Bapak Ibu jama’ah yang dimuliakan Allah, marilah kita panjatkan puji
syukur atas segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita, utamanya
adalah nikmat islam, kesehatan, kekuatan dan kesempatan.
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan
membacakan sebuah kultum dengan tema:
Dari `Utsman bin `Affan, Nabi bersabda : "Sebaik-baik kalian yaitu orang
yang mempelajari Al Qur`an dan mengajarkannya." H.R. Bukhari.
4. Ladang pahala
Sebagai penutup akan saya bacakan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim. Rasulullah SAW bersabda : “Perumpamaan orang
Mukmin yang membaca Al-Quran seperti buah utrujah, baunya harum dan
rasanya enak. Dan perumpamaan orang Mukmin yang tidak membaca Al-
Quran seperti buah korma, tidak wangi dan rasanya manis. Sedangkan
perumpamaan orang munafiq yang membaca Al-Quran seperti buah
raihanah, baunya enak dan rasanya pahit. Dan perumpamaan orang
munafiq yang tidak membaca Al-Quran seperti buah hanzhalah, tidak
beraroma dan rasanya pahit.”
Bapak Ibu jama’ah yang dimuliakan Allah, marilah kita panjatkan puji
syukur atas segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita, utamanya
adalah nikmat islam, kesehatan, kekuatan dan kesempatan, sehingga
pada malam hari ini kita masih diperkenankan berkumpul untuk
mengkaji ayat-ayat Allah.
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan
membacakan sebuah kultum dengan tema:
1. Syirik
Ayat-ayat Allah adalah firman yang pasti kebenarannya, serta tidak ada
keraguan di dalamnya. Sebagaimana Allah berfirman: “Kitab ini tidak
ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.”
(QS. Al-Baqarah : 2)
Sehingga hanya orang yang tidak beriman sajalah yang mengkufuri dan
mengingkari ayat-ayat yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya.
Orang seperti itu mendapatkan ancaman berupa hilangnya amalan-
amalan yang telah mereka kerjakan. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah
dalam QS. Al-Kahfi ayat 103 – 106: Katakanlah: "Apakah akan Kami
beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi
perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya
dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa
mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah
kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap)
perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan
Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada
hari kiamat. Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam,
disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-
ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.”
Bapak Ibu yang dimuliakan Allah, marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan
takwa kita, salah satunya dengan selalu mensyukuri nikmat Allah serta
menggunakannya untuk amal ibadah dan kebaikan.
Tak lupa salam dan shalawat semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan para pengikutnya
yang senantiasa istiqomah.
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan membacakan
sebuah kultum dengan tema:
Ada dua orang melakukan shalat, orang yang pertama meraih keridhaan Allah Azza
wa Jalla sehingga dosa-dosanya gugur, sedangkan orang yang kedua mendapatkan
kecelakaan dan kemurkaan Allah Azza wa Jalla karena nifak dan riyâ’nya.
Tidak ada seorang muslim yang kedatangan (waktu) shalat wajib, lalu dia
melakukan shalat wajib itu dengan menyempurnakan wudhu’nya, khusyu’nya dan
ruku’nya, kecuali shalat itu merupakan penghapus dosa-dosa sebelumnya, selama
dia tidak melakukan dosa besar. Dan itu untuk seluruh waktu. [HR. Muslim]
Sebaliknya, beliau juga memperingatkan umat dari melakukan shalat karena riya’,
karena hal ini akan menggugurkan amal, sebagaimana hadits berikut ini:
Dari Abu Sa'îd, dia berkata: "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi
kami ketika kami sedang membicarakan Al-Masîhud Dajjâl. Kemudian beliau
bersabda: "Maukah aku beritahukan kepada kamu sesuatu yang menurutku lebih
aku takutkan terhadap kamu daripada terhadap Al-Masîhud Dajjâl?" Maka kami
menjawab: "Ya, wahai Rasulullah". Maka beliau bersabda: "Syirik yang
tersembunyi. Yaitu seseorang melakukan shalat, lalu dia membaguskan shalatnya
karena dia melihat pandangan orang lain". [Hadits Hasan Riwayat Ibnu Mâjah]
Ini merupakan contoh nyata tentang pentingnya niat dan mengikhlaskan niat di
dalam seluruh amalan. Oleh karena itu banyak sekali Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengingatkan hal ini di dalam hadits-hadits beliau. Antara lain, sabda
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Sesungguhnya semua amalan itu terjadi dengan niat, dan setiap orang
mendapatkan apa yang dia niatkan. [HR. Bukhâri]
Sesungguhnya suatu perbuatan akan diterima oleh Allah jika memenuhi dua syarat,
yaitu niat ikhlas dan mengikuti Sunnah. Oleh karena itu Allah akan melihat hati
manusia, apakah ia ikhlas; dan melihat amalnya, apakah sesuai dengan tuntunan
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk kamu dan harta kamu, tetapi Dia melihat
hati kamu dan amal kamu. [HR. Muslim]
Oleh karena itulah mengikhlaskan niat merupakan perintah Allah kepada seluruh
manusia, sebagaimana firman-Nya:
Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus. [Al-Bayyinah:5]
Di antara rahmat dan anugerah Allah adalah bahwa Dia menulis kebaikan hamba-
Nya hanya karena keinginan untuk berbuat kebaikan, sedangkan keinginan berbuat
keburukan belum ditulis. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan hal ini di
dalam hadits sebagai berikut:
Sementara itu, keinginan yang melintas di dalam hati untuk berbuat keburukan
belum ditulis dosa oleh Allah. Namun, jika keinginan itu sudah menjadi tekad dan
niat, apalagi sudah diusahakan, walaupun tidak terjadi, maka pelakunya sudah
mendapatkan balasan karenanya.
Dari Abu Bakrah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Jika dua orang
muslim bertemu dengan pedang masing-masing (berkelahi), maka pembunuh dan
orang yang terbunuh di dalam neraka. Aku (Abu Bakrah) bertanya: ”Wahai
Rasulullah, si pembunuh kami memahaminya, namun bagaimana dengan orang
yang terbunuh. Beliau menjawab: “Sesungguhnya dia juga sangat ingin membunuh
kawannya itu”. [HR. Bukhâri dan Muslim]
Demikianlah sedikit yang dapat saya sampaikan. Kurang lebihnya mohon maaf.
Billahitaufik walhidayah.. Wassalamu’alaikum warohmatullahi wa barokaatuuh..
Bapak Ibu yang dimuliakan Allah, marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan
takwa kita, salah satunya dengan selalu mensyukuri nikmat Allah serta
menggunakannya untuk amal ibadah dan kebaikan.
Tak lupa salam dan shalawat semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan para pengikutnya
yang senantiasa istiqomah.
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan membacakan
sebuah kultum dengan tema:
“Tidaklah salah seorang di antara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia
berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya: ‘Ya Allah,
ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’,” (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah,
Shahih Muslim 469).
Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim
meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah Salllallahu alaihi wassalam
bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada
orang-orang yang menyambung shaf-shaf,” (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272).
“Para malaikat akan selalu bershalawat (berdoa) kepada salah satu di antara kalian
selama ia ada di dalam tempat shalat di mana ia melakukan shalat, selama ia belum
batal wudhunya, (para malaikat) berkata: ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia’,”
(HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106).
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah Salllallahu
alaihi wassalam bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu
para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas
malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap
tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat
yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit). Sedangkan
malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada
mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’ Mereka menjawab, ‘Kami
datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka
sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari
kiamat’,” (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir).
“Tidak satu hari pun di mana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2
malaikat turun kepadanya, salah satu di antara keduanya berkata, ‘Ya Allah,
berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah,
hancurkanlah harta orang yang pelit,” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim dari
Abu Hurairah, Shahih Bukhari 1442 dan Shahih Muslim 1010).
IMAM Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayatkan dari Abdullah bin
Umar ra., bahwa Rasulullah Salllallahu alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya
Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur,”
(hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib
I/519).
“Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas
seorang yang paling rendah di antara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan
bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya
bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain,” (HR.
Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily).
Bismillaahhirrohmaanirrohiim..
Assalamu’alaikum warohmatullahi wa barokaatuuh..
Bapak Ibu yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya
membacakan sebuah Kisah Mulia dari Fatimah Az Zahra, semoga
saja kisah ini nanti bisa menjadi pelajarn bagi kita semua.
Dia tidak rela hidup senang dikala orang lain menderita. Bahkan dia tidak
pernah membiarkan pengemis melangkah dari pintu rumahnya tanpa
memberikan sesuatu, meskipun dirinya sendiri sering kelaparan.
Pernah suatu hari, Fatimah telah membuat Ali terusik hati dengan kata-
katanya. Menyadari kesalahannya, Fatimah segera meminta maaf
berulang-ulang kali.
Melihat air muka suaminya tidak juga berubah, maka Fatimah berlari-lari
seperti anak kecil mengelilingi Ali. Tujuh puluh kali Fatimah mengelilingi
Ali sambil merayu-rayu mohon untuk dimaafkan. Melihat tingkah laku
Fatimah itu, tersenyumlah Ali dan lantas memaafkan isterinya itu.
Kemudian perkara ini sampai ke telinga Rasulullah Shallahu 'alaihi
wassalam dan beliaupun memberi nasihat kepada puterinya
Bapak Ibu yang dimuliakan Allah, demikianlah sedikit yang bisa saya
sampaikan. Mohon maaf saya tidak bisa menemukan sumber asli atau dalil
dari kisah ini. Namun harapan saya, semoga kita bisa mengambil hikmah
dari kisah Fatimah Az Zahra ini.
Bila ada benarnya itu datang dari Allah, dan bila ada kesalahan dan
kekurangan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Bapak Ibu jama’ah yang dimuliakan Allah, marilah kita panjatkan puji syukur atas
segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita, utamanya adalah nikmat islam,
kesehatan, kekuatan dan kesempatan, sehingga pada malam hari ini kita masih
diperkenankan berkumpul untuk mengkaji ayat-ayat Allah.
Tak lupa salam dan shalawat semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan para pengikutnya
yang senantiasa istiqomah melaksanakan ajarannya.
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan membacakan
sebuah kultum dengan tema:
Siapakah golongan manusia yang pertama masuk neraka? Apakah orang kafir?
Apakah orang munafik? Apakah orang yang berbuat zina? Bapak Ibu yang
dimuliakan Allah, ternyata bukan salah satu dari mereka. Ada 3 golongan yang
pertama masuk neraka.
Imam Muslim berkata: Telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Habib Al-
Haritsi, dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Khalid bin Al-Haritsi, dia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij, dia berkata, telah
mengabarkan kepadaku Yunus bin Yusuf, dari Sulaiman bin Yasaar, Dia (Sulaiman
bin Yasaar) berkata, Ketika orang-orang telah meninggalkan Abu Hurairah, maka
berkatalah Naatil bin Qais al Hizamy Asy-Syamiy (seorang penduduk palestina dan
beliau adalah seorang tabiin), "Wahai Syaikh, ceritakanlah kepadaku suatu hadits
yang engkau telah dengar dari Rasulullah Shollallahu'alaihi wassalam, Ya (Aku
akan ceritakan - Jawab Abu Hurairah). Aku telah mendengar Rasulullah
Shollallahu'alaihi wassalam bersabda: "Sesungguhnya manusia pertama yang
diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Ia
didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan
di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya: 'Amal apakah yang
engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Ia menjawab: 'Aku berperang semata-
mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.' Allah berkata: 'Engkau dusta!
Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang
demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan
(malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan
ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut
ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur-an. Ia didatangkan dan
diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya.
Kemudian Allah menanyakannya: 'Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan
kenikmatan-kenikmatan itu?' Ia menjawab: 'Aku menuntut ilmu dan
mengajarkannya serta aku membaca al-Qur-an hanyalah karena engkau.' Allah
berkata: 'Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang 'alim (yang
berilmu) dan engkau membaca al-Qur-an supaya dikatakan seorang qari' (pembaca
al-Qur-an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).'
Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan
melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang
diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan
diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya
(mengakuinya). Allah bertanya: 'Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-
nikmat itu?' Dia menjawab: 'Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq
pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata
karena Engkau.' Allah berkata: 'Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu
supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang
dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya
atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.'’
Hadits di atas menjelaskan tentang ditolaknya suatu amal karena dilandasi dengan
riya’. Syarat pokok diterima suatu amal shalih adalah ikhlas karena Allah semata,
dan amal tersebut harus sesuai dengan contoh dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam. Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Inilah dua landasan amal yang diterima,
ikhlas karena Allah dan sesuai dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam”.
Untuk itu, bapak ibu, marilah kita senantiasa berusaha untuk meluruskan niat
dalam setiap amal ibadah. Jangan pernah kita beramal karena riya’ atau
mengharapkan pujian dan sanjungan.
Demikianlah sedikit yang dapat saya sampaikan. Semoga ada manfaatnya. Dan
semoga amal ibadah yang kita kerjakan tidak ada yang sia-sia. Aamiin..
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan
membacakan sebuah kultum dengan tema:
Dosa yang merugikan diri sendiri, maka salah satu cara untuk
menghapusnya adalah dengan bersedekah. Rasulullah Shallahu
‘alaihi wassalam bersabda “Sedekah itu menghapus kesalahan
sebagaimana air memadamkan api”.
Sedang dosa yang dilakukan terhadap orang lain, maka yang perlu
dilakukan adalah meminta maaf kepada orang yang kita sakiti.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka
jangan menyakiti tetangganya.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu
Majah)
Maka dari itu kita perlu instrospeksi, apakah tetangga kita selama
ini merasa terganggu atau tersakiti karena ulah tangan atau pun
lidah kita. Karena percuma kita sholat lima waktu, rajin sholat
malam, sedekah bahkan puasa sunah, jika ternyata kita masih suka
mengganggu atau menyakiti tetangga kita.
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan
membawakan kultum dengan judul:
Keenam, cepat tidur dan cepat bangun. Rasulullah biasa tidur di awal
malam dan bangun pada pertengahan malam kedua. Kemudian beliau
bersiwak, lalu berwudhu dan shalat sampai waktu yang diizinkan Allah.
Beliau tidak pernah tidur melebihi kebutuhan, namun tidak pula
menahan diri untuk tidur sekadar yang dibutuhkan.
Sebenarnya masih banyak sekali pola hidup sehat rasulullah yang layak
kita teladani. Namun karena keterbatasan, hanya sedikit ini yang dapat
saya sampaikan.
Semoga saja kita bisa mengambil hikmah dan manfaatnya. Mohon maaf
bila ada kesalahan dan kekurangan.
Bapak Ibu yang dimuliakan Allah, marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan
takwa kita, salah satunya dengan selalu mensyukuri nikmat Allah serta
menggunakannya untuk amal ibadah dan kebaikan.
Tak lupa salam dan shalawat semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan para pengikutnya
yang senantiasa istiqomah.
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan membacakan
sebuah kultum dengan tema:
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan membacakan sebuah
kultum dengan tema:
Ada beberapa kerugian yang dialami oleh umat Muslim di bulan Romadhon dan mungkin
saja kerugian itu juga kita alami.
Perintah puasa di bulan Romadhon bagi setiap orang yang mengaku beriman sudah sangat
jelas tertuang di surat Al Baqoroh ayat 183. Namun kenyataannya, banyak diantara kita
yang mengaku beriman, sehat dan tidak sedang berhalangan, namun tidak menjalankan
ibadah puasa. Padahal jika kita menilik pada RUKUN ISLAM, maka seseorang belum bisa
dikatakan beragama Islam jika belum bersyahadat, menegakkan sholat dan mengerjakan
puasa. Sementara zakat dan ibadah haji hanya diwajibkan kepada yang mampu saja.
Selain itu, ada juga diantara kita dan mungkin termasuk kita yang berpuasa, namun tidak
melakukan amal ibadah lainnya dengan maksimal. Puasa hanya sekedar puasa saja.
Padahal bulan Romadhon itu menyimpan potensi pahala yang tidak terbatas. Ibadah
sunah pahalanya dihitung seperti ibadah wajib, dan ibadah wajib pahalanya
dilipatgandakan sampai tak terhingga.
“…Barang siapa yang melakukan kebaikan (ibadah sunah) di bulan Romadhon pahalanya
seperti melakukan ibadah wajib dibanding bulan yang lainnya. Dan barang siapa
melakukan kewajiban di dalamnya, maka pahalanya seperti melakukan 70 kewajiban
dibanding bulan lainnya… (HR. Ibnu Huzaimah).
“Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali
dari kebaikan yang semisal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “Kecuali puasa,
amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah
meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.” (HR. Muslim).
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya
tersebut, kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobrani)
Beberapa perkara yang menyebabkan hilangnya pahala puasa, antara lain: berdusta atau
bohong, ghibah dan fitnah, mengadu domba, sumpah palsu, dan melihat aurat lawan jenis
dengan syahwat.
Orang-orang tersebut puasanya tetap sah, namun tidak mendapatkan pahala atas
puasanya.
Kadang-kadang kita melihat ada orang yang meninggalkan shalat tarawih sebelum shalat
witir. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjanjikan satu keutamaan bagi orang yang
megikuti tarawih sampai selesai. Nabi bersabda:
“Orang yang shalat tarawih mengikuti imam sampai selesai, ditulis baginya pahala shalat
semalam suntuk.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Untuk itu marilah kita usahakan senantiasa mengikuti sholat tarawih berjamaah hingga
selesai sholat witir.
Sholat adalah ibadah terpenting bagi seorang muslim karena sholat adalah tiang agama.
Selain itu, sholat adalah amalan yang pertama kali dihisab oleh Allah di hari kiamat kelak.
"Sesungguhnya pertama kali yang dihisab dari segenap amalan seorang hamba di hari
kiamat kelak adalah shalatnya. Bila shalatnya baik maka beruntunglah ia dan bilamana
shalatnya rusak, sungguh kerugian menimpanya.” (HR Tirmidzi).
Selain itu, kepada para laki-laki hendaknya senantiasa mengerjakan sholat 5 waktu di
masjid. Karena bagi orang yang malas sholat di masjid, oleh Nabi dikategorikan kepada
golongan orang munafik.
“Sesungguhnya tiada yang dirasa berat oleh seorang munafik, kecuali melaksanakan shalat
Isya dan shalat Subuh di masjid…” (HR Bukhari Muslim).
Meskipun hanya disebutkan sholat Isya dan Subuh, namun kita tidak boleh meremehkan
sholat lainnya. Sebab, jika kita amati saat ini, justru sholat Ashar lah yang sering kali
sedikit jamaahnya.
Kemudian, orang munafik oleh Allah diancam dengan Neraka Jahanam. “Sesungguhnya
Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam
Jahanam” (QS An Nisa:140).
Didalam HR. Tirmidzi, Nabi bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al
Qur’an, maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu dilipatgandakan dengan
sepuluh (pahala). Aku tidak mengatakan Alif Laam Mim adalah satu huruf, akan tetapi Alif
satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf”.
Begitu besar pahala membaca Al Qur’an, belum lagi jika dikerjakan di bulan Romadhon,
dimana setiap amal kebaikan akan dilipatgandakan sampai tak terhingga.
Untuk itu marilah kita membiasakan diri kita membaca Al Qur’an, paling tidak di bulan
Romadhon ini bisa khatam satu kali. Rata-rata dalam 1 juz itu terdiri dari 10 muka atau 20
halaman. Jika setiap ba’da sholat fardu kita membaca 2 muka, maka insya Allah dalam
sebulan kita bisa khatam satu kali. Apalagi ketika puasa biasanya banyak waktu luang yang
bisa kita gunakan untuk membaca Al Quran, misalnya setelah berbuka, setelah tarawih
dan menjelang imsyak.
Jika puasa Romadhon tahun ini lebih buruk dari tahun lalu, maka sesungguhnya kita
adalah orang yang mengalami kerugian. Karena orang yang beruntung adalah orang yang
hari ini lebih baik daripada hari kemarin. Untuk itu marilah kita nilai diri kita masing-
masing, apakah kualitas ibadah kita tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya, atau
justru malah menurun atau semakin buruk.
Jamaah yang insya Allah dirahmati Allah, bulan Romadhon sebentar lagi akan memasuki
hari-hari terakhir. Untuk itu, marilah kita gunakan waktu di penghujung Romadhon ini
dengan sebaik-baiknya. Karena belum tentu tahun depan kita akan menjumpai lagi bulan
mulia ini.
Demikianlah sedikit yang dapat saya sampaikan, kurang lebihnya saya mohon maaf.
Billahitaufik walhidayah.. Wassalamu’alaikum warohmatullahi wa barokaatuuh..
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan
membawakan kultum dengan judul:
Jamaah yang dirahmati Allah, didunia ini bila kita amati banyak sekali
orang yang bersikap sombong. Entah itu karena jabatan, kekayaan,
harta maupun kelebihan fisik yang ia miliki.
Orang kaya yang sombong sering kali merasa bahwa harta yang
dimilikinya adalah hasil dari jerih payahnya, hasil dari kerja kerasnya
mengumpulkan harta, tanpa menyadari bahwa kekayaan yang ia miliki
sesungguhnya adalah pemberian dari Allah.
Disadari atau tidak, kesombongan jenis ini banyak dilakukan oleh umat
muslim bahkan mungkin kita termasuk di dalamnya. Sering kali
golongan satu mengejek, menyalahkan dan merendahkan golongan lain
karena berbeda aliran, berbeda kiai dan berbeda dalam beribadah.
Rasul bersabda, "Tidak masuk surga siapa saja yang di dalam hatinya
ada sedikit kesombongan, kemudian seseorang berkata: "(ya
Rasulullah) sesungguhnya seseorang itu senang pakaiannya bagus dan
sandalnya bagus", Beliau bersabda: "Sesunguhnya Allah itu Indah dan
Dia menyenangi keindahan, (dan yang dimaksud dengan) kesombongan
itu adalah menolak kebenaran dan melecehkan orang lain" (HR.
Muslim)
Di hadist lain disebutkan bahwa “Tidak akan masuk surga orang yang di
dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi kesombongan.” (HR. Muslim)
Jamaah yang dirahmati Allah, kehinaan orang yang sombong rupanya
tidak berakhir di dunia saja, bahkan sebelum dimasukkan ke neraka,
mereka juga akan mengalami hinaan di hari akhir kelak. Sebagaimana
hadist yang diriwayatkan oleh Tirmizi & Ahmad, “Orang-orang yang
sombong akan dihimpunkan pada hari kiamat seperti dalam bentuk
semut-semut kecil dengan rupa manusia, dari segala tempat datang
hinaan kepada mereka, mereka digiring ke penjara neraka jahannam
yang di sebut Bulas, di bagian atasnya api yang menyala-nyala dan
mereka diberi minuman dari kotoran penghuni neraka".
Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat sombong, dan semoga Allah
memasukkan kita kepada golongan orang-orang yang patuh dan rendah
diri, golongan orang yang beruntung dan selamat dunia akhirat, aamiin
ya robbal’alamiin..
Demikian sedikit yang dapat saya sampaikan, mohon maaf jika ada
kesalahan dan kekurangan. Segala kebenaran dan kepastian hanyalah
milik Allah. Wabillahi taufik walhidayah, Wassalamu’alaikum waroh
matullahi wabarokatuuh..
Bapak Ibu jama’ah yang dimuliakan Allah, syukur Alhamdulillah kita haturkan ke
hadhirat Allah, Sang Pemberi petunjuk, Yang menguasai dan mengendalikan
seluruh hati manusia. Puji syukur kita haturkan pula kepada Allah, karena dengan
rahmat dan hidayahnya, kita bisa merasakan nikmatnya ibadah dan ketaatan
kepada-Nya.
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan membacakan
sebuah kultum dengan tema:
Dalam hadist dari Abbas bin Abdul Muthalib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan merasakan nikmatnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabnya, islam
sebagai agamanya, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai rasulnya.”
(HR. Muslim, Turmudzi dan yang lainnya).
Dalam hadis di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tiga kriteria
untuk dapat merasakan lezatnya iman:
1. Orang yang mentauhidkan Allah dengan sepenuhnya, sebagai bukti dia ridha
Allah sebagai Rabnya,
2. dia menjadikan syariat islam sebagai aturan hidupnya, sebagai bukti dia
ridha bahwa islam sebagai agamanya,
3. dia mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
hidupnya.
Iman, islam, dan segala turunannya merupakan kenikmatan dan bisa dirasakan
lezatnya. Namun, mengapa banyak orang justru merasa berat atau bahkan merasa
tersiksa ketika melakukan ketaatan? Bisa jadi, bahkan termasuk kita, seringkali
masih menganggap ketaatan itu sesuatu beban yang sulit bagi kita.
Kasus semacam ini juga dialami oleh fisik manusia. Ketika seseorang sakit, selezat
apapun makanan yang diberikan, orang tersebut akan merasakannya sebagai
sesuatu yang pahit dan tidak nikmat.
Seperti itulah orang yang sedang sakit hati dan mentalnya. Selezat apapun nutrisi
yang diberikan, dia akan merasakan pahit dan berusaha menolaknya. Untuk bisa
mengembalikan pada kondisi normal, tentu penyakit tersebut harus diobati. Hati
sakit yang dibiarkan, selamanya akan sulit untuk menikmati lezatnya iman.
Imam Ibnul Qoyim, dalam karyanya Ighatsatul Lahafan menjelaskan bahwa ada 3
teori pokok untuk mengobati sesuatu yang sakit. Teori ini juga digunakan dalam
ilmu medis, ketika seorang dokter hendak mengobati pasien.
Ibnul Qoyim menjelaskan, orang yang sakit hati, salah satu upaya yang harus dia
lakukan adalah menjaga kekuatan mentalnya, dengan ilmu yang bermanfaat dan
melakukan berbagai ketaatan. Hatinya harus dipaksa untuk mendengarkan nasehat
dan ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan sunah, serta fisiknya dipaksa untuk
melakukan ibadah dan ketaatan. Karena ilmu dan amal adalah nutrisi bagi hati
manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis riwayat Bukhari,
memisalkan ilmu sebagaimana hujan dan hati manusia sebagaimana tanah. Karena
hati senantiasa butuh nutrisi berupa ilmu.
Dalam mengobati pasien, tahapan lain yang dilakukan dokter adalah menyarankan
pasien untuk menghindari berbagai pantangan sesuai jenis penyakit yang diderita
pasien.
Hal yang sama juga berlaku untuk penyakit hati. Seperti yang dijelaskan Ibnul
Qoyim, orang yang sakit harus menghindari segala yang bisa memperparah
panyakit dalam hatinya, yaitu dengan menjauhi semua perbuatan dosa dan
maksiat. Karena dosa dan maksiat adalah sumber penyakit bagi hati. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan bagaimana bahaya dosa bagi hati
manusia dalam potongan hadist yang artinya:
Tahapan terakhir, setelah dokter memastikan jenis penyakit yang diderita pasien,
dokter akan memberikan obat untuk menghilangkan penyakit tersebut dengan
dosis yang sesuai dengan penyakit pasien.
Karena dengan taubat, berarti dia menghilangkan penyakit hati berupa dosa dalam
dirinya.
Semoga Allah melindungi kita dari segala penyakit hati yang berbahaya, dan
menjadikan hati kita, hati yang sehat, yang bisa merasakan lezatnya iman, islam,
dan amal soleh. Aamiin.
Demikianlah sedikit yang dapat saya sampaikan. Kurang lebihnya saya mohon
maaf. Billahitaufik walhidayah.. Wassalamu’alaikum warohmatullahi wa
barokaatuuh.
Bapak Ibu jama’ah yang dimuliakan Allah, marilah kita panjatkan puji
syukur atas segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita, utamanya
adalah nikmat islam, kesehatan, kekuatan dan kesempatan, sehingga pada
malam hari ini kita masih diperkenankan berkumpul untuk mengkaji ayat-
ayat Allah.
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan
membacakan sebuah kultum dengan tema:
Pada kultum sebelumnya, telah saya bacakan mengenai obat penyakit hati
untuk menyembuhkan hati yang sakit. Hati yang sakit bila tidak segera
diobati dan dibiarkan lama-lama bisa berpotensi menjadi hati yang mati.
Hati yang mati itu tidak ada bedanya dengan jasad yang sudah tidak
bernyawa. Walaupun dipukul, dicubit, bahkan diiris sekalipun, ia tidak
akan merasakan apa-apa. Sehingga ketika orang yang hatinya telah mati
melakukan perbuatan baik atau pun buruk rasanya akan sama saja, biasa-
biasa saja, dan tidak ada nilainya sama sekali.
Hati yang mati secara tersirat disinggung dalam surat Al-Baqarah ayat 7
yang artinya “Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka dan
penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang berat”.
Serta dalam riwayat Ibrahim bin Adam atau dikenal juga dengan nama
Abu Ishaq, yang sedang berjalan dipasar Bashrah, lalu orang-orang
mengerumuninya dan seraya bertanya: "Wahai Abu Ishaq, sudah sejak
lama kami memanjatkan do'a kepada Allah, tetapi mengapa do'a-do'a kami
tidak di kabulkan? Padahal Allah telah berfirman dalam kitab-Nya;
"Berdo'alah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan do'a kalian."
(QS.Ghoofir : 60). Lalu Abu Ishaq menjawab, "Hal itu dikarenakan hati
kalian telah mati dengan sepuluh perkara berikut :
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan
membawakan kultum dengan tema:
Kematian
Dan apa yang telah kita sedekahkan, insya Allah akan memudahkan
perjalanan kita di alam kubur kelak. Sebagaimana sabda Rasulullah
Shallahu 'alaihi wassalam: “Sesungguhnya sedekah dapat memadamkan
panasnya kubur bagi orang yang memberikan sedekah, dan
sesungguhnya orang mukmin akan bernaung pada hari kiamat nanti di
bawah naungan sedekahnya.” (HR. Tabbrani).
Bapak Ibu jama’ah yang dimuliakan Allah, marilah kita panjatkan puji syukur
atas segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita, utamanya adalah nikmat
islam, kesehatan, kekuatan dan kesempatan, sehingga pada malam hari ini
kita masih diperkenankan berkumpul untuk mengkaji ayat-ayat Allah.
Tak lupa salam dan shalawat semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan para
pengikutnya yang senantiasa istiqomah melaksanakan ajarannya.
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan
membacakan sebuah kultum dengan tema:
Ada apa sebenarnya di balik waktu Subuh? Mengapa Allah sampai bersumpah
demi waktu Subuh? Dan mengapa pula kita harus berlindung kepada yang
menguasai waktu Subuh? Apakah waktu Subuh sangat berbahaya?
Selain itu, waktu Subuh bisa lebih menyengsarakan dari derita kemiskinan.
Sebab bagi orang-orang yang ‘tergilas waktu Subuh’, sehingga mengabaikan
shalat Subuh berjamaah di masjid, maka pada hakikatnya, merekalah orang-
orang miskin sejati yang hanya mendapatkan upah 1/150 (0,7%) saja dari
pahala shalatnya.
Kemudian, waktu Subuh juga lebih berbahaya dan mengerikan dari kobaran
api yang disiram bensin. Mengapa demikian?
Orang yang ‘tergilas waktu Subuh’ sehingga tidak mendatangi masjid untuk
shalat berjamaah, dirinya disetarakan dengan orang munafik. Dan orang
munafik sesungguhnya adalah orang yang dalam keadaan terancam bahaya.
Sebab, ancaman bagi orang munafik adalah Neraka Jahanam. “Sesungguhnya
Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di
dalam Jahanam” (An Nisa:140).
Jamaah yang dimuliakan Allah.., agar kita tidak merasakan kejamnya ‘gilasan
waktu Subuh’, maka:“Katakanlah! Aku berlindung kepada Tuhan yang
menguasai waktu Subuh” (Al Falaq:1).Yaitu dengan memanfaatkan waktu
Subuh dengan sebaik-baiknya. Marilah kita biasakan mengerjakan shalat
sunnah (shalat fajar) dan bagi laki-laki hendaknya shalat berjamaah di masjid.
Demikianlah sedikit yang dapat saya sampaikan. Semoga kita termasuk orang-
orang yang mampu memanfaatkan waktu subuh sebaik-baiknya. Dan semoga
kita tidak termasuk orang yang tergilas waktu subuh.
Tak lupa salam dan shalawat semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan para
pengikutnya yang senantiasa istiqomah.
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan
membacakan sebuah kultum dengan tema:
Waktu atau usia adalah modal untuk melakukan amal sholih. Orang yang
mengerti hakikat ini, maka dia tidak akan menggunakannya kecuali untuk
perkara yang bermanfaat. Dia akan berusaha memanfaatkan segala potensi
diri untuk mendapatkan pahala sebanyak mungkin. Diantara yang bisa
dimanfaatkan untuk menabung bekal disisi Allah adalah lidah.
Berikut ini adalah beberapa bencana yang dapat ditimbulkan oleh lidah.
Sesuatu yang tidak bermanfaat itu, bisa berupa perkataan atau perbuatan;
perkara yang haram, atau makruh, atau perkara mubah yang tidak
bermanfaat. Oleh karena itu, supaya terhindar dari bahaya lisan yang
pertama ini, hendaklah seseorang selalu berusaha membicarakan sesuatu
yang mengandung kebaikan. Jika tidak bisa, hendaknya diam. Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia
mengucapkan sesuatu yang baik atau diam. [HR. Bukhâri dan Muslim].
2. Berdebat Dengan Cara Batil Atau Tanpa Ilmu
Mendebat yang dimaksud adalah mendebat dengan cara batil atau tanpa
ilmu. Sedangkan orang yang berada di pihak yang benar, sebaiknya dia juga
menghindari perdebatan. Karena debat itu akan membangkitkan emosi,
mengobarkan kemurkaan, menyebabkan dendam, dan mencela orang lain.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Saya
memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang
meningalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan
jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meningalkan kedustaan
walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang
tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya. [HR. Abu Dawud].
Hal ini tidak termasuk pada perkataan sindiran untuk memberi peringatan,
asal tidak berlebihan. Karena tujuannya adalah untuk membangkitkan hati
dan menggerakkannya menuju kebaikan.
Apalagi jika banyak bercanda ini ditambahi dusta, maka jelas akan lebih
berbahaya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan dengan
sabda beliau yang artinya: “Kecelakaan bagi orang yang menceritakan suatu,
lalu dia berdusta untuk membuat orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya!
Kecelakaan baginya!. [HR. Tirmidzi dan Abu Dâwud].
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan
membawakan kultum dengan judul:
Pada suatu ketika ada seorang ilmuwan Prancis yang sedang melakukan
eksplorasi penyelaman di bawah laut, tiba-tiba dia menemui beberapa
kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak
bercampur dengan air laut yang asin di sekelilingnya. Sehingga seolah-
olah ada dinding atau sekat yang membatasi keduanya.
Sampai pada suatu hari, atas ijin Allah, ia bertemu dengan seorang
profesor muslim dan menceritakan fenomena ganjil itu kepadanya.
Profesor tersebut lalu teringat ayat Alquran tentang bertemunya dua
lautan yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez, yaitu surat Ar-
Rahman ayat 19-20, yang artinya:
Bapak ibu jamaah yang dimuliakan oleh Allah (insya Allah). Sebelum
kami akhiri kultum ini, ijinkan kami membacakan sebuah pesan untuk
kita semua..
Bapak Ibu jama’ah yang dimuliakan Allah, marilah kita panjatkan puji
syukur atas segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita, utamanya
adalah nikmat islam, kesehatan, kekuatan dan kesempatan, sehingga pada
malam hari ini kita masih diperkenankan berkumpul untuk mengkaji ayat-
ayat Allah.
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan
membacakan sebuah kultum dengan tema:
“Dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Tidakkah orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam, merasa takut
sekiranya Allah mengubah kepalanya menjadi kepala keledai atau Allah
menjadikan rupanya sebagai rupa keledai.”
Apabila shalat jamaah hanya terdiri dari dua orang (hanya ada imam dan
satu makmum), maka posisi makmum adalah di samping kanan imam,
bukan di kiri imam atau di belakangnya.
Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Abdullah bin Abbas ra, dia berkata:
“Aku menginap di rumah bibiku, Maimunah. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam shalat pada sebagian malam, lalu aku berdiri di samping kiri
beliau. Maka beliau memegang kepalaku dan mendirikan aku di sisi kanan
beliau.” (HR. Bukhari Muslim)
Tidak ada alasan malas bagi makmum untuk mengucapkan aamiin ketika
imam mengucapkan aamiin (setelah bacaan al-fatihah). “Dari Abu
Huraurah ra. Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Jika imam mengucapkan ‘aamiin’, maka ucapkan pula ‘aamiin , karena
barangsiapa yang mengucapkan ‘aamiin’ bersama-sama dengan ucapan
‘aamiin’ para malaikat, maka diampuni di antara dosanya yang telah
lampau.” (HR. Bukhari Muslim)
Doa Al-Fatihah merupakan doa yang paling baik dan paling bermanfaat.
Karena itu disyariatkan bagi orang yang shalat, baik imam maupun
makmum, berjamaah atau sendirian, untuk mengucapkan “aamiin”
sesudahnya, karena ucapan “aamiin” merupakan pembawaan doa.
Hadits di atas juga menunjukkan keutamaan ucapan “aamiin” dan ia
menjadi sebab pengampunan dosa. Tapi menurut ulama, pengampunan
dosa ini khusus berlaku untuk dosa-dosa kecil. Adapun dosa-dosa besar
harus dilakukan dengan taubat.
Bapak Ibu yang dimuliakan Allah, marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan
takwa kita, salah satunya dengan selalu mensyukuri nikmat Allah serta
menggunakannya untuk amal ibadah dan kebaikan.
Tak lupa salam dan shalawat semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan para pengikutnya
yang senantiasa istiqomah.
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan membacakan
sebuah kultum dengan tema:
Dalam riwayat lain, juga dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Aku diperintahkan untuk bersujud dengan bertumpu pada tujuh anggota badan:
dahi –dan beliau berisyarat dengan menyentuhkan tangan ke hidung beliau–, dua
telapak tangan, dua lutut, dan ujung-ujung dua kaki…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Praktek beliau ketika sujud, hidung dipastikan menempel di lantai. Sahabat Abu
Humaid Radhiyallahu ‘anhu menceritakan cara shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menekankan agar dahi dan hidung benar-benar
menempel di lantai. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Allah tidak menerima shalat bagi orang yang tidak menempelkan hidungnya ke
tanah, sebagaimana dia menempelkan dahinya ke tanah.” (HR. Ibnu Abi Syaibah
dalam al-Mushannaf 2710, Abdurrazaq dalam Mushannaf 2898, ad-Daruquthni
dalam Sunannya 1335 dan dishahihkan Al-Albani).
Hadis ini menunjukkan, menempelkan hidung ketika sujud hukumnya wajib. Dan
ini merupakan pendapat Imam Ahmad & Ibnu Habib (ulama Malikiyah). (al-
Majmu’ Syarh Muhadzab, 4/208).
Bagaimana Jika Ada salah Satu Anggota Sujud tidak Menyentuh Lantai?
Praktek semacam ini sangat sering kita jumpai di masjid. Yang sering menjadi
korban adalah kaki. Bagian kaki tidak menempel tanah. Terutama ketika sujud
kedua. Sehingga orang ini tidak sujud dengan bertumpu pada 7 anggota sujud.
Sebagian ulama menilai, sujud semacam ini batal, sehingga shalatnya tidak sah.
An-Nawawi mengatakan: Untuk anggota sujud dua tangan, dua lutut, dan dua
ujung kaki, apakah wajib sujud dengan menempelkan kedua anggota badan yang
berpasangan itu? Ada dua pendapat Imam ‘alaihis salam-Syafii. Pendapat pertama,
tidak wajib. Namun sunah muakkad (yang ditekankan). Pendapat kedua, hukumya
wajib. Dan ini pendapat yang benar, dan yang dinilai kuat oleh as-Syafi’i
Rahimahullah. Karena itu, jika ada salah satu anggota sujud yang tidak
ditempelkan, shalatnya tidak sah. (al-Majmu’, 4/208).
Keterangan yang sama juga disampaikan Dr. Sholeh al-Fauzan. Dalam salah satu
fatwanya, beliau mengatakan: Orang yang sujud, namun salah satu anggota
sujudnya tidak menempel tanah, maka di sana ada rincian:
Jika dia tidak menempelkan sebagian anggota sujud karena udzur yang
menghalanginya untuk melakukan hal itu, seperti orang yang tidak bisa sujud
dengan meletakkan salah satu anggota sujudnya, maka tidak ada masalah baginya
untuk melakukan sujud dengan bertumpu pada anggota sujud yang bisa dia
letakkan di tanah. Sementara anggota sujud yang tidak mampu dia letakkan,
menjadi udzur baginya.
Namun jika dia tidak meletakkan sebagian anggota sujud tanpa ada udzur yang
diizinkan syariat, maka shalatnya tidak sah. Karena dia mengurangi salah satu
rukun shalat, yaitu sujud di atas 7 anggota sujud.
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan
membacakan sebuah kultum dengan tema:
"Di setiap sendi seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih
(ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan
alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah)
adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada
kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah
sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala" (HR Muslim).
6. Pahala Umrah
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam
bersabda:
Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan
membawakan kultum dengan tema:
Selain itu, air yang masuk dengan cara duduk akan disaring oleh
sfringer. Sfringer adalah suatu struktur maskuler (berotot) yang bisa
membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup. Setiap air yang
kita minum akan disalurkan pada pos-pos penyaringan yang berada di
ginjal. Jika kita minum sambil berdiri, air langsung menuju kandung
kemih tanpa disaring lagi. Akibatnya akan terjadi pengendapan
disaluran ureter. Jika hal ini dilakukan terus-menerus dalam waktu
lama bisa menyebabkan penyakit kristal ginjal atau batu ginjal. Salah
satu penyakit ginjal yang berbahaya dan sakit luar biasa.
Jamaah yang dimuliakan Allah.., Islam itu sungguh luar biasa. Makan
dan minum saja diatur sedemikian rupa yang ternyata sangat penting
bagi kesehatan. Oleh karena itu, marilah kita kembali hidup sehat dan
sopan, dengan meneladani adab dan akhlak Islam. Karena
sesungguhnya, makan dan minum sambil berdiri, selain bukan
merupakan budaya Islam, juga bisa membahayakan kesehatan kita.
Semoga saja kita bisa mengambil hikmah dan manfaatnya. Mohon maaf
bila ada kesalahan dan kekurangan.