Anda di halaman 1dari 22

DELIK HUKUM AKUNTAN PUBLIK, STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN

PUBLIK, DAN KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK

Oleh Dr.Payamta, S.Ak., M.Si

Disusun Oleh:
Dio Rizka (S432102005)
Emayanti Christina Hutabarat (S432102006)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
2021
1. Delik Hukum Akuntan Publik
Akuntan Publik mengemban kepercayaan masyarakat dengan memberikan
opini atas laporan keuangan suatu entitas. Kepercayaan masyarakat yang
diberikan pada Akuntan Publik dipertanggungjawabkan dalam wujud integritas
profesi, yang menjadi dasar atas jaminan kualitas dari setiap hasil pemeriksaan
laporan keuangan yang dilakukannya. Dengan demikian, tanggung jawab Akuntan
Publik hanya terletak pada opini atau pernyataan pendapatnya atas laporan atau
informasi keuangan suatu entitas. Sedangkan penyajian laporan atau informasi
keuangan tersebut merupakan tanggung jawab manajemen yang memiliki
kewenangan untuk mengambil keputusan atau orang-orang yang turut dapat
memengaruhi kebijakan dari entitas yang diaudit, dan yang memperoleh
keuntungan atau manfaat dari tindak pidana tersebut.
Keharusan dalam memenuhi standar kualitas tersebut, akan sangat
berhubungan dengan kemampuan yang dimilikinya sebagai seorang profesional.
Persyaratan yang wajib dipenuhi oleh seseorang untuk menjadi seorang Akuntan
Publik, termasuk persyaratan yang harus dipenuhi dalam memberikan jasa
pelayanannya, telah diatur dalam 3 Keputusan Menteri Keuangan RI
No. 423/KMK.06/2002 yang dikeluarkan pada 30 September 2002.
Secara teori keberadaan tanggung jawab auditor ialah mendeteksi
kecurangan dan memastikan kewajaran perusahaan namun terkadang fakta lain
membuktikan bahwa masih saja terdapat pelanggaran atas ketidakprofesionalan
akuntan publik. Hal tersebut diduga karena ketidakmampuan seorang auditor
melakukan pemeriksaan sesuai SPAP atau kesengajaan konflik kepentingan pribadi
semata. Tentu kejadian semacam itu membuat kepercayaan masyarakat terhadap
kualitas audit menjadi menurun. Meskipun telah ditetapkannya standar yang harus
dipatuhi oleh seorang auditor, tidak menjamin seorang auditor akan selalu
berkewajiban mematuhinya.
Dalam menjalankan tugasnya, baik seorang akuntan maupun pemilik
entitas tidak terlepas dari cakupan bidang hukum yang menjerat. Banyak para ahli
akuntansi dan ahli hukum mempercayai bahwa adanya tuntutan hukum terhadap
AP/KAP adalah kurangnya pemahaman pemilik entitas bisnis dalam Menyusun
suatu laporan keuangan yang juga sesuai dengan standar entitas bisnisnya. Selain
itu penyebab lain yang mendorong adanya tuntutan klien terhadap AP/KAP adalah
tidak mempunyai kemampuan dalam membedakan kegagalan bisnis dan
kegagalan audit. Berikut merupakan pemahaman ringkas mengenai kegagalan
bisnis, kegagalan audit dan resiko audit :
1. Kegagalan Bisnis adalah kegagalan yang terjadi apabila perusahaan gagal
dalam memenuhi kewajiban hutang panjang nya, selain itu dapat dikatakan
gagal juga apabila suatu perusahaan sedang mengalami krisis ekonomi
sehingga tidak dapat mewujudkan harapan para investor. Biasanya
kejadian tersebut disebabkan oleh keputusan manajemen yang buruk,
resesi, dan persaingan bisnis yang kompetitif.
2. Kegagalan audit merupakan kegagalan auditor karena salah dalam
mengemukakan pendapat laporan keuangan yang tidak sesuai dengan
peraturan standar yang berlaku. Kegagalan audit yang dilakukan dapat
dikelompokkam menjadi ordinary negligence, gross negligence, dan fraud.
3. Resiko audit yaitu risiko dimana auditor menyimpulkan bahwa laporan
keuangan disajikan dengan wajar tanpa pengecualian, sedangkan dalam
kenyataannya laporan tersebut disajikan salah saji material.
Penyebab kegagalan dalam pemberian jasa Akuntan Publik yaitu :
- Akuntan Publik tidak memperoleh data, informasi dan dokumen lain
berkaitan dengan pemberian jasa oleh AP sesuai ketentuan (keterbatasan
informasi).
- Data dan informasi sudah diperoleh, tetapi Akuntan Publik tidak
sepenuhnya menjalankan standar yang ditentukan (keterbatasan
kompetensi dan pengetahuan).
Para tokoh ahli akuntan sepakat bahwa bila suatu hari terjadi kesalahan
oleh auditor maka maka kantor akuntan publik yang bersangkutan harus diminta
mempertahankan kualitas auditnya. Jika auditor gagal menggunakan keahliannya
dalam pelaksanaan auditnya, berarti terjadi kegagalan audit, dan kantor akuntan
publik tersebut atau perusahaan asuransinya harus membayar kepada mereka
yang menderita kerugian akibat kelalaian auditor tersebut.
1.2 Regulasi Akuntan Publik
Menjadi seorang akuntan publik bukanlah proses yang mudah, perlu
banyak tanggung jawab yang harus dipenuhi. Kewajiban untuk terpenuhinya
tanggung jawab memang dimaksudkan karena profesi akuntan publik
bersinggungan langsung dengan hukum dan negara. Peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang “akuntan publik” terdapat pada Undang-
Undang No 5 Tahun 2011. Regulasi ataupun dasar hukum yang mengatur
profesi Akuntan Publik diatur dalam peraturan berikut ini :
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang
“Praktik Akuntan Publik”
b. Peraturan Menteri Keuangan :
- PMK Nomor 154/PMK.01/2017 tentang “Pembinaan dan Pengawasan
Akuntan Publik”
- PMK Nomor 155/PMK.01/2017 tentang “ Prinsip Mengenali Pengguna
Jasa Bagi Akuntan dan Akuntan Publik”.
c. Peraturan OJK No.13/POJK.03/2017 tentang “Penggunaan Jasa Akuntan
Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam Kegiatan Jasa Keuangan”.
1.3 Peraturan Undang-Undang No 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik
Akuntan Publik tersebut mempunyai peran terutama dalam
peningkatan kualitas dan kredibilitas informasi keuangan atau laporan
keuangan suatu entitas. Akuntan Publik dituntut untuk senantiasa
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme agar dapat memenuhi
kebutuhan pengguna jasa dan mengemban kepercayaan publik.
Akan tetapi meskipun senantiasa memutakhirkan kompetensi dan
meningkatkan profesionalisme agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna
jasa, kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pemberian jasa Akuntan Publik
akan tetap ada. Untuk melindungi kepentingan masyarakat dan sekaligus
melindungi profesi Akuntan Publik, diperlukan suatu undang-undang yang
mengatur profesi Akuntan Publik.
UU No 5 Tahun 2011 yang terdiri atas :
1. Ketentuan Umum
2. Bidang Jasa
3. Perizinan Akuntan Publik
4. Kantor Akuntan Publik
5. Hak Kewajiban dan Larangan
6. Penggunaan Nama Kantor Akuntan Publik
7. Kerja sama Kantor Akuntan Publik
8. Biaya Perizinan
9. Asosiasi Profesi Akuntan Publik
10. Komite Profesi Akuntan Publik
11. Pembinaan dan Pengawasan
12. Sanksi Administratif
13. Ketentuan Pidana
14. Keduluwarsa Tuntutan atau Gugatan
15. Ketentuan Peralihan
16. Ketentuan Penutup
Undang-Undang ini mengatur hak eksklusif yang dimiliki oleh Akuntan
Publik, yaitu jasa asurans yang hanya dapat dilakukan oleh Akuntan Publik.
Dalam rangka perlindungan dan kepastian hukum bagi profesi Akuntan Publik,
juga diatur mengenai kedaluwarsa tuntutan pidana dan gugatan kepada
Akuntan Publik. Di samping mengatur profesi Akuntan Publik, Undang-Undang
ini juga mengatur KAP yang merupakan wadah bagi Akuntan Publik dalam
memberikan jasa profesional. Hal yang mendasar mengenai pengaturan KAP
antara lain mengenai perizinan KAP dan bentuk usaha KAP. Salah satu
persyaratan izin usaha KAP adalah memiliki rancangan sistem pengendalian
mutu sehingga dapat menjamin bahwa perikatan profesional dilaksanakan
sesuai dengan SPAP. Sementara itu, pengaturan mengenai bentuk usaha KAP
dimaksudkan agar sesuai dengan karakteristik profesi Akuntan Publik, yaitu
independensi dan tanggung jawab profesional Akuntan Publik terhadap hasil
pekerjaannya.
1. Jenis jasa yang disediakan oleh akuntan publik meliputi:
a. jasa audit atas informasi keuangan historis;
b. jasa reviu atas informasi keuangan historis; dan
c. jasa asurans lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan
manajemen
2. Pemberian jasa audit oleh Akuntan Publik dan/atau KAP atas informasi
keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat
dibatasi dalam jangka waktu tertentu.
3. Izin menjadi Akuntan Publik diberikan oleh Menteri berlaku selama 5 tahun
sejak tanggal ditetapkan dan dapat diperpanjang.
4. Kantor Akuntan Publik dapat berbentuk usaha:
a. perseorangan;
b. persekutuan perdata;
c. firma; atau
d. bentuk usaha lain yang sesuai dengan karakteristik profesi Akuntan
Publik
5. Hak Akuntan Publik untuk:
a. memperoleh imbalan jasa;
b. memperoleh perlindungan hukum sepanjang telah memberikan jasa
sesuai dengan SPAP; dan
c. memperoleh informasi, data, dan dokumen lainnya yang berkaitan
dengan pemberian jasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
6. Kewajiban Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yaitu :
a. berhimpun dalam Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh
Menteri;
b. berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bagi
Akuntan Publik yang menjadi pemimpin KAP atau pemimpin cabang
KAP wajib berdomisili sesuai dengan domisili KAP atau cabang KAP
dimaksud;
c. mendirikan atau menjadi Rekan pada KAP dalam jangka waktu 180
(seratus delapan puluh) hari sejak izin Akuntan Publik yang
bersangkutan diterbitkan atau sejak mengundurkan diri dari suatu KAP;
d. melaporkan secara tertulis kepada Menteri dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak:
1. menjadi Rekan pada KAP;
2. mengundurkan diri dari KAP; atau
3. merangkap jabatan yang tidak dilarang dalam Undang-Undang ini;
e. menjaga kompetensi melalui pelatihan profesional berkelanjutan; dan
f. berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, dan mempunyai integritas
yang tinggi.
g. Akuntan Publik dalam memberikan jasanya wajib:
a. melalui KAP;
b. mematuhi dan melaksanakan SPAP dan kode etik profesi, serta
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan jasa yang
diberikan; dan
c. membuat kertas kerja dan bertanggung jawab atas kertas kerja
tersebut.
7. Pembinaan Dan Pengawasan
Menteri berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
Akuntan Publik, KAP, dan cabang KAP, menteri berwenang :
a. menetapkan peraturan atau keputusan yang berkaitan dengan
pembinaan Akuntan Publik, KAP, dan cabang KAP;
b. menetapkan kebijakan tentang SPAP, ujian profesi akuntan Bublik,
dan pendidikan profesional berkelanjutan;
c. melakukan tindakan yang diperlukan terkait dengan:
1. SPAP
2. penyelenggaraan ujian sertifikasi profesi akuntan publik;
3. pendidikan profesional berkelanjutan, untuk melindungi
kepentingan publik.
8. Sanksi administratif
Sanksi administratif dapat berupa:
a. rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan pemberian jasa kepada suatu jenis entitas tertentu;
d. pembatasan pemberian jasa tertentu;
e. pembekuan izin;
f. pencabutan izin; dan/atau
g. denda.
Akuntan Publik yang dengan sengaja melakukan manipulasi,
memalsukan, dan/atau menghilangkan data atau catatan pada kertas
kerja atau tidak membuat kertas kerja yang berkaitan dengan jasa yang
diberikan sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya dalam
rangka pemeriksaan oleh pihak yang berwenang dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Auditor secara umum sama dengan profesi lainnya merupakan subjek


hukum dan peraturan lainnya. Auditor akan terkena sanksi atas kelalaiannya,
seperti kegagalan untuk mematuhi standar profesional di dalam kinerjanya.
Profesi ini sangat rentan terhadap penuntutan perkara (lawsuits) atas
kelalaiannya yang digambarkan sebagai sebuah krisis. Apabila memang
terbukti bersalah maka dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.
Beberapa faktor utama yang menimbulkan kewajiban hukum bagi profesi audit
diantaranya adalah :

1. Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung


jawab akuntan publik.
2. Meningkatnya perhatian pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal
sehubungan dengan tanggung jawab untuk melindungi kepentingan
investor.
3. Bertambahnya kompleksitas audit yang disebabkan adanya perubahan
lingkungan yang begitu pesat diberbagai sektor bisnis, sistem informasi.
4. Kesediaan kantor akuntan publik untuk menyelesaikan masalah hukum
diluar pengadilan, untuk menghindari biaya yang tinggi.
Tidak hanya kewajiban hukum yang melekat pada seorang akuntan, namun
terdapat juga tanggung jawab hukum yang harus dijalaninya. Tidak menapik
seorang akuntan pastinya ada beberapa yang melakukan pelanggaran terhadap
jasanya, baik atas temuan-temuan bukti pelanggaran apapun yang bersifat
pelanggaran ringan hinggayang bersifat pelanggaran berat, berdasarkan KMK
No. 423/KMK.06/2002 hanya dikenakan sanksiadministratif, berupa: sanksi
peringatan, sanksi pembekuan ijin dan sanksi pencabutan ijin sepertiyang
diatur antara lain dalam pasal 47, dan pasal 48 (3). Sanksi dalam bentuk
pencabutan ijin baru dilakukan dalam hal seorang Akuntan Publik tersebuttelah
melanggar ketentuan-ketentuan yang diatur dalam SPAP, pelanggaran kode
etik yang ditetapkanoleh IAPI, pelanggaran peraturan perundang-undangan
yang berlaku yang berhubungan denganbidang jasa yang diberikan. Sanksi
yang bersifat administratif meskipun diakui merupakan suatu hukuman yang
cukup berat bagi eksistensi Akuntan Publik ataupun KAP, ternyata masih
belum menjawab penyelesaian permasalahan ataupun risiko kerugian yang
telah diderita oleh anggota masyarakat. Salah satu cara untuk mengatasi
adanya pelanggaran yang disebabkan oleh audit ialah pertanggung jawaban
secara perdata dan perdana. Dalam hukum perdata telah di atur dalam pasal :
 Pasal 1365 KUHPerdata yang berisikan mengenai mewajibkan Akuntan
Publik untuk mengganti kerugian yang dialami oleh korban sebagai
konsekuensi dari tindakan melakukan hukum yang telah dilakukannya.
 Pasal 1366 KUHPerdata pertanggung jawaban pada diri seorang
akuntan public atas kelalaian dan tidak kehati-hatian.
 Pasal 1377 KUHPerdata bahwa akuntan public juga harus bertanggung
jawab atas korban yang telah diselewengkan.
 Pasal 1311 KUHPerdata yang berisi tentang kewajiban
denda/pembayaran ganti akuntan public melalui kekayaan harta
bendanya kepada entitas yang dirugikan.
Sanksi lain yang dapat memberatkan pelanggaran akuntan yaitu sanski pidana.
Sanksi pidana sebelumnya telah diatur dalam Undang-undang No.5 Tahun
2011, namun terdapat pasal pasal lain yang dapat mendukung pelanggaran
akuntan seperti :
 Pasal 46 RUU Akuntan public yang memberikan konsekuensi pidana
maksimum 6 tahun penjara dan denda maksimum Rp300.000.000 bagi
terbukti :
- Melanggar pasal 32 ayat 6 yang isinya mewajibkan AP mentaati
SPAP serta peraturan perundangan yang lainnya.
- Menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang tidak sesuai
dengan bukti yang sah, relevan dan cukup
- Melanggar ketentuan pasal 37 ayat 1 dengan melakukan
Tindakan yang mengakobatkan kertas kerja dan dokumen yang
berkaitan dengan jasa tidak dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
- Atau memberikan pernyataan tidak benar dokumen asli dan
palsu digunakan untuk mendapatkan izin atau pembaruan AP/
pendirian KAP.
 Pasal 55 ayat 1 KUHP, AP dipidana sebagai pembuat sesuatu
perbuatam pidana. Ke-1 mereka yang melakukan dan turut serta dalam
kegiatannya, Ke-2 mereka yang memberi atau menjanjikan sesuatu
dengan menyalalah guankan kekuasaan, martabat, dengan kekerasan
ancaman atau penyesatan atau dengan memberi kesempatan sengaja
menghancurkan orang lain supaya melakukan kegiatan tsb.
 Pasal 56 KUHP, AP dipidana sebagai pembantu suatu kejahatan. Ke-1
mereka yang sengaja yang memberikan bantuan pada kegiatan
kejahatan, Ke-2 mereka yang memberi kesempatan atau sarana atau
keterangan dalam melakukan kejahatan.
Tanggung jawab profesi akuntan publik yang diberikan pada khalangan
publik dapat memberikan kualitas jasa yang dapat dipertanggungjawabkan
dengan mengedepankan kepentingan publik yaitu selalu bersifat obyektif .
independen dalam setiap melakukan analisa serta berkompeten dalam teknis
pekerjaannya. Terlebih-lebih tanggung jawab yang dimaksud mengandung
kewajiban hukum terhadap kliennya.
Kewajiban hukum auditor dalam pelaksanaan audit apabila adanya
tuntutan ke pengadilan yang menyangkut laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
 Kewajiban kepada klien (Liabilities to Client) Kewajiban akuntan publik
terhadap klien karena kegagalan untuk melaksanakan tugas audit
sesuai waktu yang disepakati, pelaksanaan audit yang tidak memadai,
gagal menemui kesalahan, dan pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan
publik.
 Kewajiban kepada pihak ketiga menurut Common Law (Liabilities to
Third party) Kewajiban akuntan publik kepada pihak ketiga jika terjadi
kerugian pada pihak penggugat karena mengandalkan laporan
keuangan yang menyesatkan
 Kewajiban Perdata menurut hukum sekuritas federal (Liabilities under
securities laws) Kewajiban hukum yang diatur menurut sekuritas
federal dengan standar yang ketat.
 Kewajiban kriminal (Crime Liabilities) Kewajiban hukum yang timbul
sebagai akibat kemungkinan akuntan publik disalahkan karena tindakan
kriminal menurut undang-undang.

Sedangkan kewajiban hukum yang mengatur akuntan publik di


Indonesia secara implisit telah tertuang dalam Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP), Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Peraturan-Peraturan
mengenai Pasar Modal atau Bapepam, UU Perpajakan dan lain sebagainya
yang berkenaan dengan kewajiban hukum akuntan.
2. Standar Profesional Akuntan Publik
2.1 Pengertian
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah acuan yang
ditetapkan menjadi ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh Akuntan Publik
dalam pemberian jasanya. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah
kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam
memberikan jasa bagi Akuntan Publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia
(DSPAP IAPI). Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah merupakan
hasil pengembangan berkelanjutan standar profesional akuntan publik yang
dimulai sejak tahun 1973. Pada tahap awal perkembangannya, standar ini
disusun oleh suatu komite dalam organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
yang diberi nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan.
SPAP merupakan kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis dan
aturan etika. Pernyataan standar teknis yang dikodifikasi dalam buku SPAP ini
terdiri dari :
1. Pernyataan Standar Auditing
2. Pernyataan Standar Atestasi
3. Pernyataan Jasa Akuntansi dan Review
4. Pernyataan Jasa Konsultansi
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu
2.2 Sejarah Perkembangan SPAP di Indonesia
Tahun 1972 Ikatan Akuntan Indonesia berhasil menerbitkan Norma
Pemeriksaan Akuntan, yang disahkan di dalam Kongres ke III Ikatan Akuntan
Indonesia. Pada tanggal 19 April 1986, Norma Pemeriksaan Akuntan yang telah
diteliti dan disempurnakan oleh Tim Pengesahan, serta disahkan oleh Pengurus
Pusat Ikatan Akuntan Indonesia sebagai norma pemeriksaan yang berlaku
efektif selambat-lambatnya untuk penugasan pemeriksaan atas laporan
keuangan yang diterima setelah tanggal 31 Desember 1986.
Tahun 1992, Ikatan Akuntan Indonesia menerbitkan Norma
Pemeriksaan Akuntan, Edisi revisi yang memasukkan suplemen No.1 sampai
dengan No.12 dan interpretasi No.1 sampai dengan Nomor.2. Indonesia
merubah nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar
Profesional Akuntan Publik. Selama tahun 1999 Dewan melakukan perubahan
atas Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus1994 dan
menerbitkannya dalam buku yang diberi judul “Standar Profesional Akuntan
Publik per 1 Januari 2001”.
Jenis Standar Profesional Akuntan Publik terdiri atas
1. Pernyataan Standar Auditing (PSA)
PSA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang
tercantum didalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan
pedoman utama yang harus diikuti oleh Akuntan Publik dalam
melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap PSA yang diterbitkan
oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI. Termasuk didalam
PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditng (IPSA), yang
merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap
ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI dalam PSA. Dengan
demikian, IPSA memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam
penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga
merupakan perlausan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran
resmi ini bersifat mengikat bagi seluruh anggota IAPI, sehingga
pelaksanaannya bersifat wajib.
2. Standar Umum
 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
 Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
 Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan yang
diaudit.
3. Standar Pelaporan
 Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
 Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
 Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
 Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul oleh auditor.
3. Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Seorang akuntan publik dalam menjalankan tugasnya diwajibkan harus
mematuhi kode etik akuntan publik. Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya
disebut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik) KEPAP adalah aturan etika
yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia dan staf
profesional (baik anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja
pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Kode etik akuntan publik terbagi menjadi
3 (tiga) bagian yaitu prinsip etika, aturan etika,dan interpretasi etika.
1. Prinsip Etika
Adapun 8 prinsip yang terkandung dalam Kode Etik Akuntan Indonesia
antara lain :
a. Tanggung jawab profesi : Dalam melaksanakan tanggung jawabnya
sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
b. Kepentingan publik : Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa
bertindak dalam kerangka pelayanan kepada public, menghormati
kepercayaan publik dan komitmen.
c. Integritas : untuk menjaga setiap kepercayaan public maka setiap
anggota harus menjunjung integritas yang tinggi.
d. Obyektivitas : Setiap anggota harus menjaga obyektivitas dan bebas
dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban
profesionalnya.
e. Kompetensi dan kehati hatian professional : Setiap anggota harus
melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati•hatian, kompetensi
clan ketekunan, Berta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang
diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
f. Kerahasiaan : Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi
yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh
memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,
kecuali bila ada hak atau kiewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
g. Perilaku professional : Setiap Anggota harus berperilaku yang konsisten
dalam reputasi profesi yang baik clan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.
h. Standar teknis : Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya
sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.
Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima
jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas clan
obyektivitas.
2. Aturan Etika
a. Independensi, Integritas, Obyektivitas
- Independensi
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu
mempertahankan sikap mental independen didalam memberikan
jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional
akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen
tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun
dalam penampilan (in appearance).
- Integritas dan Objectivitas
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan
integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan
(conflict of interst) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material
(material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan
(mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.
b. Standar Umum Prinsip Akuntansi
- Standar Umum
 Kompetensi profesional. Anggota KAP hanya boleh melakukan
pemberian jasa profesional yang secara layak (reasonable) diharapkan
dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.
 Kecermatan dan keseksamaan profesional. Anggota KAP wajib
melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan
keseksamaan profesional.
 Perencanaan dan supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan dan
mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa
profesional.
 Data relevan yang memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data
relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan
atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa
profesionalnya.
- Prinsip Akuntansi
Anggota KAP tidak diperkenankan :
- Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan
keuangan atau data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau.
- Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material
yang harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku, apabila laporan tersebut
memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan
atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang
ditetapkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam
keadaan luar biasa, laporan atau data mungkin memuat
penyimpangan seperti tersebut diatas. Dalam kondisi tersbeut,
anggota KAP dapat tetap mematuhi ketentuan dalam butir ini selama
anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan
menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu,
dengan cara mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya
(bila praktis), serta alasan mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi
yang berlaku umum akan menghasilkan laporan yang menyesatkan.
c. Tanggung Jawab kepada Klien
Informasi Klien yang Rahasia
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien dengan
tujuan sebagai berikut :
- Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai
dengan aturan etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip
akuntansi.
- Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk
mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti
panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut atau melarang
kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku.
- Melarang review praktik profesional (review mutu) seorang anggota
sesuai dengan kewenangan IAI atau,
- Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau
pemberian komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan
yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegasan disiplin anggota.
d. Tanggung Jawab Rekan Seprofesi
Tanggung jawab kepada Rekan Seprofesi
- Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan
perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan
seprofesi.
-
Komunikasi Antar akuntan Publik
- Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik
pendahulu bila akan mengadakan perikatan (engagement) audit
menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku
yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode
serta tujuan yang berlainan. Akuntan publik pendahulu wajib
menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari akuntan
pengganti secara memadai.
- Perikatan Atestasi
- Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikataan
atestasi yang jenis atestasi dan periodenya sama dengan perikatan
yang dilakukan oleh akuntan yang lebih dahulu ditunjuk klien,
kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk memnuhi
ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh
badan yang berwenang.
e. Tanggungjawab dan Praktik Lain
Perbuatan dan Perkataan yang mendiskreditkan
- Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau
mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi.
Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran Lainnya
- Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan
mencari klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi
pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak
merendahkan citra profesi.
3. Interpretasi Etika
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan
oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan
tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai
panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk
membatasi lingkup dan penerapannya. Pernyataan Etika Profesi yang
berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau Aturan Etika
sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk
menggantikannya. Kepatuhan Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga
dengan semua standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama
sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota.
Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya
pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya
oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh
organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya.
Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan
oleh badan pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau menggunakan
laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.e-akuntansi.com/etika-profesional-dan-tanggungjawab-hukum-auditor/
https://katadata.co.id/ekarina/finansial/5e9a5183c6c7b/sanksi-denda-dan-
pembekuan-izin-membayangi-auditor-lapkeu-garuda
https://akuntansi.or.id/read-blog/70_undang-undang-akuntan-publik-no-5-tahun-
2011.html
https://ngada.org/uu5-2011pjl.htm
https://heleninfo.wordpress.com/2013/10/18/kode-etik-profesi-akuntan-publik/
Halim Abdul. 2015. “AUDITING Dasar Dasar Audit Laporan Keuangan”. Edisi
Kelima.
Cetakan ke-2. Yogyakarta: UNIT PENERBIT DAN PERCETAKAN SEKOLAH TINGGI ILMU
MANAJEMEN YKPN.
https://heleninfo.wordpress.com/2013/10/18/kode-etik-profesi-akuntan-
publik/#:~:text=Kode%20Etik%20Profesi%20Akuntan%20Publik%20(sebelumnya
%20di sebut%20Aturan%20EtikaKompartemen%20Akuntan,Kantor%20Akuntan
%20Publik%2 0(KAP).
https://www.academia.edu/16705219/118579586_Tanggung_Jawab_Hukum_Akunt
an_Publik

Anda mungkin juga menyukai