Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Pengertian Manajemen Resiko

2.1.1 Pengertian Manajemen

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan


pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber daya –
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan (Stoner dalam R. Tani Handoko, 2003:8)

a. Pentingnya Manajemen

Ada 3 alasan utama diperlukannya manajemen menurut Tani Handoko (2003:8)


yaitu :

1. Untuk mencapai tujuan.


Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi.
2. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan – tujuan yang saling
bertentangan.
Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan, sasaran,
dan kegiatan – kegiatan yang saling bertentangan dari pihak – pihak yang
berkepentingan dalam organisasi.
3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.
Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah
satu cara yang umum adalah efisiensi dan efektivitas.
2.1.2 Pengertian Risiko

Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi
seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan.
Bagaimana jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang
sangat besar sedangkan kalaupun rugi hanya kecil sekali. Selama mengalami kerugian
walau sekecil apapun hal tersebut dianggap risiko.

Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert diterjemahkan Irham Fahmi


(2013:2) risiko adalah ketidakpastian tentang kejadian di masa depan (uncertainty
about future events). Adapun Joel G. Siegel dan Ja K. Shim mendefinisikan risiko
pada tiga hal yaitu :

1. Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus, dimana hasilnya


dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambilan
keputusan.
2. Variasi dalam keuntungan, penjualan, atau variable keuntungan lainnya, dan
3. Kemungkinan masalah keunagan yang mempengaruhi kinerja operasi
perusahaan atau posisi keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi
perusahaan atau posisi keuangan, seperti resiko ekonomi, ketidakpastian
politik, dan masalah industri.

Menurut Joel G. Siegel dan Jae k. Shim diterjemahkan Irham Fahmi (2013:2)
menjelaskan pengertian dari analisis risiko adalah “proses pengukuran dan
penganalisaan risiko disatukan dengan keputusan keuangan dan investasi”.

2.1.3 Pengertian Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan


harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas
kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko. (Irham Fahmi 2013:2)
mendefinisikan Manajemen risiko adalah “suatu bidang ilmu yang membahas tentang
bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai
permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara
komperhensif dan sistematis”.

Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik


dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta
melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau
proses. Menurut kamus besar bahasa Indonesia di kutip dari (Tony Peramanna 2011),
risiko adalah “akibat yang kurang menyenangkan (merugikan,membahyakan) dari
suatu perbuatan atau tindakan.” Dengan kata lain, risiko merupakan kemungkinan
situasi atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan serta sasaran sebuah
organisasi atau individu.

2.2 Elemen Manajemen Resiko

Elemen-elemen Manajemen Risiko Organisasi :

1. Identifikasi misi; menetapkan tujuan manajemen risiko


2. Penilaian risiko dan ketidakpastian; mengidentifikasi dan mengukur risiko
3. Pengendalian risiko; mengenadalikan risiko melalui diversifikasi, asuransi,
hedging, penghindaran dll
4. Pendanaan risiko; bagaimana membiayai manajemen risiko
5. Administrasi program; administrasi organisasi seperti manual dsb

2.3 Prasarana Manajemen Resiko

Salah satu hal yang penting dipersiapkan dalam manajemen risiko adalah

1. Prasarana lunak
Ada beberapa isu yang berkaitan dengan penyiapan prasarana lunak untuk
manajemen risiko adalah :
a. Mengembangkan budaya sadar risiko. Tujuan dari budaya sadar risiko
adalah agar setiap anggota organisasi sadar adanya risiko dan mengambil
keputusan tertentu dengan aspek risikonya. Cara untuk menyadarkan akan
risiko adalah memaksa untuk kembali berfikir mengenai risiko akan
keputusan yang diambil. Mengembangkan kesadaran akan risiko juga bisa
dilakukan dengan mengadakan workshop atau pertemuan secara berkala
antar manajer dengan anggota organisasinya.
b. Dukungan manajemen.
Dukungan manajemen terhadap program manajemen risiko penting
diberikan, bentuk dukungan tersebut bisa dituangkan melalui pernyataan
tertulis misalnya mendukung isi misi kebijakan prosedur manajemen
risiko.
2. Prasarana keras
Selain prasarana lunak adapun prasarana keras yang perlu dipersiapkan antara
lain seperti gedung ruangan kantor komputer dan lainnya sarana fisik
diperlukan agar pekerjaan manajemen risiko bisa berjalan sebagaimana
mestinya.

2.4 Proses Manajemen Risiko

Berdasarkan ISO 31000:2009, proses manajemen risiko merupakan bagian


yang penting dari manajemen risiko karena merupakan penerapan atas prinsip dan
kerangka kerja manajemen risiko yang telah dibangun. Adapun proses manajemen
risiko terdiri atas tiga proses utama, yaitu penetapan konteks, penilaian risiko, dan
penanganan risiko.

2.4.1 Penetapan konteks


Penetapan konteks manajemen risiko bertujuan untuk mengidentifikasi serta
mengungkapkan sasaran organisasi, lingkungan dimana sasaran hendak dicapai,
stakeholders yang berkepentingan, dan keberagaman kriteria risiko. Hal-hal tersebut
akan membantu untuk mengungkapkan dan menilai sifat dan kompleksitas dari risiko.

Penetapan konteks manajemen risiko erat kaitannya dengan melakukan


penetapan tujuan, strategi, ruang lingkup dan parameter-parameter lain yang
berhubungan dengan proses pengelolaan risiko suatu perusahaan. Proses ini
menunjukkan kaitan atau hubungan antara permasalahan hal yang akan dikelola
risikonya dengan lingkungan perusahaan (eksternal & internal), proses manajemen
risiko, dan ukuran atau kriteria risiko yang hendak dijadikan standar.

2.4.2 Penilaian Risiko

Penilaian risiko meliputi tahapan identifikasi risiko yang bertujuan untuk


mengidentifikasi risiko-risiko yang dapat memengaruhi pencapaian sasaran
organisasi. Berdasarkan risiko-risiko yang telah teridentifikasi dapat disusun sebuah
daftar risiko untuk kemudian dilakukan pengukuran risiko untuk melihat tingkatan
risiko.

Proses pengukuran risiko berupa analisis risiko yang bertujuan untuk


menganalisis kemungkinan dan dampak dari risiko yang telah diindentifikasi. Hasil
pengukuran berupa status risiko yang menunjukkan ukuran tingkatan risiko dan peta
risiko yang merupakan gambaran sebaran risiko dalam suatu peta. Tahapan lainnya
dalam penilaian risiko adalah evaluasi risiko yang ditujukkan untuk membandingkan
hasil analisis risiko dengan kriteria risiko yang telah ditentukan untuk dijadikan
sebagai dasar penerapan penanganan risiko.

2.4.3 Penanganan Risiko

Penanganan risiko yang berupa perencanaan atas mitigasi risiko-risiko untuk


mendapatkan alternatif solusinya sehingga penanganan risiko dapat diterapkan secara
efektif dan efisien. Beberapa alternatif penangangan risiko yang dapat diambil antara
lain yang bertujuan untuk menghindari risiko, memitigasi risiko untuk mengurangi
kemungkinan atau dampak, mentransfer risiko kepada pihak ketiga (risk sharing) dan
menerima risiko (risk acceptance).

Pada akhirnya, ketiga proses tersebut disertai dengan dua proses pendukung
lainnya yaitu komunikasi dan konsultasi, untuk menjamin tersedianya dukungan yang
memadai dari setiap kegiatan manajamen risiko, dan menjadikan setiap kegiatan
mencapai sasarannya dengan tepat.

Proses lainnya adalah monitoring dan review yang bertujuan untuk


memastikan bahwa implementasi manajemen risiko berjalan sesuai dengan
perencanaan serta sebagai dasar untuk melakukan perbaikan secara berkala terhadap
proses manajemen risiko.

Proses Monitoring dan Review dilaksanakan melalui evaluasi dan


pemeriksaan terhadap proses bisnis yang berjalan, serta dengan audit manajemen
risiko. Dalam hal ini, audit manajemen risiko dapat dilaksanakan baik melalui audit
internal maupun eksternal sehingga dapat diketahui apa sajakah kelemahan dari
kebijakan manajemen risiko yang berjalan atau yang sudah disusun, sehingga ke
depannya manajemen dapat melaklukan pembaharuan terhadapan kebijakan
manajemen risiko. Masukan tersebut bertujuan untuk meningkatkan fungsi
manajemen risiko dalam bentuk seperti pembaharuan atas daftar risiko yang
terindetifikasi, tingkat kemungkinan dan dampak dari risiko tersebut serta tindakan
pengendalian serta sistem monitor yang sesuai untuk kebutuhan organisasi dalam
mencapai tujuan perusahaan.

Proses pendukung lainnya dalam penerapan manajemen risiko adalah


komunikasi kepada manajemen dan unit-unit kerja perusahaan sehingga setiap
individu dalam perusahaan memahami atas kesadaran risiko, budaya risiko,
kematangan risiko. Proses komunikasi ini dilaksanakan sebagai upaya untuk
mengukur kesiapan organisasi dalam mengatasi risiko dan untuk mengevaluasi
penerapan manajemen risiko tersebut.
Diharapkan dengan adanya fungsi manajemen risiko yang terkelola dengan
baik di setiap unit kerja, dapat mendukung penerapan Good Corporate Governance di
dalam perusahaan secara keseluruhan. Karena sejatinya fungsi manajemen risiko
bertujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan, pengelolaan risiko usaha
perusahaan dengan penerapan prinsip kehati-hatian, akuntabilitas, dan bertanggung
jawab sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan.

2.5 Implementasi Manajemen Resiko di PT Bio Farma Persero


2.5.1 Elemen Manajemen Risko PT Bio Farma
2.5.1.1 Identifikasi Misi
Bio Farma menyadari bahwa mungkin ada potensi risiko dalam
operasi Perusahaan, baik risiko yang ada di dalam kontrol perusahaan atau di
luar kendalinya. Karena itu, risiko harus dikelola secara komprehensif,
optimal dan secara berkelanjutan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
Yang Baik Praktik Tata Kelola Perusahaan. Manajemen risiko menjadi
tanggung jawab setiap orang, jadi setiap karyawan harus mengenali setiap
risiko yang terkait dengan pekerjaan dan keharusan mereka mengelola risiko
ini secara proaktif.
Sejak 2009, implementasi Sistem Manajemen Risiko di Bio Farma
telah didasarkan pada COSO Enterprise Risk Management-Integrated
Framework. Sistem Manajemen Risiko telah diperbarui mengacu pada ISO
31000 (2009) dan COSO Enterprise Risk Management-Integrated
Framework.

2.5.1.2 Mengidentifikasi dan Mengukur risiko


Bio Farma menghadapi enam risiko korporat, empat yang karena
kegiatan rutin dan dua sisanya risiko proyek. Setelah mengidentifikasi risiko
terkait perusahaan dan menentukan langkah-langkah strategis untuk
mengelola risiko ini, Divisi Corporate Risk Management (CRM), yang
bertanggung jawab atas risiko perusahaan, akan mengevaluasi dan mengawasi
manajemen risiko di setiap unit.

2.5.1.3 Pengendalian risiko


Setiap Kepala Departemen / unit risiko bertanggung jawab untuk
setiap risiko dan manajemennya, yang akan menjadi ukuran efektivitas
manajemen risiko di Bio Farma. Maka dari itu pengendalian risiko sudah
dimulai dari setiap unit kerja yang ada di PT Bio Farma sekaligus
bertanggung jawab atas penangan risiko itu sendiri.

2.5.2 Prasarana Manajemen Risiko di PT Bio Farma


1. Prasarana lunak
Dalam upaya implementasi Manajemen Risiko di PT Bio Farma,
betapa pentingnya akan budaya sadar resiko, maka dari itu PT Bio Farma
sangat gencar mensosialisasikan hal tersebut agar seluruh insan PT Bio Farma
sadar akan adanya potensi risiko yang muncul dari setiap pekerjaan dan
mengharuskan setiap unitnya membuat laporan risiko secara berkala,sehingga
diharapkan dapat mengembangkan kesadaran akan risiko.
Tidak hanya dalam bentuk sosialisasi saja, namun dukungan
manajemen terhadap program manajemen risiko dituangkan melalui
pernyataan dukungan terhadap penerapan Good Corporate Governance dan
membentuk satu divisi khusus yaitu Corporate Risk Management (CRM).
2. Prasarana keras
PT Bio Farma menyiapkan satu lantai khusus, beberapa perangkat
computer untuk menunjang kegiatan Divisi CRM dan juga membangun
sebuah system kerja dengan penggunaan aplikasi yang dapat membantu
memaksimalkan pekerjaan agar jauh lebih efektif dan efisien.
2.5.3 Proses Manajemen Risiko di PT Bio Farma Persero
1. Penetapan Konteks
Dalam hal ini PT Bio Farma menetapkan sasaran risikonya dari setiap unit
kerja yang ada karena setiap unit kerja memiliki risiko yang berbeda, dengan
begitu manajemen dapat mengidentifikasi setiap resiko yang berpotensi
muncul dalam setiap proses.
2. Penilaian Risiko
Penilaian reskio dibagi menjadi 4 kuadran, yaitu :
1. Minor
2. Major + Catastropic
3. Insignificant
4. Moderate
3. Penanganan Resiko/Pengelolaan Resiko
Dengan adanya penilaian resiko yang terbagi kedalam 4 kuadran maka
terdapat pula 4 pengelolaan risiko yaitu :
1. Prevention
2. Avoidance
3. Accepted
4. Mtigation

Anda mungkin juga menyukai