Anda di halaman 1dari 34

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor perbankan mempunyai peran yang sangat penting dalam

menunjang perekonomian suatu negara. Disamping itu, peranan perbankan

mempengaruhi kegiatan ekonomi. Dalam UU No 7 tahun 1992 pengertian

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. sedangkan Undang – undang

Negara Repuplik Indonesia nomor 10 tahun 1998 menyimpulkan bahwa

usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,

menyalurkan dana, dan memberi jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

dana dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok sedangakan

memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Sedangkan

menurut Hamongan dan Siregar (2009) Bank sebagai lembaga keuangan

memiliki peran penting dalam perekonomian dan berfungsi sebagai perantara

(financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)

dengan pihak yang sangat memerlukan dana (defisit unit).

Masyarakat yang kelebihan dana dapat menyimpan dananya dibank

dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan bentuk lain yang dipersamakan

dengan itu sesuai kebutuhan dan disebut sebagai dana pihak ketiga.

Sementara masyarakat yang kekurangan dan membutuhkan dana dapat

mengajukan pinjaman atau kredit pada bank. (Fransisca dan Siregar, 2009)

Dendawijaya (2005:49) mengemukaan bahwa dana-dana yang dihimpun

dari masyarakat dapat mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola

bank dan kegiatan pengkreditan mencapai 70% - 80% dari kegiatan usaha

bank.

1
2

Menurut Dahlan Siamat (2005:349) salah satu alasan terkonsentrasinya

usaha bank dalam penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai

lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit dan sumber

utama dana bank berasal dari masyarakat sehingga secara moral mereka

harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber pembiayaan dunia

usaha di Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan yang

diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemberian kredit

merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan

keuntungan, tetapi risiko yang terbesar dalam bank juga bersumber dari

pemberian kredit. Oleh karena itu pemberian kredit harus dikawal dengan

manajemen risiko yang ketat (Info Bank News.com,2007). Dari hasil

penghimpunan dana yang diperoleh bank, dan sesuai dengan aturan dari

Bank Sentral maka bank selalu menyisihkan untuk memenuhi Giro Wajib

Minimumnya.

Giro wajib minimum merupakan cadangan minimum yang wajib

disediakan oleh bank dan besarnya ditentukan oleh Bank Sentral. Hal

tersebut merupakan upaya dari bank sentral untuk menjaga stabilitas

moneter dan sektor keuangan. Rivai et al. (2013) menyatakan bahwa

semakin besar cadangan wajib minimum yang harus dipelihara oleh bank,

akan meningkatkan biaya dana yang dibebankan kepada bank. Sedikitnya

dana yang dapat disalurkan kepada masyarakat akan menimbulkan biaya

yang lebih besar bila dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh bank.

Hal ini didukung oleh Okamoto & Geoffrey W.S. (2011) menunjukkan bahwa

menaikkan Giro Wajib Minimum secara signifikan meningkatkan tingkat

bunga di pasar dan Mbao et al. (2014) juga menyatakan bahwa Giro Wajib
3

Minimum menjadi pendorong paling signifikan dalam perubahan Base

Lending Rate.

Bank umum (Commercial Bank) memiliki peranan yang sangat penting

dalam menggerakan roda perekonomian nasional, karena lebih dari 95%

Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan nasional yang meliputi Bank Umum

(Commercial Bank), Bank Syariah (Syariah Bank), dan Bank Pengkreditan

Rakyat (Rural Bank) berada di Bank Umum. Dana Pihak Ketiga ini yang

selanjutnya digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui

penyaluran kredit. Penyaluran kredit salah satunya dipengaruhi oleh Dana

Pihak Ketiga.

Dana pihak ketiga merupakan sumber dana bank yang berasal dari

masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Dana yang

dihimpun dari masyarakat ini akan digunakan untuk pendanaan sektor riil

melalui penyaluran kredit. Dana pihak ketiga yang berupa giro, tabungan dan

deposito ini dihimpun oleh bank melalui berbagai macam produk dana yang

ditawarkan pada masyarakat luas, yang menaruh kepercayaan terhadap

bank yang bersangkutan untuk menyimpan uangnya kemudian ditarik

kembali pada saat jatuh tempo dengan imbalan bunga maupun capital gain

dari bank tersebut (Muljono, 2006 dalam Rahmawati,2011).

Dengan demikian dana pihak ketiga mendukung tingkat penyaluran kredit

perbankan. Perilaku penawaran kredit perbankan bukan hanya dipengaruhi

dana yang bersumber dari Dana Pihak Ketiga (DPK) tetapi dapat juga

dipengaruhi dari faktor internal seperti Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk

melihat seberapa besar tingkat likuiditas dalam menentukan kemampuannya

untuk membayar kewajiban jangka pendek, Capital Adequacy Ratio (CAR)

yang dilihat dari seberapa besar kecukupan modal yang dimiliki perbankan,

Non Performing Loan dalam perbankan ketika debitor tidak dapat


4

membayarkan peminjaman kredit, Return on Assets yang dilihat dari

kesehatan perbankannya ketika mendapatkan laba, sedangkan dalam faktor

eksternal terdapat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Penentuan suku bunga kredit (base lending rate) merupakan kebijakan

yang strategis bagi bank dalam memenangkan persaingan. Suku bunga

kredit yang rendah dapat menurunkan biaya modal yang ditanggung oleh

para pelaku bisnis. Oleh karena itu, para pelaku bisnis mencari bank yang

menawarkan kredit dengan suku bunga kredit yang rendah.

Georgievska et al. (2011) menyatakan bahwa faktor yang paling sering

disebutkan sebagai alasan utama untuk tingkat suku bunga adalah

rendahnya tingkat tabungan yang menyebabkan rendahnya kredit yang

disalurkan, persaingan dalam sistem perbankan, efisiensi dan profitabilitas

bank komersial yang tidak memuaskan, ketidakpastian dalam lingkungan

ekonomi, rendahnya kualitas portofolio kredit dan kendala kelembagaan.

Oleh karena itu, perlu menerapkan pendekatan yang lebih kuantitatif untuk

mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan suku bunga bank.

Kredit menurut Ikatan Akuntan Indonesia (SAK, 2007 : 31.11) adalah

pinjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank

dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian

hasil keuntungan. Dengan adanya ketentuan seperti itu, maka kredit

merupakan salah satu sumber penghasilan bagi bank. Pada bank

konvensional, pendapatan dari kegiatan kredit dapat berupa pendapatan

bunga. Semakin besar kredit yang diberikan maka semakin besar pula

pendapatan bunga yang akan diperoleh bank. Dalam Pasal 1 PBI No.

7/2/PBI/2005 kredit adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat


5

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjaman meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga termasuk overdraft, pengambilalihan tagihan dalam rangka

kegiatan anjak piutang, dan pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak

lain.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis bermaksud

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Giro Wajib Minimum dan

Dana Pihak ketiga Terhadap Base Lending Rate Pada PT. BANK BRI

(Persero) Tbk”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebgai berikut:

1. Apakah Giro Wajib Minimum berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Base Lending Rate pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ?

2. Apakah Dana Pihak ketiga berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Base Lending Rate pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk?

3. Variabel apakah yang berpengaruh dominan terhadap Base Lending

Rate pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Pengaruh Giro Wajib Minimum terhadap Base Lending

Rate pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

2. Untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak ketiga terhadap Base Lending

Rate pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk.

3. Untuk mengetahui variabel apa yang berpengaruh dominan terhadap

Base Lending Rate pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

D. Manfaat Penelitian
6

1. Manfaat teoritis

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat dan

memberikan sumbangan pemikiran serta dapat menjadi referensi bagi

peneliti – peneliti selanjutnya mengenai Pengaruh Giro wajib Minimum

dan Dana Pihak ketiga Terhadap Base Lending Rate Pada PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

evaluasi bagi perbankan tentang pengaruh giro wajib minimum dan dana

pihak ketiga terhadap Base Lending Rate pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

a. Pengertian Giro Wajib Minimum

Giro Wajib Minimum disingkat (GWM) adalah jumlah dana minimum

yang wajib dipelihara oleh Bank yang besarnya ditetapkan oleh Bank

Indonesia sebesar Persentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga Bank atau

(DPK) merupakan kewajiban Bank kepada penduduk dan bukan

penduduk dalam rupiah dan valuta asing.

Giro Wajib Minimum (GWM) ini merupakan jumlah dana minimum

yang wajib dipelihara oleh bank setiap hari. Besaran Giro Wajib Minimum

ditetapkan oleh bank sentral sebesar persentase tertentu dari dana pihak

ketiga (DPK). Lazimnya, dana Giro Wajib Minimum tersebut ditempatkan

dalam bentuk giro di bank sentral dan masih menjadi milik bank untuk

dipergunakan dalam aktivitas transaksi non tunai dan atau pemenuhan

penarikan dana nasabah intrahari.

Likuiditas wajib minimum (istilah sekarang: giro wajib minimum)

adalah likuiditas minimum yang diwajibkan oleh Bank Sentral untuk

dipertahankan setiap saat. Besarnya persentase likuiditas wajib ini

ditetapkan oleh Bank Sentral. Ketetapan ini ditinjau kembali secara

periodik. Pihak luar bank yang ingin menghitung likuiditas wajib ini dapat

memakai laporan keungan yang diterbitkan setiap 3 bulan.

Berdasarkan PBI (Peraturan Bank Indonesia) Nomor 6/15/PBI/2004

Giro Wajib Minimum (Stationary Reserve), atau selanjutnya disebut giro

wajib minimum, adalah simpanan umum yang harus dipelihara oleh bank

dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia yang besarnya

ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari Dana

Pihak Ketiga (DPK).

7
8

Likuiditas wajib minimum atau cadangan wajib minimum atau Reserve

Requirement (RR) adalah sejumlah tertentu alat likuid yang harus tetap

berada dibank untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank tersebut.

Aturan ini untuk menjamin kemampuan bank memenuhi kebutuhan

likuiditas, seperti penarikan dana simpanan nasabah, kewajiban yang

telah jatuh tempo, dan lain-lain. Ketentuan likuiditas wajib minimum

selama ini dapat dibedakan dalam dua kategori perhitungan, yaitu

likuiditas wajib dalam rupiah dan likuiditas wajib dalam valuta asing.

Untuk menjaga agar aktivitas perbankan tetap eksis dan terus

memberikan keuntungan, maka setiap manajemen bank diminta untuk

menjaga kesehatannya dari waktu ke waktu. Artinya setiap bank dinilai

kesehatannya setiap periode, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

kesehatan yang dimilikinya. Penilaian kesehatan bank juga dilakukan

untuk bank syariah baik bank umum syariah maupun bank perkreditan

rakyat syariah.

Hal ini dilakukan sesuai dengan perkembangan metodologi penilaian

kondisi bank yang bersifat dinamis yang mendorong pengaturan kembali

sistem penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah.

Penilaian kesehatan bank dilakukan berdasarkan prinsip syariah

dilakukan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.9/1/PBI/2007

tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan

Prinsip Syariah yang berlaku mulai 24 Januari 2007.

Dari hasil penjelasan Deputi Gubernur Bank Indonesia menjelaskan

bahwa penerapan ini dilakukan dengan memperkirakan produk dan jada

perbankan syariah ke depan kian beragam dan kompleks, sehingga

eksposur resiko yang dihadapi juga meningkat. Meningkatnya eksposur


9

resiko tersebut akan mengubah profil resiko bank syariah, yang pada

gilirannya akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank tersebut.

Giro wajib minimum merupakan salah satu tolak ukur tentang tingkat

kesehatan bank, seperti:

a) Sehat apabila dalam 12 bulan terakhir tidak pernah melanggar

ketentuan Cash Ratio atau melanggar ketentuan Cash Ratio tetapi

tidak pernah lebih dari 6 kali. Dalam tiga bulan terakhir tidak terjadi

pelanggaran Cash Ratio lebih dari tiga kali berturut-turut.

b) Cukup sehat apabila dalam 12 bulan terakhir melanggar ketentuan

Cash Ratio lebih dari 6 kali sampai 12 kali. Dalam tiga bulan terakhir

melanggar ketentuan Cash Ratio lebih dari tiga kali sampai dengan

lima kali berturut-turut.

c) Kurang sehat apabila dalam 12 bulan terakhir melanggar ketentuan

Cash Ratio lebih dari 12 kali dengan 24 kali. Dalam tiga bulan terakhir

melanggar ketentuan Cash Ratio lebih dari lima kali sampai Sembilan

kali berturut-turut. Tidak sehat apabila dalam 12 bulan terakhir

melanggar Cash Ratio lebih dari 24 kali. Dalam tiga bulan terakhir

melanggar ketentuan Cash Ratio lebih dari Sembilan kali berturut-

turut.

1. Jenis-Jenis Giro Wajib Minimum

a) Giro Wajib Minimum Primer

Giro Wajib Minimum Primer adalah simpanan minimum yang wajib

dipelihara oleh Bank dalam bentuk saldo Rekening Giro pada Bank

Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar

persentase tertentu dari DPK. Giro Wajib Minimum Primer dalam rupiah

adalah sebesar 8% dari DPK dalam rupiah.

b) Giro Wajib Minimum Sekunder


10

Giro Wajib Minimum Sekunder adalah cadangan minimum yang

wajib dipelihara oleh Bank berupa SBI (Sertifikat Bank Indonesia), (Surat

Utang Negara), SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) dan Excess

Reserve yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar

persentase tertentu dari DPK. Besaran GWM Sekunder dalam rupiah

adalah 2,5% dari DPK dalam rupiah. Excess Reserve adalah kelebihan

saldo Rekening Giro Rupiah Bank dari GWM Primer dan GWM LDR yang

wajib dipelihara di Bank Indonesia.

c) Giro Wajib Minimum Loan Deposite to Ratio (LDR)

Giro Wajib Minimum LDR adalah simpanan minimum yang wajib

dipelihara oleh Bank dalam bentuk saldo Rekening Giro pada Bank

Indonesia sebesar persentase dari DPK yang dihitung berdasarkan selisih

antara LDR yang dimiliki oleh Bank dengan LDR Target. Besaran dan

parameter yang digunakan dalam perhitungan GWM LDR dalam rupiah

ditetapkan (dapat sewaktu-waktu diubah oleh BI) sebagai berikut:

Batas bawah LDR target sebesar 78%

1. Batas atas LDR target sebesar 100%

2. KPMM Insentif sebesar 14%

3. Parameter Disinsentif Bawah sebesar 0,1

4. Parameter Disinsentif Atas sebesar 0,2

d) Giro Wajib Minimum Valas

Giro Wajib Minimum dalam valuta asing ditetapkan sebesar persentase

tertentu (dapat diubah sewaktu-waktu oleh BI) dari Dana Pihak Ketiga

dalam valuta asing. Dana Pihak Ketiga dalam valuta asing meliputi

kewajiban dalam valuta asing kepada pihak ketiga, termasuk Bank di

Indonesia, baik kepada penduduk maupun bukan penduduk, yang terdiri

dari: giro, tabungan, simpanan berjangka/deposito, dan kewajiban-


11

kewajiban lainnya. Saat ini ketentuan pemenuhan Giro Wajib Minimum

dalam valuta asing ditetapkan sebagai berikut:

1. Sejak tanggal 1 Maret 2011 sampai dengan tanggal 31 Mei 2011, Giro

Wajib Minimum dalam valuta asing ditetapkan sebesar 5% dari DPK

dalam valuta asing.

2. Sejak tanggal 1 Juni 2011, Giro Wajib Minimum dalam valuta asing

ditetapkan sebesar 8% dari DPK dalam valuta asing.

2. Fungsi Giro Wajib Minimum

Fungsi Giro Wajib Minimum antara lain:

a. Untuk memenuhi ketetapan Bank Indonesia

b. Untuk jaminan pembayaran pencairan tabungan masyarakat

c. Untuk mempertahankan agar bank tetap dapat mengikuti kliring

d. Untuk memperkuat daya tahan dalam persaingan antar bank

e. Untuk menentukan tingkat kesehatan bank

f. Merupakan salah satu alat kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang

yang beredar.Sebagai salah satu alat otoritas moneter dalam menstabilkan

nilai tukar uang Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

bank.

3. Peraturan Tentang Giro Wajib Minimum

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 6/15/PBI/2004 tentang Giro

Wajib Minimum (GWM) bank umum pada Bank Indonesia dalam rupiah dan

valuta asing:

a. Pasal 1 ayat 4: Giro Wajib Minimum (statutory reserve), atau yang untuk

selanjutnya disebut GWM, adalah simpanan minimum yang harus dipe

lihara oleh Bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia
12

yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase

tertentu dari DPK (Dana Pihak Ketiga).

b. Pasal 1 ayat 5: Rekening Giro adalah rekening pihak eksternal tertentu di

Bank Indonesia yang merupakan sarana bagi penatausahaan transaksi

dari simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat.

c. Pasal 1 ayat 6: Rekening Giro dalam Rupiah, yang untuk selanjutnya

disebut Rekening Giro Rupiah, adalah Rekening Giro dalam mata uang

rupiah yang penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek

Bank Indonesia, bilyet giro Bank Indonesia, atau sarana lainnya

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku

tentang Hubungan Rekening Giro Antara Bank Indonesia Dengan Pihak

Ekstern.

d. Pasal 1 ayat 7: Rekening Giro dalam valuta asing, yang untuk selanjutnya

disebut Rekening Giro Valas, adalah Rekening Giro dalam valuta asing

yang penarikannya dapat dilakukan dengan cara pemindahbukuan atau

sarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia

yang berlaku tentang Hubungan Rekening Giro Antara Bank Indonesia

Dengan Pihak Ekstern.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 20/3/PBI/2018 tentang Giro

Wajib Minimum (GWM) dalam rupiah dan valuta asing bagi Bank Umum

Konvensional (BUK), Bank Umum Syariah (BUS), dan Unit Usaha Syariah

(UUS):

a. Pasal 11 ayat 1: BUS dan UUS wajib memenuhi GWM dalam rupiah.

b. Pasal 11 ayat 2: BUS dan UUS yang Melakukan Kegiatan Usaha dalam

Valuta Asing selain wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), juga wajib memenuhi GWM dalam valuta asing.
13

c. Pasal 12 ayat 1: GWM dalam rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal

11 ayat (1) ditetapkan sebesar rata-rata 5% (lima persen) dari DPK BUS

dan UUS dalam rupiah selama periode laporan tertentu, yang wajib

dipenuhi sebagai berikut:

a) secara harian sebesar 3% (tiga persen); dan

b) secara rata-rata sebesar 2% (dua persen).

d. Pasal 12 ayat 2: GWM dalam valuta asing sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 ayat (2) ditetapkan secara harian sebesar 1% (satu persen) dari

DPK BUS dan UUS dalam valuta asing.

e. Pasal 13 ayat 1: Bank Indonesia dapat memberikan kelonggaran atas

kewajiban pemenuhan GWM dalam rupiah yang wajib dipenuhi secara

harian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a kepada

BUS yang melakukan penggabungan atau peleburan.

f. Pasal 13 ayat 2: Kelonggaran atas kewajiban pemenuhan GWM dalam

rupiah yang wajib dipenuhi secara harian sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditetapkan sebesar 1% (satu persen) untuk 1 (satu) tahun

terhitung sejak tanggal penggabungan atau peleburan berlaku efektif.

Pasal 13 ayat 3: Pemberian kelonggaran atas kewajiban pemenuhan

GWM dalam rupiah yang wajib dipenuhi secara harian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan atas permintaan BUS kepada Bank

Indonesia.Pasal 14 ayat 1: Pemenuhan GWM dalam rupiah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dan GWM dalam valuta asing

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) bagi BUS yang

melakukan penggabungan atau peleburan dilakukan dengan ketentuan

sebagai berikut:

a) sampai dengan 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal efektif

pelaksanaan penggabungan atau peleburan, perhitungan GWM


14

dalam rupiah dan GWM dalam valuta asing tetap dilakukan secara

terpisah untuk masing-masing BUS.

b) sejak 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal efektifpelaksanaan

penggabungan atau peleburan, perhitungan GWM dalam rupiah dan

GWM dalam valuta asing hanya dilakukan terhadap BUS hasil

penggabungan atau peleburan; dan

c) dalam hal data BUS hasil penggabungan atau peleburan

sebagaimana dimaksud dalam huruf b belum tersedia, perhitungan

GWM dalam rupiah dan GWM dalam valuta asing menggunakan hasil

penjumlahan data BUS yang melakukan penggabungan atau

peleburan.

g. Pasal 14 ayat 2: Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemenuhan

GWM dalam rupiah dan GWM dalam valuta asing bagi BUS yang

melakukan penggabungan atau peleburan diatur dalam Peraturan

Anggota Dewan Gubernur.

h. Pasal 15 ayat 1: Pemenuhan GWM dalam rupiah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 12 ayat (1) dan GWM dalam valuta asing sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) bagi BUS hasil pemisahan UUS dari

BUK dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a) sampai dengan 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal efektif pemisahan

UUS menjadi BUS, perhitungan GWM dalam rupiah dan GWM dalam

valuta asing dilakukan terhadap UUS;

b) sejak 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal efektif pemisahan UUS

menjadi BUS, perhitungan GWM dalam rupiah dan GWM dalam

valuta asing hanya dilakukan terhadap BUS hasil pemisahan; dan


15

c) dalam hal data BUS hasil pemisahan UUS dari BUK sebagaimana

dimaksud dalam huruf b belum tersedia, perhitungan GWM dalam

rupiah dan GWM dalam valuta asing menggunakan data UUS.

i. Pasal 15 ayat 2: Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemenuhan

GWM dalam rupiah dan GWM dalam valuta asing bagi BUS hasil

pemisahan UUS dari BUK diatur dalam Peraturan Anggota Dewan

Gubernur.

b. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang berasal dari masyarakat luas

yang merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional suatu

bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai

operasionalnya dari sumber dana ini. Pertumbuhan setiap bank sangat

dipengaruhi oleh perkembangan kemampuannya menghimpun dana

masyarakat, baik berskala kecil maupun besar dengan masa pengendapan

yang memadai. Sebagai lembaga keuangan, masalah bank yang paling

utama adalah dana. Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-

apa, atau dengan kata lain bank mejadi tidak berfungsi sama sekali.

Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan

operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu

membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana ini relative

paling mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya. Peningkatan dana

pihak ketiga Perbankan Syariah disebabkan karena kepercayaan masyarakat

terhadap Perbankan Syariah dari tahun ke tahun semakin membaik. Ini

merupakan kesempatan yang cukup baik bagi Perbankan Syariah untuk terus

melakukan sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat akan manfaat

yang diperoleh dari jasa Perbankan Syariah dibandingkan Perbankan Umum.


16

1. Macam-Macam Produk Dana Pihak Ketiga

a. Giro

Giro adalah simpanan masyarakat baik dalam bentuk rupiah maupun

valuta asing pada bank yang dalam transaksinya (penarikan dan

penyetoran) dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,

bilyet giro, kartu ATM, sarana perintah bayar yang lainnya atau dengan

cara pemindah bukuan. Dana giro ini termasuk dana yang sensitif atau

peka terhadap perubahan, atau disebut juga dana yang labil yang

sewaktu dapat ditarik atau disetor oleh nasabah. Pihak yang dititipi

berhak mendapat fee dan jika dimungkinkan memberikan bonus kepada

pihak yang menitipkan atas keuntungan yang diperoleh atas

penggunaan barang atau dana yang dititipkan.

b. Tabungan

Tabungan adalah simpanan masyarakat pada bank, penarikannya dapat

dilakukan setiap saat melalui buku tabungan atau melalui ATM. Tabungan

merupakan sumber dana yang cukup besar, pada keadaan normal

merupakan sumber yang stabil karena jumlah penarikan dan penyetoran

hampir sebanding. Namun bahayanya jika suatu ketika semua nasabah

menarik seluruh dananya. Ini bisa terjadi apabila masyarakat luntur

kepercayaan kepada bank yang bersangkutan atau ada isu devaluasi.

c. Simpanan Berjangka (Deposito)

Deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga dalam rupiah maupun

valuta asing, yang diterbitkan atas nama nasabah kepada bank dan

penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut

perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.


17

c. Base Lending Rate

Base lending rate adalah kemampuan untuk menghitung

besarnya bunga, jasa pinjaman atau pemberian kredit kepada debitur

(Kasmir, 2008:42). Bunga bank merupakan balas jasa yang diberikan

oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang

membeli atau menjual produk bank (Kasmir, 2008: 135).

Untuk memperoleh laba yang optimal, maka bank harus

berusaha untuk menarik sebanyak mungkin nasabah baru ataupun

investor, memperbesar dananya dan memperbesar pemberian kredit

dan jasanya kepada para debitur. Dari dana yang telah dihimpun oleh

bank yang selanjutnya dialokasikan oleh bank untuk menjadi asset yang

menghasilkan pendapatan bagi bank, atau dijual kepada pihak-pihak

yang memerlukan dana sesuai fungsi intermediasi bank dengan

harga atau tingkat bunga yang wajar agar bank memperoleh laba

optimal. Tingkat bunga aktiva produktif ini disebut base lending rate

(Harinowo, 2007: 96).

Faktor-faktor penentu tingkat bunga kredit menentukan besarnya

tingkat bunga kredit yang dikenakan kepada nasabah debitur (loan

pricing) sangat dipengaruhi oleh: berapa besar biaya dana bank

(cost of loanable funds), spread, biaya overhead, pajak dan premi

resiko yang diperkirakan (Siamat, 2001: 128).

B. Penelitian Terdahulu

1. Menurut Hashifah Nabilah (2016), tujuan dilakukan penelitian ini adalah

untuk mengetahui giro wajib minimum (GWM), Suku Bunga Deposito

Berjangka, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Cost Of Loanable Funds

(COLF) terhadap Base lending Rate BLR). Teknis analisis yang

digunakan adalah model regresi berjangka dengan bantuan program IBM


18

SPSS Statistics 22 untuk menguji pengaruh antara variable independent

terhadap variable dependen.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suku bunga deposito

berjangka dan cost of loanable funds berpengaruh positif dan signifikan

terhadap base lending rate. Namun, giro wajib minimum dan dana pihak

ketiga tidak berpengaruh terhadap base lending rate. Hasil tersebut

membuktikan bahwa, tingginya suku bunga deposito berjangka

merupakan strategi yang dilakukan bank untuk meningkatkan pangsa

pasar deposito berjangka yang merupakan sumber dana terbesar bank

serta komponen yang paling besar mempengaruhi BLR adalah COLF

sebesar 33,79% dari komponen-komponen yang membentuk Base

Lending Rate.
III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konseptual

a. Pengaruh Giro Wajib Minimum terhadap Base Lending Rate

Giro wajib minimum merupakan cadangan minimum yang wajib

disediakan oleh bank dan besarnya ditentukan oleh Bank Sentral. Hal

tersebut merupakan upaya dari bank sentral untuk menjaga stabilitas

moneter dan sektor keuangan. Rivai et al. (2013) menyatakan bahwa

semakin besar cadangan wajib minimum yang harus dipelihara oleh bank,

akan meningkatkan biaya dana yang dibebankan kepada bank.

Sedikitnya dana yang dapat disalurkan kepada masyarakat akan

menimbulkan biaya yang lebih besar bila dibandingkan dengan

pendapatan yang diperoleh bank. Hal ini didukung oleh Okamoto &

Geoffrey W.S. (2011) menunjukkan bahwa menaikkan GWM secara

signifikan meningkatkan tingkat bunga di pasar dan Mbao et al. (2014)

juga menyatakan bahwa Giro Wajib Minimum menjadi pendorong paling

signifikan dalam perubahan Base Lending Rate. Dengan demikian, dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

b. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Base Lending Rate

Dana pihak ketiga merupakan dana yang dihimpun bank dari

masyarakat. Sumber dana yang dihimpun bank sebagian besar diperoleh

dari dana pihak ketiga. Dana yang mudah diperoleh dari masyarakat

memberikan keuntungan bagi bank, namun di sisi lain dana pihak ketiga

merupakan dana mahal yang disebabkan oleh tingginya suku bunga dana

yang dibebankan kepada bank.

Kelebihan dana menurut Veithzal et. al (2013), memberikan

dampak negatif bagi bank, hal ini dikarenakan dana yang menganggur

19
20

membuat biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada penerimaan dari

suku bunga kredit bank. Untuk mengoptimalkan DPK yang melimpah,

bank menurunkan suku bunga dana yang mengakibatkan penurunan

Base Lending Rate, hal ini dilakukan agar pendapatan bunga dari kredit

yang diberikan kepada nasabah dapat menutupi biaya yang ditanggung

bank. Hal ini didukung oleh Koch (dalam Krni, 2014) yang menyatakan

bahwa meningkatnya dana yang dipinjamkan (Loanable Funds) dapat

menurunkan suku bunga hal ini berkaitan dengan permintaan peminjam.

Georgievska et al. (2011) juga menyatakan bahwa faktor- faktor

yang sering menjadi penyebab tingginya suku bunga kredit adalah

rendahnya tingkat tabungan yang mengakibatkan rendahnya pasokan

pinjaman. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:


21

Gambar 1

Model kerangka konseptual

PROKSI:

GWM RUPIAH = 5% X DPK t-2

GWM VALAS = 8% X DPK t-2

Peraturan BI No. 18/14/PBI/2016

GWM

(X1)
BASE LENDING
RATE (BLR)

(Y)

DPK

(X2)

Proksi

BLR = COLF + S + RF + OC + (P X S)
PROKSI
Kasmir(2008:135)
DPK = GIRO +TABUNGAN +
DEPOSITO

Hersugondo (2012)

Keterangan :

X1 : Giro Wajib Minimum (GWM)

X2 : Dana Pihak Ke tiga (Giro, Tabungan dan Deposito)

Y : Base Lending Rate (BLR)


22

B. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2014:99) “ Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian
telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”.

H1 : Giro Wajib Minimum berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Base Lending Rate?

H2 : Dana Pihak ketiga berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Base Lending Rate?

H3 : Giro Wajib Minimum atau Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif

dan signifikan terhadap Base Lending Rate?


IV. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif kuantitatif untuk mengolah data sekunder yang

diperoleh dari laporan keuangan dan analisis menggunakan statistik.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif kuantitatif untuk mengolah data sekunder yang

diperoleh dari laporan keuangan dan analisis menggunakan statistik.

Jenis Penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh Giro Wajib

Minimum dan Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Base Lending Rate pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Menurut Mardalis (2014:26)

penelitian eksplanatori bertujuan untuk menjeleskan apa-apa yang akan

terjadi bila variabel-variabel tertentu dikontrol atau dimanupulasi secara

tertentu. Berdasarkan data dan analisis peneltian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif.

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat
Tempat Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data Pengaruh

Giro Wajib Minimum dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Base Lending

Rate pada PT. BANK BRI (Persero) Tbk yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia melalui Galeri Investasi STIEM BONGAYA di JL. Letjen. Pol. A.

Mappaoudang No. 28, Bongaya, Tamalate, Kota Makassar,Sulawesi

Selatan 90131.

23
24

2. Waktu penelitian

Adapun waktu penelitian yang diperlukan peneliti yaitu satu bulan, di

mulai dari bulan Mei 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan

subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono;2015). Populasi pada penelitian ini adalah laporan keuangan

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang terdaftar pada Bursa Efek

Indonesia diambil pertriwulan dari 2011– 2019.

2. Sampel

Menurut Sugyiono dalam Sudaryono (2018:167), sampel

merupakan suatu bagian dari populasi. Hal ini mencakup sejumlah

anggota yang dipilih dari populasi, dengan demikian sebagian elemen

dari populasi merupakan sampel. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan cara pengambilan

sampel tidak acak (non-random sampling), yaitu metode purposive

sampling.

Alasan pemilihan sampel dengan menggunakan purposive

sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria sesuai

dengan yang telah penulis tentukan. Oleh karena itu, sampel yang dipilih

sengaja ditentukan oleh penulis untuk mendapatkan sampel yang sesuai

dengan kriteria penulis dan terdapat dalam laporan keuangan triwulan PT.
25

Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk selama per triwulan dari tahun 2011

sampai 2019.

D. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

a) Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan adalah data kuantitatif. Dimana data

kuantitatif yang penelitiannya berupa angka-angka dan analisis

menggunakan statistik. Digunakan untuk meneliti pada populasi atau

sampel tertentu, teknik pengambilan sampel, pengumpulan data dan

analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2013:12:13).

b) Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan adalah data sekunder. Data

sekunder yaitu sumber data yang diperoleh secara tidak langsung

melainkan melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak

lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, laporan historis

yang telah tersusun dalam laporan keuangan tahunan PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk yang diperoleh di situs internet yaitu

www.idx.co.id (Perbulan) pada periode 2011-2019.

c) Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik

pengumpulan data dokumen. Dimana data yang didapatkan dalam

bentuk studi pustaka melalui buku dan jurnal yang berkaitan dengan

pokok pembahasan dalam penelitian ini serta dari internet melalui situs

www.bri.co.id dan untuk memperoleh laporan keuangan yang dibutuhkan

oleh penelitian.
26

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Defenisi Indikator Skala

Pengukuran

data
Giro wajib Giro Wajib Minimum GWM Rupiah = ordinal

Minimum merupakan cadangan yang 5% x DPK t-2

(X1) wajib di sediakan bank dan GWM Valas =

besarnya ditentukan oleh Bank 8% x DPK t-2

Sentral. Peraturan BI No.

18/14/PBI/2016
Dana Dana Pihak Ketiga adalah DPK = Giro + ordinal

Pihak dana berupa simpanan dari Tabungan +

Ketiga masyarakat berupa giro, Deposito

(X2) tabungan dan deposito. Hersugondo

(2012)
Base Base Lending Rate adalah BLR = COLF + S ordinal

Lending kemampuan untuk menghitung + RF + OC + (P

Rate (Y) besarnya bunga atau jasa X S)

pinjaman kepada debitur. Kasmir

(2008:135)

F. Uji Asumsi Klasik

Data yang digunakan adalah data skunder, oleh karena itu untuk

menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa

asumsi klasik yang digunakan yaitu: Uji Multikolonieritas, Uji

Heterokedastisitas dan Autokorelasi yang secara rinci dapat dijelaskan

sebagai berikut:
27

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

variabel dan residual memiliki distribusi normal atau tidak. Model

regresi yang bank miliki distribusi normal atau mendekati normal.

Untuk mendeteksi apakah variabel residual berdistribusi normal atau

tidak yaitu dengan analisis grafik. Sedangkan normalitas suatu

variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik (non-

parametrik kolmogorof- Smirnov (K-S)). Suatu variabel diakatakan

terdistribusi normal jika nilai signifikan > 0,05 (Ghozali,2009).

2. Uji Multikoliniearitas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Modal regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel independen (Ghozali,2009). Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikoliniearitas didalam model regresi

antara lain dapat dilakakukan dengan melihat nilai (1) nilai tolerance,

(2) variance fakto (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk

menunjukan adanya multikoloniearitas adalah nilai tolerance ≤ 0,10

atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali,2009)

3. Uji Autokorelasi

Uji autokerelasi bertujuan untu menguji apakah dalam model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode

t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika

terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi

(Ghozila,2009).
28

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi didalammodel

regresi antara lain dapat dilakukandengan Uji Durbin – Waston (DW

Test), dengan ketentuan sebagai berikut:

1. 1,65 < DW< 2,35 maka tidak ada autokorelasi

2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 maka tidak dapat

disimpulkan.

3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi auto korelasi.

G. Metode Analisis

Sehubungan pendekatan penelitian adalah penelitian kuantitatif

maka analisis yang digunakan adalah :

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan

untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan

ataumenggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

umum atau generalisasi (Sugiyono,2014:147). Analisis statistik

deskriptif pada penelitian ini menjelaskan nilai minimum,

maximum, rerata dan standar deviasi dari setiap variabel yang

dianalisis.

2. Analisis Stastistik Inferensial

Analisis statistik inferensial adalah teknik statistik yang

digunakan untuk mrnganalisis data sampel dan hasilnya

diberlakukan untuk populasi, statistik ini akan cocok digunakan

bila sampel dari populasi yang jelas dan teknik pengambilan

sampel dari populasi itu dilakukan secara random (Sugiyono

2014:148). Adapun pada penelitian ini, peneliti menggunakan

analisis regredi linier berganda yaitu analisis yang digunakan


29

untuk mrngrtahui sejauh mana pengaruh Giro Wajib Minimum

(GWM) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebagai variabel

independen terhadap Base Lending Rate sebagai variabel

dependen. Regresi linier berganda bertujuan untuk mempelajari

hubungan antara variabel yaitu antara satu variabel independen

(X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini digunakan untuk

mengetahui variabel independen apakah positif atau negatif dan

untuk memprediksi nilai dari variabel dependen mengalami

penaikan atau kenaikan persamaan regresi linier berganda adalah

sebagai berikut:

Y= a + b1 x1+ b2 x2 + e

Dimana:

Y = Base Lending rate

a = Konstanta atau nilai Intercept

b1,b2 = Koefisien Variabel Bebas

x1 = Giro wajib Minimum

x2 = Dana Pihak Ketiga

e = Standar Error

Analisis data pada penelitian ini menggunakan Software

Statistical product and service solution (SPSS), sebagai alat untuk

membentuk formulasi model Regresi.

H. Uji Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada

tidaknya pengaruh yang signifikan dari variabel independen (Giro wajib

Minimum Dan Dana Pihak Ketiga) terhadap variabel dependen (Base

Lending Rate) baik secara parsial maupun secara simultan.

1. Uji Parsial (Uji-t)


30

Pengujian hipotesis yang dilakukan secara parsial bertujuan untuk

mengetahui pengaruh dan signifikansi dari masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan

dengan uji-t pada tingkat keyakinan 95%. Artinya Jika tingkat

signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan

diterima atau dikatakan signifikan, artinya secara parsial variable

independen atau variabel bebas (X1 dan X2) berpengaruh signifikan

terhadap variable dependen atau variabel terikat (Y) = hipotesis

diterima, sementara jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau

5% maka hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak

signifikan, artinya secara parsial variabel independen atau variabel

bebas (X1 dan X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen atau variabel terikat (Y), hipotesis ditolak :

Jika t-hitung > t-tabel (α, n-k-l), maka H0 ditolak;

Jika t-hitung < t-tabel (α, n-k-l), maka H0 diterima.

2. Uji Simultan (Uji-F)

Menurut Imam Ghozali (2011:98) Uji Statistik F pada dasarnya

menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen atau terikat. Dasar pengambilan

keputusannya adalah :

a. H0 diterima dan Ha ditolak jika Fhitung < Ftabel, untuk α= 0,05 yang berarti

tidak ada pengaruh secara simultan antara variabel bebas terhadap

variabel terikat.
31

b. H0 ditolak dan Ha diterima jika Fhitung > Ftabel, untuk α= 0,05 yang berarti

ada pengaruh secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel

terikat.

Uji-F dapat juga dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada

output hasil regresi menggunakan SPSS dengan significance level 0,05

(α=5%). Jika nilai signifikansi lebih besar dari nilai (α) maka hipotesis

ditolak, yang berarti variabel independen tidak memiliki pengaruh

terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari nilai (α)

maka hipotesis diterima, yang berarti bahwa variabel independen

berpengaruh terhadap variabel dependen

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2013:87) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dapat menjelaskan variabel variabel dependen.

Dalam pengujian hipotesis koefisien determinasi dilihat dari besarnya nilai

R Square (R2), untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas likuiditas

dan pertumbuhan perusahaan terhadap kinerja keuangan. Nilai R2

mempunyai interval 0 sampai 1 ( 0 ≤ R 2 ≤ 1 ). Jika R2 bernilai besar

(mendekati 1) berarti variabel bebas dapat memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.

Sedangkan jika R2 bernilai kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam

menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.


32

I. Rancangan Penelitian

Bulan ke-
No. Uraian Kegiatan Penelitian
1 2 3 4 5 6
1. Pengajuan Judul

2. Pembuatan Proposal

3. Seminar Proposal

4. Penelitian

5. Hasil Penelitian

6. Skripsi
DAFTAR PUSTAKA

(SAK, 2007: 31.11) tentang pinjaman uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan.

Dahlan Siamat (2005:349) tentang alasan terkonsentrasinya usaha bank

dalam penyaluran kredit.

Georgievska et al. (2011) menyatakan bahwa faktor yang paling sering

disebutkan sebagai alasan utama untuk tingkat suku bunga.

Hamongan dan Siregar (2009) tentang lembaga keuangan memiliki peran

penting dalam perekonomian.

Herman Damawi, Manjemen Perbankan, Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2011:63.

Hersugondo, Handy Setyo T. 2012. Pengaruh CAR, NPL, DPK dan ROA

terhadap LDR Perbankan Indonesia. Jurnal FE Universitas Stikubank

Semarang.

Info Bank News.com,2007, pemberian kredit harus dikawal dengan

manajemen risiko yang ketat.

Malayu, Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2011:254

Mbao, F.Z. et al., 2014. Determinants of Bank Lending Rates in Zambia :

A Balance Sheet Approach

Muljono, 2006 dalam Rahmawati, 2011, mengatakan menyimpan uang

kemudian ditarik kembali pada saat jatuh tempo dengan imbalan bunga

maupun capital gain dari bank tersebut

Okamoto, B.S. & Geoffrey W.S., 2011. The Effect of Bank Reserve

Requirements on LendingVolume and Lending Intrest Rates Faced by

Borrowers. Georgetown University

33
34

Pasal 1 PBI No. 7/2/PBI/2005 pengertani kredit

Peraturan Bank Indonesia No. 18/14/PBI/2016

Rivai, V. et al., 2013. Commercial Bank Management Manajemen

Perbankan Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Undang – undang Negara Repuplik Indonesia nomor 10 tahun 1998.

Anda mungkin juga menyukai