah, N., Baarri, A. N. A., & Mulyani,
evaporasi kemudian dilakukan pengukuran S. (2012). Pengaruh lama fermentasi
kadar dengan menggunakan alkohol meter. terhadap kadar alkohol, pH, dan produksi
Sehingga diperoleh kadar etanol seperti gas pada proses fermentasi bioetanol dari
yang ditunjukkan pada Gambar 1 dapat whey dengan substitusi kulit nanas. Jurnal
dilihat bahwa pada hari ke- 7 hingga hari ke- Aplikasi Teknologi Pangan, 1(2), 72-77.
13 mengalami kenaikan kadar etanol yaitu
2,70+0,10 hingga 4,83+0,05. Sedangkan pada Fitriani, Bahri, S., & Nurhaeni. (2013).
hari ke-16 hingga ke-22 mengalami penurunan Produksi bioetanol tongkol jagung (zea
hingga 1,83+0,11%. Hal ini menunjukkan mays) dari hasil proses delignifikasi. Jurnal
bahwa kadar etanol hasil fermentasi yang Natural Science, 2(3), 66-74.
diperoleh mengalami kenaikan dan mencampai
optimal pada hari ke-13 yaitu sebanyak Gunam, I. B. W., Buda, K., & Guna, I. M. Y.
4,83+0,05%. Sedangkan hari selanjutnya S. (2010). Pengaruh perlakuan delignifikasi
mengalami penurunan kadar etanol kerena dengan larutan NaOH dan konsentrasi
alkohol telah dikonversi menjadi senyawa lain, substrat jerami padi terhadap produksi
misalnya ester (Sari dkk., 2008). Seperti yang enzim selulase dari aspergillus niger NRRL
ditunjukan pada Gambar 4. A-II, 264. Jurnal Biologi, 14(2), 55-61.

Haryono, Kumiawan, R., Nhyani, A., &


Soviyani, D. A. (2010). Pembuatan
bioetanol dari bahan beribasis selulosa.
Jurnal Institut Teknologi Nasional, 2(4), 1-7.

Gambar 4. Reaksi Pembentukan Ester Hikmiyati, N., & Yanie, N. S. (2008).


(Prismasiswa, 2014) Pembuatan bioetanol dari limbah kulit
181
Volume 3, No. 4, 2014: 178-182 Jurnal Akademika Kimia

singkong melalui proses hidrolisa asam dan Pertani. (2014). Produksi padi tahun 2014.
enzimatis. Skripsi. Universitas Dipenogoro: Retrieved 30 Agustus, 2014. Diunduh
tidak diterbitkan kembali dari http://www.pertani.co.id/id/
Judoamidjojo, M., Darwis, A. A., & Said, E. berita.
G. (1992). Teknologi fermentasi. Jakarta:
Rajawali Pers. Prismasiswa. (2014). Senyawa karbon.
Retrieved 20 September, 2014.Diunduh
Kim, S., & Dale, B. E. (2004). Global potential kembali dari http://www.primasiswa.com/
bioethanol production from wasted crops posts.
and crop residues. Jurnal Biomassa and
Bioenergy, 26(4), 361-375. Sanchez, O., Sierra, R., & Diaz, C. J. A. (2011).
Delignification process of agro-industrial
Kunaepah, U. (2008). Pengaruh lama fermentasi wastes an alternative to obtain fermentable
dan konsentrasi glukosa terhadap aktivitas carbohydrates for producing fuel. Diunduh
antibakteri, polifenol total dan mutu kembali dari www.intechopen.com/books/
kimia kefir susu kacang merah. Universitas references/alternative-fuel/delignification-
Diponegoro. Semarang. Diunduh kembali
dari http://eprints.undip.ac.id/17580/1/ process-of-agro-industrial-wastes-an-
Uun_Kunaepah.pdf alternative-to-obtain-fermentable-
carbohydrates.
Mulyono, A. M. W., Handayani, C. B., Tari, A.
I. N., & Zuprizal. (2011). Fermentasi etanol Sari, I., Noverita, & Yulneriwarni. (2008).
dari jerami padi. Paper presented at the Pemanfaatan jerami padi dan alang-alang
Karya Tulis Ilmiah Lembaga Penelitian dan dalamfermentasi etanol menggunakan
Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas kapang Trichoderma viride dan khamir
Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. Saccharomycess cerevisiae. Jurnal Vis Vitalis,
1(2), 55-62.
O’Leary, V. S., Green, R., Sullivan, B. C.,
& Holsinger, V. H. (2004). Alcohol Xiang, Q., Lee, Y. Y., Pettersson, P. O., &
production by selected yeast strains in lactase Torget, R. W. (2003). Heterogeneous
hydrolyzed acid whey. Jurnal Biotechnology aspects of acid hydrolysis of a cellulose.
and Bioengineering, 19(7), 1019-1035. Jurnal Humana Press, 107(1), 505-514.

182

Anda mungkin juga menyukai